Anda di halaman 1dari 4

PERANAN GINJAL DALAM MENGATUR HOMEOSTASIS CAIRAN TUBUH

Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstraseluler dan Konsentrasi Natrium.


1. Ginjal Mengeluarkan Air yang Berlebihan dengan membentuk urin yang
encer.
Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk berbagai
proporsi zat terlarut dan air dalam urin sebagai respon terhadap berbagai
perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, dan osmolaritas cairan tubuh
menurun, ginjal akan mengeluarkan urine dengan osmolaritas serendah 50
mOsm/liter, yaitu suatu konsentrasi yang hanya sekitar 1/6 dari osmolaritas cairan
ekstraseluler normal. Sebaliknya, bila terjadi kekurangan air dan osmolaritas cairan
ekstraseluler tinggi, ginjal akan mengeluarkan urin dengan konsentrasi sekitar 12001400 mOsm/ltr.
A.
Hormon Antidiuretik Mengatur Konsentrasi Urine
Ada suatu sistem umpan balik kuat yang mengatur osmolaritas plasma dan
konsentrasi natrium, yang berkerja dengan cara menghambat ekskresi air oleh
ginjal, dan tidak bergantung pada nilai ekskresi zat terlarut. Peran utama dari sistem
umpan balik ini adalah hormon antideuretik (ADH), yang juga disebut vosopresin.
B.
Mekanisme ginjal untuk mengeluarkan urin encer
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer
sebanyak 20 liter/hari, dengan konsentrasi serendah 50 mOsm/liter. Ginjal
melakukan prestasi yang hebat ini dengan mereabsorbsi terus zat terlarut sementara
tidak mereabsopsi kelebihan air di bagian distal dari nefron, termasuk tubulus distal
akhir dan duktus koligentes. Mekanisme yang membentuk urin encer adalah dengan
terus mereabsorbsi zat terlarut dari bagian distal sistem tubulus sementara tidak
dilakukan reabsopsi air.
2. Ginjal Menyimpan Air dengan Mengeluarkan Urin Pekat
Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang lebih pekat dari pada plasma penting
untuk kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat, termasuk manusia. Air
secara terus menerus hilang dari tubuh melalui berbagai cara, termasuk paru-paru
melalui evaporasi kedalam udara ekspirasi, traktus gastrointestinal melalui feses,
kulit melalui evaporasi dan perspirasi, dan ginjal melalui ekskresi urin. Bila terdapat
kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus menerus
mengekskresikan zat terlarut sementara meningkatkan reabsopsi air dan
menurunkan volume urin yang terbentuk. Volume urin yang diwajibkan kemampuan
pemekatan maksimal ginjal menunjukkan berapa banyak volume urin yang harus
diekskresikan setiap hari untuk membung sisa-sisa produk metabolism dan ion yang
dicerna dari tubuh. Volume urin yang minimal berperan pada dehidrasi, bersama
dengan air yang hilang dari kulit, traktus respiratorius, dan traktus gastrointestinal,
bila tidak ada air yang dapat di minum.
A.
Kebutuhan untuk Mengekskresikan Urin Pekat Kadar ADH yang Tinggi dan
Hiperosmotik Medula Ginjal.
Kebutuhan dasar untuk membentuk urin pekat adalah :
(1) Kadar ADH yang tinggi, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan
duktus koligentes terhadap air, sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini
mereapsobsi air cukup banyak, dan

(2) Osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula ginjal, yang menyediakan
gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya reabsorbsi air dengan adanya
kadar ADH yang tinggi.

B.
Mekanisme Arus Balik Menghasilkan Interstisium Medula Ginjal Hiperosmotik
Osmolaritas cairan interstisial pada hampir seluruh bagian tubuh adalah sekitar 300
mOsm/liter, yang mirip dengan osmolaritas plasma. Sedangkan pada medula ginjal
jauh lebih tinggi, meningkat dengan cepat sampai kira-kira 1200 mOsm/liter. Faktorfaktor utama yang ikut berperan dalam membentuk konsentrasi zat terlarut ke dalam
medula ginjal adalah sebagai berikut:
1. Transpor aktif ion natrium dan ko-transpor kalium, klorida, dan ion-ion lain keluar
dari segmen tebal cabang asenden ansa Henle ke dalam interstisium ginjal.
2. Tanspor aktif ion-ion dari duktus koligentes ke dalam interstisium medula.
3. Difusi pasif sejumlah besar urea dari bagian dalam medula duktus koligentes ke
dalam interstisium medulla.
4. Difusi sejumlah kecil air dari tubulus medula ke dalam interstisium medulla, lebih
sedikit dari pada reabsopsi zat terlarut ke dalam interstisium medula.
C. Peranan Tubulus Distal dan Duktus Koligentes dalam Mengekskresi Urin Pekat
Bila cairan tubulus meninggalkan ansa Henle dan mengalir ke dalam tubulus
kontortus distal di korteks ginjal, cairannya encer, dengan osmolaritas hanya sekitar
100 mOsm/liter. Kenyataan bahwa sejumlah besar air ini direabsorbsi ke dalam
korteks, dan bukan ke dalam medula ginjal, membantu mempertahankan
osmolaritas cairan interstisial medula yang tinggi.
D. Ureum Berperan Terhadap Hiperosmetik Insterstisium Medula Ginjal dan
Terhadap Pemekatan Urine.
Ureum berperan terhadap sekitar 40% osmolaritas (500 mOsm/liter) interstisium
medula ginjal saat ginjal membentuk urin pekat secara maksimal. Bila terjadi
kekurangan air dan konsentrasi ADH dalam darah nilainya tinggi, sejumlah besar
ureum direabsorpsi secara pasif dari bagian dalam medula duktus koligentes masuk
ke interstisium.
E.
Pertukaran Arus Balik di Vasa Rekta Mempertahankan Hiperosmotik Medula
Ginjal
Untuk menyuplai keperluan metabolik sel-sel di bagian ginjal ini, harus tersedia
aliran darah medula ginjal. Tanpa suatu sistem aliran darah medula yang khusus,
zat terlarut yang dipompa ke dalam medula ginjal oleh sistem arus balik akan
menghilang dengan cepat.
F.
Ringkasan Mekanisme Pemekatan Urin dan Perubahan Osmolaritas pada
Berbagai Segmen Tubulus
Perubahan osmolaritas dan volume cairan tubulus sewaktu cairan melewati berbagai
bagian nefron yaitu: Tubulus Proksimalis, cabang desenden ansa Henle, segmen
tipis cabang asenden ansa henle, segmen tebal cabang asenden ansa henle, semen
tebal cabang asenden ansa henle, segmen awal tubulus distal, semen akhir tubulus
dan tubulus koligentes kortikalis.
G. Gangguan kemampuan pemekatan urin
Gangguan kemampuan ginjal untuk memekatkan atau mengencerkan urin secara
tepat dapat terjadi pada satu atau lebih dari abnormalitas berikut ini:
1. Sekresi ADH yang tidak tepat. Sekresi ADH yang terlalu banyak atau terlalu
sedikit dapat menghasilkan pengaturan cairan yang abnormal oleh ginjal

2. Perusakan mekanisme arus balik. Hiperosmotik interstisium medula dibutuhkan


untuk kemampuan pemekatan urin yang maksimal.
3. Ketidakmampuan tubulus distal, tubulus koligentes, dan duktus koligentes untuk
berrespon terhadap ADH.
3. Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular dan konsentrasi natrium
Pengaturan osmolaritas cairan ekstraselular berhubungan erat dengan konsentrasi
natrium karena natrium adalah ion yang paling banyak jumlahnya dalam ruang
ekstraselular.
Memperkirakan osmolaritas plasma dari konsentrasi natrium plasma,
Ada 2 sistem utama yang terlibat khusus dalam pengaturan konsentrasi natrium dan
osmolaritas cairan ekstraselular :
A. Sistem umpan balik Osmoreseptor-ADH
1. Peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular (yang secara praktis berarti
peningkatan konsentrasi plasma) menyebabkan sel saraf khusus yang disebut selsel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior dekat nukleus supraoptik,
menyusut.
2. Penyusutan sel-sel osmoreseptor menyebabkan sel tersebut terangsang,
mengirimkan sinyal-sinyal saraf ke sel-sel saraf tambahan di nukleus supraoptik.
3. Potensial aksi ini yang disalurkan ke hipofise posterior akan merangsang
pelepasan ADH yang disimpan dalam granula sekretorik di ujung saraf.
4. ADH memasuki aliran darah dan ditranspor ke ginjal, dimana ADH
meningkatkan permeabilitas air bagian akhir tubulus distal, tubulus koligentes
kortikalis, dan duktus koligentes bagian dalam medula
5. Peningkatan permeabilitas air di segmen nefron distal menyebabkan
peningkatan reabsorpsi air dan ekskresi sejumlah kecil urin yang pekat.
b. Peranan Rasa Haus Dalam Mengatur Osmolaritas Cairan Ekstraselular Dan
Konsentrasi Natrium
Ginjal meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi kekurangan air melalui sistem
umpan balik osmoreseptor ADH. Selain itu, asupan cairan diperlukan untuk
mengimbangi kehilangan cairan apapun yang terjadi melalui berkeringat dan
bernapas serta melalui saluran cerna. Pusat-pusat sistem saraf pusat terhadap rasa
haus, peningkatan osmolaritas cairan serebrospinal dalam ventrikel ketiga memberi
pengaruh yang sama yaitu menimbulkan keinginan minum.
Respon osmoreseptor ADH dan mekanisme rasa haus yang terintegrasi dalam
pengaturan osmolaritas cairan dan konsentrasi natrium
Bila mekanisme ADH atau mekanisme rasa haus gagal, mekanisme yang lain
biasanya masih dapat mengatur osmolaritas ekstraselular dan konsentrasi natrium
dengan efektifitas yang memadai, selama tersedia asupan cairan yang cukup untuk
mengimbangi volume urin harian dan kehilangan air melalui pernapasan, keringat,
atau saluran pencernaan.
Mekanisme Keinginan Garam Untuk Mengatur Konsentrasi Dan Volume Natrium
Cairan Ekstraselular
Pemeliharaan volume cairan ekstraselular yang normal dan konsentrasi natrium
membutuhkan suatu keseimbangan antara ekskresi natrium. Keinginan garam
sebagian adalah akibat dari kenyataan bahwa manusia menyukai garam dan
memakanya tanpa memperhatikan defisiensi garam. Yang menyebabkan kehilangan
natrium yang banyak dalam urin dan menimbulkan :
(a) Penurunan volume cairan ekstraselular

(b) Penurunan konsentrasi natrium.


3 Lampiran
Pratinjau lampiran ginjalaaa.png

Pratinjau lampiran bkshfs.jpg

Pratinjau lampiran sdeag.jpg

Anda mungkin juga menyukai