Anda di halaman 1dari 32

Tugas Biomedik (Anatomi & Fisiologi)

“SISTEM ENDOKRIN”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5
Paramita J1A121176
Rangga hardianto J1A121181
Rispan Bunga Pasulu' J1A121186
Sasmita Wulan Dari J1A121192
Sindy Syahrani Sonimin J1A121197
Sri Rahayuningsi Apu J1A121203
Syima Syahira J1A121209
Veutikia Valensia J1A121214
Wa Ode Nur Silmi J1A121222
Waode Dhiva Rafidah Palaido J1A121227

Dosen Pembimbing
Renni Meliahsari, S.Si., M.Si.

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang “Sistem Endokrin”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik
(Anatomi dan Fisiologis), yang telah di berikan oleh dosen Renni Meliahsari, S.Si.,
M.Si. Selain itu makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem
Endokrin. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat dilakukan perbaikan pada makalah.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Perkembangan Budaya
Keselamatan Kerja Pesisir ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Kendari, 15 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Definisi Sistem Endokrin ..............................................................................3

B. Fungsi Dasar Sistem Endokrin ......................................................................4

C. Kelenjar Utama Sistem Endokrin..................................................................6

D. Mekanisme Hormon Kelenjar Yang Dihasilkan Sistem Endokrin .............13

E. Gangguan Sistem Endokrin.........................................................................19

F. Pencegahan Penyakit Pada Sistem Endokrin ..............................................23

BAB III PENUTUP ..............................................................................................27

A. Kesimpulan .................................................................................................27

B. Saran............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon endokrin dan organ-
organ yang terlibat dalam pelepasan hormone endokrin secara klasik, hormone
dideskripsikan sebagai penyampai pesan (messenger) kimiawi, yang
dilepaskan dan bekerja pada lokasi yang jauh dari tempat pelepasannya. Saat
ini telah jelas bahwa terdapat hubungan erat antara hormone dan faktor-faktor
lain seperti neurotransmitter dan faktor pertumbuhan yang bekerja dengan cara
parakrin atau autokrin. Hormon bersifat esensial untuk mempertahankan fungsi
fisiologis yang normal dan gangguan hormonal muncul pada semua tahap
kehidupan manusia. Dengan demikian, ahli endokrinologi klinis merawat
pasien pada segala usia dengan berbagai jenis gangguan.
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang
disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid
yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Kelenjar endokrin dalam tubuh
terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar
tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang
membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya.
Sistem endokrin menggunakan hormon untuk mengendalikan dan mengatur
fungsi tubuh seperti sistem saraf menggunakan sinyal listrik kecil. Kedua
sistem ini saling berinteraksi di otak dan saling melengkapi tetapi kecepatan
bekerja keduanya berbeda. (Philip E.P, 2001). Jika kelenjar endokrin
mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi
tinggi atau rendah sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk itu agar dapat

1
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur
dalam batas-batas yang tepat. (Philip E.P, 2001)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik
(Anatomi dan Fisiologi) dan Untuk menambah pengetahuan mengenai sistem
endokrin dimana sistem endokrin ini terdiri dari definisi sistem endokrin,
struktur sistem endokrin, fungsi kelenjar endokrin, mekanisme hormon
endokrin dan gangguan sistem endokrin maka disusun makalah yang berjudul
“Sistem Endokrin” ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
2. Bagaimana fungsi dasar sistem endokrin?
3. Apa saja kelenjar utama sistem endokrin?
4. Bagaimana mekanisme hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
utama sistem endokrin?
5. Apa saja gangguan sistem endokrin?
6. Bagaimana cara pencegahan gangguan sistem endokrin?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi sistem endokrin
2. Untuk mengetahui fungsi dasar sistem endokrin
3. Untuk mengetahui macam-macam kelenjar utama sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui mekanisme hormon-hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar utama sistem endokrin.
5. Untuk mengetahui gangguan sistem endokrin.
6. Untuk Mengetahui cara pencegahan gangguan sistem endokrin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin merupakan sistem
yang unik karena terdiri dari kelompok berbagai kelenjar atau jaringan yang
tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar tubuh memiliki fungsi baik eksokrin atau
endokrin. Kelenjar eksokrin, termasuk kelenjar keringat dan kelenjar lakrimal,
bertanggung jawab untuk mengeluarkan zat langsung ke saluran yang
mengarah ke daerah sasaran. Endokrin Istilah (endo-dalam, Crin-
mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk oleh kelenjar secara
langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke jaringan target,
dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut hormon, yang
merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas organ, sistem,
atau kelenjar lain di bagian tubuh lain (White, Duncan, & Baumle, 2013).
Hormon juga memainkan peran penting dalam mengatur proses
homeostasis seperti: metabolism, tumbang, keseimbangan cairan dan elektrolit,
proses reproduksi, dan siklus bangun dan tidur (Timby & Smith, 2010).
Umumnya, hormon ini diproduksi oleh kelenjar endokrin, tetapi beberapa juga
diproduksi oleh jaringan lain. mukosa Gastrointestinal (GI) menghasilkan
hormon (misalnya, gastrin, enterogastrone, secretin, cholecystokinin) yang
penting dalam proses pencernaan; ginjal menghasilkan erythropoietin, suatu
hormon yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah;
dan sel-sel darah putih memproduksi sitokin (protein menyerupai hormon)
yang aktif berpartisipasi dalam respon inflamasi dan kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf memiliki hubungan yang unik
dengan sistem endokrin. Porth & Matfin, (2009) menyampaikan bahan kimia
seperti neurotransmitter (misalnya, epinefrin) yang dirilis oleh Sistem saraf,
juga dapat berfungsi sebagai hormon bila diperlukan. Sistem kekebalan tubuh

3
merespon pengenalan asing agen dengan cara pembawa pesan kimiawi
(sitokin), yang berupa protein menyerupai hormon, dan diatur adrenal
kortikosteroid hormon (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever, 2010) Saraf dan
sistem endokrin bertindak bersama-sama untuk mengkoordinasikan fungsi
semua sistem tubuh. Ingat bahwa sistem saraf bekerja melalui impuls saraf
(potensial aksi) yang dilakukan di sepanjang akson neuron. Pada sinaps, impuls
saraf memicu pelepasan mediator (utusan) molekul yang disebut
neurotransmitter.
Sistem endokrin juga mengontrol aktivitas tubuh dengan melepaskan
mediator, yang disebut hormon, tetapi alat kontrol dari dua sistem yang sangat
berbeda. Tanggapan dari sistem endokrin sering lebih lambat daripada respon
sistem saraf; meskipun beberapa hormon bertindak dalam hitungan detik,
sebagian besar berlangsung beberapa menit atau lebih untuk menghasilkan
sebuah respon. Efek dari sistem aktivasi saraf umumnya lebih singkat
dibandingkan sistem endokrin. Sistem saraf bekerja pada otot-otot dan kelenjar
tertentu. Pengaruh sistem endokrin jauh lebih luas; membantu mengatur
hampir semua jenis sel tubuh. (Tortora & Derrickson, 2014).

B. Fungsi Dasar Sistem Endokrin


Sistem endokrin berperan dalam mempertahankan dan pengaturan
fungsi-fungsi yang sangat penting misalnya : reaksi terhadap cedera dan stress,
reproduksi, tumbuh dan kembang, homeostatik ionik dan metabolisme.
Apabila terjadi stress atau gangguan, sistem endokrin terpacu melalui
reaksi yang berantai yang digunakan untuk mempertahankan hidup.
Mekanisme utama yang berperan pada proses ini adalah sumbu (aksis)
hipotalamus-hipofisis-adrenal. Tanpa sistem endokrin akan terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, dan proses ini juga melibatkan sistem
endokrin dan susunan saraf pusat yaitu sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad.
Sistem endokrin berperan penting dalam mempertahankan hemostasis
ionik. Sistem endokrin mempunyai peranan dalam mengatur lingkungan
interna melalui keseimbangan kalium, natrium, air dan asam basa. Hormon

4
aldosteron dan antideuretik bertanggung jawab atas fungsi ini. Endokrin juga
berfungsi mengatur konsentrasi kalium. Kalsium dibutuhkan tubuh untuk
mengatur beberapa reaksi biokimia didalam sel dan untuk mengaktifkan saraf
dan fungsi sel otot secara normal. Kelenjar paratiroid mempunyai fungsi untuk
mengatur keseimbangan kalsium.
Pada akhirnya sistem endokrin berperan sebagai regulator dalam
metabolisme energi. Peningkatan basal metabolisme terjadi karena peran
hormon tiroid dan energi tersedia bagi sel-sel melalui kerja terintegrasi
hormon-hormon gastrointestinal dan pankreas.
Secara umum Fungsi hormone (Tortora & Derrickson, 2014)
1 Membantu mengatur:
a. Komposisi kimia dan volume cairan intersisial
b. Metabolism dan keseimbangan energi
c. Kontraksi otot halus dan jantung
d. Sekresi kelenjar
e. Aktivitas sistem kekebalan tubuh
2. Control tumbuh dan kembang
3. Pengontrol sistem reproduksi
4. Membantu membentuk ritme sirkandian
Hormone membantu mengatur fungsi organ bersama sistem syaraf.
Sistem regulasi ganda ini, dimana sistem syaraf lebih cepat mempengaruhi
organ dibanding sistem hormone. Sehingga menghasilkan control yang tepat
bagi fungsi tubuh. Kelenjar-kelenjar endokrin terdiri dari sel sekretori disusun
dalam cluster disebut acini. Tidak ada salurannya tersendiri, namun kelenjar
memiliki yang kaya akan suplai darah sehingga hasil produk hormone bisa
masuk melalui pembuluh darah dengan cepat. Dalam keadaan fisiologis yang
sehat, konsentrasi hormone dalam aliran darah dipertahankan pada tingkat
relative konstan. Negative feedback /umpang balik negative adalah mekanisme
untuk mengatur konsentrasi hormone dalam darah. ketika konsentrasi hormone
meningkat, produksi hormone akan dihambat. Sebaliknya, ketika konsentrasi
hormone berkurang, maka produksi hormone akan lebih ditingkatkan.

5
Hormone pada umumnya diangkut dalam cairan tubuh, dan jumlah hormone
tertentu yang bersikulasi pada tubuh maka akan disesuaikan (Smeltzer et al.,
2010).

C. Kelenjar Utama Sistem Endokrin


Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar utama, yaitu :
1. Kelenjar Hipofisis
Gland hipofisis berada di bawah Cerebrum. Gland hipofisis
identik dengan master gland sehingga berfungsi mengatur metabolisme
endokrin.
a) Lobus Anterior Hipofisis
Lobus anterior hipofisis mensekresi hormon seperti:
1) STH. Merupakan hormon pertumbuhan (GH) berfungsi
dalam pertumbuhan.
2) LTH. Identik dengan prolaktin. Berfungsi mensekresi
kelenjar montgomery untuk memproduksi ASI
3) TSH. Berfungsi mensekresi gland tiroid.
4) ACTH. ACTH berfungsi mensekresi gland korteks adrenal.
5) GH. Mensekresi FSH dan LH, FSH pada pria
mempengaruhi spermatogenesis, sedangkan pada wanita
berfungsi untuk mensekresi pematangan folikel di indung
telur.
b) Lobus Intermedia Hipofisis
Memproduksi melanocyte stimulating hormon (MSH).
berguna mengendalikan warna kulit.
c) Lobus Posterior Hipofisis
Memproduksi 2 hormon seperti vasopresin berpengaruh
pada tensi. Oksitosin berpengaruh pada proses persalinan.

6
Gambar 3.3 : Hipofisis

2. Hypothalamus
Hypothalamus sebenarnya adalah bagian dari otak yang
mensekresi hormon. Untuk menstimulasi kelenjar hipofisis untuk
mensekresi bahkan. menghentikan produksi hormon. Hypothalamus
mensekresi hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Menstimulasi
kelenjar pituitari, disimpan dan siap digunakan. Hormon antidiuretik
memerintahkan ginjal untuk memproduksi urine lebih pekat.
Sedangkan hormon oksitosin mempengaruhi kontraksi uterus, pada saat
proses persalinan. Hipotalamus serta hipofisis berada di dekat otak
bawah. (Syamsuri Istamar, 2014).

Gambar 3.4 : hypotalamus

3. Kelenjar Tiroid (gland gondok)


Gland tiroid berada di kiri-kanan trakea sekitar faring. Berfungsi
mensekresi hormon tiroksin tridotironin, serta kalsironin. Hormon ini
akan berpengaruh metabolisme sel,berpengaruh pertumbuhan serta
perubahan tiroksin. Hipersekresi tiroksin orang dewasa menyebabkan
morbus basedow. Sign hipertiroid sebagai berikut : metabolisme
meningkat, denyut jantung cepat, gugup, emosional, kelopak mata
melebar, serta bola mata menonjol. Hiposekresi tiroksin orang dewasa

7
menyebabkan miksedemia. Sign hiposekresi tiroksin obesitas dan
kecerdasan menurun. Sedangkan hipersekresi tiroid anak menyebabkan
gigantisme. Hiposekresi tiroksin anak menyebabkan kerdil dan
retardasi mental.
Hormon tiroksin berisi yodium. Sehingga jika kadar yodium
rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan pembengkakan gland
tiroid. Hal itu terjadi karena gland tiroid bekerja memproduksi tiroksin
dimana kondisi kekurangan yodium. Sehingga terjadi pembengkakan
gland tiroid (penyakit gondok). Hormon kalsitonin untuk homeostasis
dimana lion kalsium (Ca2+) di darah. Jika ion Ca2+ naik, hormon
kalsitonin akan naik sehingga ion Ca2+ berada masuk di sistem rangka.

4. Kelenjar Paratiroid (Gland Anak Gondok)


Berada pada dorsal gland tiroid. Berfungsi mensekresi hormon
parathormon yang mengatur pertukaran kalsium dan fosfor pada darah.
kadar kalsium di darah rendah, maka parathormon dapat mempengaruhi
zat kapur pada tulang sehingga masuk ke dalam darah menjadi ion
Ca2+.
Apabila terjadi hipersekresi parathormon dalam darah naik akan
menyebabkan pengendapan zat kapur (penyebab batu ginjal). Dan jika
terjadi hiposekresi parathormon akan mengakibatkan penyakit tetanus
(Philip E.P, 2001).

8
5. Gland Suprarenalis (Kelenjar Anak Ginjal atau Gland adrenal)
Gland suprarenalis ini terbagi 2 segmen seperti korteks serta
medulla.
1) Korteks / kulit memproduksi :
a. Mineralo kortikoid berperan menyerap ion Na dalam darah
dan reabsorpsi air di organ ginjal.
b. Gluko kortikoid berfungsi meningkatkan level glikogen.
c. Androgen dan gland gonad mempengaruhi sifat sex
sekunder pria.
2) Medula/ditengah memproduksi hormon adrenalin dan epinefrin
yang berguna untuk:
a. Meningkatkan denyut jantung, mengecilkan pembuluh
darah dan kelenjar mukosa.
b. Menurunkan kerja otot trakhea untuk melonggarkan
pernafasan.
c. Meningkatkan glukosa dan mempengaruhi proses
pemecahan glikogen dalam hati atau glikogenesis. (Evelyn
C, 2012).

Gambar 3.6 : kelenjar suprarenalis

9
6. Kelenjar Pineal
Kelenjar Pineal juga disebut badan pineal, epiphysis cerebri,
epiphysis, conarium atau "Mata ketiga") adalah sebuah kelenjar
endokrin pada otak vertebrata. Kelenjar ini memproduksi serotonin
turunan dari melatonin, sebuah hormon yang mempengaruhi modulasi
pola bangun/tidur dan fungsi musiman. Bentuknya mirip dengan sebuah
buah pohon cemara mungil (namanya karenanya), dan dia terletak dekat
dengan pusat otak, di antara dua belahan, terselip di sebuah alur di mana
dua badan thalamus bulat bergabung.
Kelenjar pineal adalah kelenjar biji pinus berbentuk kecil dari
sistem endokrin. Sebuah struktur diencephalon dari otak, kelenjar
pineal menghasilkan hormon melatonin. Melatonin mempengaruhi
perkembangan seksual dan siklus tidur- bangun. Kelenjar pineal terdiri
dari sel yang disebut pinealocytes dan sel-sel dari sistem saraf yang
disebut sel glial. Kelenjar pineal menghubungkan sistem endokrin
dengan sistem saraf dalam hal mengkonversi sinyal saraf dari sistem
simpatik dari sistem saraf perifer menjadi sinyal hormon. Seiring
waktu, deposito kalsium membangun-up di pineal dan akumulasi dapat
menyebabkan kalsifikasi pada orang tua.

Gambar 3.1 : Pineal gland

7. Kelenjar Timus
Gland timus berfungsi menyimpan hormon somatotropin atau
hormon pertumbuhan di masa pertumbuhan. Gland timus tidak
berproduksi diusia dewasa (Rubin, M. R. & J. Sliney Jr. 2014).

10
Gambar 3. 5 : gland timus

8. Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar pipih dengan
panjang sekitar 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm. Pankreas terletak di
belakang dan sedikit di bawah lambung dalam abdomen. Pankreas
terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan
dihubungkan oleh dua saluran pankreas ke duodenum (usus 12 jari).
Berfungsi mensekresi hormon insulin. Hormon insulin berperan dalam
merubah gula menjadi glikogen di dalam hati dan otot. Jika terjadi
hiposekresi insulin mengakibatkan diabetes mellitus.
Pankreas adalah baik sebagai endokrin dan organ eksokrin. Ia
melepaskan enzim tertentu untuk membantu pencernaan dikirim ke
usus melalui saluran pankreas. Endokrin pankreas juga melepaskan
hormon seperti insulin dan glukagon, hormon yang sebagian besar
berhubungan dengan metabolisme glukosa, ke dalam aliran darah.
Fungsi dari sistem endokrin. berapa peran sistem endokrin
meliputi:
1) Pertumbuhan
2) Perbaikan
3) Reproduksi seksual
4) Pencernaan
5) Homeostasis (keseimbangan internal konstan).

11
9. Kelenjar Seks (Gonad)
a. Gland Seks Pria (Testis)
Gland sex terbagi 2 yakni pria - wanita. Gland sex pria (buah
zakar) berfungsi memproduksi sperma, hormon androgen, juga
testosteron. Hormon androgen dan testoteron berperan
mensekresi sperma, mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan karakteristik seks sekunder pada pria. Testosteron
berfungsi pada pertumbuhan remaja, proses spermatogenesis,
berefek negatif pada sekresi LH (Evi L. D. 2014).

Gambar 3.7 : kelenjar endokrin

b. Kelenjar Sex Wanita (Ovarium)


Ovarium mensekresi hormon estrogen, hormon
progesteron, serta ovum. Estrogen berfungsi mensekresi
pertumbuhan dan perkembangan endometrium, serta organ sex
sekunder wanita. Peran progesteron sebagai pengatur
pertumbuhan dan perkembangan plasenta, menghambat sekresi
FSH, dan melancarkan ASI (Syaifuddin, 2016).

12
D. Mekanisme Hormon Kelenjar Yang Dihasilkan Sistem Endokrin
Hormon adalah zat kimia yang dibuat oleh sel-sel khusus kelenjar
endokrin untuk memengaruhi berbagai sistem dan proses yang terjadi di dalam
tubuh. Zat kimia ini akan dilepaskan ke aliran darah untuk mengirimkan pesan
ke jaringan dan organ dalam tubuh manusia. Karena fungsinya ini, hormon
sering disebut sebagai “pembawa pesan kimia”. Fungsi tubuh manusia sangat
bergantung pada kerja kelenjar endokrin. Perubahan sedikit saja pada zat kimia
tubuh bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan hormon
dalam tubuh. Hormon hanya akan bertindak pada bagian tubuh jika itu 'cocok
Hormon dapat dianggap sebagai kunci, dan situs target (seperti organ) telah
membentuk gembok pada dinding sel khusus. Jika hormon sesuai dengan
dinding sel, maka akan bekerja. Hormon-hormon dapat memicu kaskade jalur
sinyal lain dalam sel menyebabkan efek langsung (misalnya, sinyal insulin
menyebabkan penyerapan yang cepat glukosa ke dalam sel-sel otot) atau efek
yang lebih tertunda (glukokortikoid mengikat unsur-unsur DNA dalam sel
untuk beralih pada produksi protein tertentu, yang membutuhkan waktu untuk
menghasilkan.
Sebagai pembawa pesan kimia, hormon menjalankan dua jenis
komunikasi, yakni antara dua kelenjar endokrin serta antara kelenjar endokrin
dengan organ tubuh. Komunikasi antara dua kelenjar endokrin terjadi ketika
kelenjar endokrin melepaskan zat kimia tertentu untuk merangsang pelepasan
hormon pada kelenjar endokrin yang lain.
Sementara itu, komunikasi antara kelenjar endokrin dan organ tubuh
terjadi saat pelepasan zat dari kelenjar endokrin membuat suatu organ
menjalankan fungsinya. Interaksi kompleks antara kelenjar endokrin, hormon-
hormon, dan organ tubuh inilah yang dikenal dengan sebutan sistem endokrin.
Hormon dilepaskan kemudian berpengaruh pada organ-organ lain. Efek
ini pada organ yang diumpan (feed) kembali ke sinyal asli untuk
mengendalikan pelepasan hormon lebih lanjut. Kelenjar pituitari terkenal
dengan loop umpan baliknya. Kelenjar utama sistem endokrin meliputi:

13
1 Kelenjar hipofisis
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan hormon-hormon berikut dan
melepaskannya ke aliran darah.
• Hormon adrenokortikotropik (ACTH): merangsang produksi
hormon pada kelenjar adrenal.
• Hormon perangsang folikel (FSH) dan luteinizing
hormone (LH): bekerja sama satu sama lain sebaga pengatur atas
fungsi ovarium dan testis.
• Hormon pertumbuhan (GH): mengatur pertumbuhan manusia,
terutama pada tahun awal kehidupan. Hormon ini membantu
menjaga komposisi tubuh yang sehat pada anak-anak serta
menyeimbangkan distribusi lemak dan menjaga kesehatan tulang
dan otot pada orang dewasa.
• Prolaktin: membantu merangsang produksi ASI pada wanita.
Hormon ini juga memiliki efek terhadap aktivitas seksual yang
berbeda pada pria dan wanita.
• Hormon perangsang tiroid (TSH): merangsang kelenjar
tiroid untuk memproduksi hormon tiroid.
Sementara itu, kelenjar hipofisis posterior menghasilkan hormon
berikut untuk disimpan sebelum dilepaskan ke aliran darah.
• Hormon antidiuretik (ADH): merangsang ginjal untuk
meningkatkan penyerapan air dalam darah sehingga mengurangi
jumlah urine yang keluar.
• Oksitosin: memengaruhi proses persalinan dan kondisi tubuh ibu
setelah melahirkan, seperti produksi ASI selama menyusui.

14
2. Hipotalamus
Beberapa hormon terpenting yang diproduksi oleh hipotalamus, antara
lain:
• Hormon pelepas kortikotropin (CRH). CRH terlibat dalam
respons tubuh terhadap stres fisik dan emosional. Ini memberi
sinyal pada kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon yang
disebut hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH memicu
produksi hormon kortisol, yakni hormon stres.
• Hormon pelepas tirotropin (TRH). Produksi TRH merangsang
kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon perangsang tiroid
(TSH). TSH berperan penting dalam fungsi banyak bagian tubuh,
seperti jantung, saluran pencernaan, dan otot.
• Gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Produksi GnRH
merangsang kelenjar pituitari menghasilkan hormon reproduksi
penting, seperti hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon
luteinizing (LH).
• Oksitosin. Hormon ini mengontrol banyak perilaku dan emosi
penting, salah satunya gairah seksual. Selain itu, hormon ini juga
terlibat dalam beberapa fungsi sistem reproduksi, yakni dalam
melahirkan dan menyusui.

15
• Vasopresin. Hormon ini disebut juga sebagai hormon
antidiuretik (ADH), yakni hormon mengatur kadar air dalam
tubuh. Ketika vasopresin dilepaskan, ini memberi sinyal
pada ginjal untuk menyerap air.
• Somatostatin. Fungsi dari hormon yang dihasilkan hipotalamus
ini adalah menghentikan kelenjar pituitari melepaskan hormon
tertentu, termasuk hormon pertumbuhan dan hormon perangsang
tiroid.
Selain menghasilkan hormon, wilayah anterior juga memiliki
banyak fungsi lainnya, yaitu mengatur suhu tubuh normal melalui
keringat, mempertahankan ritme sirkadian atau jam biologis tubuh tetap
normal, sehingga membuat Anda bisa terjaga di siang hari dan tidur di
malam hari
Poros hipotalamus-hipofisi digambarkan sebgai suatu jeram,
Pengaturan umpan balik balik negatif, alur panjang dan pendek dalam
upaya lebih aktif yang paling akhir yaitu yang dipengaruhi oleh hipofisi
anterior.

3. Hormon lipofilik dan hormon tiroid


Kelenjar tiroid bertugas memproduksi tiga hormon penting bagi tubuh.
Hormon tersebut antara lain Triiodothyronine (T3), Tiroksin (T4), dan
Kalsitonin. Hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid sangat
penting agar sel menjalankan fungsinya dengan benar. Masing-masing
hormon memiliki peranannya sendiri, berikut adalah penjelasannya.

16
a. Hormon tiroksin (T4), Hormon Pertama yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid adalah hormon tiroksin atau disebut dengan T4.
Fungsi utamanya adalah untuk mengatur metabolisme tubuh.
Hampir semua sistem tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroksin ini.
Oleh karena itu, kadar hormon tiroksin ini harus berada dalam
keadaan normal untuk bisa menjaga kesehatan tubuh.
b. Hormon triiodothyronine (T3). Selanjutnya, hormon kedua yang
diproduksi oleh kelenjar tiroid adalah hormon triiodothyronine.
Hormon triiodothyronine adalah bentuk aktif dari hormon tiroid.
Sekitar 20% hormon triiodothyronine disekresikan langsung ke
dalam aliran darah oleh kelenjar tiroid. Sisanya 80% dihasilkan
dari konversi tiroksin oleh organ seperti hati dan ginjal.
c. Hormon kalsitonin. Hormon terakhir yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid adalah kalsitonin. Kalsitonin dibuat oleh sel-C di
kelenjar tiroid. Kalsitonin adalah hormon yang dibuat dan
dilepaskan oleh kelenjar tiroid untuk membantu mengatur kadar
kalsium dalam darah dengan cara menurunkannya.
Kelenjar tiroid akan melepaskan hormon kalsitonin berdasarkan
tingkat kalsium dalam darah Anda. Ketika kadar kalsium dalam
darah meningkat, kelenjar tiroid akan melepaskan kalsitonin
dalam jumlah lebih tinggi. Sebaliknya, ketika kadar kalsium
darah menurun, maka kelenjar tiroid akan menurunkan jumlah
produksi kalsitonin yang akan dilepaskan.

4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid hanya menyekresi satu hormon saja, yaitu
parathormon. Parathormon berfungsi mengendalikan kadar kalsium
dalam darah.
Kelainan pada kelenjar paratiroid salah satunya yaitu hipersekresi
parathormon. Hipersekresi parathormon memicu pelepasan kalsium

17
dari tulang ke darah, sehingga kadar kalsium darah menjadi tinggi
namun tulang menjadi rapuh.
Selain itu, ada pula hiposekresi parathormon yang dapat
mengakibatkan kadar kalsium dalam darah menurun, sehingga
menyebabkan sensitivitas sel saraf semakin meningkat dan memicu
kejang.

5. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kulit
(korteks) dan bagian dalam (medula). Hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar ini beserta dengan fungsinya dapat dilihat pada infografik
berikut.

6. Kelenjar Pankreas
Ada organ pankreas, tersebar kelompok kecil sel-sel yang kaya
akan pembuluh darah. Kelompok kecil sel-sel inilah yang disebut
sebagai kelenjar pankreas atau pulau-pulau Langerhans. Kelenjar
pankreas menghasilkan dua hormon yaitu insulin dan glukogen

18
7. Kelenjar timus
Kelenjar timus terdiri atas dua lobus berwarna kemerah-merahan.
Pada bayi yang baru lahir, bentuk kelenjar timus sangat kecil, beratnya
hanya sekitar 10 gram. Kemudian, ukurannya akan bertambah besar
pada masa remaja/pubertas, menjadi sekitar 30-40 gram. Namun,
setelah dewasa kelenjar timus akan berangsur-angsur menyusut.
Hormon yang disekresikan oleh kelenjar timus dapat kamu lihat
pada infografik berikut.

8. Kelenjar gonald
Kelenjar gonad dibedakan menjadi kelenjar gonad pada wanita
dan kelenjar gonad pada pria. Kelenjar gonad pada wanita
yaitu ovarium, sedangkan kelenjar gonad pada pria yaitu testis.
Hormon yang dihasilkan kelenjar ini dapat dilihat dalam infografik
berikut.

E. Gangguan Sistem Endokrin


1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme tubuh
dengan naiknya gula darah (hiperglikemia) karena kekurangan
hormon insulin. Yang mungkin juga terjadi karena hormon
insulin tidak bekerja dengan semestinya. Diabetes mellitus

19
sendiri dibagi menjadi dua, yakni karena gangguan autoimun
karena kelenjar pankreas tidak dapat mensekresi hormon insulin
yang biasa disebut dengan diabetes tipe 1, Sementara diabetes tipe
2 terjadi karena tubuh seseorang tidak menerima insulin dalam jumlah
yang cukup sehingga fungsinya tidak optimal yang menjadikan
tubuh kurang peka terhadap insulin (terjadi resistensi insulin).
Dari dua tipe penyakit diabetes mellitus diatas, yang sering
terjadi adalah diabetes tipe 2 yang awal mulanya disebabkan karena
pola hidup yang kurang sehat.

2. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit
yang disebabkan oleh gangguan tingkat sirkulasi pada hormon
ADH (anti-diuretic hormone) yang berfungsi untuk mengatur cairan
dalam tubuh. Hormon ADH ini adalah hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis posterior. Penyebab utama terjadinya
diabetes inspidus ini adalah produksi hormon ADH berkurang
atau ketika ginjal kurang merespon terhadap hormon ADH yang ada
dan berakibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan urin yang
dihasilkan menjadi tidak pekat.

3. Hipotiroid
Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya
hormon tiroksin yang diproduksi dari kelenjar tiroid. Hipotiroid
menyebabkan beberapa kelainan pada tubuh karena hormon dari
kelenjar tiroid ini bertugas mengatur metabolisme dalam
tubuh. Apabila terjadi kekurangan hormon, maka fungsi metabolisme
tubuh tidak berjalan sebagaimana mestinya. Akibat dari hipotiroid
ini seperti berat badan meningkat tanpa alasan yang jelas, sangat
mudah lelah, kurangnya kesadaran diri (merasa bingung) dan mudah
lupa. Jika hipotiroid ini terjadi karena penyakit bawaan lahir, maka

20
akan terjadi kretinisme, dimana perkembangan fisik dan mental
pada masa anak-anak menjadi terhambat. kretinisme pada anak ini
dapat ditandai dengan tubuhnya yang kecil, bentuk kepala yang agak
menonjol, tangan dan kaki pendek, dimana gejala-gejalanya mirip
dengan dwarfisme. Pada orang dewasa, gejala yang terlihat adalah
wajah yang terlihat sembab, dan juga rambut yang rontok ketika
menderita hipotiroid.

4. Hipertiroid
Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana
apa bila hipotiroid disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon
pada kelenjar tiroid, maka hipertiroid adalah terlalu banyaknya
hormon tiroid yang dihasilkan. Pada kebanyakan kasus yang terjadi
hipertiroid. Penyebab utamanya adalah penyakit graves. Penyakit
graves sendiri merupakan penyakit auto-imun dimana tubuh
memproduksi TSI (thyroid stimulating immunoglobulin) juga
dikenal sebagai LATS (long-acting thyroid stimulator), yang
merupakan antibodi yang menuju reseptor TSH (thyroid stimulating
hormon) pada sel tiroid.

5. Penyakit Addison
Penyakit Addison merupakan penyakit yang terdapat pada
kelenjar adrenal. Hal ini karena korteks adrenal menghasilkan hormon
yang terlalu sedikit dari seharusnya. Penyebab utama pada penyakit
addison ini merupakan kelainan autoimun dimana terjadi kesalahan
pada produksi hormon aldosteron dan kortisol yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal menjadi terlalu sedikit. Selain hal tersebut penyebab
lain dari penyakit addison ini berasal dari kondisi kelenjar pituitari
yang kurang memproduksi hormon adrenokortikotropik (ACTH),
dimana yang berakibat pada kurangnya hormon kortisol saja, karena
sekresi hormon aldosteron ini tidak bergantung pada ACTH.

21
6. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi
yang berlebih dari hormon kortisol. Penyebab sindrom Cushing
ini ada tiga, yang pertama adalah karena rangsangan yang terlalu
berlebih dari korteks adrenal dengan jumlah hormon CRH dan/atau
ACTH yang berlebih. Kedua yaitu karena terdapat tumor pada
kelenjar adrenal yang mengakibatkan kesulitan dalam mensekresi
kortisol ACTH. Yang terakhir adalah karena terdapat tumor yang
mensekresi hormon ACTH selain dari kelenjar pituitari, yang
biasanya terdapat pada paru-paru. Selain ketiga faktor diatas,
konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid juga bisa memicu
sindrom cushing ini. Sindrom Cushing ini dapat diketahui dengan
mudah apabila seorang pasien memang mengonsumsi obat yang
mengandung kortikosteroid sejak lama. Gejala seperti membulatnya
wajah, munculnya guratan-guratan pada tubuh, serta penumpukan
lemak merupakan gejala yang terlihat dari penderita sindrom
Cushing.

7. Sindrom Adrenogenital
Sekresi hormon androgen yang terlalu berlebih
menyebabkan penyakit sindrom adrenogenital ini. Hormon
androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini merupakan hormon
yang lebih mempengaruhi pria. Apabila seorang wanita
menghasilkan hormon androgen yang terlalu berlebih maka akan
berakibat wanita tersebut bisa mempunyai ciri-ciri fisik seperti laki-
laki. Pada pria, kelebihan hormon androgen ini akan sulit dideteksi
kecuali pada pria ketika masih dalam masa puber dimana terjadi
pembesaran suara, pertumbuhan jenggot, dan munculnya hasrat
berhubungan. Kelebihan androgen pada pria dewasa bisa tidak
terlalu berpengaruh karena hormon ini merupakan hormon untuk pria

22
F. Pencegahan Penyakit Pada Sistem Endokrin
1. Diabetes melitus
Penyebab diabetes melitus tipe 1 belum diketahui secara pasti.
Namun kondisi ini berkaitan dengan penyakit autoimun, kelainan
genetic dan faktor keturunan. Oleh karena belum diketahui secara pasti,
maka pencegahan belum dapat dipastikan. Sedangkan diabetes melitus
tipe 2 diketahui berkaitan dengan faktor genetik, pola hidup tidak sehat,
obesitas dan resistensi insulin. Upaya pencegahan dini dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1) Menerapkan pola makan sehat dengan membatasi konsumsi
makanan dan minum yang tinggi gula,kalori dan lemak seperti
makanan olahan, kue, es krim dan makanan cepat saji. Asupan
gula per hari 40 gr atau 9 sendok teh. Sebagai ganti perbanyak
konsumsi buah, sayuran, kacang dan biji bijian yang banyak
mengandung serat dan karbohidrat komplek, susu,yogurt dan
minum air putih dan mengurangi porsi makan dan sarapan pagi
sangat penting.
2) Menjalani olahraga secara rutin. Olahraga rutin dapat membantu
tubuh menggunakan insulin dengan lebih efektif 30 menit setiap
hari.
3) Menjaga berat badan ideal. Berat badan ideal ditentukan oleh
kalkulator BMI (Body Mass index) Jika melebihi batas normal
berarti obesitas.berat badan ideal dengan mengimbangi olahraga
dengan pola makan yang sehat selain itu menurunkan berat badan
bila sudah obesitas.
4) Mengelola stress dengan baik. Stres yang tidak dikelola dengan
baik dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus, karena
saat mengalami stres tubuh akan mengeluarkan hormon stres
(kortisol) yang dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.Stres
cenderung mudah lapar dan melampiaskan pada makanan atau
ngemil berlebihan.

23
5) Melakukan pengecekan gula darah secara rutin. Tes gula darah
dengan berpuasa 10 jam. Tes dini untuk mengecek gula darah satu
tahun sekali. Bila beresiko tinggi misalnya umur 40 tahun keatas,
memiliki riwayat penyakit jantung,stroke,obesitas, anggota
keluarga diabetes melitus mengecekan sesering mungkin.
Disamping itu menghilangkan kebiasaan tidak sehat seperti
berhenti merokok, meminum alkohol dan tidur cukup 7 jam
dalam sehari.

2. Hipotiroid
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi baru lahir
merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan generasi lebih baik.
Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir (Neonatal screening)
adalah tes yang dilakukan pada bayi yang berumur beberapa hari untuk
yang memilih bayi yang menderita kelainan kongenital dari bayi yang
sehat. Skrining bayi baru lahir dapat mendeteksi adanya gangguan
kongenital sedini mungkin, sehingga bila ditemukan dapat segera
dilakukan intervensi secepat mungkin (Kemenkes RI, 2015)
Hipotiroid kongenital sangat jarang memperlihatkan gejala klinis
pada awal kehidupan, sehingga pengobatan sering terlambat.
Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan anak akan
mengalami keterbelakangan mental dengan intelligence quotient (IQ)
dibawah 70 (Kemenkes RI,2014)

3. Hipertiroid
Hipertiroidisme terjadi saat dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya untuk penderitanya, yaitu krisis tiroid atau thyroid storm.
a. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang
b. Berolahraga secara teratur
c. Mengelola stress dengan baik
d. Tidak merokok

24
4. Penyakit Addison
Upaya pencegahan dini dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1) Meminimalisir paparan sinar UV Penderita diharuskan
menghindari pajanan langsung sinar ultraviolet terutama antara
pukul 09.00 - 15.00. Sebaiknya jika keluar rumah menggunakan
payung atau topi yang lebar untuk melindungi kulit dari sinar
matahari dan menggunakan tabir surya yang pemakaiannya
dianjurkan 30 menit sebelum terpajan sinar matahari. Ada dua
macam tabir surya yang dikenal, yaitu tabir surya fisis dan tabir
surya kimiawi. Tabir surya fisis adalah bahan yang dapat
memantulkan atau menghamburkan ultraviolet, misalnya
titanium dioksida, seng oksida, kaolin, sedangkan tabir surya
kimiawi adalah bahan yang menyerap ultraviolet. Tabir surya
kimiawi ada dua jenis yaitu yang mengandung PABA (Para
Amino Benzoic Acid) atau derivatnya, misalnya octyl PABA;
yang tidak mengandung PABA, misalnya benzofenon, sinamat,
salisilat, dan antranilat
2) Menghilangkan faktor penyebab melasma Menghentikan
pemakaian alat kontrasepsi oral, menghentikan pemakaian
kosmetika yang berwarna atau mengandung parfum, mencegah
penggunaan obat seperti hidantoin, sitostatika, obat antimalaria
dan minosiklin.

5. Sindrom cushing
Upaya preventif adalah upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit atau kondisi memperberat penyakit cushing sindrom yang
meliputi pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan primer adalah pengendalian melalui jalur kesehatan
(medical control):

25
1) Pendidikan kesehatan : gaya hidup, gizi, faktor lingkungan,
cara pengobatan dll.
2) Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, dan khusus
(anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik rutin)
3) Penelitian kesehatan.

b. Pencegahan sekunder upaya perawat untuk menemukan tanda


dan gejala sindrom cushing sedini mungkin, mencegah
meluasnya penyakit, dan mengurangi bertambahnya beratnya
penyakit diantaranya:
1) Pengawasan dan penyuluhan untuk pasien sindrom
cushing, agar klien tersebut benar-benar mengetahui cara
pengobatan dan cara mengobati gejala yang bisa
dimunculkan dari penyakit ini.
2) Pengamatan langsung mengenai perawatan klien sindrom
cushing.
3) Case-finding secara active, mencakup identifikasi sindrom
cushing pada orang yang dicurigai dan rujukan kadar
kortisol yang tinggi dalam plasma darah.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin
berperan dalam mempertahankan dan pengaturan fungsi-fungsi yang sangat
penting misalnya : reaksi terhadap cedera dan stress, reproduksi, tumbuh
dan kembang, homeostatik ionik dan metabolisme.
Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar utama, yaitu :
1. Kelenjar Hipofisis
2. Hypothalamus
3. Kelenjar Tiroid (gland gondok)
4. Kelenjar Paratiroid (Gland Anak Gondok)
5. Gland Suprarenalis (Kelenjar Anak Ginjal atau Gland adrenal)
6. Kelenjar Pineal
7. Kelenjar Timus
8. Kelenjar pituitari
9. Pankreas
10. Kelenjar Seks (Gonad)
Gangguan sistem endokrin, yaitu:
1. Diabetes Mellitus

2. Diabetes Insipidus

3. Hipotiroid

4. Hipertiroid

5. Penyakit Addison

6. Sindrom Cushing

7. Sindrom Adrenogenital

27
B. Saran
Kami memohon maaf apabila ada bagian yang kurang berkenan atau
kesalahan pengetikan yang dapat menyinggung pembaca. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini dapat memuaskan dan bermanfaat bagi
pembaca maupun kami sendiri

28
DAFTAR PUSTAKA

Harmawati, H., & Yanti, E. (2020). Upaya Pencegahan Dini Terhadap Diabetes
Melitus Tipe 2. Jurnal Abdimas Saintika, 2(2), 43-46.
Manurung Nixson., Rostinah, M, dan Christina, M.T.B. 2017. Asuhan
Keperawatan Sistem Endokrin. Decpublish Publisher: Yogyakarta.
Nugroho, S. A. (2021). Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.
Prasetyowati, P., & Ridwan, M. (2016). Hipotiroid Kongenital. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai, 8(2), 70-74.
Purba, R. A. (2019). Gambaran Faktor–Faktor Risiko Timbulnya Melasma Di
Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rsu Royal Prima Dan Murni Teguh
Memorial Hospital Kota Medan Pada Bulan Desember 2018-Januari 2019.
Satria Aji Purwoko,Dkk. (2022), Memahami Hormon, Zat yang mempengaruhi
banyak fungsi tubuh. Hello sehat (KKRI)
Sendra, E. (2022). BAB 4 Anatomi Fisiologi Endokrin dan Gland Endokrin.
Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, 54.
Setiawan, M. (2021). SISTEM ENDOKRIN DAN DIABETES MELLITUS.
UMMPress
Sofwan, Achmad & Aryenti. 2022. Buku Ajar Anatomi Endokrin. Jakarta :
Universitas Yarsi
Syahputri, A., Fauzi, A., & Arliana, L. (2022). Implementasi Metode Certainty
Factor Dalam Mendiagnosa Penyakit Tiroid. Jurnal Teknik Informatika
Kaputama, 6(1), 306-318.
Utomo, D. W., & Suprapto, N. H. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis
Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-
Shafer. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer
E-ISSN, 2548, 964X.
Utomo, W, D., Suprapto, S dan Hidayat, N. 2019. Pemodelan Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode
Dempster-Shafer. Artikel Universitas Brawijaya. Vol. 7. (9).

29

Anda mungkin juga menyukai