Anda di halaman 1dari 31

PENGEMBANGAN

FORMULASI
SEDIAAN STERIL
Created by :
Jumasni Adnan, S.Farm.,M.Si.,Apt.
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengembangkan formulasi sediaan steril

Bahan Pembelajaran
• Pengembangan formula
• Komposisi sediaan steril
• Prinsip Pembuatan, pengemasan dan etiket sediaan steril
Pengembangan Formulasi
• Yang harus diperhatikan:
1. Pemilihan bahan aktif dan bahan tambahan,
2. Pemilihan pH larutan yang berkaitan dengan stabilitas obatnya,
dan sifat isohidris sediaan
3. penentuan dosis obat dan wadah yang sesuai
4. Pemilihan cara sterilisasi
KOMPOSISI SEDIAAN STERIL
Secara umum komposisi sediaan steril adalah :

1. ZAT AKTIF
2. PEMBAWA
3. ZAT TAMBAHAN
1. Zat Aktif

ZAT
AKTIF ??????????????
??
2. Pembawa
Syarat-syarat pembawa / pelarut
Inert
Dapat diterima dan diserap dengan baik oleh tubuh
Tidak toksis dalam jumlah yang disuntikkan dan tidak
merangsang
Tidak menganggu khasiat obat
Tidak bereaksi untuk identifikasi dan penetapan kadar
Tidak mempengaruhi aktivitas obat
Tidak mengiritasi

Dasar pemilihan pembawa/ pelarut obat suntik adalah berdasarkan


kelarutannya, apakah dalam air atau pelarut lain yang sesuai
misalnya : minyak lemak
Sifat Air sebagai pembawa
Sifat air yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis tubuh , Konstanta
dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarutkan senyawa anorganik seperti
elektrolit dan Ikatan hidrogen air dapat melarutkan sejumlah senyawa organik

Persyaratan Air untuk injeksi (water for injection)


Dibuat segar
Bebas pirogen
Total zat padat tidak lebih 1 mg per 100 ml air untuk injeksi
pH 5-7
Tidak boleh mengandum ion-ion klorida, sulfat, kalsium, amonium,
nitrat, nitrit
Batas logam berat
Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
Tidak boleh mengandung zat tambahan
1. Water for injection (WFI) (USP), merupakan -pelarut yang
paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik
- air ini dimurnikan dengan cara destilasi atau reverse
osmosis, dan memenuhi standar yang sama dengan
purified water (USP), yaitu mengandung zar padat tidak
boleh lebih dari 1 mg% WFI, dan tidak boleh mengandung
zat penambah
- WFI tidak steril tapi harus bebas pirogen
- penyimpanan pada wadah tertutup rapat pada suhu di bawah
atau di atas kisaran di mana mikroba dapat tumbuh, wadah
dari gelas atau dilapisi gelas
2. steril WFI (USP), adalah air untuk obat suntik
yang telah disterilkan, dan dikemas dalam wadah-wadah
dosis tunggal yang tidak lebih besar dari 1 liter
- steril, bebas pirogen, dan tidak boleh ada zat tambahan lain/zat
antimikroba
- digunakan sebagai pelarut, pembawa, atau pengencer obat
suntik yang telah disterilkan dan dikemas (penambahannya
dilakukan secara aseptis, contoh penambahan steril WFI pada
serbuk kering ampicillin)
3. Bacteriostatic WFI (USP)
• Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau lebih zat
antimikroba yg sesuai
• Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum maksimal 30 ml
• Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan volume kecil
• Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka digunakan steril
WFI, bukan bakteriostatik WFI
• Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi dengan bahan obat
4. NaCL Injection (USP)
• Adalah larutan steril dan isotonik NaCl dalam air untuk obat suntik, tdk
mengandung antimikroba
• Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntik= 154 mEq/liter
• Digunakan sbg pembawa steril dalam larutan atau suspensi obat
5. Injeksi Bakteriostatik NaCl
• Adalah NaCl injection yg mengandung bakteriostatik
6. Ringer’s injection (USP)
- Berisi NaCl, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat
suntik (kadarnya sama dengan kadarnya dalam cairan badan
- Digunakan sebagai pembawa obat atau sebagai elektrolit
Pembawa bukan air
1. Digunakan pada obat – obat yang kelarutannya dalam air terbatas,
atau obat yang mudah terhidrolisis
• Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
• Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk meingkatkan
kelarutan suatu obat yang kurang larut dalam air
• Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah terhidrolisis,
contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan pelarut yangterdiri
dari campuran air, etanol dan propilen glikol (solutio petit)
• 2. Syarat pembawa: tidak toksik, tidak mengiritasi, inert terhadap
obat, stabilitas fisis dan kimia pembawa dalam berbagai tingkatan
pH, viskositasnya, titik didihnya harus cukup tinggi shg
memungkinkan sterilisasi dengan panas, tekanan uap rendah
(mencegah timbulnya masalah selama sterilisasi dengan pemanasan),
kemurnian stabil , diberikan secara intramuskulerNetral
Pemilihan Pelarut Non Air
• Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi
• Dapat tersatukan dengan zat aktif
• Tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan
• Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasanya digunakan
• Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikkan dengan
mudah
• Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar
• Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi
yang menggunakan panas
• Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh
Contoh pelarut atau pembawa bukan air
1. minyak lemak nabati (viskositas tergantung pada komposisi asam
lemaknya), contoh: minyak jagung, wijen, biji kapas, kacang
tanah, zaitun)
2. gliserin, PEG, propilenglikol, alkohol

• Batasan-batasan USP untuk minyak lemak nabati : harus tetap


jernih walau didinginkan sampai 10 der C (biar tetap jernih dan
stabil selama penyimpanan), minyak harus tdk boleh mengandung
minyak mineral atau parafin karena zat tersebut tidak diabsorbsi
tubuh, ada syarat bilangan penyabunan dan bilangan yodium
- rawan alergi
3. Zat tambahan dalam formulasi sediaan
parenteral
• Manfaat bahan tambahan dalam sediaan parenteral:
1. Menjaga kelarutan obat
2. Menjaga stabilitas, baik secara kimia atau fisika
3. Menjaga sterilitas larutan (pada dosis ganda)
4. Mengurang rasa nyeri, iritasi saat penyuntikan

• Meningkat volume
• •membantu proses produksi
• •Meningkatkan stabilitas
• •Meningkatkan sistem penghantaran
• •Memodifikasi profil farmakokinetik
• •Mengurangi rasa nyeri atau iritasi saat pemberian
Zat Tambahan pada sediaan parenteral
1. Pengawet Antimikroba (misal: klorobutanol,
kresol, dan fenol (0,5%)
2. dapar
3. Pengisotonis
4. penambah kelarutan (solubilizer)
5. antioksidan (sulfur dioksida)
6. Surfaktan
7. pelarut
1. Antimikrobial/preservatif
mencegah pertumbuhan mikroba dalam sediaan
2. Antioksidan
mencegah/meminimalisir reaksi oksidasi obat atau zat tambahan
3. Bufer
mencegah proses degradasi selama masa penyimpanan dan
rekonstruksi.
•Pemilihan buffer tergantung pada profil stabilitas pH zat aktif
•Buffering agent harus mempunyai suhu transisi yang tinggi dan
tidak gampang menguap
•Buffer asetat tdak digunakan = mudah menguap
• Asetat 1-2%
• Sitrat 1-5%
• Fosfat 0,8-2,0%
4. Chelating agent
5. Surfaktan
- Polioksietilen sorbitan monooleat 0,1-0,5%
- Sorbitan monooleat0,05-0,25%

6. Pengatur tonisitas
Bahan yang digunakan untuk membuat larutan mempunyai sifat
osmosis yang sama dengan cairan fisiologis
- Dekstrose 4-5%
- NaCl 0,9%
- Natrium sulfat 1,6%
7. Solubilizing agents
Sebagai Peningkat kelarutan
Terbagi atas : Surfaktan dan kosolven
• Surfaktan  Mengurangi tegangan permukaan obat
• Co-solvent  pelarut yang berkerjasama dengan pelarut yang lain untuk
melarutkan
Contoh surfaktan :
Polyoxyethylene sorbitan monooleate (Tween 80), Sorbitan monooleate
Polyoxyethylene sorbitan monolaurate (Tween 20), Lecithin,
Polyoxyethylene
Contoh co-solvent
Propylene glycol, Glycerin, Ethanol, Polyethylene glycol (300 and 400),
Sorbitol, Dimethylacetamide and Cremophor EL
Hal Yang perlu diperhatikan sebelum
pembuatan produk steril
1. pemeriksaan fisikokimia dan pirogen masing-masing
bahan yang akan digunakan
2. pemeriksaan wadah (gelas, vial, ampul, plastik, atau tutup
karet
3. metode sterilisasi untuk setiap bahan
4. Jika membuat emulsi injeksi, pencampuran dapat
dilakukan dengan homogenizer
5. Bentuk sediaan yg dibuat tergantung dari sifat obat itu
sendiri
6. CPOB mensyaratkan tiap wadah akhir injeksi harus
diamati satu persatu secara fisik
Sebagian masalah kelarutan dapat diatasi
dengan
1. pembentukan garam, misal: luminal Na, Thiamin HCl,
dapat meningkatkan kelarutan sampai 1000 kali
2. Penambahan kosolven, misal: PEG 300 dan 400 ,
propiolenglikol, etilalkohol
3. Penambahan surfaktan sebanyak 0,1-0,5%
4. Penambahan zat pengomplek, misal: Garam Na dari
etilendiamin tetraklorid (EDTA) dalam bentuk
mikroemulsi
5. Pengaturan pH
Pengemasan dan penyimpanan produk
steril
• Wadah obat suntik, termasuk tutupnya harus tidak
berinteraksi dengan sediaan, baik secara fisik maupun
kimiawi sehingga akan mengubah efektifitas zat aktif
• Wadah dari gelas, gelas harus jernih, untuk
memungkinkan pemeriksaan isinya
• Ada beberapa tipe gelas yang digunakan untuk sediaan
farmasi (ada 4 tipe gelas)
Penggolongan wadah berdasarkan cara
penggunaan
1. Wadah dosis tunggal, merupakan wadah kedap udara, yang
digunakan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal
(sekali pakai)
2. Wadah dosis ganda, merupakan wadah yang digunakan untuk
pengambilan atau penggunaan sediaan steril secara berulang
tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian
bagian yang tertinggal
Pada wadah dosis ganda, volum wadah maksimal yang
diperbolehkan yaitu 30 ml.
Etiket pada produk Steril
1. harus mencantumkan nama sediaan
2. tercantum kadar obat, dan jk digunakan serbuk kering yang
dilarutkan dicantumkan jumlah obat dan berapa volume
pelarut yang harus ditambahkan
3. cara pemberian
4. pernyataan kondisi penyimpanan dan tgl kadaluwarsa
5. nama pabrik dan penyalur
6. Nomor batch
Terima kasih
“Jadilah Farmasis yang
Aseptis/steril tanpa adanya
kontaminasi dalam
menjalankan pekerjaan”

Anda mungkin juga menyukai