Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“SISTEM ENDOKRIN”

Disusun Oleh:

Anita Indahniati

Alawiyah

I Gusti Ayu Oktapiyani

Krismawati Dewi

Sifah Fauziah

Taufik Azhari Agi

GEDUNG STIKES BANTEN

Jl. RAWA BUNTU NO;10, BSD CITY – SERPONG 15318


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat dan iradat-Nya, kami berhasil menyusun makalah yang berjudul "Sistem
Endokrin" dengan tepat waktu. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, baik gagasan ataupun
pikiran, khususnya kepada Ns. Ardian S.Kep. selaku pembimbing dalam materi Lab
Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini berisikan tentang materi yang kami ulas dalam berbagai sumber
yang bisa dipercaya dan juga kami berusaha untuk membuat sesederhana mungkin
agar mudah untuk dimengerti bagi para pembaca. Juga makalah ini kami buat untuk
pemenuhan tugas yang diberikan oleh pembimbing mata kuliah tersebut.
Kami sadar dalam pembuatan ini ada kesalahan dan kekurangan baik dalam
segi kata maupun maksud dari materi tersebut. Kami mohon maaf dan juga kami
mohon kritik dan juga saran demi terciptanya makalah yang lebih baik di kemudian
hari pada edisi selanjutnya.
Akhir kata. Semoga makalah ini bermanfaat buat semuanya. Terutama buat
para pembaca dan juga bisa menjadi faktor penambah nilai dalam materi tersebut.

Tangerang, 24 Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan........... ................................................................ 2
1.4 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisisologi Sistem Endokrin ....................................... 3
2.2 Fungsi Sistem Endokrin .................................................................. 20
2.3 Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya ......................................... 22
2.4 Karakteristik Sistem Endokrin ........................................................ 22
2.5 Pengendalian hormon secara umum. ............................................... 23
2.6 Klasifikasi hormon .......................................................................... 23
2.7 Fungsi hormon utama Sistem Endokrin. ......................................... 24
2.8 Patofisiologi hormon secara umum. ................................................. 26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ........................................................................................ 29
3.2 Diagnosa ........................................................................................... 32
3.3 Intervensi ......................................................................................... 32
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ......................................................................................... 40
4.2 Saran .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di
bawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan
kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang
beredar di dalam jaringan kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi interna ini disebut
hormon, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”.
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-
sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang
banyak mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pembuluh darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat
terjadinya efek hormon. Sedangkan sekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh
kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.
Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada
organ dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam
pankreas, gastrin di dalam lambung, ustrogen dan progesteron di dalam
ovarium, dan testosteron di dalam testis.
Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan
mempelajari efek dari penyakit yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya
dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit
hormon yang diperlukan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi dan Fisisologi Sistem Endokrin ?
2. Apa fungsi Sistem Endokrin ?
3. Bagaimana Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya ?
4. Bagaimana Karakteristik Sistem Endokrin ?
5. Bagaimana pengendalian hormon secara umum?
6. Apa saja Klasifikasi hormon?
7. Apakah fungsi hormon utama Sistem Endokrin?
8. Bagaiman patofisiologi hormon secara umum?
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang
berjudul “Anatomi &
Fisiologi Sistem Endokrin” ini adalah Berdasarkan metode literature
(pustaka) dan mengintisarikan buku-buku pustaka dan informasi didapat dari
jaringan internet.
1.4 Tujuan Penulis
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat
memahami Anatomi & Fisiologi dari Sistem Endokrin sehingga
mempermudah dalam mempelajari patofisiologi dari system endokrin.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami Anatomi & Fisiologi dari Sistem
Endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-
sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang
banyak mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat
terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh
kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.
Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-

Gbr. Kelenjar-kelenjar endokrin dalam tubuh manusia


kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya
hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal,
kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar
adrenal suprarenalis, dan kelenjar timus. Selain itu ada beberapa organ
endokrin yang menghasilkan zat lain selain hormon yakni:
1. Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan
Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu
hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas,
ovarium, dan testis.
A. Kelenjar Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (Pituitary) disebut juga master of gland atau
kelenjar pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon
yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat
dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi
hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia), dan bagian
posterior.
Gambar : hipofisis bagian anterior dan posterior
Hipofisis lobus anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat
dilihat pada gambar.

Gambar.Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ


targetnya.

Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis


lobus anterior dan gangguannya.
Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya
Hormon Somatotropin (STH), Merangsang sintesis protein dan
Hormon pertumbuhan (Growth metabolisme lemak, serta
Hormone / GH) merangsang pertumbuhan tulang
(terutama tulang pipa) dan otot.
kekurangan hormon ini pada anak-
anak-anak menyebabkan
pertumbuhannya terhambat /kerdil
(kretinisme), jika kelebihan akan
menyebabkan pertumbuhan r aksasa
(gigantisme). Jika kelebihan terjadi
pada saat dewasa, akan menyebabkan
pertumbuhan tidak seimbang pada
tulang jari tangan, kaki, rahang,
ataupun tulang hidung yang disebut
akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Mengontrol pertumbuhan dan
Stimulating Hormone (TSH) perkembangan kelenjar gondok atau
tiroid serta merangsang sekresi
tiroksin.
Adrenocorticotropic hormone Mengontrol pertumbuhan dan
(ACTH) perkembangan aktivitas kulit ginjal
dan merangsang kelenjar adrenal
untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk
metabolisme karbohidrat).
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Membantu kelahiran dan memelihara
hormone (LTH) sekresi susu oleh kelenjar susu.
Hormon gonadotropin pada wanita :
1. Follicle Stimulating Hormone Merangsang pematangan folikel
(FSH) dalam ovarium dan menghasilkan
estrogen
2. Luteinizing Hormone (LH) Mempengaruhi pematangan folikel
dalam ovarium dan menghasilkan
progestron
Hormone gonadotropin pada pria : Merangsang terjadinya
1. FSH spermatogenesis (proses pematangan
sperma)
Merangsang sel-sel interstitial testis
2. Interstitial Cell Stimulating
untuk memproduksi testosteron dan
Hormone (ICSH)
androgen

Hipofisis Pars Media


Jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media.
No. Hormon Fungsi
1. MSH (Melanosit Stimulating Mempengaruhi warna kulit individu.
Hormon)
dengan cara menyebarkan butir
melanin, apabila hormon ini banyak
dihasilkan maka menyebabkan kulit
menjadi hitam.

Hipofisis lobus posterior


Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya
dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.
Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya.
Jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior.
No. Hormon Fungsi
1. Oksitosin Menstimulasi
kontraksi otot polos
pada rahim wanita
selama proses
melahirkan.
2. Hormon ADH Menurunkan volume
urine dan
meningkatkan tekanan
darah dengan cara
menyempitkan
pembuluh darah.

Regulasi Hormon ADH

Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi


oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka
hipofisis akan mensekresikan ADH untuk melakukan reabsorpsi
(penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari
hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam
darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal
sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat. Jika seseorang buang
air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami
gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini
disebut diabetes insipidus.
B. Kelenjar Tiroid

Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan


terdapat di depan trakea.
• Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun
dan terdiri dari dua buah lobus.
• Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4)
dan Triiodontironin (T3).
• Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin)
yang mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh
kelenjar tiroid dari darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam
makanan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan pembesaran
kelenjar gondok hingga 15 kali. Hormon yang dihasilkan dari kelenjar
Tiroid beserta fungsinya

No Hormon Fungsi
1 Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan
kegiatan system saraf

2 Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan


kegiatan sistem saraf

3 Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan cara


mempercepat absorpsi kalsium oleh tulang
Jenis penyakit tiroid yang utama:
• Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
• Hipotiroidisme
Hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih
tinggi daripada orang biasa
Kelainan
Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga
pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-
anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang
menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang
masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di
dalam makanan.

Gambar orang yang mengalami kretinisme.

Jika kelebihan tiroid, (hipertiroidisme) akan menyebabkan


pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat
dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang
jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
Gambar pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki,
rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
C. Kelenjar Paratiroid
• Berjumlah empat buah terletak di belakang kelenjar tiroid.
• Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk
mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan
cara mengatur : absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh
ginjal, dan pelepasan kalsium dari tulang.
• Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara
merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara
penginduksian sel–sel tulang osteoklas untuk merombak matriks
bermineral pada osteoklas untuk merombak matriks bermineral pada
tulang sejati dan melepaskan kalsium ke dalam darah.
• Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium
dalam darah meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya
endapan kapur pada ginjal.
• Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
• Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH,
sehingga fungsinya menurunkan kalsium darah.
Fungsi umum kelenjar paratiroid adalah :
• Mengatur metabilisme fosfor
• Mengatur kadar kalsium darah.
D. Kelenjar Adrenalin

Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian
atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan
dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula).
Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :
No. Hormon Prinsip kerja
Bagian korteks adrenal
1. • Mineralokortikoid Mengontol metabolisme ion anorganik.
• Glukokortikoid Mengontrol metabolisme glukosa.
Bagian Medula Adrenal Kedua hormon tersebut bekerja sama
Adrenalin (epinefrin) dan dalam hal berikut :
noradrenalin a. Dilatasi bronkiolus
b. Vasokonstriksi pada arteri
c. Vasodilatasi pembuluh darah otak
2. dan otot
d. Mengubah glikogen menjadi
glukosa dalam hati.
e. Gerak peristaltik.
f. Bersama insulin mengatur kadar
gula darah.
Gambar : Regulasi Hormon Adrenal
Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus
mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal
melalui sinyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka
pendek terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin
yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang
berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid.
(Campbell, 1952 : 146).
E. Kelenjar Pankreas
 Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada
pankreas, sehingga dikenal dengan pulau-pulau langerhans.

 Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon.


Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel-sel
tubuh menembus membrane sel.
 Didalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk
cadangan.
 Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen
(glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis).
 Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk
mensekresikan insulin. Sebagai contoh, insulin akan meningkat
setelah kita makan. Setelah makan, maka kadar glukosa dalam darah
akan naik karena tubuh mendapatkan glukosa dari pemecahan
makanan tersebut. Tubuh mengambil kelebihan glukosa dengan cara
mensekresikan insulin untuk menyeimbangkannya pada kadar
normal. Sebaliknya glukagon bekerja secara berlawanan terhadap
insulin. Glukagon berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa
sehingga kadar glukosa naik. Contohnya pada saat kita berpuasa.
Karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa ketika berpuasa,
maka tubuh mensekresikan glukagon untuk menyeimbangkan
kekurangan glukosa tersebut.
 Kekurangan hormon insulin akan menyebabkan penyakit Diabetes
Mellitus (kencing manis).
 Insulin berperan mengubah glukosa menjadi glikogen agar dapat
menurunkan kadar gula darah. Jika seseorang tidak dapat
memproduksi insulin, maka glukosa dalam darah terus bertambah
karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen. Akibatnya
urine yang dikeluarkannyapun mengandung glukosa.
Gambar : Pengaturan kadar gula darah
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml
pada manusia) merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang
memicu sel – sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari
darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi
glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons
dengan cara mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk
menaikkan kadar glukosa darah.

Gambar : Anatomi Pancreas


F. Ovarium dan Testis

OVARIUM
 Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel
telur, hormone estrogen dan hormone progesterone.
 Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh
FSH.
 Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda – tanda
kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul,
payudara, serta kulit menjadi halus.
 Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
 Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat
menerima sel telur yang sudah dibuahi.

Gambar : Regulasi hormon di ovarium


 Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan FSH.
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis
untuk mengeluarkan prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis


merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung
telur).Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut
berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen.Estrogen
ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon
yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke
hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
estrogen terhadap hipotalamus.Produksi hormon gonadotropin (FSH dan
LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari
endometrium.Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang
sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus
rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon
LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik).Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini
menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium.
Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan
dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan
dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin.
Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai
14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim).

Gambar Regulasi Hormon Wanita

TESTIS
 Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel
benih (sel germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
 Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi
merangsang pematangan sperma (spermatogenesisi) dan
pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya pertumbuhan
kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
 Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh
hipofisis bagian anterior.
 Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu
hormone FSH dan LH. Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh
GnRF (Gonadotropin Releasing Factor) yang berasal dari
hipotalamus.

Gambar : Regulasi Hormon Jantan

2.2 Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
2.3 Klasifikasi Dalam Hal Struktur Kimianya
• Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang
larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis.,
insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan
katekolamin (mis.,dopamin,norepinefrin, epinefrin).
• Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen,
progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis.,
tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-
kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel dengan
bebas.
2.4 Karakteristik Sistem Endokrin
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur
tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut. Hormon
disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut :
1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi
hari dan menurun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu
tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan
lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons
terhadap kadar kalsium serum.

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh


untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol
laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon
hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan
hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar
lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain
dan diekskresi oleh ginjal.
2.5 Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batasbatas yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih
banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa
melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya
yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu
masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika
kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan
kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan
mereka berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu.
Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi
LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan
progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap
bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa
terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat
bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
2.6 Klasifikasi Hormon
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam
perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan
katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
2.7 Hormon Utama
Hormon Yang Menghasilkan Fungsi
Aldosteron Kelenjar adrenal Membantu keseimbangan garam
& air dengan cara menahan
garam & air serta membuang
kalium
Antidiuretik(vasopresin) Kelenjar Hipofisa • Menyebabkan ginjal menahan
air
• Bersama dengan aldosteron,
membantu mengendalikan
tekanan darah.
Kartikosteroid Kelenjar adrenal • Mempertahankan kadar gula
memiliki efek yang darah,tekanan darah &
luas diseluruh tubuh kekuatan otot.
• Membantu mengendalikan
tekanan darah.
Kartikotropin Kelenjar Hipofisa Mengendalikan pembentukan &
pelepasan hormon oleh korteks
adrenal.
Eritropoietin Ginjal Merangsang pembentukan sel
darah merah.
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan
ciri seksual & sistem reproduksi
wanita.
Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah.
Hormon pertumbuhan Kelenjar Hipofisa Mengendalian pertumbuhan &
perkembangan.
Meningkatkan pembentukan
protein.
Insulin Pankreas • Menurunkan kadar gula
darah.
• Mempengaruhi metabolisme
glukosa,protein & lemak di
seluruh tubuh.
LH (Luteinizing Kelenjar Hipofisa • Mengendalikan fungsi
Hormone) reproduksi (pembentukan
FSH (Follicle sperma & smentum,
Stimulating Hormone) pematangan sel telur, siklus
menstruasi).
• Mengendalikan ciri seksual
pria & wanita (penyebaran
rambut, pembentukan otot,
tekstur & ketebalan kulit,
suara & bahkan mungkin
sifat kepribadian.
Oksitosin Kelenjar Hipofisa Menyebabkan kontraksi otot
rahim & saluran susu di
payudara.
Hormon Paratiroid Kelenjar Paratiroid • Mengendalikan pembentukan
tulang.
• Mengendalikan pelepasan
kalsium & fosfat progesteron
indung telur.
• Mempersiapkan lapisan
rahim untuk penanaman sel
telur yang telah dibuahi.
• Mempersiapkan kelenjar susu
untuk menghasilkan susu.
Prolaktin Kelenjar Hipofisa Memulai & mempertahankan
pembentukan susu di kelenjar
susu.
Renin & Angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah.
Hormon Tiroid Kelenjar Tiroid Mengatur pertumbuhan,
pematangan & kecepatan
metabolisme.
TSH (Tyroid Kelenjar Hipofisa Merangsang pembentukan &
Stimulating Hormone)
pelepasan kelenjar tiroid.
Aktivasi Sel-Sel Target :
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara
sel berfungsi dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan
mediator intraselular dan, kedua yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel.
Salah satu mediator intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate
(cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel. Ketika
hormon melekat pada sel, kerja sel akanmengalami sedikit perubahan.
Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar,
kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa.
Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan
mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (misalnya
enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.
2.8 Patofisiologi Hormon Secara Umum
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya
bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang
spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu
sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel
target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan
pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal ini
biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat
siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat
umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan
peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya.
Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara
bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan pengontrolan dan
pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan
sintesis dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport
di dalam sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon
dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk
memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon
jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang
terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang
berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada
perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak
dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan
dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di
tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan,
misalnya defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat
juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal, akibat
kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target.
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau
banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan
hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon
ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah
atau diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ
(ginjal atau hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya
hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :
- Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
- Kram otot, tonus otot menurun.
Tanda :
- Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
- Letargi/disorientasi, koma.
- Penurunan kekuatan otot.

SIRKULASI
Gejala :
- Adanya riwayat hipertensi; IMA
- Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas.
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :
- Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural; hipertensi.
- Nadi yang menurun/tidak ada.
- Disritmia.
- Krekels; DVJ (GJK)
- Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung.

INTEGRITAS EGO
Gejala :
- Stress; tergantung pada orang lain.
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda :
- Ansietas, peka rangsang.
ELIMINASI
Gejala :
- Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.
- Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi).
- Nyeri tekan abdomen.
- Diare.
Tanda :
- Urine encer, pucat, kuning; poliuria.
- Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
- Abdomen keras, adanya asites.
- Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).

MAKANAN/CAIRAN
Gejala:
- Hilang nafsu makan.
- Mual/muntah.
- Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
- Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu.
- Haus.
- Penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda :
- Kulit kering/berisik, turgor jelek.
- Kekakuan/distensi abdomen, muntah.
- Pembesaran tiroid.
- Bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).

NEUROSENSORI
Gejala :
- Pusing/pening.
- Sakit kepala.
- Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia.
- Gangguan penglihatan.
Tanda :
- Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut).
- Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
- Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
- Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

NYERI/KENYAMANAN
Gejala : - Abdomen yang tegang (nyeri sedang/berat).
Tanda : - Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

PERNAPASAN
Gejala : - Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen.
Tanda :
- Lapar udara.
- Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi).
- Frekuensi pernapasan.

KEAMANAN
Gejala : - Kulit kering, gatal; ulkus.
Tanda :
- Demam, diaforesis.
- Kulit rusak, lesi/ulserasi.
- Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak.
- Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan.

SEKSUALITAS
Gejala :
- Rabas vagina (cenderung infeksi).
- Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala :
- Faktor risiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi,
penyembuhan yang lambat.
- Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiozid); Dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
- Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
3.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik;
kehilangan gastrik berlebihan; masukan dibatasi : mual, kacau mental.
2. Nutrisi, Perubahan : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
3.3 Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik;
kehilangan gastrik berlebihan; masukan dibatasi : mual, kacau mental.
Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil

Setelah diberikan Mandiri


asuhan keperawatan 3 1. Dapatkan riwayat 1. Membantu dalam
x 24 jam, diharapkan pasien/orang memperkirakan
kebutuhan cairan klien terdekat kekurangan volume
terpenuhi, dengan sehubungan dengan tidal. Tanda dan
kriteria hasil : lamanya/intensitas gejala mungkin
dari gejala seperti sudah ada pada
- Mendemonstrasikan
muntah, beberapa waktu
hidrasi adekuat
pengeluaran urine sebelumnya
dibuktikan oleh
yang sangat (beberapa jam
tanda vital stabil,
berlebihan. sampai beberapa
nadi perifer dapat
hari). Adanya proses
teraba, turgor kulit
infeksi
dan pengisian
mengakibatkan
kapiler baik, demam dan keadaan
haluaran urine tepat hipermetabolik yang
secara individu, dan meningkatkan
kadar elektrolit kehilangan air tidak
dalam batas normal. kasat mata.
2. Pantau TTV, catat 2. Hipovolemia dapat
adanya perubahan dimanifestasikan
TD ortostatik. oleh hipotensi dan
takikardia.
Perkiraan berat
ringannya
hipovolemia dapat
dibuat ketika
tekanan darah
sistolik pasien turun
lebih dari 10 mmHg
dari posisi berbaring
ke posisi
duduk/berdiri.
3. Pola nafas seperti 3. Paru-paru
adanya pernapasan mengeluarkan asam
Kussmaul atau karbonat melalui
pernapasan yang pernapasan yang
berbau keton. menghasilkan
kompensasi
alkaliosis
respiratoris terhadap
keadaan
ketoasidosis.
Pernapasan yang
berbau aseton
berhubungan
pemecahan asam
aseto-asetat dan
harus berkurang bila
ketosis harus
terkoreksi.
4. Frekuensi dan 4. Koreksi
kualitas hiperglikemia dan
pernapasan, asidosis akan
penggunaan otot menyebabkan pola
bantu nafas, dan dan frekuensi
adanya periode pernapasan
apnea dan mendekati normal.
munculnya Tetapi peningkatan
sianosis. kerja pernapasan;
pernapasan dangkal,
pernapasan cepat;
dan munculnya
sianosis mungkin
merupakan indikasi
dari kelelahan
pernapasan dan/atau
mungkin pasien itu
kehilangan
kemampuannya
untuk melakukan
kompensasi pada
asidosis.
5. Kaji nadi perifer, 5. Merupakan
pengisian kapiler, indikator dari
turgor kulit, dan tingkat dehidrasi,
membran mukosa. atau volume
sirkulasi yang
adekuat.
6. Pantau masukan 6. Memberikan
dan pengeluaran, perkiraan kebutuhan
catat berat jenis akan cairan
urine. pengganti, fungsi
ginjal, dan
keefektifan dari
terapi yang
diberikan.
7. Catat hal-hal yang 7. Kekurangan cairan
dilaporkan seperti dan elektrolit
mual, nyeri mengubah motilitas
abdomen, muntah, lambung, yang
dan distensi seringkali akan
lambung. menimbulkan
muntah dan secara
potensial akan
menimbulkan
kekurangan cairan
atau elektrolit.
Kolaborasi 8. Memberikan
8. Pasang/pertahankan pengukuran yang
kateter urine tetap tepat/akurat
terpasang. terhadap
pengukuran
haluaran urine
terutama jika
neuropati otonom
menimbulkan
gangguan kantung
kemih (retensi
urine/inkontinensia).
Dapat dilepas jika
pasien berada dalam
keadaan stabil untuk
menurunkan risiko
terjadinya infeksi.

2. Nutrisi, Perubahan : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil

Setelah diberikan Mandiri


asuhan keperawatan 3 1. Timbang berat 1. Mengkaji
x 24 jam, diharapkan badan setiap hari pemasokan
kebutuhan nutrisi atau sesuai dengan makanan yang
terpenuhi, dengan indikasi. adekuat (termasuk
kriteria hasil : absorbsi dan
utilisasinya).
- Mencerna jumlah
2. Tentukan program 2. Mengidentifikasi
kalori/nutrien yang
diet dan pola kekurangan dan
tepat.
makan pasien dan penyimpanan dari
- Menunjukkan
bandingkan dengan kebutuhan
tingkat energi
makanan yang terapeutik.
biasanya.
dapat dihabiskan
- Mendemonstrasikan
pasien.
berat badan stabil
3. Identifikasi 3. Jika makanan yang
atau penambahan
makanan yang disukai pasien dapat
ke arah rentang
disukai/dikehendaki dimasukkan dalam
biasanya/yang
termasuk perencanaan makan,
diinginkan dengan
kebutuhan kerja sama ini dapat
etnik/kultural.
nilai laboratorium diupayakan setelah
normal. pulang.
4. Libatkan keluarga 4. Meningkatkan rasa
pasien pada keterlibatannya;
perencanaan makan memberikan
ini sesuai dengan informasi pada
indikasi. keluarga untuk
memahami
kebutuhan nutrisi
pasien. Catatan :
berbagai metode
bermanfaat untuk
perencanaan diet
meliputi pergantian
daftar menu, sistem
perhitungan kalori,
indeks glikemik
atau seleksi awal
menu.
5. Berikan larutan 5. Larutan glukosa
glukosa, misalnya ditambahkan setelah
dekstrosa dan insulin dan cairan
setengah salin membawa gula
normal. darah kira-kira 250
mg/dL. Dengan
metabolisme
karbohidrat
mendekati normal,
perawatan harus
diberikan untuk
menghindari
terjadinya
hipoglikemia.
6. Lakukan konsultasi 6. Sangat bermanfaat
dengan ahli diet. dalam perhitungan
dan penyesuaian
diet untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien : menjawab
pertanyaan dan
dapat pula
membantu pasien
atau orang terdekat
dalam
mengembangkan
perencanaan
makanan.
7. Catat hal-hal yang 7. Kekurangan cairan
dilaporkan seperti dan elektrolit
mual, nyeri mengubah motilitas
abdomen, muntah, lambung, yang
dan distensi seringkali akan
lambung. menimbulkan
muntah dan secara
potensial akan
menimbulkan
kekurangan cairan
atau elektrolit.
Kolaborasi
8. Pasang/pertahankan 8. Memberikan
kateter urine tetap pengukuran yang
terpasang. tepat/akurat
terhadap
pengukuran
haluaran urine
terutama jika
neuropati otonom
menimbulkan
gangguan kantung
kemih (retensi
urine/inkontinensia).
Dapat dilepas jika
pasien berada dalam
keadaan stabil untuk
menurunkan risiko
terjadinya infeksi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Saran
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem
persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.
4.2 Kesimpulan
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan
kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau
kesalahan mengkonsumsi makanan.
Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat beraktivitas dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
 J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara
 Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
 Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta :
EGC
 Pearce, Evelyn C.. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai