Senyawa obat akan mempunyai ketersediaan hayati yang lebih baik jika
dibuat dalam sediaan cair dibandingkan sediaan solida.
SEDIAAN LIKUID
Bergantung pada karakteristik fisikokimia dan stabilitas
zat aktif, sediaan oral cair dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Sediaan Larutan : suatu sediaan farmasi cair, dimana
semua zat padatnya terlarut di dalam cairan
pembawa nya.
2. Sediaan Suspensi : suatu sediaan farmasi cair,
dimana zat padatnya tidak larut dlm cairan
pembawanya dan hanya terdispersi di dalam cairan.
3. Sediaan Emulsi : Sediaan farmasi cair yang terdiri
dari dua atau lebih cairan yang tidak mau
bercampur se- samanya yg dg bantuan emulgator
dapat dibentuk suatu sediaan yg merata (homogen)
dlm waktu tertentu.
L A R U TA N :
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut. Misalnya : terdispersi secara molekular dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
2. Lar. Topikal
a. Losio (larutan/ suspensi) yang digunakan secara topikal.
b. Larutan otik : larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, co. lar otik neomisin B sulfat.
Penggolongan Larutan
Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut :
1. Spirit : larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
3. Air aromatik : larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah
menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya.
Air aromatik dibuat dengan cara destilasi dan disimpan dalam wadah
yang terlindung dari cahaya dan panas berlebih.
KEUNTUNGAN BENTUK
SEDIAAN LARUTAN
1. Memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian yang
lebih tinggi (Karena molekul-molekul dalam larutan
terdispersi secara merata).
LARUTAN Sistemik
2. Parafin cair
• Digunakan kosolven obat luar dalam emulsi
PELARUT SEDIAAN LARUTAN
3. Etanol/ alkohol
• Paling banyak digunakan → terutama untuk pemakaian luar.
• Kadar > 15% → antimikroba
• Untuk oral dan parenteral → kadar rendah → kosolvensi dengan air.
4. DMSO
• Sangat polar → meningkatkan penetrasi obat melalui kulit (topikal)
PELARUT SEDIAAN LARUTAN
5. Alkohol polihidroksi
• Mengandung 2 gugus hidroksil
• Propilen glikol dan gliserol digunakan sebagai kosolvensi dengan air
• Poli etilen glikol (PEG) bobot molekul rendah (PEG 400) digunakan sebagai
pelarut injeksi eritromisin etil suksinat.
KELARUTAN
❑ Kelarutan merupakan faktor yang SANGAT PENTING dalam proses
pembuatan Sediaan Larutan
❑ Melarut tidaknya suatu Zat atau bahan ke dalam suatu sistem tertentu
dan besarnya kelarutannya, tergantung dari sifat serta intensitas
kekuatan yang ada.
15
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
❑ pH Larutan (lingkungan)
→ Kebanyakan obat bersifat asam atau basa lemah,
sehingga kelarutan sangat dipengaruhi oleh pH Larutan
❑ Kosolvensi
Kelarutan obat dapat ditingkatkan dengan penambahan
pelarut yang disebut dgn kosolven, Misalnya luminal
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin
❑ Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik)
larut dalam kloroform. 16
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
❑ Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila
kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
❑ Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang
menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar.
Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam
larutan yang mengandung Nicotinamida.
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
❑Temperatur
• Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat
padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
• Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan
tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada
proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
❑ Kompleksasi
Besarnya kelarutan suatu obat dapat ditingkatkan dengan
pembentukan suatu kompleks. Hal ini disebabkan karena adanya
penambahan kelarutan dari masing-masing senyawa dengan
kelarutan dari kompleks yg terbentuk.
Beberapa contoh reaksi kompleks yg meningkatkan kelarutan
i. Ferri chlorida dg Nat.pyrophosphas → Pyrophosphas natri- co ferrici larut
dlm air.
ii. Ferri chlorida dg zat alkalis → Fe(OH)3. Bila ada saccharida (e.g.
saccharum album) → Ferri saccharat, larut.
iii. Borax (Na2B4O7) dan Acidum boricum (H3BO3) dengan gliserin, asam
tartrat dan asam salicylat → kompleks yg larut.
iv. Coffein dengan Natrii benzoas sama banyak : terjadi campuran Coffein et
Natrii benzoas : larut dlm air.
v. Coffein dengan Acidum cirticum sama banyak : terjadi Citras coffein : yg
larut dlm air.
vi. Chinini sulfas dg Acidum sulfuricum dilutum terjadi Chinin bisulfas yg larut
dlm air 19
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
• Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil
ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang
kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan
kelarutan solute.
3. Pengadukan.
Macam-macam sediaan larutan obat
Digolongkan menurut tujuan pemakaiannya :
1. Lar. Untuk mata : collyrum (obat cuci mata), guttae opthalmicae (obat tetes mata).
2. Lar untuk telinga : solutio otic, guttae auriculares
3. Lar untuk hidung : collunarium (obat cuci hidung), guttae nasales, inhalationes
4. Lar untuk mulut : collutorium (obat cuci mulut), gargarisma/ gargle, litus oris (obat oles bibir),
guttae oris (tetes mulut).
5. Lar parenteral : injeksi
6. Lar untuk rektal : clysma, enema
7. Lar untuk vagina : douche
8. Lar oral : potiones (obat minum), sirop, eliksir, netralisasi, saturatio, potio, effervescent, guttae
9. Lar topikal : ephithema (obat kompres), lotiones
Part. 1
SYRUP
Definisi …. ?
• Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kecuali diutarakan lain, kadar
sakarosa,C12H22O11,tidak kurang dari 64,0% dan tidak
lebih dari 66,0% (FI III).
d. Antioksidan
Berfungsi sebagai zat yang mencegah reaksi oksidasi dari
senyawa yang teroksidasi oleh oksigen, contoh : Asam
askorbat, asam sitrat, natrium metabisulfit.
Komponen Sediaan Sirup
e. Pengatur pH (larutan dapar/ buffer)
Zat yang range stabilitasnya kecil maka harus didapar dengan
dapar yang sesuai.
Buffer adalah suatu zat yang ketika dilarutkan dalam suatu
pelarut, senyawa ini mampu mempertahankan pH ketika suatu
asam atau basa ditambahkan.
Contoh : sitrat, fosfat
f. Pewarna
Untuk menutupi penampilan yang tidak menarik atau
meningkatkan penerimaan pasien.
Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan flavour
sediaan tersebut.
Komponen Sediaan Sirup
g. Flavouring agent (pewangi dan pemberi rasa)
Menutupi rasa yang tidak enak
Pemilihan pewangi harus dipertimbangkan, misal anak-anak
: suka buah-buahan, dewasa : asam.
Untuk bahan-bahan
yang tidak tahan
Cepat
(rusak) atau menguap
apabila dipanaskan.
Resep 2.
R/ GG
INH aa 500 mg
Piridoksin HCl 10 mg
Syr simpleks 10%
Mf Potio 200 ml
S b dd cth II
Pro Gina : 40 kg
FORMULA SIRUP
Tentukan Fungsi dari eksipien dalam
formula sirup di bawah ini !
Soal
Tentukan kekuatan sediaan dari sirup dektrometorfan dan
sirup parasetamol yang biasa ada di pasaran (dalam takaran 5
mL) ! Tentukan apakah pada kadar tersebut dektrometorfan
dan parasetamol dapat larut sempurna dalam air ? (perhatikan
data kelarutannya)