Anda di halaman 1dari 36

SWAMEDIKASI SALESMA, INFLUENZA,

RINITIS ALERGI
Kelompok 7
NATASYA
ERWIN IRMAYANTI NIRWANA
AYU ANDIRA KHUMAERAH KAMILA
SUBARKAH SYARIF RAHAYU
(201902010) (201902036) DAMAYANTI
(201902019) (201902028) (201902046)
(201902044)
swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan
oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang
sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada
dokter. (Pratiwi, et al 2014) 
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk penanggulangan secara
cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis,
sehingga mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan
sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas.
Keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain. Swamedikasi
juga merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi
semua yang memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara
sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, S., 2005)
SELESMA
DEFINISI
Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat infeksi
darisuatu virus. Selaput lendir yang meradang memproduksi banyak lendir
sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya
pilek, mata mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan seringkali demam ringan.
Lendir yang terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang
menyebabkanadalah rhinovirus (dalam bahasa yunani Rhino adalah hidung, dan
virus adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3 mikron jauh lebih kecil
dari bakteri biasa) (Tjay dan Raharja, 2006).

Rhinovirus adalah penyebab selesma. 50% selesma terjadi pada anak dan dewasa.
Penyebab lain selain rhinovirus antara lain respiratory sincitial virus,
coronaviruses, virus influenza, virus parainfluenza parainfluenza, adenovirus,
echovirus, dan coxsackie virus. Proses transmisinya dapat melalui inokulasi
mukosa hidung dengan virus yang berada pada benda hidup (tangan) atau benda
mati (gagang pintu dan telepon) (Berardi, 2004).
PATOFISIOLOGI
GEJALA
1. Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
2. Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
3. Penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan.
4. Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat terjadinya gejala.
5. Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari- hari pertama jumlahnya sangat
banyak sehingga mengganggu penderita.
6. Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning- hijau dan jumlahnya tidak terlalu
banyak.
7. Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak
seringkali berlangsung sampai minggu kedua.

Gejala yang umum adalah batuk, sakit tenggorokan, pilek, hidung tersumbat, dan bersin, kadang-
kadang disertai dengan mata merah, nyeri otot, kelelahan, sakit kepala, kelemahan otot, menggigil tak
terkendali, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan ekstrim jarang. Demam lebih sering merupakan gejala
influenza, virus lain atas infeksi saluran pernapasan yang gejalanya luas tumpang tindih dengan dingin,
tapi lebih parah. Gejala mungkin lebih parah pada bayi dan anak-anak (karena sistem kekebalan tubuh
mereka tidak sepenuhnya berkembang) serta orang tua (karena sistem kekebalan tubuh mereka sering
menjadi lemah).
Gejala yang timbul biasanya diawali dengan nyeri atau gatal tenggorokan, diikuti mampet dan meler
pada hari kedua dan ketiga, dan selanjutnya dapat timbul batuk (Pujiarto, 2014).
PENCEGAHAN

• Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik dan benar.


Kebiasaan cuci tangan ini hendaknya dilakukan secara teratur, terutama setelah
berjabat tangan dengan penderita selesma, sebelum menyentuh hidung dan
mulut, serta sebelum menyiapkan makanan.
• Tutup mulut dengan tissue ketika batuk atau bersin, dan cuci tangan setelahnya.
• Membersihkan benda-benda yang digunakan bersama-sama seperti gagang
telepon, gagang pintu, keran air, dan sebagainya.
• Gunakan alat- alat makan pribadi, yang terpisah dengan orang lain.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Untuk anak terapi tanpa obat mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat cukup,
makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung, meningkatkan
kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan larutan nasal.
Larutan garam dapat membantu membran mukosa mengeluarkan mukus. Makanan
dan minuman seperti teh dengan lemon dan madu, sop ayam, dan air daging hangat
membantu meredakan pilek dan meningkatkan retensi cairan. Mengkonsumsi sop
hangat mempunyai aktifitas sebagai anti inflamasi. Terapi tanpa obat untuk anak
harus hati-hati. Jika menggunakan semprotan, anak harus posisi tegak untuk
melancarkan aliran hidung, menjaga asupan cairan, meningkatkan kelembaban
udara, dan mengairi hidung dengan tetes garam (Berardi, 2004).
TERAPI FARMAKOLOGI
Pseudoehedrine (Iso vol 52 hal : 59, 2019)
Indikasi : Menghilangkan gejala flu/pilek karena alergi pada
saluran nafas atas.

Dosis obat : Dewasa dan anak – anak > 12 tahun : 3 x 1 tab, 6 – 12


tahun sehari 3 ½ tab, 2 – 6 tahun sehari 3 x ¼ tab

Efek samping : Mengantuk, retensi urin

Kontraindikasi : Hipertensi berat, terapi MAOI

 
 

 
Paracetamol (Iso Vol 52. Hal : 32, 2019)
:
Indikasi Meringankan rasa sakit dan menurunkan demam

:
Dosis obat 0 – 1 tahun : sehari 3 x 4 ½ sendok takar (2,5 ml); 1 -2
tahun : sehari 3 – 4 x 1 sendok takar (5 ml); 2 – 6
tahun : sehari 3 – 4 x 1 – 2 sendok takar (5 – 10 ml); 6
– 9 tahun : sehari 3 – 4 x 2 -3 sendok takar (10 – 15);
9 – 12 tahun : sehari 3 – 4 x 3 – 4 sendo takar (15 -
20 ml); kaplet dewasa : sehari 3 – 4 x 1 – 2 kaplet,
anak : sehari 3 – 4 x ½ - 1 kaplet.

:
Efek samping Penggunaan jangka lama dan dosis besar menyebabkan
kerusakan hati, reaksi hipersensitifitas.

:
Kontraindikasi Penderita hipersensitifitas dan gangguan fungsi hati
yang berat..
 
 

 
CTM (Iso vol 52 hal : 62, 2019)
Indikasi : Sebagai antihistmain pada penyakit alergi seperti hay
fever, utikaria, eksim, reaksi obat

Dosis obat : Anak 6 - 12 tahun sehari 3 – 4 x ½ kaplet. Dewasa sehari


3 – 4 kaplet.

Efek samping : Pusing, gangguan koordinasi, mual, muntah, dan


mengantuk
Kontraindikasi : Penderita epilepsi

 
 

 
Obat herbal
Herbal teh hijau
INFLUENZA (FLU)
DEFINISI
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh
virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat
(Abelson, 2009). Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat
penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air
liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang
manusia yaitu virus A dan virus B (Spikler, 2009).

Terdapat tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara
banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A
(H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi
di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan
B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza
musiman. Influenza musiman menyebar dengan mudah Saat seseorang yang
terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara dan orang lain bisa
tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus juga dapat
menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang
harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci
tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).
PATOFISIOLOGI
GEJALA

Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya


kering), sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair. Pada anak
dengan influenza B dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya diare serta nyeri
abdomen. Kebanyakan orang dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu
kurang lebih satu minggu tanpa membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu
inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar virus sampai munculnya gejala kurang lebih
dua hari (Abelson, 2009).
PENCEGAHAN

• Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun, atau hand-sanitizer berbahan dasar
alkohol.
• Tidak menyentuh mulut, hidung, dan mata, sebelum mencuci tangan.
• Membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, dengan cairan
disinfektan.
• Tidak berbagi makanan atau penggunaan benda pribadi, seperti gelas atau botol
minum.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Pasien yang menderita influenza harus tidur atau istirahat yang cukup, jika terdapat
demam atau gejala yang berat maka penderita harus banyak istirahat di rumah,
tidak boleh beraktivitas yang terlalu berat, makan secara teratur, meningkatkan gizi
makanan dengan protein dan kalori yang tinggi, minum air yang banyak dan
makan buah segar yang banyak mengandung vitamin. (Dipiro, 2008).
TERAPI FARMAKOLOGI
ALPARA(Pionas, 2021)
:
Indikasi Obat ini digunakan untuk meringankan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin
yang disertai batuk.

:
Dosis obat Dewasa dan diatas 12 tahun : 3 kali sehari 1 kaplet. Anak 6-12
tahun : 3 kali sehari 0.5 kaplet

:
Efek samping Mengantuk, mulut kering, gangguan saluran cerna
termasuk mual, muntah, sembelit atau diare

:
Kontraindikasi Penderita dengan gangguan jantung dan diabetes melitus.
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat. Penderita yang
hipersensitif terhadap komponen obat ini.

   

 
COPERCATIN (Iso vol 52. Hal : 383, 2019)
Indikasi :
Meringankan gejala influenza seperti demam, sakit kepala,
hidung tersumbat, dan bersin – bersin di sertai batuk.

Dosis obat :
Kaplet : dewasa : sehari 3 x 1 kaplet, anak 6 – 12 tahun : sehari 3
x ½ kaplet; sirup : anak 2 – 6 tahun : sehari 3 – 4 x ½ - 1 sdtk (5
ml); 6 – 12 tahun : sehari 3 – 4 x 1 – 2 sdtk (5 ml).

Efek samping : Mengantuk, gangguan pencernaan, insomnia.

Kontraindikasi :
gangguan jantung, diabetes melitus. gangguan fungsi hati,
hipersensitif
 
 

 
FEBRINEX (Iso vol 52. Hal : 384, 2019)
Indikasi :
Demam, gangguan akibat tonsilitis, pilek, influenza, reaksi
setelah vaksinisasi.

Dosis obat :
Sehari 3 – 4 x. Di bawah 2 tahun : 2 ml; 2 – 4 tahun, 4 ml; 4 – 7
tahun, 8 ml.

Efek samping :
rasa kantuk

Kontraindikasi :
gangguan fungsi hati, hipersensitif terhadap salah satu kandungan
obat ini.

 
 

 
Obat herbal
Bawang Putih
RINITIS ALERGI
DEFINISI
Rhinitis alergi merupakan gangguan heterogen yang ditandai dengan adanya satu
ataulebih gejala pada hidung seperti bersin, gatal, rhinorrhea dan hidung tersumbat yang
seringdisertai dengan gejala yang melibatkan organ lainnya seperti mata, telinga, dan
tenggorokan pada bagian postnasal drainase (Skoner, 2001). Rhinitis alergi juga dapat
diartikan sebagaiperadangan pada membran mukosa hidung karena adanya paparan
alergen yang menimbulkan tanggapan spesifik terhadap alergen tersebut yang
diperantarai oleh Imunoglobulin E (IgE) (Wells et al., 2009).
Rhinitis alergi merupakan salah satu gangguan medis yang paling umum
ditemukan pada manusia. Prevalensi penyakit ini di Amerika Serikat
diperkirakan antara 8,8% hingga 16%. Di Indonesia, angka kejadian rhinitis
alergi yang pasti belum diketahui karena sampai saat ini belum pernah dilakukan
penelitian multisenter. Prevalensi rhinitis alergi perenial di Jakarta besarnya
sekitar 20 %, di daerah padat penduduk kota Bandung menunjukkan 6,98 %, di
mana prevalensi pada usia 12-39 tahun. Berdasarkan survei dari ISAAC
(International Study of Asthma and Allergies in Childhood), pada siswa SMP
umur 13-14 tahun di Semarang tahun 2001- 2002, prevalensi rinitis alergi
sebesar 18% (Kurniawan dan Yayan, 2010). Saat ini, AR adalah penyakit alergi
yang paling umum dan salah satu kondisi kronis terkemuka pada anak-anak <18
tahun (Newacheck, 1994).
PATOFISIOLOGI
GEJALA
Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan
mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning
process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap
serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin, disebut juga sebagai
bersin patologis. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang
disertai dengan banyak air mata keluar atau disebut lakrimasi (Dipiro et al.,
2008).

Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit


kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada
sinus dan nyeri wajah, dan akumulasi lendir dibelakang
hidung. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu,
mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur
(Dipiro et al., 2008).
PENCEGAHAN

• Cuci barang-barang, seperti tirai, bantal, sprei dan sarung bantal, serta boneka,
secara rutin.
• Bersihkan permukaan barang atau perabot dalam rumah dengan kain lap basah
yang bersih.
• Jangan memasukkan pakaian yang lembap ke dalam lemari pakaian atau
menjemur pakaian di dalam ruangan tertutup.
• Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik.
• Jika memiliki hewan peliharaan, mandikan secara rutin, setidaknya dua minggu
• Jangan biarkan hewan peliharaan masuk ke ruangan yang beralaskan karpet.
TERAPI NON FARMAKOLOGI

• Menghindari alergen yang menjadi pencetus terjadinya alergi, contohnya


seperti kelembapan rumah dijaga hingga tidak ada jamur yang tumbuh dan
menghilangkan jamur yang sudah ada dengan desinfektan.
• Jika pasen yang memiliki alergi terhadap hewan seperti alergi apabila terkena
bulunya maka dapat mengeluarkan hewan peliharaan tersebut dari rumah jika
memungkinkan. Mengurangipaparan terhadap tunggu debu dengan menutup
tempat tidur dengan penutup kedap air dan mencuci seprai dengan air panas
memiliki sedikit manfaat untuk pencegahan terjadinya alergi.
• Pasien dengan alergi rinitis alerg rinitis akibat musim (seperti musim tumbuh
bunga, musim hujan) harus menutup jendela dan meminimalkan waktu yang
dihabiskan di luar rumah selama musim serbuk sari. Masker bisa dipakai saat
berkebun atau memotong rumput umtuk pencegahan alergi.
TERAPI FARMAKOLOGI
CTM (Iso vol 52 hal : 62, 2019)
Indikasi : Sebagai antihistmain pada penyakit alergi seperti hay
fever, utikaria, eksim, reaksi obat

Dosis obat : Anak 6 - 12 tahun sehari 3 – 4 x ½ kaplet. Dewasa sehari


3 – 4 kaplet.

Efek samping : Pusing, gangguan koordinasi, mual, muntah, dan


mengantuk
Kontraindikasi : Penderita epilepsi

 
 

 
ALERFED
Indikasi :
Meringankan gejala rinitis alergi, rinitis vasomotor.

Dosis obat :
Dewasa dan anak di atas 12 tahun : sehari 3 x 2 sdtk sirup atau 1
tab; anak 6 – 12 tahun sehari 3 x 1 sdtk sirup atau ½

Efek samping :
sedasi

Kontraindikasi :
Pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) berat atau
penyakit arteri koroner yang parah, Pasien yang memiliki alergi
terhadap triprolidin atau pseudoefedrin.

 
Obat herbal
Jahe
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai