Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN TUTORIAL SKENARIO 2

ANATOMI SALURAN PENCERNAAN & UNSUR ESENSIAL PADA MAKANAN

MUHAMMAD RAFID AURIDO KURNIAWAN

1961050100

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
TUJUAN PEMBELAJARAN :

1. ANATOMI SALURAN PENCERNAAN


2. PROSES SISTEM PENCERNAAN
3. UNSUR UNSUR ESENSIAL DALAM MAKANAN
4. PERSENTASE / PORSI KEBUTUHAN GIZI SEIMBANG
5. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI SEIMBANG
1. ANATOMI SALURAN PENCERNAAN

2. PROSES SISTEM PENCERNAAN

saluran cerna dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu motilitas, sekresi, digesti, dan
absorpsi. Fungsi motilitas melibatkan kontraksi otot polos yang bertujuan untuk mendorong
makanan melalui saluran cerna dan mencampur makanan dengan jus digesti guna memfasilitasi
proses digesti serta absorpsi. Secara berurutan, motilitas saluran cerna mencakup proses ingesti
Gambar 1.1 Sistem pencernaan manusia Fisiologi saluran cerna (Digestive system diagram: Gut
anatomy [picture] Retrieved from on January 3rd 2013)

Saluran Cerna yang Sehat: Anatomi dan Fisiologi

(memasukkan makanan ke dalam mulut), mastikasi (mengunyah), deglutisi (menelan), gerakan


peristaltik (gerakan ritmis saluran cerna), dan segmentasi (proses pencampuran di dalam usus).

Sekresi saluran cerna, disebut juga dengan jus digestif, terdiri atas enzim, garam empedu,
mukus, cairan, serta elektrolit yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar eksokrin ke dalam
saluran cerna. Pada umumnya, molekul makanan terlalu besar untuk diserap secara langsung
sehingga perlu diuraikan dengan bantuan enzim. Dalam menjalankan fungsinya, kerja enzim
dapat dibantu oleh zat-zat lain, seperti asam klorida yang dihasilkan lambung, garam empedu
ataupun natrium bikarbonat yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Sekresi asam klorida dan
natrium bikarbonat terjadi melalui pertukaran ion antara sel dan lumen saluran cerna. Adapun
mukus atau musin diproduksi oleh kelenjar ludah dan berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
non-spesifik, asimilasi, dan sebagai pemicu pelepasan neurotransmiter (asetilkolin),
neuropeptida, dan sitokin.

Proses digesti adalah pemecahan atau penguraian nutrien secara fisik dan kimia menjadi bentuk
atau unit yang dapat diserap. Digesti secara fisik mencakup proses pengunyahann dan
pencampuran, sedangkan digesti kimia adalah penguraian makanan dengan bantuan atau
katalisasi enzim. Contoh proses digesti kimia adalah penguraian polisakarida menjadi
monosakarida dengan bantuan enzim amilase dan disakaridase, pemecahan protein menjadi
asam amino dengan bantuan berbagai enzim protease (pepsin, tripsin, kemotripsin), dan
pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol dengan bantuan lipase. Proses digesti akan
dilanjutkan dengan absorpsi, yaitu proses pemindahan atau transfer zat makanan terdigesti dari
lumen usus melalui epitel untuk selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah dan limfa.

Selain fungsi terkait percernaan, saluran cerna juga memiliki peran besar dalam sistem
kekebalan tubuh. Hal ini selanjutnya dijelaskan pada Bab 2 yang membahas struktur/fungsi
saluran cerna terkait dengan kekebalan tubuh.

Rongga mulut

Setelah seseorang melakukan seleksi makanan dengan bantuan indra penglihatan dan
penciuman, proses pencernaan dimulai di dalam mulut dan diawali dengan ingesti, yaitu
memasukkan makanan ke dalam rongga mulut. Pada saat makanan kontak dengan lidah, taste
bud akan mendeteksi komposisi kimia zat makanan. Proses ingesti dilanjutkan dengan mastikasi
atau gerakan mengunyah, yaitu digesti fisik oleh gigi dan lidah serta proses digesti kimia oleh
saliva.

Gigi merupakan organ pertama yang melakukan digesti mekanis. Pertama, makanan digigit oleh
gigi depan (incisura), kemudian gigi taring (kanina) memecah makanan menjadi bagian kecil.
Selanjutnya, makanan dipotong menjadi bagian lebih kecil lagi oleh gigi premolar. Setelah itu,
gigi molar menggiling makanan sebagai akhir dari proses digesti mekanis di rongga mulut. Gigi
geligi sangat kuat, gigi depan yang memecah dan menggiling makanan bisa mengeluarkan
kekuatan sampai 40 kg, sedangkan gigi molar mempunyai kekuatan menggilas hingga 50 - 125
kg.

Kunyahan gigi meningkatkan luas permukaan makanan sehingga penetrasi enzim digesti yang
terkandung dalam saliva menjadi lebih mudah. Selain itu, lidah turut membantu gerakan ke
depan, belakang, dan samping untuk mengoptimalkan pencampuran makanan dengan saliva.
Tidak hanya memecah makanan, digesti mekanis juga merangsang impuls saraf yang memicu
sekresi cairan lambung dan mempersiapan proses menelan.
Bersamaan dengan proses mengunyah, tiga pasang kelenjar ludah di mulut menghasilkan saliva.
Dalam sehari, tubuh kurang-lebih menghasilkan 1-1,5 kuarta saliva yang berfungsi untuk
menjaga kelembapan mulut, melarutkan makanan agar dapat dirasakan oleh indra pengecap,
membilas gigi agar tetap bersih, dan melumasi makanan dengan musin agar mudah ditelan.
Selain itu, saliva juga mengandung enzim amilase atau ptyalin yang berfungsi untuk memecah
zat tepung menjadi maltosa serta mengandung lisozim (lysozyme) yang dapat mencerna dinding
sel bakteri sehingga berfungsi dalam pertahanan tubuh terhadap kuman. Setelah proses digesti
mekanis dan kimia di rongga mulut, lidah akan memindahkan bolus-bolus makanan ke dalam
faring sebagai langkah awal menelan.

Faring dan Esofagus

Faring merupakan saluran antara faring dan esofagus yang menjadi tempat transisi pergerakan
makanan secara volunter (di bawah kendali sadar) menjadi gerakan involunter. Refleks menelan
atau deglutisi yang terjadi di faring akan mendorong makanan melalui esofagus menuju
lambung. Selain berfungsi untuk mentranspor makanan dan air ke dalam lambung, faring dan
esofagus dan juga mensekresi mukus.

Proses pemindahan makanan sejak ditelan hingga mencapai lambung membutuhkan waktu
kurang-lebih selama 8 detik. Sebagian besar waktu tersebut dihabiskan untuk proses turunnya
makanan melewati esofagus, sedangkan cairan murni dapat turun ke esofagus hanya dalam
waktu satu detik atau delapan kali lebih cepat dibandingkan makanan lunak. Makanan turun
melewati esofagus dengan bantuan gerakan peristaltik. Peristaltik merupakan gelombang
gerakan yang cukup kuat dan bekerja seperti gaya gravitasi. Bahkan, dalam kondisi tanpa
gravitasi, manusia masih dapat menelan kurang-lebih setengah ons makanan. Hal ini menjadi
alasan mengapa astronot dapat makan dalam posisi jungkir balik atau dalam gravitasi nol dan
dalam kondisi tersebut mereka harus makan dalam jumlah kurang dari 0,5 ons per sekali telan.

Lambung

Lambung merupakan organ muskular yang berbentuk seperti kantong. Secara anatomis,
lambung dapat dibagi menjadi beberapa segmen, yaitu kardia yang membatasi lambung dengan
esofagus, fundus, korpus, dan pilorus (Gambar 1.3). Makanan masuk ke dalam lambung dengan
membukanya orifisium kardia. Di dalam lambung, terjadi proses digesti fisik dan kimia yang akan
menghasilkan chyme atau kimus. Selain itu lambung juga berfungsi untuk menyimpan makanan
sebelum dilepaskan sedikit demi sedikit ke dalam usus halus

Permukaan bagian dalam lambung dilapisi oleh rugae. Lapisan mukosa terdiri atas beberapa
jenis sel (Gambar 1.3), yaitu:
1. Sel goblet, disebut juga dengan mucous neck cell, yang berfungsi untuk mensekresi mukus.
Mukus, bersamasama dengan HCO3 , membentuk sistem pertahanan nonspesifik lambung
(gastric mucosal barrier) yang berfungsi untuk melindungi epitel lambung.

2. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam klorida (HCl). Asam ini berfungsi untuk
membunuh bakteri dan denaturasi protein dan membuat suasana lambung menjadi asam
dengan PH 1,5 sampai dengan 3.

3. Sel chief memproduksi pepsinogen yang kemudian diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin. Pepsin
berfungsi untuk memecah protein. Selain itu, sel ini juga memproduksi enzim lipase yang
berperan dalam proses hidrolisis lemak dengan memecah lemak menjadi asam lemak dan
gliserol dan enzim rennin yang berfungsi untuk mencerna susu.

4. Sel G yang menghasilkan hormon gastrin. Hormon dilepaskan segera setelah makanan masuk
ke lambung dan berfungsi untuk memicu sekresi jus digesti oleh kelenjar gaster.

5. Sel D yang berfungsi menghasilkan hormon somatostatin (bekerja untuk menghambat asam).

6. Enterochromaffin-like cell, berfungsi memproduksi substansi mirip histamin.

Ketiga enzim yang terkandung di dalam cairan lambung (gastric juice) bercampur dengan
makanan melalui proses mekanis, yaitu kontraksi dan relaksasi lambung. Normalnya, lambung
mengalami kontraksi sebanyak tiga kali per menit dan mempunyai kapasitas untuk menampung
kurang-lebih dua pertiga volume makanan. Pada saat puasa, volume aktual lambung kurang dari
dua ons. Kontraksi dan relaksasi lambung ini diinisiasi oleh pikiran, penglihatan, penciuman,
serta pengecapan makanan. Produksi cairan lambung dapat ditekan jika makanan tidak tampak
menarik, memiliki bau tidak sedap, atau dikonsumsi dalam suasana tidak nyaman. Sekresi juga
akan menurun dengan jumlah makanan yang besar, kandungan lemak tinggi, atau proses
mengunyah yang kurang. Dalam keadaan sakit, takut, atau depresi, produksi cairan lambung
dapat tertekan lebih dari 24 jam. Hal ini menerangkan mengapa konsumsi makanan dapat
berkurang saat perasaan kecewa atau tidak senang. Pengosongan makanan dari lambung
memerlukan waktu antara 2 – 6 jam. Setiap gerakan peristaltik dapat mengosongkan 3/100 ons
isi lambung. Jika lambung berkontraksi dengan frekuensi tiga kali per menit, maka pengosongan
satu kilogram makanan memakan waktu sekitar 5 jam. Proses digesti dan pengosongan lambung
tergantung pada jenis makanan. Protein dicerna dalam suasana asam, sedangkan lemak
membutuhkan suasana netral. Air dan cairan meninggalkan lambung paling cepat. Pengosongan
karbohidrat paling cepat dibandingkan protein atau lemak, sedangkan protein meninggalkan
lambung lebih cepat dibandingkan lemak. Dalam jangka waktu 5 menit setelah lemak masuk ke
dalam lambung, hormon enterogastron masuk ke dalam darah dan kemudian menuju lambung.
Hormon ini menghambat gerakan lambung dan menyebabkan pengosongan lambung menjadi
lebih lambat. Waktu pengosongan lambung untuk berbagai jenis karbohidrat juga berbeda.
Usus Halus

Usus halus merupakan tabung yang memiliki panjang kurang-lebih 6 – 7 meter dan terdiri atas
duodenum (20 cm), jejunum (1.8 m), serta ileum. Sebagian besar proses digesti kimia dan
absorpsi terjadi di dalam usus halus.

Usus halus memiliki permukaan yang luas dengan adanya plika (lipatan mukosa), vili (tonjolan
mukosa seperti jari atau jonjot usus), serta mikrovili atau brush border. Vili mengandung banyak
kapiler dan pembuluh limfa (central lacteal) yang memiliki peran sentral dalam proses absorbsi.
Selain itu, vili juga bergerak seperti tentakel gurita yang membantu proses pergerakan zat
makanan di dalam rongga usus halus.

Digesti Kimia: Usus Halus dan Pankreas

Brush border banyak mengandung enzim yang berikatan dengan membran sel epitel dan
berfungsi dalam proses digesti kimia. Enzim-enzim tersebut berperan dalam proses hidrolisis
disakarida, polipeptida, dan lain sebagainya. Salah satu jenis enzim yang terdapat pada brush
border adalah enterokinase. Enzim ini berfungsi untuk mengaktifkan enzim tripsin yang
diproduksi oleh pankreas. Tripsin selanjutnya berfungsi dalam proses pemecahan polipeptida
menjadi peptida rantai pendek dan asam amino. Adapun enzim disakaridase berfungsi untuk
memecah disakarida menjadi monosakarida, seperti sukrase yang memecah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa serta laktase yang memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

Kelenjar eksokrin pankreas mensekresi jus pankreas ke dalam duodenum. Jus tersebut
mengandung beberapa enzim dan elektrolit, yaitu (1) amilase yang berfungsi untuk memecah
karbohidrat/zat tepung; (2) tripsinogen yang diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase; (3)
lipase dan ko-lipase yang berfungsi untuk mencerna trigliserida; (4) enzim-enzim protease serta
nuklease; dan (4) natrium bikarbonat (alkali) yang berfungsi untuk menetralisir asam lambung.

Digesti Kimia: Liver

Pada proses digesti kimia, liver memiliki fungsi utama untuk mensekresi cairan empedu dan
memetabolisme zat-zat yang telah diabsorbsi. Cairan empedu yang dihasilkan oleh liver
disimpan di dalam kandung empedu (gall bladder) untuk kemudian disekresikan ke dalam
duodenum. Garam empedu berguna dalam proses emulsi/absorbsi lemak. Selain itu, cairan
empedu juga mengandung bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah dan akan
dibuang melalui saluran cerna.

Berbagai proses metabolisme terjadi di dalam hati. Darah kaya nutrien mengalir dari vili usus ke
sistem porta hepatik. Berbagai nutrien tersebut akan diproses terlebih dulu di dalam liver
sebelum masuk ke sirkulasi umum. Selain itu, liver juga berfungsi dalam proses degradasi
sampah metabolisme, hormon, obat, dan lain sebagainya. Organ ini juga mensintesis protein
plasma dan menjadi tempat penyimpanan kelebihan glukosa dalam bentuk glikogen,
penyimpanan cadangan lemak, mineral, dan vitamin. Glikogen akan dipecah kembali menjadi
glukosa untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal dan menyuplai
kebutuhan energi saat tubuh memerlukannya.

Absorpsi Karbohidrat dan Protein

Karbohidrat dan protein dipecah berturutturut menjadi monosakarida dan asam amino/peptida
rantai pendek. Selanjutnya, partikel-partikel tersebut akan ditranspor ke permukaan epitel oleh
ko-transporter. Monosakarida dan asam amino/peptida rantai pendek diserap melalui proses
coupling dengan ion Na+ atau H+ ke dalam sel epitel dan kemudian masuk ke dalam kapiler
darah menuju sistem porta hepatik.

Absorpsi Lemak

Sebelum diserap dan dipecah, lemak (lipid) mengalami proses emulsifikasi oleh garam empedu.
Pada proses ini, lipid berinteraksi dengan garam empedu untuk membentuk droplet.
Selanjutnya, enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas akan memecah lemak teremulfikasi
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida yang kemudian diserap oleh epitelium. Di dalam
sel epitel, asam lemak dan monogliserida tersebut menjalani proses re-sintesis untuk kembali
membentuk trigliserida. Trigliserida kemudian berikatan dengan protein untuk membentuk
chylomicron yang dilepaskan ke dalam submukosa melalui proses eksositosis. Selanjutnya,
chylomicron memasuki sistem limfatik lakteal sentral dan ditranspor ke dalam sirkulasi darah.

Usus Besar

Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum yang keseluruhannya memiliki
panjang kurang-lebih 5 kaki. Kolon terdiri dari tiga segmen, yaitu kolon asenden, transversum,
serta desenden. Usus besar terhubung dengan usus halus melalui katup ileosekal yang berfungsi
untuk mengendalikan kecepatan masuknya makanan dari usus halus ke usus besar dan
mencegah refluks sisa makanan dari usus besar ke usus halus. Katup ileosekal membuka ke
bagian usus besar yang disebut sekum (caecum), yaitu segmen yang berfungsi menerima sisa
makanan. Bagian sekum yang menonjol disebut apendiks. Posisi apendiks yang eksentrik
mengakibatkan sisa makanan mudah berakumulasi di rongga tersebut dan dapat mengakibatkan
peradangan atau apendisitis.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menampung zat-zat yang tidak terdigesti dan tidak
diabsorpsi (feses). Sebagian kecil garam dan air sisa pencernaan juga diserap di dalam usus
besar. Apabila sisa makanan bergerak terlalu lambat atau berada di kolon terlalu lama, akan
terjadi absorpsi air yang berlebihan sehingga feses menjadi keras dan mengakibatkan konstipasi.
Kuranglebih 30% berat kering feses mengandung bakteri E. coli. Bakteri ini hidup di dalam usus
besar dan memproduksi vitamin K.

3. UNSUR UNSUR ESENSIAL DALAM MAKANAN

4. PERSENTASE / PORSI KEBUTUHAN GIZI SEIMBANG

5. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI SEIMBANG

Empat Pilar Gizi Seimbang

Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 1955
merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992.
Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak
tahun 1952 namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Diyakini dengan
mengimplementasikan Pedoman Gizi Seimbang secara benar, semua masalah gizi dapat diatasi.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan
memantau berat badan secara teratur.

Empat Pilar tersebut adalah:

1. Mengonsumsi anekaragam pangan

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori,
tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin,

mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein
tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang
sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi
lainnya dalam tubuh. Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan jumlah
dan proporsinya sudah benar? Tentu tidak benar. Yang dimaksudkan beranekaragam dalam
prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang,
dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan
dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan
sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih
banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula
jumlah makanan yang engandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko
beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam
jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air
dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang
secara langsung, terutama anakanak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh
berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi terutama
apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan
zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya,
seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena
pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih
mudah

masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan
penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.

Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap
sumber infeksi. Contoh:

1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum makan, sebelum
memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan an minuman, dan setelah buang air besar dan
kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara
lain kuman penyakit typus dan disentri;

2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat dan
binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai kuman penyakit;

3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan

4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah
satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya
sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga
memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh
karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang
masuk ke dalam tubuh.

4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan


berat badan normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan
zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang
sesuai untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh
karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’
dengan‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
 Juffrie, Mohammad & Basrowi, Ray & Chairunita, Chairunita. (2018). Saluran Cerna yang Sehat :
Anatomi dan Fisiologi.
 hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2041%20ttg%20Pedoman%20Gizi
%20Seimbang.pdf

Anda mungkin juga menyukai