Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI TABLET

KEL 3

RIZMA, RYFAN, SONIA, SRI, SUGIH, ULPAH, WINDY, YANTI, YUNI


Tujuan
Mahasiswa mampu
melakukan evaluasi tablet
dan mengetahui kriteria
tablet yang baik
Teori Tablet
1. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa bahan pengisi. Sebagian
besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan.
Tablet dapat juga dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaannya tergantung pada
desain cetakan (Ditjen POM, 1995).
2. Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuataannya lebih
sederhana, dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaanya lebih praktis jika dibandingkan
dengan sediaan yang lain (Lachman dkk.,1994).
3. Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi
tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang,
bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert,
tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu
(Soekemi, 1987).
4. Macam-macam jenis tablet adalah tablet kompresi, tablet kompresi ganda, tablet salut gula, tablet diwarnai
coklat, tablet salut selaput, tablet salut enterik, tablet sublingual atau bukal, tablet kunyah, tablet effervescent,
tablet triturat, tablet hipodermik, tablet pembagi, tablet dengan pengelepasan terkendali (Ansel, 2005).
Alat dan Bahan
Alat Bahan
• Jangka sorong • Sediaan Tablet
• Hardnerss tester
• Timbangan
• Friablator
1. Uji Organoleptik

Tablet diamati secara Bentuk dan warna


visual, seperti bentuk, sedapat mungin sama
warna, dan bau dari antara satu dengan
tablet yang dihasilkan yang lainnya

Standar: bentuk dan warna yang dihasilkan sedapat mungkin sama antara satu dengan yang lainnya (Depkes, 1995)

2. Uji keseragaman bobot tablet


Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang
Dua puluh tablet ditimbang secara masing-masing bobotnya
acak dan dihitung bobot rata-rata menyimpang dari bobot rata-rata
tiap tablet. tabletnya lebih besar 5%, dan
tidak satu tablet yang bobotnya
menyimpang dari bobot
rataratanya lebih dari 10%

Standar: tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
tabletnya lebih besar 5%, dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari
10% (Anonim 1, 1979)
3. Uji keseragaman bentuk dan ukuran

Pada pengukuran diameter dan


ketebalan tablet digunakan Ukur diameter, tebal, dan
tablet sebanyak 20 tablet bobot masing-masing tablet
dengan menggunakan alat kemudaian rata-ratanya
pengukur berupa jangka sorong dihitung
dengan ketelitian 0,05 mm.

Standar: kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3x dan tidak kurang dari empat per tiga
tebal tablet (Depkes, 1979)

4. Uji kekerasan tablet


Diambil 10 tablet secara
acak kemudian Dilihat pada tekanan
diletakkan pada landasan berapa (Kg daya)
mesin uji kekerasan tablet pecah.
Erweka.

Standar: Kekerasan tablet yang dianjurkan adalah 4-8 kg (Parrot, 1971).


5. Uji Kerapuhan tablet
Untuk tablet yang Seluruh tablet
Tablet dibersihkan memiliki berat < dimasukkan ke dalam
kemudian ditimbang 650 mg maka ditimbang friabilator, alat
dengan seksama. tablet sampai berat dijalankan selama 4
mendekati 6,5 g. menit.

Tablet dikeluarkan dari


Dihitung % bobot alat, dibersihkan dari
yang hilang. debu dan ditimbang
dengan seksama.

Standar: Bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 % (Shet, dkk., 1980).
6. Uji waktu hancur tablet

Dimasukkan 1 tablet pada Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak


masing-masing tabung dari Waktu hancur tablet
hancur sempurna, ulangi
keranjang serta satu cakram dihitung mulai keranjang pengujian dengan 12 tablet
pada tiap tabung dan alat tercelup hingga terdapat lainnya: tidak kurang 16 dari 18
dijalankan, air yang digunakan lagi bagian tablet yang tablet yang diuji harus hancur
sebagai media bersuhu 37º ± tertinggal di atas keranjang.
2º. sempurna

Standar: waktu yang diperbolehkan untuk tablet tidak bersalut enterik adalah tidak lebih dari 15
menit (Depkes RI, 1979)
Referensi
1. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
2. Ansel,H.C., 2005. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta. Halaman 96,147.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III.Departemen Kesehatan RI :
Jakarta
4. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
5. Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 651- 662,1077.
6. Parrot, L. 1971. Pharmaceutical Technology. United States of America: Burges Publishing Company. Halaman
82.
7. Sheth, B. B., Bandelin F. J., and Shangraw R. F. 1980. Compressed Tablet, In Lachman L., Lieberman H. A., Kanig
J. L. Pharmaceutical Dosage Forms, Tablets, Volume I. New York: Marcel Dekker Inc.
8. Soekemi, R.A,Yuanita,T, Fat Aminah, Salim Usman. 1987. Tablet. Mayang Kencana. Halaman 18-19.

Anda mungkin juga menyukai