Disusun Oleh:
1. NURUL CAHYATI
2. NI MADE ARI NOPIYANTI
3. RIRIN CAHYA NINGRUM
4. SRI KURNIATI
5. WINDI WIDIARTINI
6. ZOHRIAH
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan...………………….………………………………………..…...…….10
Saran ……………...……………..……...................................................................10
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum keperawatan.
2. Untuk mengetahui aspek hukum keperawatan.
3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab perawat
BAB II
PEMBAHASAN
8. Hukum keperawatan
Tenaga keperawatan sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan berjalan dengan baik
dan percaya diriwajib mengetahui dan memahami Hukum kesehatan,
kedokteran maupun aturan dan perundang-undangan dibidang
keperawatan (Hukum Keperawatan) serta sumber-sumber hukum
lainnya yang terkait dengan pelayanan dan profesi keperawatan.
(Dermawan,D&Riyadi,S. 2010. Keperawatan Propesional,
Yogyakarta: Gosyen Publishin.)
1) Hubungan hukum dengan profesi perawat
Masyarakat profesi dengan masyarakat umum telah mengadakan
suatu kontrak (social contract) yang memberikan hak otonomi profesi
untuk melakukan self regulation,self governing, dan self disipclining.
Dengan kewajiban memberikan jaminan profesional yang kompeten dan
melaksanakan praktik sesuai etika dan profesinya. Profesi perawat
memiliki kewajiban untuk mampu memberikan jaminan pelayanan
keperawatan yang propesional kepada masyarakat umum. Kondisi
demikian secara langsung akan menimbulkan adanya konsekuensi
hukum dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam praktik propesinya
dalam melayani masyarakat perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan
moral.
Di indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya
hubungan hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa “ Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No. 32/1996 Pasal
2 ayat (1) jo. ayat (3) perawat dikategorikan sebagai tenaga kesehatan.
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, merupakan
UU memberikan kesempatan bagi perkembangan profesi
keperawatan,dimana dinyatakan standar praktik,hak-hak pasien,
kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan
termasuk keperawatan. UU No.23 tahun 1992 telah mengakui profesi
keperawatan, namun dalam praktik profesinya, profesi keperawatan
harus berjuang untuk mendapat pengakuan dari propesi keperawatan
lain,dan juga dari masyarakat.
Profesi perawat dikatakan akuntabel secara hukum bila benar-benar
kompeten dan melaksanakan profesinya sesuai dengan etika dan standar
profesinya. Standar profesi memiliki tiga komponen utama yaitu standar
kompetensi, standar prilaku dan standar pelayanan. Tugas tenaga
kesehatan yang didalamnya termasuk tugas perawat berdasarkan
ketentuan pasal 50 UU No. 23 tahun 1992 adalah menyelenggarakan
atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian atau
kewenangan masing-masing. Agar tugas terlaksana dengan baik. Pasal 3
PP No. 32 tahun 1996 menentukan “Setiap tenaga kesehatan wajib
memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikanya yang dibuktikan dengan ijazah” Dengan demikian,tugas
dan kewenangan tenaga kesehatan/perawat akan ditentukan berdasarkan
ijazah yang dimilikinya.
Ketentuan pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat
(1) PP No. 32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya diwajibkan untuk memenuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien. Standar profesi merupakan pedoman bagi tenaga
kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan
kesehatan,khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap pasien,kecakapan, dan kemampuan tenaga
serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu, yaitu yang berhubungan
langsung dengan pasien, seperti dokter dan perawat berdasarkan
ketentuan pasal 22 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996 dalam menjalankan
tugas profesinya wajib untuk menghormati hak pasien, menjaga
kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien, memberikan
informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan
dilakukan, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
dan membuat dan memelihara rekam medis. Pelaksana tugas tenaga
kesehatan sesuai dengan standar profesi sekaligus memberikan
perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan maupun pasien, sebagaimana
ketentuan pada pasal 53 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996.
Perlindungan hukum pada pasien diatur dalam pasal 55 ayat (1) UU
No. 23 tahun 1992, yaitu “setiap orang berhak atas ganti rugi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan”
sedangkan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan diatur dalam
pasal 23 ayat (1) PP No. 32 tahun 1996 yang menentukan pemberian
perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesinya. Dengan perkataan lain, pasien yang
gagal untuk sembuh tidak berhak atas ganti rugi, sepanjang pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/perawat sudah
dilakukan sesuai dengan standar profesinya tidak akan dapat digugat
oleh pasien atas kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan.
(Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani).
4) Sifat hukum
Sifat hukum adalah: Mengikat/sebagai intruksi kepada pemerintah, lain-lain
penyelenggara Negara, lembaga masyarakat dan setiap orang/warga Negara.
5) Sumber hukum
1. Pancasila
Kedudukan/fungsi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah:
a. Sebagai dasar Negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat.
b. Sebagai jiwa dan pandangan hidup bangsa Indonesia
c. Meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia.
d. Mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar Negara,
baik yang tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis
(aturan-aturan dasar yang tumbuh dan terpelihara dalam politik
penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis), aturan-aturan
semacam ini disebut: KONVENSI.
Dalam system/kata urutan hukum di Indonesia, pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.
2. Undang-undang Dasar 1945
a. Menciptakan pokok-pokok pikiran (pancasila) dalam pasal-pasalnya.
b. Membuat aturan-aturan pokok,sedang atau yang menyelenggarakan
aturan pokok diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah
caranya membuat,merubah dan mencabut.
c. Dalam sistem hukum, UUD 1945 sebagai sumber hukum dengan
demikian peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945.
d. UUD 1945 berisi norma,aturanatau ketentuan yang harus
dilaksanakan dan ditaati oleh pemerintah,setiap lembaga
Negara,lembaga masyarakat dan juga setiap warga Negara dan
penduduk Indonesia.
e. Dalam kerangka tata susunan atau tata tinkatan norma hukum yang
berlaku merupakan hukum yang menempati kedudukan tinggi.
UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol apakah
norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak sesuai dengan
ketentuan UUD 1945. (Dermawan,D&Riyadi,S. 2010. Keperawatan
Propesional, Yogyakarta: Gosyen Publishin.)
6) Pembagian Hukum
1. Ruang lingkup hukum memang ckup luas karena hukum berupayah
mengatur semua aspek kehidupan manusia dalam bermasyarakat
2. Dari berbagai cara pembagian yang terutama perlu di pahami oleh
tenaga kesehatan / tenaga keperawatan adalah pembagian hukum
menurut fungsi hukum yaitu:
a.) Hukum Sipil (privat)
Hukum sipil mengaku hubungan antara satu orang dengan
orang lainya, deangan meniti beratkan kepentingan
perorangan.
hukum sipil, meliputi: huku perdata dan perdana.
hukum perdana di atur pada kitab undang –undang
hukum sipil (KUHS), yang meliputi : hukum perorangan,
hukum kekelurgaan dan hukum kekayaan.
b.) Hukum public (hukum Negara)
Hukum public mengatur hubungan antara Negara dengan
alat-alat perlengkapannya atau hubungan Negara dengan
perseorangan (warga Negara)
Hukum Publik meliputi: hukum tata Negara, hukum
administrasi Negara, hukum pidana dan hukum
internasional
Hukum pidana mempunyai obyek pada aturan-aturan
hukum yang mengenai kejahatan atau yang bertalian
dengan pidana
Hukum pidana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
B. Aspek hukum kelalaian dan malpraktik.
Malpraktik telah digunakan secara luas di Indonesia sebagai terjemahan
malpractice, sedangkan kelalaian adalah terjemahan untuk negligence.Kedua
pengertian ini sering kacau dan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi
sebenarnya kedua pengertian ini berbeda.Creighton malah menyebutkan bahwa
malpractice adalah sinonim untuk professional negligence.
Di Indonesia hukum kedokteran belum dapat dirumuskan secara mandiri sampai
saat ini, sehingga definisi-definisi tentang kelalaian maupun malpraktik juga
belum mungkin dirumuskan. Dengan demikian, rumusan-rumusan yang berasal
dari Negara lain tersebut dapat dijadikan acuan.