Anda di halaman 1dari 9

Salbutamol

Salbutamol (FI Edisi IV hal. 751)


a. Nama Kimia : -[(tert-butilamino)metil]-4hidroksi-m-xilena-, diol [18559-94-9]
b. Nama Generik : Salbutamol
c. Nama Paten : SALBRON (ISO volume 47)
d. Nama Pabrik : Dancos
e. MK : Merelaksasikan otot polos melalui peningkatan cAMP intraseluler yang
mengativasi suatu protein kinase.
f. Indikasi : Antiasma

Merk Dagang

Astop, Bromosal, Butasal, Buventol Easyhaler, Glisend, Grafalin, Lasal, Proventol, Respolin,
Salbumax turbuhaler, Varsebron, Venasma, Ventab, Venterol, Ventolin, Volmax

Sedian :

Salbutamol 2 mg tablet
Salbutamol tablet 4 mg tablet
Salbutamol Cairan Inhaler (respul) 0,1%; 0,2%
Salbutamol Inhaler 100mcg/dosis
Salbutamol Syrup (dalam 100 ml)

Farmakologi :

Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenergik yang selektif. Pada bronkus
salbutamol akan menimbulkan relaksasi otot polos bronkus secara langsung.

Maka SALBUTAMOL efektif untuk mengatasi gejala-gejala sesak napas pada penderita-
penderita yang mengalami bronkokonstriksi seperti : asma bronkial, bronkitis asmatis dan
emfisema pulmonum, baik untuk penggunaan akut maupun kronik.

SALBUTAMOL menghambat pelepasan mediator dari pulmonary mast cell, mencegah


kebocoran kapiler dan udema bronkus serta merangsang pembersihan mukosiliar. Sebagai agonis
beta-2 SALBUTAMOL pengaruhnya terhadap adrenoseptor beta-1 pada sistem kardiovaskuler
adalah minimal. Ratio stimulasi beta-2/beta-1 salbutamol lebih besar dari obat-obat
simpatomimetik lainnya. SALBUTAMOL dapat digunakan oleh anak-anak maupun dewasa.
SALBUTAMOL juga bekerja langsung pada otot polos uterus yaitu menurunkan
kontraktilitasnya. Efek SALBUTAMOL dapat dihambat oleh obat-obat penghambat reseptor
beta, maka SALBUTAMOL tidak boleh diberikan bersama-sama dengan obat tersebut.

SALBUTAMOL diabsorpsi dengan baik melalui saluran pencernaan sehingga efeknya akan
tampak setelah 15 menit dan berlangsung selama 4 8 jam.

Waktu paruh eliminasinya berkisar dari 2,7 sampai 5 jam.

SALBUTAMOL tidak dimetabolisme oleh enzim-enzim COMT maupun sulfatase dari dinding
intestin. Di hati akan berkonjugasi dengan sulfat.

Diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh.

Indikasi :

SALBUTAMOL merupakan obat bronkodilator untuk menghilangkan gejala sesak napas pada
penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema pulmonum.

Kontra Indikasi :

Penderita yang hipersensitif terhadap Salbutamol.

Dosis :

Untuk tablet :

Dewasa : sehari 3-4 kali 2-4 mg.


Anak diatas 6 tahun : sehari 3-4 kali 2 mg.
Anak 2-6 tahun : sehari 3-4 kali 1 mg-2 mg.

Untuk sirup :

Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh.


Anak diatas 6 tahun : sehari 3-4 kali 1 sendok teh.
Anak 2-6 tahun : sehari 3-4 kali -1 sendok teh.
Dosis anak adalah 0,3 mg/kg.bb./hari, dibagi dalam 3 dosis.

Efek Samping :

Berupa nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi periferal, takikardi dan hipokalemi
yang kadang-kadang timbul sesudah pemberian dosis tinggi.

Peringatan dan Perhatian :

Agar diberikan secara hati-hati pada pasien tirotoksikosis.


Karena data-data penggunaan pada triwulan pertama dari kehamilan masih terbatas, maka
sebaiknya penggunaannya dihindari.
Hindari penggunaan pada penderita dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan
pasien yang sudah tua.

Tambahan

Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat, dan banyak dijumpai dalam
berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi serangan
asma, obat ini merupakan pilihan pertama. Dalam bentuk inhalasi, salbutamol tersedia dalam bentuk
tunggal (contoh: Ventolin), atau dalam bentuk kombinasi dengan ipratriopium bromid (contoh:
Combivent). Dalam bentuk sirup, salbutamol sering dikombinasikan dengan obat pengencer dahak.

http://bukusakudokter.org/2013/11/15/salbutamol/

Indikasi Salbutamol

Indikasi
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronis dan emphysema.

Komposisi
Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 2 mg
Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 4 mg
Tiap sendok takar (5ml) mengandung salbutamol sulfat 2,41 mg setara dengan salbutamol 2 mg
Cara Kerja
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama
pada otot bronkus. Golongan B2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara
mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek
bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan
isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap
jantung lebih kecil maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan
penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
Dosis
Tablet:
Dewasa (>12 tahun) : 2-4 mg, 3-4 kali sehari.
Dosis dapat dinaikan secara berangsur.
Untuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah.
Anak-anak:
2-6 tahun : 1-2 mg, 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 2 mg, 3-4 kali sehari.
Sirup:
Dewasa (>12 tahun): 1-2 sendok (5-10 ml), 3-4 kali sehari.
Anak-anak:
2-6 tahun: 1/2-1 sendok (0,25-5ml), 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 1 sendok (5ml), 3-4 kali sehari.
Efek Samping
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Pada pemakaian
dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi,
kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan. efek ini terjadi pada semua perangsangan
adrenoreseptor beta. Vasodilator perifer, gugup, hiperaktif, epitaksis (mimisan), susah tidur.
Peringatan dan perhatian

Hati-hati bila diberikan pada penderita thyrotoxicosis, hipertensi, gangguan


kardiovaskuler, hipertiroid dan diabetes melitus.
Meskipun tidak terdapat bukti teratogenitas sebaiknya penggunaaan salbutamol selama
kehamilan trimester pertama, hanya jika benar-benar diperlukan.
Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui karena kemungkinan diekskresi melalui air
susu.
Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun karena keamanannya belum
diketahui dengan pasti.
Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula darah.

Interaksi Obat

Efek salbutamol dihambat oleh B2-antagonis.


Pemberian bersamaan dengan monoamin oksidase dapat menimbulkan hipertensi berat.
Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa
diberikan bersamaan.

Over dosis

Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian suatu alpha-adrenergik
bloker melalui injeksi intravena dan suatu beta-blocking agen peroral pada kasus
asmaticus karena resiko konstriksi bronkus.
Hypokalemia.

http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/salbutamol.html#ixzz2yvmeYvam
\
Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah
jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang
menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan
saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai
merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma,
Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan
oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan
adalah sebagai berikut:

Sediaan oral

Anak < 2 tahun : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari

Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari

Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari

Dewasa : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg

Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg

Inhalasi aerosol

Anak : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu.
Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari

Inhalasi cair

Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu.
Catatan : manfaat terapi ini pada anak < 18 bulan masih diragukan.

Injeksi subkutan atau intramuscular

Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu

Injeksi intravena lambat

Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu


Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat,
sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk sediaan lain,
seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat menggunakan cara
inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol
cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek samping yang ditimbulkan lebih kecil jika
dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk sediaan ini cukup efektif untuk mengatasi serangan asma
ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan, efeknya mampu bertahan selama 3-5 jam.
Beberapa keuntungan penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol, antara lain:

Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk ke
saluran nafas.

Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika dibandingkan
dengan sediaan oral.

Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang digunakan
juga lebih kecil.

Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada kemungkinan obat
tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran nafas menjadi lebih sedikit dari
dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian obat ke saluran nafas, maka bisa digunakan alat
yang disebut spacer (penghubung ujung alat dengan mulut).

Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar.
Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar adalah dengan
menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik sesudahnya.

Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol
maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin timbul
karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala,
kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk;
gatal; dan ruam pada kulit (skin rush). Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya
seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun
hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah
keadaan dan meningkatkan resiko efek samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma
yang sedang hamil dan menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk
meminimalkan efek samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan
pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari
mengingat efek samping yang mungkin muncul.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi asma,
adalah sebagai berikut:

Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-
bahan lain yang terkandung di dalamnya.

Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika
menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.

Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut
tidak kering.

Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit
untuk setiap hisapan.

Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o
C)

Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada
hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang tertinggal
kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis
dalam sekali pemakaian.

Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa menurunkan efek
salbutamol.

Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan
meningkatkan resiko hipokalemia.
Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia jika
diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal: isocarboxazid,


phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2
minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan
monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah obat yang diberikan
cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan satu macam obat saja, sehingga
perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu, pengetahuan akan salah satu jenis obat saja tidak
cukup karena masih banyak obat selain salbutamol yang tentu saja memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat dalam
mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan kualitas hidup
penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan satu hal yang perlu diingat:
jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah yang harus mengendalikan asma.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Anonim, 2006, MIMS Petunjuk Konsultasi, Ed. Ke-6, 70-76, PT. InfoMaster, Jakarta

Dipiro, J.T., 1997, Pharmacotherapy A Pathophysiologyc Approach, 3rd Ed., Appleton & Lange
Stamford, Connecticut
Katzung, B.G., 2001, Farmakologi Dasar & Klinik, Ed.I, Salemba Medika, Jakarta

Lacy, Charles F.; Armstrong, Lora I.; Goldman, Morton P., 2003, Drug Information Handbook, 11th
Ed., 45-46, Lexi-Comp Inc., Canada

Paul, Les and Nagle, Becky, 2002, The Essential Medication Guidebook To Healthy Aging, 99-104,
Ballantine Books, New York

Anda mungkin juga menyukai