Anda di halaman 1dari 14

Nama : Ayu Kusumaningrum

Kelas : 1B

Nim : 19038

Tugas Dr. Pitut !

1. Penekan obat

a. Dextromethorphan

adalah obat untuk meredakan batuk kering yang muncul akibat infeksi tertentu.

 Dosis

 Dextromethorphan dalam sediaan permen pelega tenggorokan

Dewasa: 5-15 mg tiap 2-4 jam.

Anak-anak 6-12 tahun: 5-15 mg tiap 2-6 jam.

Anak-anak 4-6 tahun: 5 mg tiap 4 jam.

 Dextromethorphan sirop

Dewasa: 30 mg, tiap 6-8 jam.

Anak-anak 6-12 tahun: 7 mg tiap 4 jam, atau 15 mg tiap 6-8 jam.

Anak-anak 4-6 tahun: 3,5 mg tiap 4 jam, atau 7,5 mg tiap 6-8 jam.

 Dextromethorphan tablet

Dewasa: 60 mg tiap 12 jam.

Anak-anak 6-12 tahun: 30 mg tiap 12 jam.

Anak-anak 4-6 tahun: 15 mg tiap 12 jam.

 Bentuk Sediaan

Tablet, sirop, permen pelega tenggorokan (lozenges).

 Indikasi

Untuk mengatasi batuk kering yang tidak produktif

 Kontraindikasi
Hipersensitivitas

 Efek Samping

 Pusing

 Sakit kepala

 Mual dan muntah

 Sakit perut

 Mengantuk

b. Codipront

adalah obat yang digunakan untuk meredakan batuk kering yang mengiritasi
tenggorokan serta meredakan alergi yang jadi pemicu batuk.

 Dosis

 Dosis dewasa: dalam sediaan kapsul, 1 kapsul 2 kali sehari. Sediaan sirup, 3
sendok takar 5 ml 2 kali sehari. Dosis diberikan pada pagi dan petang hari.

 Dosis anak-anak:

 Umur > 14 tahun: sama dengan dosis dewasa.

 Umur 6 – 14 tahun: 2 sendok takar (5 ml), 2 kali sehari.

 Umur 4 – 6 tahun: 1 sendok takar (5 ml), 2 kali sehari.

 Umur 2 – 4 tahun: ½ sendok takar, 2 kali sehari.

 Bentuk Sediaan

Kapsul dan sirup

 Indikasi

Codipront digunakan sebagai terapi simtomatik untuk mengatasi batuk kering


yang tidak produktif dan menyebabkan iritasi pada tenggorokan yang dipicu oleh
alergi.

 Kontraindikasi

 Orang yang pernah mengalami reaksi hipersensitivitas/alergi terhadap bahan


aktif Codipront.

 Menderita insufisiensi pernapasan.


 Menderita serangan asma akut.

 Penderita hipertropi prostat atau pembentukan residu urin.

 Penderita glaukoma sudut sempit.

 Menderita gangguan pencernaan.

 Ibu hamil atau menyusui dan anak-anak umur kurang dari 2 tahun.

 Efek Samping

 Mual dan muntah.

 Depresi pernapasan.

 Pruritus.

 Peningkatan berat badan.

 Reaksi hipersensitivitas pada kulit.

 Konstipasi.

 Gangguan penglihatan.

c. Alpara

adalah obat untuk mengatasi gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat, bersin-bersin yang disertai batuk.

 Dosis

 Dosis dewasa: sediaan tablet, 1 tablet 3 kali sehari.

 Dosis anak-anak: umur 6 – 12 tahun dengan sediaan tablet, 1/2 tablet 3 kali
sehari. Dalam bentuk sirup 2 sendok takar 3 kali sehari.

 Bentuk Sediaan

Tablet dan sirup

 Indikasi

 Demam.

 Pusing.

 Hidung tersumbat.

 Bersin-bersin.
 Batuk kering.

 Kontraindikasi

 Orang yang memiliki riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap salah satu


bahan aktif obat ini.

 Orang yang alergi terhadap obat-obatan simpatomimetik seperti efedrin dan


fenilefrin juga tidak disarankan mengonsumsi obat ini.

 Penderita gangguan fungsi hati, ginjal dan jantung parah serta penderita
diabetes melitus.

 Penderita yang sedang diterapi menggunakan obat-obatan penghambat


monoamine oksidase (MAO).

 Efek Samping

 Mual dan muntah.

 Mengantuk.

 Mulut kering.

 Retensi urin.

 Vertigo.

2. Pengencer Obat

a. Ambroxol

adalah obat golongan mukolitik yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter. Obat
ini berguna untuk mengatasi penyakit pernapasan akut maupun kronis yang disertai
peningkatan produksi lendir secara berlebih.

 Dosis

 Dewasa : 60 mg – 120 mg sehari (2-4 tablet), terbagi dalam 2-3 kali minum
sehari.

 Anak 2-5 tahun : 7,5 mg (½ sendok teh) sirup, 2-3 kali sehari.

 Anak 6-12 tahun: 15 mg (1 sendok teh) sirup, 2-3 kali sehari.

 Bentuk Sediaan

Tablet, sirup, drop

 Indikasi
 Bronkitis akut dan kronis

 Bronkits asmatik

 Asma bronkial

 Emfisema

 Bronkiestasi

 Pneumoconiosis

 Kontraindikasi

 Kesulitan bernapas

 Pembekakan pada lidah atau kulit

 Kulit kemerahan

 Kulit gatal

 Efek Samping

 Rasa mual

 Muntah

 Nyeri perut

 Nyeri ulu ati

 Diare

 Gangguan pencernaan

 Reaksi alergi seperti kulit gatal, kemerahan, bengkak pada lidah dan kulit dan
kesulitan bernapas

b. Guaifenesin

adalah obat yang digunakan untuk mengencerkan dahak dan melegakan saluran
pernapasan dan rongga hidung.

 Dosis

 Dosis dewasa: dalam bentuk tablet 200 – 400 mg 4 jam sekali atau dalam
bentuk tablet lepas lambat 400 – 1.200 mg tiap 12 jam sekali. Maksimal
penggunaan 2.400 mg per hari.
 Dosis anak-anak: Umur 6 – 12 tahun: 100 mg 4 kali sehari. Maksimal
penggunaan 400 mg per hari selama maksimal 5 hari. Umur 12 tahun lebih
dosis sama dengan dewasa.

 Bentuk Sediaan

 Tablet: 100 mg

 Sirup: 3,5 mg/5 ml, 5 mg/5 ml (kombinasi dengan obat lain)

 Indikasi

Guaifenesin digunakan untuk mengencerkan dahak yang mengental dan sulit


dikeluarkan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh beberapa jenis
penyakit berikut ini:

 Bronkitis.

 Flu.

 Alergi.

 Batuk akibat flu.

 Kontraindikasi

 Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap Guaifenesin.

 Anak-anak umur kurang dari 6 tahun.

 Efek Samping

 Mual dan muntah.

 Diare.

 Nyeri perut.

 Pusing.

 Sakit kepala.

 Mengantuk.

 Ruam kulit.

 Hipourikemia.

c. Acetylcysteine
adalah obat golongan mukolitik untuk mengencerkan dahak yang kental dan tebal
pada saluran pernapasan.

 Dosis

 Dosis dewasa: dalam bentuk kapsul, granul atau tablet hisap, 600 mg per hari
dalam dosis tunggal atau di bagi menjadi 3 dosis. Dalam bentuk cairan
inhalasi 10%, 6 – 10 ml 3 kali sehari, menggunakan nebulizer. Dosis dapat
ditambahkan 2 – 20 ml setiap 2 – 6 jam sekali sesuai kebutuhan.

 Dosis anak-anak:

 Umur 1 bulan – 2 tahun: 100 mg dua kali sehari.

 Umur 2 – 7 tahun: 200 mg dua kali sehari.

 Umur di atas 7 tahun: sama dengan dosis dewasa.

 Bentuk Sediaan

 Kapsul: Acetylcysteine 200 mg.

 Granul: Fluimucil 200 mg/sachet.

 Sirup kering: Fluimucil 100 mg/5 ml.

 Cairan inhalasi: Fluimucil 100 mg/ml.

 Tablet effervescent: Fluimucil 600 mg.

 Cairan injeksi: Hidanoc 200 mg.

 Indikasi

Acetylcysteine digunakan untuk mengencerkan dahak yang kental dan tebal di


saluran pernapasan yang disebabkan oleh beberapa penyakit berikut ini:

 Bronkitis.

 Emfisema.

 Bronkokiektasis.

 Pneumonia.

 Bronkitis.

 Trakeobronkitis.

 Komplikasi paru akibat sistik fibrosis.


 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat Acetylcysteine, orang dengan


riwayat hipersensitivitas atau alergi terhadap kandungan obat ini tidak boleh
menggunakannya. Jika dibutuhkan, maka harus digantikan dengan jenis obat
lainnya.

 Efek Samping

 Mual dan muntah.

 Bronkospasma.

 Angiodema.

 Ruam.

 Pruritus.

 Tekanan darah naik atau turun.

 Demam dan sinkop.

 Penglihatan kabur.

 Kejang.

 Untuk sediaan inhalasi efek samping yang kerap muncul berupa haemoptysis,
rinhorea dan stomatitis.

3. Obat TBC

a. Etambutol atau Ethambutol

merupakan antibiotik untuk mengobati penyakit tuberkulosis (TBC). Dalam


penggunaannya sebagai obat anti-TB, Etambutol biasanya dikombinasikan dengan
beberapa jenis obat lain.

 Dosis

 Dosis dewasa: pengobatan primer: 15 mg/kg berat badan sekali sehari. Untuk
tuberkulosis paru berulang dosis ditingkatkan menjadi 25 mg/kg berat badan
sekali sehari selama 60 hari. Kemudian diturunkan kembali menjadi 15 mg/kg
BB sekali sehari. Dosis maksimal yang direkomendasikan 1,6 gr per hari
(tergantung dari berat badan). Etambutol juga dikombinasikan dengan obat
antituberkulosis lain seperti isoniazide, pyrazinamide, rifampicin.

 Dosis anak-anak: pemberian awal pada anak yang belum pernah terinfeksi
tuberkulosis, 15 mg/kg berat badan sekali sehari. Untuk infeksi berulang
dosis di tingkatkan hingga 25 mg/kg berat badan sekali sehari selama 60 hari.
Kemudian dilanjutkan dengan dosis normal 15 mg/kg berat badan.

 Bentuk Sediaan

Tablet: 100 mg, 250 mg, 500 mg

 Indikasi

Etambutol digunakan untuk mengobati tuberkulosis paru-paru yang disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.

 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

 Orang yang pernah mengalami reaksi alergi terhadap penggunaan obat ini
tidak dibolehkan mengkonsumsinya lagi.

 Penderita gangguan mata berupa neuritis optik dan netrobulbar tidak


diperbolehkan menggunakan obat ini.

 Efek Samping

 Neuritis optik dan gangguan penglihatan.

 Mual, muntah, sakit perut, dan gangguan pencernaan.

 Sakit kepala, pusing, dan neuropati perifer.

 Ruam kulit, dermatitis, pruritus.

 Anoreksia.

 Nyeri sendi, memicu keparahan gout.

 Penyakit kuning.

 Hepatotoksisitas (keracunan hati) yang dapat berakibat fatal.

b. Rifampisin

adalah obat jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati beragam penyakit
yang disebabkan infeksi bakteri, terutama tuberkulosis(TBC) dan kusta.

 Dosis

 Dosis dewasa: dalam bentuk tablet 8 – 12 mg/kg berat badan sekali sehari.
Atau untuk berat kecil dari 50 kg dosisnya 450 mg per hari, untuk berat lebih
dari 50 kg 600 mg per hari. Dalam bentuk cairan infus 10 mg/kg berat badan.
Maksimal penggunaan 600 mg per hari.

 Dosis anak-anak: 10 – 20 mg/kg berat badan dalam bentuk tablet ataupun


cairan infus. Maksimal penggunaan 600 mg per hari.

 Bentuk Sediaan

 Tablet: 300 mg, 450 mg, 600 mg

 Sirup: 100 mg/5 ml

 Indikasi

Rifampisin digunakan untuk membasmi bakteri yang menginfeksi tubuh pada


beberapa kondisi berikut ini:

 Tuberkulosis (TBC).

 Pencegahan penyebaran bakteri Nisseria meningitidis (penyebab penyakit


meningitis) di hidung dan tenggorokan.

 Penyakit kusta yang disebabkan bekteri Mycobacterium leprae.

 Infeksi otak yang disebabkan bakteri Haemofilus influenza tipe B.

 Kontraindikasi

 Orang yang memiliki riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap rifampicin atau


rifamycin lainnya.

 Orang yang sedang menderita penyakit jaundice (penyakit kuning).

 Pasien yang sedang diterapi dengan obat saquinavir atau ritonavir.

 Efek Samping

 Wajah kemerahan dan gatal dengan atau tanpa ruam.

 Sindrom seperti flu, dengan gejala demam, menggigil, sakit kepala, nyeri
tulang, dan napas pendek.

 Mual, muntah, tekanan epigastrum.

 Diare.

 Penurunan fungsi ginjal.

 Gangguan menstruasi.
 Perubahan warna urin, feses, keringat, dahak, air mata dan cairan tubuh
lainnya.

 Iritasi lokal dan peradangan pada area infus.

 Irtasi mata dan gangguan penglihatan (jarang terjadi).

 Efek samping berpotensi fatal yaitu hepatotoksisitas, hipotensi,


trombositopenia, kejang dan henti jantung.

c. Isoniazid

adalah obat golongan antibiotik yang digunakan untuk menangani infeksi


tuberkulosis (TB) yang menyerang paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

 Dosis

 Dosis dewasa: pemberian awal 5 mg/kg berat badan, sekali sehari. Maksimal
300 mg per hari. Dikombinasikan dengan rifampisin, pyrazinamid,
streptomisin/etambutol. Masa terapi hingga 8 minggu. Dilanjutkan dosis
perawatan 5 mg/kg berat badan sekali sehari maksimal 300 mg per hari atau
15 mg/kg BB, 2 – 3 kali per minggu. Maksimal penggunaan 900 mg/hari
dikombinasikan dengan rifampisin. Dengan durasi terapi 18 minggu.

 Dosis anak-anak: pemberian awal 10 – 15 mg/kg BB sekali sehari, maksimal


300 mg/hari dikombinasikan dengan rifampisin, pyrazinamid,
etambutol/streptomisin. Durasi terapi 8 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
perawatan 10 – 15 mg/kg BB sekali sehari (maksimal 300 mg/hari) atau 20 –
40 mg/kg BB, 2 – 3 kali per minggu. Maksimal penggunaan 900 mg/hari
dengan durasi terapi hingga 16 minggu.

 Bentuk Sediaan

Tablet: 75 mg (kombinansi), 150 mg (kombinansi), 100 mg, 300 mg

 Indikasi

Isoniazide digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi bakteri terutama


dari genus Mycobacterium seperti M tuberculosis, M bovis, M kansasii yang
dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti berikut:

 Tuberkulosis (TB) aktif.

 Infeksi Mycobacterium kansasii.

 Pencegahan TB.

 Fase akhir TB.


 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

 Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap Isoniazid.

 Pasien dengan penyakit hati akut atau memiliki riwayat gangguan fungsi hati
terkait Isoniazid.

 Efek Samping

 Mual dan muntah.

 Kehilangan selera makan.

 Mati rasa, kesemutan pada tangan dan kaki.

 Warna urin gelap.

 Warna mata dan kulit menguning.

4. Obat Asma

a. Foramsa

adalah obat untuk meringankan spasme bronkial yang menyebabkan sesak napas
pada penderita gangguan pernapasan kronis seperti asma bronkial, emfisema,
bronkitis atau PPOK.

 Dosis

 Dosis dewasa: pemberian awal 2,5 mg atau 3 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan 5 mg 3 kali sehari jika dibutuhkan. Dalam sediaan sirup, 2 – 3
sendok takar (10 – 15 ml) 3 kali sehari.

 Dosis anak-anak:

 Umur kurang dari 12 tahun: pemberian awal 0,05 mg/kg/dosis 3 kali


sehari, dapat ditingkatkan jika dibutuhkan. Maksimal 5 mg/hari.

 Umur 12 – 15 tahun: 2,5 mg tiga kali sehari.

 Umur > 15 tahun: sama dengan dosis dewasa.

 Bentuk Sediaan

Tablet dan sirup

 Indikasi
Forasma digunakan untuk melagakan pernapasan yang sesak akibat spasme
bronkial pada penderita:

 Asma bronkial dengan spasme berulang.

 Emfisema.

 Bronkitis.

 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

 Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap terbutaline.

 Ibu hamil yang sedang dilakukan tindakan tokolisis (penghambatan


kelahiran).

 Penderita tirotoksikosis.

 Efek Samping

 Pusing, sakit kepala.

 Jantung berdebar-debar.

 Mual dan muntah.

 Gelisah, lesu, mengantuk.

 Berkeringat.

 Kram otot.

b. Berotec

adalah obat untuk meredakan sementara serangan asma akut serta pencegahan
asma yang dipicu oleh olaharaga.

 Dosis

1) Dosis Berotec untuk mengatasi serangan asma akut :

 Dosis dewasa: dalam sediaan obat semprot (100 mcg/dosis), 1 semprotan


saat dibutuhkan dan jika gejala sesak napas masih berlangsung setelah 5
menit, dosis selanjutnya dapat diberikan. Dalam sediaan cairan inhalasi
(50 mcg/drop), dosisnya 0,5 ml (10 drop atau 500 mcg). Untuk kondisi
yang lebih parah dosis dapat ditingkatkan menjadi 1 – 1,25 ml (20 drop
atau 1.000 mcg)
 Dosis anak-anak:

Umur 6 – 12 tahun dengan berat badan 22 – 36 kg: dalam sediaan cairan


inhalasi 0,25 – 0,5 ml (5 – 10 tetes/250-500 mcg). Untuk kasus yang lebih
parah dosis dapat ditingkatkan hingga 1 ml ( 20 drop atau 1.000 mcg).

2) Dosis Berotec untuk pencegahan serangan asma akibat olahraga :

Dosis dewasa: dalam sediaan semprot: 1 – 2 semprot saat dibutuhkan.


Maksimal 8 semprot per hari. Dalam sediaan cairan inhalasi (50 mcg/drop),
dosisnya 0,5 ml (10 drop atau 50 mcg) digunakan 4 kali sehari.

 Bentuk Sediaan

Cairan inhalasi dan semprot

 Indikasi

Berotec digunakan untuk mengatasi bronkospasme pada saluran pernapasan


pada beberapa kondisi berikut:

 Serangan asma akut.

 Bronkospasma akut.

 Pencegahan serangan asma akibat olahraga.

 Obsturksi saluran pernapasan berulang.

 Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui
memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:

 Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap bahan aktif obat ini.

 Penderita hipertrofi kardiomiopati obstruktif dan takiaritmia.

 Efek Samping

 Iritasi lokal pada saluran napas.

 Sakit kepala, pusing.

 Mual dan muntah.

 Reaksi hipersensitivitas.

Anda mungkin juga menyukai