Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

“RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN“

OLEH
KELOMPOK 1:

MUTIA FISTA SAPUTRI J1A120193


ANNISYA INDRIYANI TASYA J1A120273
ALLYA ARDETA F.S J1A120264
AMBARWATI. S J1A120264
ALDILA ZALZHABILA KIFLI J1A120262
ANNISAH WULANDARI J1A120272
ANANDA MAHARANI J1A120266
DEBI MUTIARA CAHYANI J1A120285
ELVA NANDA WULANDARI NUR J1A120291
ERIKA FAHRA AULIA J1A120292

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-
Nya, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul RUANG LINGKUP HUKUM
KESEHATAN
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan. Dalam Penyusunan makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan
ilmu pengetahuan yang kami miliki.
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk
membangun.

Kendari, 22 November 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................5
C. TUJUAN...............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Definisi Hukum Kesehatan..................................................................................6
B. Hukum Kedokteran/Hukum medis (Medical Law)...........................................7
C. Hukum Keperawatan (Nurse Law).....................................................................8
D. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law)...............................................................10
E. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law)................................11
F. Hukum Limbah (Tentang industry, Rumah tangga dsb)................................13
G. Hukum Polusi (Polution Law tentang Bising; Asap; Debu; Bau; Gas yang
mengandung racun; dsb)...........................................................................................14
H. Hukum Peralatan yang menggunakan X-Ray seperti Cobalt, nuclear dsb.
17
BAB III...........................................................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan
langsung pada pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata,
hukum administrasi dan hukum pidana (UU Kesehatan No.23 tahun 1992).
Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-undangan dalam
bidang kesehatan yang menata pelayanan medik dan sarana medik. Hukum
kesehatan juga dapat diartikan sebagai aturan tentang keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini berarti hukum
kesehatan adalah aturan tertulis mengenai hubungan antara pihak pemberi
pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau anggota masyarakat. Sehingga
hukum kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban masing-masing
penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan atau masyarakat, baik
sebagai perorangan (pasien) atau kelompok masyarakat.
Perkembangan hukum kesehatan dimulai dengan terbentuknya kelompok
studi untuk Hukum Kedokteran FK-UI dan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo
di Jakarta tahun 1982. Kelompok studi hukum kedokteran ini akhirnya pada
tahun 1983 berkembang menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia
(PERHUKI). PERHUKI dalam Pasal 1 Anggaran Dasarnya menyatakan
hukum Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak
dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek organisasi; sarana pedoman medis nasional atau
internasional, hukum di bidang kedokteran yurisprudensi serta ilmu
pengetahuan bidang kedokteran kesehatan.
Menurut pakar hukum Lennen, hukum kesehatan merupakan keseluruhan
ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan langsung dengan pelayanan
kesehatan dan penerapan kaidah-kaidah hukum perdata, hukum administrasi
negara dan hukum pidana dalam kaitannya dengan hal tersebut. Lannen
memberikan kejelasan tentang apa yang dimaksud dengan cabang baru ilmu
hukum, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi hukum Kesehatan
2. Hukum Kedokteran/Hukum medis (Medical Law)
3. Hukum Keperawatan (Nurse Law)
4. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law)
5. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law)
6. Hukum Limbah (Tentang industry, Rumah tangga dsb)
7. Hukum Polusi (Polution Law tentang Bising; Asap; Debu; Bau; Gas yang
mengandung racun; dsb)
8. Hukum Peralatan yang menggunakan X-Ray seperti Cobalt; Nuclear, dsb.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Definisi hukum Kesehatan
2. Untuk mengetahui Hukum Kedokteran/Hukum medis (Medical Law)
3. Untuk mengetahui Hukum Keperawatan (Nurse Law)
4. Untuk mengetahui Hukum Rumah Sakit (Hospital Law)
5. Untuk mengetahui Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law)
6. Untuk mengetahui Hukum Limbah (Tentang industry, Rumah tangga dsb)
7. Untuk mengetahui Hukum Polusi (Polution Law tentang Bising; Asap;
Debu; Bau; Gas yang mengandung racun; dsb)
8. Untuk mengetahui Hukum Peralatan yang menggunakan X-Ray seperti
Cobalt; Nuclear, dsb.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan
kewajiban individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain yang
mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan
internasional.
Beberapa pengertian hukum kesehatan menurut beberapa ahli dan undang-
umdamg:
1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi:
penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
3. Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum
yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan
penerapannya. Yang diatur menyangkut hak dan kewajiban baik
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam
segala aspeknya, organisasi, sarana pedoman standar pelayanan medic,
ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum
lainnya.
4. Menurut Anggaran Dasar PERHUKI, yang dimaksud dengan Hukum
Kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya, serta hak
dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat
sebagai penerima layanan kesehatan (health receivers) maupun sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health providers) dalam segala aspek
organisasi, sarana, pedoman-pedoman medik, ilmu pengetahuan kesehatan
dan hukum, serta sumber-sumber hukum lainnya.

Secara ringkas hukum kesehatan adalah:


a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan
Kesehatan
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan
upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. Rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik.

B. Hukum Kedokteran/Hukum medis (Medical Law)


Hukum Kedokteran atau Hukum Medis (Medical Law) merupakan suatu
cabang ilmu hukum yang menganut prinsip-prinsip hukum di samping disiplin
medis yang berfungsi untuk mengisi bidang-bidang tertentu yang diperlukan
oleh hukum medis.
Obyeknya adalah pelayanan medis dimana merupakan bagian dari Hukum
Kesehatan yang meliputi ketentuan-ketentuan yang berhubungan langsung
dengan pelayanan medis.
Hukum Kesehatan tidak terdapat dalam suatu bentuk peraturan khusus,
tetapi tersebar pada berbagai peraturan dan perundang-undangan. Ada yang
terletak di bidang hukum pidana, hukum perdata, dan hukum administrasi,
yang penerapan, penafsiran serta penilaian terhadap faktanya adalah di bidang
kesehatan atau pun medis.
Hukum Kedokteran adalah bagian dari hukum kesehatan yang
menyangkut pelayanan medis. Berdasarkan beberapa pengertian yang ada,
dapat disimpulkan bahwa Hukum Kesehatan dan Hukum Kedokteran berbeda
dengan ilmu Kedokteran Kehakiman. Hukum Kedokteran (Law for Medicine)
maupun Hukum Kesehatan adalah pengetahuan tentang peraturan dan
ketentuan hukum yang mengatur pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Yang dibicarakan adalah : hak dan kewajiban pasien, hubungan Rumah sakit
dengan Dokter Tamu, paramedis dengan pasien, izin tindakan medis,
malpraktek, konsep bayi tabung, kontrak terapeutik, medical negligence, dll.
Kedokteran Kehakiman (Medicne for Law) adalah pengetahuan yang
menggunakan ilmu kedokteran untuk membantu kalangan hukum dan
peradilan. Yang dibicarakan adalah tanda-tanda kematian, kaku mayat, lebam
mayat, otopsi, identifikasi, penentuan lamanya kematian, abortus, keracunan,
narkotika, kematian tidak wajar, perkosaan, Visum et Repertum, dll.

C. Hukum Keperawatan (Nurse Law)


1. Prinsip isi kode etik keperawatan Indonesia
a. Tanggung Jawab Perawat terhadap Klien
a) tanggung jawab pada kebutuhan klien
b) memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari
individu, keluarga dan masyarakat.
c) dilandasi rasa tulus ikhlas, sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan.
d) mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada
umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
b. Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas
a) Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,
keluarga dan masyarakat.
b) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
c) Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan
keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma-norma kemanusiaan.
d) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa
berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis
kelamin, aliran politik, agama yang dianut dan kedudukan sosial.
e) Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien
dalam melaksanakan tugas keperawatannya serta matang dalam
mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih
tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
c. Tanggung Jawab Perawat terhadap Sejawat
a) Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b) Perawat menyebarluaskan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima
pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
d. Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi
a) Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya
secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan
menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b) Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
c) Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan.
d) Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
e. Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara
a) Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan
keperawatan.
b) Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada masyarakat.

D. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law)


Sarana-sarana atau tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada dan
tersebar di berbagai tempat merupakan salah satu wujud dan peran serta
pemerintah dan masyarakat dalam memberikan perhatian di bidang kesehatan.
Dan, salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai banyak
fungsi yang ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
1. Menurut Permenkes Nomor 159 b/Menkes/Per/II/1988, fungsi rumah
sakit adalah :
a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,
pencegahan dan peningkatan kualitas kesehatan;
b. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik;
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan.
2. Menurut Kepmenkes Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Rumah Sakit Umum, fungsi rumah sakit adalah :
a. Menyenggarakan pelayanan medik;
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik;
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan;
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan;
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan selain sebagai


konsentrasi berbagai tenaga ahli atau lembaga padat karya, juga sebagai
lembaga padat modal, padat teknologi, dan padat waktu. Oleh karena itu,
rumah sakit selain sebagai tempat rawat inap bagi orang yang mengalami
gangguan kesehatan, juga banyak dimanfaatkan untuk menangani masalah
kesehatan dan juga sebagai tempat pendidikan dan penelitian bidang
kedokteran.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan , menurut jenis dan
tipe (akreditasi)nya dibedakan atas :
1. Rumah Sakit Khusus, yaitu antara lain : RS Mata, RS Jiwa, RS
Jantung, RS Paru-paru, RS Kusta, dll.
2. Rumah Sakit Umum, yaitu :
a. RSU Kelas “A”, yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan spesialisasi dan subspesialisasi lengkap dalam
jumlah yang relatif lebih lebih banyak daripada RSU Kelas “B”.
b. RSU Kelas “B”, yaitu rumah sakit yang memberi semua jenis
pelayanan spesialisasi lengkap dan beberapa di antaranya juga
memberikan pelayanan subspesialisasi tertentu.
c. RSU Kelas “C”, yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
minimal 4 jenis spesialisasi yakni bedah, kebidanan &
kandungan, anak, dan penyakit dalam. Dilengkapi juga dengan
kemampuan di bidangMedik Penunjang, yakni spesialisasi
radiologi, anestesi, dan patologi.
d. RSU Kelas “D”, yaitu rumah sakit yang pada umumnya
pelayanan diberikan oleh dokter umum. Dokter yangmampu
memberikan pelayanan spesialis jumlahnya terbatas.

Di dalam penjelasan Pasal 2 Kode Etik Rumah Sakit (Kodersi), diatur


mengenai kewajiban rumah sakit untuk mengawasi dan bertanggung jawab
terhadap semua kejadian di rumah sakit. Sedangkan Pasal 8 Kodersi mengatur
mengenai tanggung jawab rumah sakit terhadap lingkungan pada saat
menjalankan fungsi operasionalnya. Tanggung jawab yang dimaksud adalah :
1. Tanggung jawab umum merupakan kewajiban pimpinan rumah sakit
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan,
peristiwa, kejadian, dan keadaan di rumah sakit;
2. Tanggung jawab khusus meliputi tanggung jawab hukum, etik, dan tata
tertib atau disiplin, yang muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit
telah melanggar kaidah-kaidah, baik dalam bidang hukum, etik, maupun
tata tertib atau disiplin.
3. Tanggung jawab agar tidak terjadi pencemaran yang menimbulkan
kerugian bagi masyarakat, sebab dalam operasi analisasi rumah sakit
banyak menggunakan maupun dapat menghasilkan bahan-bahan berupa
limbah yang dapat mencemari lingkungan,menimbulkan gangguan,
mengancam dan membahayakan kehidupan manusia.
4. Tanggung jawab agar tidak terjadi penyimpangan ataupun penyalahgunaan
teknologi kedokteran yang dapat merugikan pasien.

E. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law)


 Definisi
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.

 RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu:]
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam
Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
Undang-undang lingkungan hidup (UULH) tanggal 11 maret 1982
dipandang sebagai awal dari lahirnya pertumbuhan hukum lingkungan
nasional,namun sejak pemberlakuan UU ini kualitas lingkungan hidup di
Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak kasus hukum lingkungan
tidak dapat diselesaikan dengan baik,sehingga pada 3 Oktober 2009,
pemerintah mengeluarkan UU No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH). Lahirnya UUPPLH mengingat
kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun sehingga perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan
konsisten oleh semua pemanku kepentingan.
Untuk pengaturan pengelolaan lingkugan hidup yang baik dan sehat diatur
dalam berbagai macam peraturan perundangan, antara lain:
1. Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yang memuat ketentuan
sebagai berikut:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
2. Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang memuat sebagai
berikut:
“Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat”.
3. Pasal 9 ayat (3) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, yang memuat ketentuan sebagai berikut:
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2014 tentang
kesehatan lingkungan. Dengan adanya berbagai macam peraturan
perundang-undangan diatas tentunya tiap-tiap manusia Indonesia berhak
atas lingkungan yang baik dan sehat sebagaimana dijamin oleh Pancasila
dan UUD NRI 1945 (Triana, 2014).

F. Hukum Limbah (Tentang industry, Rumah tangga dsb)


Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Limbah bahan
berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 Jo Peraturan Pemerintah Nomor
85 tahun 1999, definisi Limbah bahan berbahaya dan beracun(LB3), adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Dasar hukum
1. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
2. PERATURAN MENTERI NO 6 TAHUN 2021 TENTANG TATA CARA
DAN PERSYARATAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA BERACUN
3. PERMEN LHK 70 TAHUN 2016 BAKU MUTU EMISI USAHA
KEGIATAN PENGOLAHAN SAMPAH
4. PERMEN LHK 63 TAHUN 2016 PENIMBUNAN
5. PERMEN LHK 59 TAHUN 2016 BAKU MUTU AIR LINDI TPA
6. PERMEN LHK 56 TAHUN 2015 FASYANKES
7. PERMEN LHK 55 TAHUN 2015 UJI KARAKTERISTIK LIMBAH B3
8. PERMEN LHK 53 TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN
PROGRAM ADIPURA
9. PERMEN LH NO.3 TH 2008 SIMBOL DAN LABEL_COMBINE
10. UNDANG - UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
11. UNDANG - UNDANG NO 10 TAHUN 2013 TENTANG KONVENSI
ROTTERDAM, PROSEDUR PERSETUJUAN ATAS DASAR
INFORMASI AWAL UNTUK BAHAN KIMIA DAN PESTISIDA
BERBAHAYA TERTENTU DALAM PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
12. PP 101 TAHUN 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
13. PP 74 TAHUN 2001 PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
14. PP 81 TAHUN 2012 PEMNGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA
15. UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

G. Hukum Polusi (Polution Law tentang Bising; Asap; Debu; Bau; Gas yang
mengandung racun; dsb)
Ketentuan dalam Pasal 1 angka 49 PP No. 22 Tahun 2021 memberikan
pengertian Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi,
dan/atau komponen lainnya ke dalam Udara Ambien oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui Baku Mutu Udara Ambien yang telah ditetapkan.
Klasifikasi pencemaran meliputi pencemaran: fisik, biologis, kimia dan
budaya/sosial ekonomi. Sementara itu, sumber pencemar akibat usaha industri
beraneka ragam melalui media air, tanah dan udara. Sebagai gambaran dapat
disebutkan beberapa jenis limbah industri yang menjadi sumber pencemar,
antara lain meliputi:

1. sumber limbah padat limbah padat banyak dijumpai pada industri mesin,
aneka industri, industri kimia dan industri kecil;
2. sumber limbah cair dijumpai pada industri yang menggunakan air dalam
proses produksi mulai dari pra pengolahan seperti pencucian sampai
dengan produk akhir
3. sumber limbah gas gas, uap dan debu serta asap dijumpai pada industri
kimia. gas seperti chlor, So2 dan Co terdapat pada industri logam. Pabrik
asam sulfat membuat udara berbau belerang. Gas karbon monoksida
timbul karena tidak sempurna dalam ruang pembakaran; dan
4. bahan berbahaya dan beracun bahan berbahaya dan beracun dapat
diidentifikasikan dalam bentuk dan sifat bahan itu sendiri, apakah berupa
cairan ataupun gas. bahan berbahaya dan beracun banyak dikaitkan dengan
masalah penyimpanan dan penggunaan.

Implikasi dari adanya pencemaran lingkungan hidup sebagaimana yang


diatur dalam hukum pencemaran lingkungan hidup diatur dalam UU PPLH,
meliputi: sanksi pidana, sanksi perdata dan sanksi hukum administrative

Berdasarkan Pasal 69 angka 1 huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyebutkan bahwa “setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”. Pasal ini
menjelaskan bahwa ada larangan bagi setiap orang untuk melakukan
kerusakan lingkungan hidup. Menurut Pasal 21 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara menyebutkan bahwa “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau baku tingkat gangguan ke udara
ambien wajib :

1. Mentaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat
gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukannya;
2. Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara yang
diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
3. Memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam
rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkungan usaha
dan/atau kegiataannya.

Pasal ini menjelaskan bahwa bagi pelaku usaha untuk mentaati baku mutu
udara yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, melakukan pencegahan dan
penanggulangan agar tidak terjadi pencemaran udara, dan memberikan
informasi kepada masyarakat untuk upaya pengendalian pencemaran udara.

Undang-undang No. 22 Tahun 2009, Tentang lalu lintas dan Angkutan


Jalan di dalam Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa Negara bertanggung jawab
atas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh
Pemerintah. Kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan mutlak pada saat
ini. Kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat adalah
salah satu faktor penting yang mendukung mobilisasi/pergerakan bagi
kehidupan manusia. Tanpa kendaraan atau transportasi aktivitas kehidupan
manusia akan menjadi lebih lamban dan sulit untuk berkembang.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) huruf a Undang-undang Nomor 22 Tahun


2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan: Yang dimaksud
kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan tidak bermotor.

Sedangkan dalam ayat (8) huruf b disebutkan: Kendaraan bermotor adalah


setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan di atas rel. Umumnya kendaraan bermotor
menggunakan mesin pembakaran dalam (perkakas atau alat untuk
menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda,
digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan
bakar minyak atau tenaga alam). Kendaraan bermotor memiliki roda, dan
biasanya berjalan di atas jalanan

Emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor berbahan bakar


minyak (bahan bakar fosil) menjadi faktor penyebab terjadinya pencemaran
udara, oleh karena itu perlu pembatasan terhadap emisi gas buang yang
dihasilkan kendaraan bermotor sesuai dengan Pasal 210 ayat (1) Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
bahwa Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan


Angkutan bahwa setiap1 pemilik, pengemudi atau perusahaan angkutan umum
wajib mencegah pencemaran udara seperti yang terdapat dalam Pasal 211
Undang-undang ini:

Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan


Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan
kebisingan.

Berdasarkan Pasal 54 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan dinyatakan bahwa: Persyaratan baik jalan yang
dimaksud ditentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur
sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. Emisi gas buang


2. Kebisingan suara
3. Efisiensi sistem rem
4. Kincup roda depan
5. Suara klakson
6. Daya pancar dan arah sinar lampu utama
7. Radius putar
8. Akurasi alat penunjuk kecepatan
9. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban, dan
10. Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan.

H. Hukum Peralatan yang menggunakan X-Ray seperti Cobalt, nuclear dsb.


Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menggunakan
sinar-X terhadap pasien harus berdasarkan aturan hukum yang mengatur
penggunaannya untuk terhindar dari dampak berbahaya dari penggunaan
sinar-X.
Sinar–X adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang
gelombang 10-8 -10-12 m dan frekuensi sekitar 1016 -1021 Hz. Sinar ini dpat
menembus benda-benda lunak seperti daging dan kulit tetapi tidak dapat
menembus benda-benda keras seperti tulang, gigi, dan logam. Sinar-X sering
di gunakan di berbagai bidang seperti bidang kedokteran, fisika, kimia,
mineralogy, metarulugi, dan biologi. Pemanfaatan Sinar-X dalam bidang
kesehatan Sinar-X energi rendah digunakan untuk mengambil gambar foto
yang dikenal sebagai radiograf. Sinar-X bisa menembus tubuh manusia tetapi
diserap oleh bagian yang lebih padat seperti tulang. Sinar-X energi tinggi
digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Cara ini dikenal sebagai
radioterapi.
Dalam pemanfaatannya, harus dalam pengawasan ketat dan keamanan
maksimal, salah satu upayanya adalah dengan Proteksi Radiasi yaitu tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
paparan radiasi seperti yang tercantum dalam Pasal 1 Ayat 4 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Hukum kesehatan adalah kumpulan peraturan yang berkaitan langsung
dengan pemberian perawatan dan juga penerapannya kepada hukum perdata,
hukum pidana dan hukum administrasi (Prot. Van Der Miju). Hukum
Kesehatan didefinisikan sebagai segala ketentuan atau peraturan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Hukum
kesehatan ini lebih luas dari pada hukum keperawatan.
Hukum Kesehatan tidak terdapat dalam suatu bentuk peraturan khusus,
tetapi tersebar pada berbagai peraturan dan perundang-undangan. Ada yang
terletak di bidang hukum pidana, hukum perdata, dan hukum administrasi,
yang penerapan, penafsiran serta penilaian terhadap faktanya adalah di bidang
kesehatan atau pun medis.
DAFTAR PUSTAKA

Awalananda, R., & Rusdiana, E. (2019). EFEKTIVITAS PENEGAKAN


HUKUM TERHADAP PENCEMARAN UDARA DI KECAMATAN
GRESIK DAN KECAMATAN KEBOMAS. NOVUM: JURNAL
HUKUM, 6(3).

Murdomo, J. S., Raharja, S., & Nurhidayah, K. (2021, December). Kajian Hukum
Terhadap Polusi Udara Dari Emisi Gas Buang Angkutan Trans
Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional deHAP.

Habbie Ilma Adzim, S. ST. Dasar-Dasar K3 Juni 26,2021

LB3.html#:~:text=Berdasarkan%20Undang%2Dundang%20Republik
%20Indonesia,Nomor%2018%20tahun%201999%20Jo
https://dlhk.bantenprov.go.id/read/article/35/LIMBAH-BAHAN-
BERBAHAYA DAN-BERACUN

https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/6574/PP0181999.htm

Sudiyanto, Henry. Etika dan hukum keperawatan. 2019. STIKes majapahit


Mojokerto

Lestari,s. & Djanggih, H.(2019). Urgensi Hukum Perizinan Dan Penegakannya


Sebagai Sarana Pencemaran Lingkungan Hidup. Masalah-masalah
hukum, 49(2), 147-163
Menjaga Kesehatan Lingkungan. Diakses tanggal 27 November 2022, dari
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/dokumen/Menjaga
%20Kesehatan%20Lingkungan.pdf
NOTARIUS, Volume 13 Nomor 1 (2020) E-ISSN:2686-2425 ISSN: 2086-1702 -
1702
▪ Edisi 08 Nomor 2 September (2015)
▪ tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber
Radioaktif.

Anda mungkin juga menyukai