Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RINGKASAN FARMASI

BAHAN SEDIAAN OBAT PADAT DAN BAHAN SEDIAAN OBAT CAIR

Oleh :
NOVELTY ANNIVERSARY
1209005143

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT DAN BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR

Landasan pemilihan BSO padat terbagi atas :


Obat rasa pahit : kapsul atau emulsi ; dapat dirusak oleh asam lambung : injeksi atau
suppositoria
Penderita umur dan berat badan ; kesadaran emergensi ; ekonomi
Penyakit emergensi ; area
Bioavailabilitas fraksi dari obat yang tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik
setelah dengan cara pemberian apapun
Klafikasi BSO berdasarkan konsistensinya terbagi menjadi 3, yakni : padat, setengah padat, dan
cair.
Bentuk Sediaan Obat (BSO) padat, dibagi menjadi 6 jenis :
Pulvis
Bahan atau campuran yang homogen dari bahan-bahan yang diserbukkan dan relatif
kering dan tidak dibagi-bagi. Untuk pemakaian oral atau luar dan merupakan BSO tertua.
Contoh : Serbuk luka dan serbuk tabur.
Pulveres
Dibagi bungkus-bungkus kecil dalam kertas unit doses system (300-500mg). Untuk obat
dalam. Keuntungan : berupa unit dose, dosis lebih tepat, lebih stabil, disolusi lebih cepat
Kerugian : rasanya, dapat merangsang mukosa mulut dan atau saluran cerna.
Kapsul
Sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang (dibuat dari metil celulosa, gelatin
atau bahan lain yang sesuai)
Tujuan : menghindari rasa dan bau yang tidak enak, membagi obat dengan dosis yang
tepat dan teliti, dan melindungi obat dari pengaruh luar
Tablet
Sediaan padat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan
dan mengalami disintegrasi/pecah dan disolusi/larut di lambung & usus.
Pil
Sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng yang mengandung satu atau lebih bahan
obat. Berat : 100-500mg
- pil kecil (granula) : beratnya 30mg, bila tidak disebutkan maka granula mengandung
bahan obat berkhasiat 1 mg.
- pil besar (boli) : berat >500mg
Untuk memperbesar volume diperlukan zat tambahan seperti zat pengisis, zat pengikat
dan pembasah dan bila perlu ditambahkan zat penyalut.
Suppositoria

BSO padat yg mengandung bahan obat dan bahan dasar diberikan dengan cara
memasukkannya melalui rectum, vagina, dapat melunak, larut atau melelh pada suhu
tubuh
Bahan dasar yang digunakan harus bersifat :
- titik lebur : suhu kamar 37C (larut atau meleleh dalam suhu tubuh)
- mudah bercampur dgn semua bahan obat
- tidak cepat tengik
- tidak mengiritasi mukosa
- tidak berinteraksi dengan bahan obat
Contoh bahan dasar : oleum cacao
Obat diberikan dalam bentuk suppositoria bila:
- keadaan pasien tidak memungkinkan mengkonsumsi obat peroral. Misalnya
pasien tidak sadar, pasien dengan hiperemesis atau pasien pra dan pasca operasi.
- obat dikehendaki bekerja lama
- diinginkan obat berefek lokal.
Sediaan Cair :
Sediaan cair terbagi menjadi 3 bentuk :
1. Solutiones (larutan)
2. Suspensiones ( suspensi)
3. Emulsi (emulsa)

Keuntungan sediaan cair :


Cocok untuk penderita yang sukar menelan
Absorpsi obat lebih cepat dibandingkan dengan sediaan oral lain.
Homogenitas leih terjamin
Dosis/takaran dapat disesuaikan
Dosis obat lebih seragam dibandinkan sediaan padat, terutama bentuk larutan.
Dapat mengurangi kerusakan obat oleh cairan lambung

Kerugian sediaan cair :


2

Tidak dapat dibuat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air
Sukar menutupi obat yg bau dan rasanya tidak enak
Takaran penggunaan obat tidak dlm dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal dan harus
menggunakan alat khusus
Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral)
Jenis larutan :
Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut
Larutan jenuh : larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air
pada tekanan dan temperatur tertentu
Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A melebihi batas kelarutannya di
dalam air pada temperatur tertentu
Faktor yang mempengaruhi kelarutan :
1. Polaritas

Kelarutan suatu zat memenuhi aturan like dissolves like artinya solute yang
polar akan larut dalam solvent yang polar.

garam-garam anorganik larut dalam air

Alkaloid basa larut dalam kloroform

2. Co Solvency

peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain
atau modifikasi pelarut

Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam air-gliserin

3. Kelarutan
Kelarutan zat organik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
Larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth subnitras
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4
3

Tidak larut dalam air


Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, NaCO3
Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO,
Ba(OH)2
Semua garam fosfat tidak larut, kecuali K3PO4, N
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut bersifat
endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan (eksoterm), karena akan
menghasilkan panas pada kelarutannya.
5. Salting out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan besar dibanding zat
utama akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan
karena ada reaksi kimia.
Contoh: Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh. Karena kelarutan NaCl dalam air lebih besar
dibandingkan kelarutan minyak atsiri dalam air maka minyak atsiri akan memisah.
6. Salting in
Peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa organik dengan penambahan suatu
garam dalam larutannya.
Contoh : riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung
nicotinamidum karena terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4
7. Pembentukan kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks
Contoh :
iodin larut dalam KI atau NaI jenuh
KI + I2 -> KI3
HgI2 + 2 KI->K2HgI4

Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :

Ukuran Partikel : makin halus solute, makin kecil ukuran partikel; makin luas solute yang
kontak dengan solvent, solute semakin cepat larut.

Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute

pengadukan/pengocokan.

Cara mengenal kerusakan larutan :


Terjadi kekeruhan atau perubahan warna
Terbentuk kristal atau endapan zat padat
Terjadi perubahan bau
Perubahan viskositas
Suspensiones (suspensi) merupakan sediaan yg mengandung bahan obat padat dlm bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa
Syarat :
1. Zat yg terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
2. Jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
3. Dapat diberikan suspensifying agent (suspensator) sebagai stabilisator.
Emulsa (emulsi) merupakan sediaan yang mengandung bahan obat atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan emulgator atau surfaktan yang sesuai.
Emulgator yaitu zat-zat yang dapat mengikat partikel-partikel dari zat-zat yang tak mau
bercampur. Misalnya minyak dan air tak bisa tercampur, tetapi dengan pertolongan
emulgator akan bisa tercampur homogen. contoh-contoh dr emulgator : P.G.A,
tranganchanth, gelatin, pulvis, kuning telur, susu, emulgide.
Surfaktan yaitu zat-zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari suatu cairan,
hingga menambah stabilnya suatu emulsi. contoh-contoh dr surfaktan : glycerin, saponin,
sabun carbowax,benzalkonium chlorida.
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan cair digolongkan menjadi :
1. Sediaan cair oral

Sirupi (sirop) adalah sediaan cair berupa larutan yg mengandung saccharosa, kecuali
dinyatakan lain kadar saccharosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Contoh : Sirup simplex, Sirup thymi, Sirup thymi compositus
2. Sediaan cair topical
Collyrium yaitu suatu larutan yang digunakan pada mata dengan tujuan sebagai antiseptik
serta mengeluarkan kotoran (debu) dari mata.
Pada umumnya mengandung obat-obatan, misalnya borat, NaCl atau obat lain semacam.
Kadang ditambah dengan ZnSO4 sebagai adstringent, epinephrin atau ephedrin sebagai
vasokonstriktor.
Contoh : collyr. Acidi borici (boorwater)
3. Sediaan cair rektal/vaginal
Enema adalah suatu larutan yang dimasukkan ke dalam rectum dan colon, untuk
merangsang pengeluaran feses, memberikan terapi lokal atau sistemik.
Berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik, sedatif, antelmentik.
Diberikan dlm jumlah yg bervariasi tergantung pada umur dan keadaan penderita
Contoh : microlax dan stesolid rectal tube.
4. Sediaan cair parenteral
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, disuntikan dgn cara merobek jaringan
kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Contoh penulisan resep BSO cair :
Solutio (obat luar)
R/ betadine sol. 30 ml fl. No.I
S.u.e
R/ betadine vag.douche c applicator fl. No I
S.u.c

Solutio ( obat dalam)


R/ decolgen liq. Fl. No I
S.3.d.d.cth. I

Anda mungkin juga menyukai