Sediaan Steril
1
Pokok Bahasan
Pertemuan 4 :
1. Jenis-jenis zat tambahan
2. Tujuan Penggunaan zat tambahan
3. Syarat-syarat zat tambahan
4. Pengawet
5. Buffer
6. Antioksidan
7. Bahan Pengkhelat
Pertemuan 5:
8. Penambah kelarutan
9. Pembantu pengisotoni
10. Efek Hipotonik & Hipertonik pada sel darah merah
11. Bahan tambahan lain
2
Pertemuan 4
3
TUJUAN PENAMBAHAN BAHAN TAMBAHAN
(EXCIPIENTS) KE FORMULASI PARENTERAL :
4
Jenis-Jenis Zat Tambahan dalam Obat Suntik
1. Pengawet
2. Buffer atau dapar
3. Anti Oksidan
4. Bahan Pengkhelat
5. Penambah kelarutan
6. Pembantu pengisotoni
7. Bahan-bahan tambahan lain
( pemati rasa = anestetik lokal, vasokonstriktor, stabilisator ,
gas inert, bahan pengkomplek, pengkhelat dll )
5
Tujuan pemakaian zat tambahan dalam obat
suntik
1. Menjaga sterilitas larutan obat untuk takaran berganda
2. Menjaga stabilitas fisika dan kimia obat
3. Menambah kelarutan obat
4. Mengurangi rasa sakit dan iritasi pada tempat
penyuntikan
SYARAT-SYARAT BAHAN TAMBAHAN UNTUK OBAT
SUNTIK:
7
1. Pengawet
Pengawet digunakan untuk mempertahankan sterilitas sediaan
larutan obat suntik dosis berganda.
9
OBAT SUNTIK YANG TIDAK DITAMBAH PENGAWET
10
Contoh ketidakcampuran pengawet
Benzil alkohol
tidak bercampur dengan Chloramphenicol sodium
succinat, metilsellulosa dan surfaktan nonionik
(polisorbate 80)
11
Thimerosal
Mengendap dalam larutan asam.
Tidak stabil pada pH < 7.
Tidak bercampur dengan aluminum dan logam-logam lain,
perak nitrat, larutan natrium klorida, lecithin, senyawa fenil
merkuri, senyawa amonium kwarterner, protein, na
metabisulfit, senyawa EDTA.
Menyerap karet dan beberapa plastik dari tutup wadah
12
Benzalkonium klorida tidak bercampur :
- senyawa surfaktan anionik dan detergens
- surfaktan nonionik konsentrasi tinggi,
- sitrat, iodida, nitrat, permanganat, salisilat, garam perak,
tartrat, larutan asam borat 5% , alkali hidroksida, karbonat
dan lain-lain
13
Klorobutanol
Tidak bercampur dengan perak nitrat dan garam natrium sulfonamida
Terhidrolisa menjadi asam klorida pada pH netral atau diatasnya,
Digunakan dalam larutan yang dibuffer pada pH 5-5,5
Aktifitas hilang karena serapan polietilen atau permukaan karet dari
wadah
Diinaktif oleh polisorbate 80, CMC
14
2. BUFFER
15
Kapasitas buffer : Pengukuran dari ketahanan terhadap perubahan
pH dari suatu larutan
Contoh Buffer : Acetat, Citrat , phosphat, as amino ( Polipeptida)
16
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH obat suntik
Penguraian sediaan
Efek wadah dan tutup ( pembebasan álkali dari wadah gelas,
atau dari karet penutup)
Diffusi gas melalui tutup
Contoh Buffer : Natrium .sitrat , Natrium fosfat, Na laktat,
Na asetat, Na.succinat, histidine, Tris (hidroksimetil)
aminometan dan lain-lain
17
3. ANTI OKSIDAN
18
Antioksidan untuk injeksi dalam minyak
- Propil gallat 0,005-0,15%
- α Tocopherol 0,05-0,5%,
Antioksidan ( Reducting agent)
-Na bisulfit (0,02-0,1%)
-Na metabisulfit ( 0,1-0,15%)
-Sodium formaldehyde sulfoxylate (0,1-0,15)
-Thiourea (0,05%)
Antioksidan (Blocking agent)
-Ascorbic acid ester ( 0.01-0,05%)
-citric acid (0,005-0,01%)
- Phosporic acid (0,05-0,01%)
- Tartaric acid (0,01-0,02%)
19
4,. BAHAN PENGKHELAT
20
Contoh bahan pengkelat :
Asam edetat 0,1% ,
Di Natrium edetat 0,1%,
Kalsium diNatrium edetat 0,1% ,
Asam sitrat 0,3-2,0%
Asam tartrat .
22
5. PENAMBAH KELARUTAN ( SOLUBILIZING AGENTS)
23
Contoh:
1. Co solvent/ pelarut organik yang dapat bercampur
Etil alkohol 1-50 % ,
Gliserin 1-50 %,
Polietilen glikol(300 & 400) 1-50 %, Propilen glikol
Polysorbat 20, 40, 80,
Sorbitol,
Povidone, sorbitan monopalmitate , dimetilasetamida, Cremophor El
Polyoxyethylene sorbitan monooleate (Tween 80)
Sorbitan monooleate
Polyoxyethylene sorbitan monolaurate (Tween 20)
Lecithin
Polyoxyethylene–polyoxypropylene copolymers
24
Digunakan untuk obat-obat barbiturat, antihistamin dan
glikosida jantung
25
2. Bahan Surfaktan
Polyoxythylene sorbitan monooleate (Tween 80)
Polyoxyethylene sorbitan monolaurate (Tween 20)
Lecithin
Polyoxyethylene–polyoxypropylene copolymers (Pluronics1)
26
Contoh Zat penambah kelarutan secara kimia (kompleks )
a. Penambahan Na benzoat untuk menambah kelarutan caffein dalam
Injeksi Caffein Na benzoat
b. Penambahan etilen diamin yang berlebih dalam Injeksi
Aminophyllin untuk mempertahankan kelarutan theophyllin
c. Penambahan kalsium d-saccharat atau laktobionat ,
glukoheptonat, dan laevulinat dalm injeksi kalsium glukonat untuk
mencegah kecendrungan kristalisasi kalsium gluconat.
Garam-garam kalsium yang ditambahkan tidak lebih 5% dari
kalsium gluconat
27
6. PEMBANTU PENGISOTONI (PENGATUR TONISITAS).
DEFINISI :
Larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama seperti
cairan tubuh tertentu disebut isotonik dengan cairan tubuh
spesifik tersebut
Larutan NaCl 0,9% isotonik dengan cairan tubuh
Larutan yang tekanan osmosis lebih rendah dari cairan
tubuh atau larutan NaCl 0,9% disebut hipotonik.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih tinggi
dari cairan tubuh atau larutan NaCl 0,9% disebut
hipertonik
28
Osmosis :
Proses jika 2 larutan ditempatkan pada setiap sisi membran
semipermeabel, pelarut akan melewati membran dari larutan yang lebih
encer menuju larutan yang lebih pekat untuk menyeimbangkan
konsentrasi .Tekanan yang bertanggung jawab untuk gerakan pelarut itu
disebut tekanan osmosis.
Isoosmotik :
Dua larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama
29
30
31
Efek larutan hipotonik pada sel-sel darah
merah
Menyebabkan sel-sel mengembang dengan cepat sampai
pecah membebaskan isi sel ( hemolisis).
Kerusakan ini permanen, dan sangat berbahaya jika sel-
sel yang pecah banyak. (diberikan dalam volume yang
besar)
Larutan yang hipotonis dibuat isotonis dengan
penambahan bahan-bahan pengisotonis
Contoh bahan pengisotonis: NaCl, dekstrosa , KCl, Na
sitrat, Na. Nitrat dan K Nitrat, sorbitol, manitol
32
Efek Larutan hipertonik pada sel-sel darah
merah
A. Larutan untuk injeksi intra vena
Sel-sel akan mengerut, dinding sel kelihatan berlekuk-lekuk
(crenulation) dan kerusakan ini bersifat temporer atau
sementara akan menjadi normal kembali bila tekanan
menjadi sama pada permukaan dinding sel. Oleh karena itu
bila disuntikkan ke aliran darah harus perlahan-lahan dimana
larutan akan diencerkan dengan cepat oleh sirkulasi darah
yang cepat.
33
B. Larutan untuk Injeksi Subkutan
Isotonisitas tidak begitu penting karena disuntikkan kedalam
jaringan lemak, tidak kedalam aliran darah
34
D. Larutan untuk Injeksi intrakutan: Sediaan-sediaan
diagnostik harus isotonik karena larutan yang tidak isotonik
(paratonik) akan menyebabkan reaksi yang salah
35
Ada 6 cara untuk menghitung tonisitas larutan injeksi:
1. Konsentrasi molekuler
2. Konsentrasi ion
3. Faktor disosiasi
4. Penurunan titik beku
5. Ekivalensi NaCl
6. Grafik
7. Bahan Tambahan lain
1. Surfaktan
Digunakan dalam suspensi parenteral sebagai:
- Bahan pembasah untuk serbuk yang akan disuspensikan
karena distribusi yang uniform dari obat diperlukan untuk
mendapatkan dosis yang cukup
- Untuk mencegah terjadinya caking sehingga sulit
didispersikan ( sulit pengambilan pada waktu penyuntikan)
37
Alasan penambahan surfaktan :
Meningkatkan kelarutan obat melalui miselisasi
Mengikatkan stabilitas obat melalui penjeratan dalam
suatu struktur misel
Mencegah agregasi disebabkan interaksi inter- facial
cairan/udara atau cairan/padat mis: formula yang
mengandung protein ( polisorbat 80)
39
3. Zat tambahan lain
a. zat pemati rasa
Penyuntikan larutan yang terlalu asam dapat menimbulkan
rasa sakit pada waktu penyuntikan.
Untuk mengurangi rasa sakit dapat ditambahkan zat pemati rasa,
misalnya :
Benzil alkohol 1,5-2 % ( Injeksi luminal)
Novocain ( Injeksi vitamin B complek)
Procain ( Injeksi penisillin)
40
b. vasokonstriktor
contoh : epinefrin 1:100000 dalam injeksi lidokain HCL untuk
memperpanjang efek lokal daripada obat
c. Stabilisator
contoh: - Garam-garam kalsium ( injeksi kalsium glukonat)
- Gas CO2 dalam injeksi Na bikarbonat
- Theophyllin dalam injeksi Mersalyl ( komplek asam
organik yang mengandung merkuri)
- 1 % lesitin dalam suspensi pitonadion
41