Anda di halaman 1dari 5

SALBRON

Komposisi:
Salbutamol 2 mg, 4 mg, dan 2 mg / 5 mL

Bentuk Sediaan:
- Tablet
- Sirup

Farmakologi:
Salbutamol menstimulasi reseptor beta-2-adrenergi sehingga melebarkan bronkus.

Indikasi:
SALBRON merupakan obat bronkodilator untuk menghilangkan gejala sesak napas pada penderita asma
bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum.

Dosis:
· Tablet:
- Dewasa: sehari 3-4 kali 2-4 mg
- Anak di atas 6 tahun: Sehari 3-4 kali 2 mg
- Anak 2-6 tahun: Sehari 3-4 kali 1-2 mg
· Sirup: Dewasa: sehari 3-4 kali 5-10 mL
- Anak > 6 tahun: Sehari 3-4 kali 5 mL
- Anak 2-6 tahun: Sehari 3-4 kali 2,5 – 5 mL
· Dosis anak: 0,3 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap salah satu komponen Salbron

Peringatan dan Perhatian:


- Diberikan secara hati-hati pada pasien tirotoksikosis.
- Data penggunaan pada triwulan pertama dari kehamilan masih terbatas,.
- Hindari penggunaan pada penderita dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan pasien yang sudah
Lanjut usia.

Efek Samping:
Nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi periferal, takikardi dan hipokalemi yang kadang-kadang
timbul sesudah pemberian dosis tinggi.

Tentang Bronkodilator
Golongan Kelompok obat pelega pernapasan

Kategori Obat resep

Manfaat Mengatasi gejala sesak napas

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat Inhaler, tablet, sirop, suntik


Peringatan:

 Bagi wanita hamil atau menyusui, sesuaikan dosis bronkodilator dengan anjuran dokter.
 Harap berhati-hati bagi penderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes, epilepsi, dan
hipertiroid.
 Jangan menggunakan bronkodilator bersamaan dengan obat-obatan lainnya tanpa
petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan. Beberapa contoh obat yang harus dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada dokter adalah diuretik, obat penghambat monoamin oksidase, obat-obatan asma
pada umumnya, obat penghambat beta, dan obat antidepresan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan bronkodilator, segera
temui dokter.

Dosis Bronkodilator

Berikut ini dosis penggunaan bronkodilator berdasarkan nama-nama obatnya:

Nama Obat Bronkodilator Kelompok Usia Dosis

Anak-anak usia di
atas 12 tahun, 250-500 mikrogram dengan frekuensi
dewasa, sampai pemberian 3-4 kali sehari.
lansia

250 mikrogram hingga dosis maksimal 1


Ipratropium Anak-anak usia 6-
mg/ hari. Interval pemberian ditentukan
12 tahun
oleh dokter.

125-250 mikrogram hingga dosis


Anak-anak usia di
maksimal 1 mg/hari. Diberikan hanya
bawah 6 tahun
untuk serangan asma akut.

Anak-anak usia 18
50 mikrogram dengan frekuensi
Glycopyrronium tahun ke atas,
pemberian satu kali sehari.
dewasa, dan lansia

50-100 mikrogram dengan frekuensi


Dewasa pemberian dua kali sehari (pada kasus
asma dan penyakit paru-paru kronis)
Salmeterol
50 mikrogram dengan frekuensi
Anak-anak usia 4 pemberian dua kali sehari. Untuk kasus
tahun ke atas penyakit paru-paru kronis, pemberian
salmeterol tidak direkomendasikan.
Dewasa 2-4 mg dengan frekuensi 3-4 kali sehari

Anak-anak usia 6-
2 mg dengan frekuensi 3-4 kali sehari
Salbutamol 12 tahun

Anak-anak usia 2-6


1-2 mg dengan frekuensi 3-4 kali sehari
tahun

Berat 20-35 kg: 120-250 miligram


Anak-anak usia 6-
dengan frekuensi pemberian dua kali
12 tahun
sehari.

Teofilin (tablet) Anak-anak usia di


250-500 miligram dengan frekuensi
atas 12 tahun
pemberian dua kali sehari.
sampai dewasa

Lansia Konsultasikan dosis kepada dokter

Menggunakan Bronkodilator dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat-obatan
bronkodilator sebelum menggunakannya.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk menggunakan bronkodilator pada jam yang sama tiap hari untuk
memaksimalkan efeknya.

Bagi pasien yang lupa menggunakan bronkodilator, disarankan untuk menanyakan hal
tersebut kepada dokter. Jangan menggandakan dosis bronkodilator pada jadwal
berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat

Jadi, berdasarkan penggunaannya, pengobatan asma ada dua macam, yaitu


pengobatan saat serangan/kambuh (obat pelega) dan pengobatan jangka panjang (obat
pencegah atau pengontrol serangan). Obat pengontrol harus dipakai setiap hari untuk
mencegah kekambuhan, dan biasanya diperlukan oleh pasien asma yang berat dimana
kekambuhan terjadi hampir setiap hari.

Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk melonggarkan
saluran nafas. Contohnya adalah salbutamol, terbutalin,ipratropium bromide dan
teofilin/aminofillin. Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya
cepat, dan banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk
tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini merupakan
pilihan pertama. Dalam bentuk inhalasi, salbutamol tersedia dalam bentuk tunggal
(contoh: Ventolin), atau dalam bentuk kombinasi dengan ipratriopium bromid
(contoh: Combivent). Dalam bentuk sirup, salbutamol sering dikombinasikan dengan
obat pengencer dahak. Terbutalin hanya dijumpai dalam bentuk sediaan obat minum
(sediaan oral), sedangkan aminofilin dijumpai dalam bentuk injeksi. Teofilin tersedia
dalam bentuk tablet atau sirup, biasanya dikombinasi dengan obat lain seperti efedrin
(contoh: Neo Napacin, Asma Soho) atau salbutamol (Teosal). Semua obat-obat di atas
harus diperoleh dengan resep dokter, kecuali untuk obat kombinasi teofilin dan
efedrin, dapat diperoleh tanpa resep.

Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang


meliputi inhalasi steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium
kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan
metilksantin. Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya menggunakan
bentuk inhalasi, karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika diberikan
dalam bentuk oral/obat minum. Contoh obat yang digunakan untuk terapi jangka
panjang adalah inhalasi kombinasi budesonide dan formoterol (contoh: Symbicort)
dan kombinasi salmeterol dan flutikason(contoh : Seretide). Bentuknya bermacam-
macam, ada yang disebut inhaler, diskhaler, turbuhaler, yang dibedakan dari cari
penggunaannya. Obat ini relatif aman dipakai jangka panjang untuk mengontrol asma
yang berat. Obat lain yang diindikasikan untuk pencegahan asma adalah ketotifen
(suatu anti alergi), teofilin lepas lambat, dan sodium
kromoglikat/nedokromil.Namun obat-obat yang terakhir ini adalah pilihan kedua
jika pilihan pertama tidak ada atau tidak berefek. Obat ketotifen (contoh: sirup
Profilas) kurang direkomendasikan dalam pencegahan asma karena bukti klinisnya
belum cukup kuat, sementara teofilin juga perlu hati-hati dalam penggunaannya
karena efek sampingnya cukup banyak (jantung berdebar, insomia, mual muntah, dll)
dan mudah mencapai dosis toksiknya

obat untuk asma diberikan secara inhalasi, artinya dihirup melalui mulut. Bentuknya
bisa suatu aerosol atau serbuk kering. Keuntungan sediaan inhalasi adalah lebih cepat
mencapai sasaran (yaitu di saluran nafas) dibandingkan obat minum yang harus
“jalan-jalan” dulu melalui lambung, usus, pembuluh darah dan baru mencapai
targetnya di bronkus/saluran nafas. Dengan demikian efeknya lebih cepat diperoleh
dan dosis yang digunakan jauh lebih kecil daripada bentuk obat minum. Ini sangat
penting terutama pada serangan akut yang membutuhkan efek pelega yang cepat.

Selain itu, keuntungan lainnya adalah efek sampingnya yang relatif kecil. Karena
digunakan secara lokal di saluran nafas dan sedikit sekali yang masuk ke peredaran
darah, maka efek sampingnya ke organ lain menjadi lebih kecil. Hal ini penting
terutama untuk obat-obat yang harus dipakai jangka panjang sebagai pencegah
kekambuhan asma. Apalagi jika obatnya jenis steroid, jika diberikan secara oral/obat
minum dalam jangka panjang, maka banyak efek samping yang bisa muncul seperti
moon face, diabetes, osteoporosis, hipertensi, mudah infeksi, dll. Demikian pula obat
asma lain, jika diberikan dalam bentuk obat minum, efek sampingnya lebih besar
daripada bentuk inhalasi.

Namun demikian, kelemahan obat inhalasi adalah harganya yang masih mahal bagi
sebagian kalangan masyarakat dan memerlukan teknik penggunaan tersendiri yang
harus dikuasai oleh pasien. Penggunaan meter-dose inhaler (MDI) misalnya,
memerlukan koordinasi yang pas antara menghirup dan menekan obatnya. Bagi anak-
anak atau orang usia lanjut yang sudah gemetaran sering kali mengalami kesulitan
menggunakan MDI. Untuk itu, jika Anda mendapatkan obat bentuk ini, pastikan Anda
benar menggunakannya. Tanyakan apoteker untuk cara penggunaan yang benar dan
berlatihlah. Kalau salah menggunakan, maka tujuan terapi mungkin tidak tercapai
alias asmanya tidak terkontrol. Bentuk lain dari inhaler adalah bentuk nebulizer, yang
lebih mudah penggunaannya, namun memerlukan alat tertentu yang masih mahal juga
harganya.

Karena harga bentuk sediaan inhaler yang masih relatif mahal bagi kalangan tertentu,
banyak masyarakat yang memilih sediaan obat yang diminum. Ada beberapa merk
obat bebas terbatas yang ditujukan untuk asma. Umumnya mereka berisi
kombinasi teofilin dan efedrin. Secara teori dari banyak penelitian, kombinasi teofilin
dan efedrin bukanlah pilihan pertama untuk melegakan asma. Tetapi boleh saja
digunakan selama Anda memang mendapatkan manfaat dari obat ini. Tetapi
waspadalah terhadap efek samping yang bisa terjadi, apalagi jika penggunaannya
tidak dibatasi. Sebaiknya pastikan dahulu keparahan asma Anda melalui pemeriksaan
dokter, agar bisa diberikan obat yang paling tepat.

Anda mungkin juga menyukai