Anda di halaman 1dari 55

Macam-macam larutan

Pemakaian Oral Pemakaian topikal


MENGANALISA SEDIAAN OBAT BENTUK
LARUTAN
PENGERTIAN :
 Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
 Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi

secara merata, maka penggunaan larutan sebagai


bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik
jika larutan diencerkan atau dicampur
Tipe Larutan
Larutan Encer

Larutan

Larutan Jenuh

Larutan Lewat Jenuh


Macam-macam pelarut :
 Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang
terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai
adalah :
 Air untuk macam-macam garam
 Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
 Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
 Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
 Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
 Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak,
kamfer, menthol, chlorobutanol.
 Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan
1. Sifat dari solute atau solvent.
 Solute yang polar akan larut dalam solvent
yang polar pula. Misalnya garam-garam
anorganik larut dalam air.
 Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa
(umumnya senyawa organik) larut dalam
chloroform.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan
2. Temperatur.
 Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya
dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm,
karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
 Zat terlarut + pelarut + panas  Larutan

 Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur


menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat
eksoterm, karena pada proses kelarutannya
menghasilkan panas.
 Zat terlarut + pelarut  Larutan + panas
 Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat,
minyak atsiri, gas-gas yang larut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
3. Salting Out.
 Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama,
akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
 Contoh :

 Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air

tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl


dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri
dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
 Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot

menghasilkan endapan papaverin base.


4. Salting In

 Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang


menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent
menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak
larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
5. Cosolvensi.
 Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut. Misalnya Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air – gliserin atau solutio petit

6. Kelarutan.
 Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat
anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :

1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil


ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang
kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah
kenaikan kelaruta solute.
3. Pengadukan.
ISTILAH KELARUTAN
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang
diperluk an untuk melarutkan
satu bagian zat.
Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30

Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1000

Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000


Cara Mengerjakan Obat dalam Larutan

1. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara


gerus tuang (aanslibben)

2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas, Bic natric


digerus tuang , kemudian ditambah natrium
salicylas.Untuk mencegah terjadinya perubahan
warna pada larutan harus ditambahkan Natrium
pyrophosphat sebanyak 0,25 % dari berat larutan.

3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan
dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas,
kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan
kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya.
Kadar Sublimat dalam obat mata 1 :4000

4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan


pemanasan . Pada proses pemanasan akan terbentuk batu
kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok –
kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring
dengan gelas wol .

5. Seng klorida,, melarutkan seng klorid harus dengan air
sekaligus, kemudian disaring . Karena jika airnya sedikit
demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang
sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat
larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian
tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.

6. Kamfer, kelarutan dalam air 1: 650. Dilarutkan dengan


spiritus fortior ( 96 % ) 2 X berat kamfer dalam botol
kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas
sekaligus , kocok lagi.

7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin.
Tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut
dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga
larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas
yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin
dalam air kocok baru tambahkan gliserin.

8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara


ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼
jam.

9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak,


diamkan selama ¼ jam , di tempat yang gelap.
10. Succus liquiritiae,
a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.
b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.

11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air


1 : 20
a. Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk
mencegah kristalisasi.
b. Bila air tidak cukup disuspensikan dengan
penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan
tersendiri.

14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan


air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2
CC

15. Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
 Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya

kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya


tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16.Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
 Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X
nya kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin
hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.

17. Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000


a. Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air
b. Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak
c. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-
goyangkan
d. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan
dalam sediaan yang diawetkan.
18. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan
20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah
yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.

I. Larutan Oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral ,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven-air.

1. Potiones (obat minum)


Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam
( per oral ). Selain berbentuk larutan potio dapat juga
berbentuk emulsi atau suspensi.

POTIO
2. Elixir
 2.

 Adalah sediaan larutan yang mengandung


bahan obat dan bahan tambahan (pemanis,
pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki
bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut
digunakan campuran air - etanol.

 Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan


obat . Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol,
sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk
pengganti gula bisa digunakan sirup gula.

POTIO

Parasetamol drop Parasetamol elixir


3. Sirup

 Ada 3 macam sirup yaitu :


 sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan
nipagin 0,25 % b/v
 sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan
atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan
 sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung
zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini
bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak
enak.
4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent.

 Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan


mencampurkan bagian asam dan bagian basa
sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral
Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas
Ammonicus

 Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan


dengan bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat
dengan pemanasan.

Saturatio

 adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam


dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah
sehingga larutan jenuh dengan gas.

 Pembuatan :
 Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia.
Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
 Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan
sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.

Potio Effervescent
 Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh.

 Pembuatan :
 Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.
 Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa
dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.

 Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga


stabilitas obat, dan kadang-kadang dimaksudkan untuk
menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Potio Effervescent
 Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan
potio effervescent adalah :
 diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10
bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet
yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
 Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut ,
karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan
botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
POTIO EFFERVESCENT
Penambahan Bahan-bahan
Zat – zat yang dilarutkan dalam bagian asam
 a. Zat netral dalam jumlah kecil.

 Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan


dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya.
 b. Zat-zat mudah menguap.
 c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
 d. Sirup

Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.


a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan ammonium
harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan terbentuk endapan
kalium atau ammonium dari asam tartrat.

5. Guttae
 Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi
atau suspensi , apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk
obat dalam.

 Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang


menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan
penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia. Biasanya
obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat
diteteskan langsung kedalam mulut.

 Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang


digunakan untuk anak-anak atau bayi .

 Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan


pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk teling
PEDIATRIC DROP
II. Larutan Topikal
 Larutan topikal ialah larutan yang biasanya
mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain,
misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit
dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut.

 Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio


 Sedian-sedian termasuk larutan topical :
1. Collyrium

 Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus,
digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat
pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga
jernih,masukkan kedalam wadah, tutup dan sterilkan.
Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
 Pada etiket harus tertera :
 Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
 “ Obat cuci mata”
 Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling
lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung
pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka
tutupnya
COLYRIUM
2. Guttae Ophtalmicae
 Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada
mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam
bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada
kornea.

 Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :

 Nilai isotonisitas.
 Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis
sama dengan larutan NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan
terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v
dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2, 0 % b/v.
GUTAE OPTHALMICAE
Pendaparan
 Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah
kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah
kaca. Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu
penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu
misalnya : garam – garam alkaloid.

 Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti
pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/
mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH
sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.

 Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas
adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.

 Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus
mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada
waktu wadah dibuka pada saat digunakan.

 Pengawet yang dianjurkan :


 nipagin dan nipasol
 fenil merkuri nitrat, timerosol
 benzalkonium klorid
 klorbutanol, fenil etil alcohol
Pengental
 Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih
lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan
harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil selulosa,
hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol

Cara Pembuatan obat tetes mata
 Obat dilarutkan kedalam sal;ah satu zat pembawa yang mengandung salah
satu zat pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam
wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-
116oC selama 30 menit.

 Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu
zat pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam
wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat

 Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu
zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam
wadah, tutup rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid , dipanaskan
pada suhu 98- 100oC selama 30 menit.
3. Gargarisma
 Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan
umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu
sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.

 Penandaan.
 Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
 “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “
 Contoh : Betadin Gargle.

GARGLE
4&5. Litus oris dan Guttae Oris
 4. Litus Oris.
 Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara
disapukan dalam mulut.
 Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin.

 5. Guttae Oris
 Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan
cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-
kumurkan, tidak untuk ditelan.
LITUS ORIS
6. Guttae Nasales
 Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak
mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
7. GUTTAE AURICULARES
8. Inhalationes
 Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh hidung atau
mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran
pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat
halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.
9. Injectiones / Obat suntik

 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi


atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikan dengan cara merobek jaringan
kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
10. Lavement / Enema / Clysma
 Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon yang gunanya untuk
membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik
Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
atau pembersih faeces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat
lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai
karminativa, emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain.
Dalam hal ini untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang
terhadap usus , dipakai basis berlendir misalnya mucilago amyli. Pada
pemakaian per rectal berlaku dosis maksimal.

 Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan
penderita. Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat
dan diberikan sebanyak 100 – 200 ml.

ENEMA
11. Douche
 Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat
ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung bahan obat
atau antiseptik.

 Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam


bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau hendak
digunakan dilarutkan dalam sejumlah air tertentu, dapat juga
diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan seperlunya.
Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta
aplikatornya)

DOUCHE
DOUCHE
12. Epithema/Obat Kompres

 Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin


pada tempat tempat yang sakit dan panas karena radang atau
berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah. Contoh : Liquor Burowi, Solutio
Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.

Anda mungkin juga menyukai