Anda di halaman 1dari 37

25

BAB III
PELAYANAN RESEP DI APOTEK
III.1 Resep Racikan Antibiotik

Gambar 6. Resep Racikan Antibiotik

26

III.1.2 Skrining Resep


1. Kelengkapan Resep
Tabel 1. Kelengkapan Administratif Resep Racikan Antibiotika

Bagian
Resep

Inscriptio

Signatura

Kelengkapan

Ada

Tidak
Ada

Nama dokter

SIP

Alamat dokter

No. Telp
Paktek/Rumah
Tanggal
penulisan
resep
Nama pasien
Umur pasien
Alamat pasien
Aturan
pemakaian
Tanda R/
Nama obat

Prescriptio

Subscriptio

Dosis
Bentuk
Sediaan
Jumlah yang
diminta
Paraf/tanda
tangan dokter

Keterangan
Dr. Herry D Nawing.
SpA
Jl. Dr. Wahidin S.
Husodo 103 (RSB Dika)
(0411)-322738
06 September 2014

Attaila
1 Tahun 8 bulan
R/ Cefadroxil 200 mg
Interhistin tab
Salbutamol 1 mg
m.f.Pulv dtd No. XV
3 dd I pulv
R/ Vectrine btl I
3 dd sendok teh
R/ Phenobarbital
2 dd tab
(Bila demam)

Tidak Tercantumkan

Pada resep di atas tidak terdapat :


1. Nomor SIP Dokter
Pada resep tidak tercantum nomor SIP dokter. Hal ini tidak sesuai dengan
kelengkapan bagian-bagian resep yaitu inscriptio. Inscriptio merupakan bagian
resep yang berisi nama, nomor SIP dokter, alamat praktek, nomor telepon, dan
tanggal penulisan resep.
2. Alamat Pasien

27

Pada resep tidak tercantum alamat pasien, tetapi ketika penyerahan resep
hal ini ditanyakan kepada pasien. Alamat pasien yaitu Perumahan Griya
Tonasa Makassar . Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam
penyerahan obat dapat segera ditangani.
3. Umur Pasien
Pada resep tercantum umur
4. Berat badan pasien
Pada resep tidak tercantum bobot badan pasien. Berat badan pasien sangat
penting untuk menghitung dosis obat yang diberikan.
2. Kesesuaian Farmasetika
1. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan adalah Puyer, Sirup kering, dan tablet
Pasien ini tergolong anak-anak sehingga pemberian obat dengan bentuk sediaan
tersebut telah tepat.
2. Kesesuaian Dosis
Resep 1:
Resep ini berisi racikan antibiotik, yaitu Cefadroxil kaplet yang
mengandung 200 mg, interhistin, salbutamol 1 mg. Untuk cefadroxil, dosis lazim
sekali untuk anak-anak umur 1-6 tahun adalah 250 mg 2 kali sehari. Dosis yang
diberikan dokter adalah 200 mg per bungkus. Serbuk puyer diminum 3 kali sehari
sehingga pasien meminum 3 bungkus (600 mg). Hal tersebut tidak sesuai karena
telah melewati batas dosis lazim jadi perlu penyesuaian dosis.
Untuk interhistin mengandung mebhidrolin napadislat setara 50 mg. Dosis
lazim sehari dewasa adalah 100-300 mg. Dimana setelah dikonversi menggunakan
rumus Fried dosis lazim untuk anak umur 1 tahun 8 bulan adalah 13,33-40 mg.
Dosis yang diberikan dokter adalah 1/4 tablet per bungkus. Serbuk puyer diminum
3 kali sehari sehingga pasien meminum 3 bungkus (37,5 mg). Hal tersebut sudah
sesuai karena masuk dalam range dosis lazim.
Untuk salbutamol dosis lazim dewasa yaitu 4 mg 3-4 kali sehari. Dimana
setelah dikonversi menggunakan rumus Fried dosis lazim untuk anak umur 1
tahun 8 bulan adalah 0,53 mg Dosis yang diberikan dokter yaitu 1 mg. Hal
tersebut sudah sesuai dengan dosis lazim.
Resep 2:

28

Dokter meresepkan Vectrine syrup (Erdosteine tiap 5 ml mengandung


175 mg). Dosis lazim erdosteine untuk dewasa adalah 300 mg sekali dan 600 mg
sehari. Dosis yang diberikan dokter yaitu 3 kali sehari sendok teh berarti untuk
sekali minum 87,5 mg dan seharinya 262,5 mg. Setelah dikonversi menggunakan
rumus fried dosis lasimnya untuk sekali 40 mg dan sehari 80 mg. Hal tersebut
tidak sesuai karena telah melewati batas dosis lazim jadi perlu penyesuaian dosis.
Resep 3:
Dokter meresepkan Phenobarbital 30 mg untuk dosis lazim dewasa sekali
15-30 mg dan sehari 45-90 mg. Dosis maksimun dewasa untuk sekali 300 mg dan
sehari 600 mg. Setelah di konversi menggunakan rumus fried dosis maksimun
sekali 40 mg dan sehari 80. Dokter memberikan dosis 15 mg sekali. Tablet
diminum 2 kali sehari tablet sehingga pasien meminum 1 tablet (30 mg). Hal
tersebut sudah sesuai karena dosis tersebut tidak melebihi dosis maksimal
sehingga dosis yang diberikan sesuai.
3. Pertimbangan Klinis (18,19,20,21,22,23)
1) Definisi Asma
Asma adalah suatu penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas
menyebabkan hiperesponsifitas jalan nafas terhadap rangsang yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak nafas,
dada terasa berat dan batuk-batuk,

terjadi secara spontan maupun akibat

pengobatan, terutama malam menjelang dini hari. Penyakit asma ini sering
disertai dengan batuk, mengi, dan sesak nafas. Pengobatan penyakit ini dapat
dengan memberikan obat bronkodilator, kortikosteroid, antikolinergik dan dapat
dikombinasi dengan antihistamin atau mukolitik.

a)

Jenis-jenis Asma

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3


tipe, yaitu :
a

Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,

29

obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik


sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
b.

asma ekstrinsik.
Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma

c.

gabungan.
Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
b) Pengobatan Asma

a) Agonis Adrenergik
Menghirup agonis adrenergik dengan aktivitas

merupakan obat

pilihan utama untuk asm ringan, yaitu pada pasien yang kadang-kadan
menunjukkan

gejala

yang

intermitten.

Agonis-

merupakan

bronkodilator poten yang merelaksasi otot polos saluran napas secara


langsung.
a. Obat-obat masa kerja singkat contohnya epinefrin, pirbuterol, albuterol
dan terbutalin
b. Obat-obat masa kerja panjang contohnya salmeterol.
b) Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif
dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka
panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya
kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi

30

kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan. Contohnya


Glukokortikoid inhalasi.
c) Kromolin dan Nedokromil
Kromolin dan nedokromil merupakan obat antiinflamasi profilaksis
yang efektif, tidak berguna dalam menangani serangan asama akut karena
bukan

merupakan

bronkodilator

langsung.

Obat-obat

ini

dapat

menghambat timbulnya reaksi asma akut dan lambat


d) Antagonis kolinergik
Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan
pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.
Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada
penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2adrenergik. Contoh obat ini yaitu atropin dan ipratropium bromida.
e) Teofilin
Teofilin adalah suatu bronkodilator yang membebaskan obstruksi saluran
nafas pada asma kronis dan mengurangi gejala dari penyakit kronik,
sebelumnya, sandaran utama terapi asma teofilin telah digantikan secara
luas oleh agonis2)

dan kortikosteroid.

Defini Batuk
Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem

organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang
melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di
medula. Batuk terbagi menjadi 2 macam yaitu batuk kering (non-produktif) dan
batuk berdahak (produktif).
a) Jenis Batuk
Dapat dibedakan 2 jenis batuk, yakni batuk produktif (dengan dahak)
dan batuk non-produktif (kering).
1. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari batang
tenggorokan seperti yang telah diuraikan diatas. Batuk ini pada hakekatnya
tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi dalam praktek sering kali

31

batuk yang hebat mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun


berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan
mengurangi frekuensi batuk umumnya dilakukan terapi simtomatik dengan
obat-obat batuk yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan pereda
batuk.
2. Batuk non-produktif bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada
batuk rejan (pertussis) atau juga karena pengeluarannya memang tidak
mungkin seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya,
menjengkelkan dan sering kali menganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk
demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu
batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorokan dan farynx.
b)

Obat-obat batuk

1. Zat pelunak batuk (emmoliensia), yang memperlunak rangsangan batuk,


melumasi tenggorokan agar tidak kering dan melunakkan mukosa yang
teriritasi. Untuk tujuan ini banyak digunakan sirop seperti Thymi dan
Altheae.
2. Ekspektoransia : guaiakol, dan ammonium klorida (dalam obat batuk
hitam). Zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan dengan
demikian

mengurangi

kekentalannya

sehingga

mempermudah

pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme kerjanya adalah dengan


merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian
meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan
sebagai reflex memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran
nafas. Diperkirakan bahwa kegiatan ekspektoransia juga dapat dipicu
dengan meminum banyak air.
3. Mukolitika : Asetilsistein, bromheksin dan ambroxol. Zat-zat ini berdaya
merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan
pengeluarannya dipermudah. Mukolitika digunakan dengan efektif pada
batuk dengan dahak yang kental sekali.
4. Zat pereda : Kodein, Noskapin, Dekstrometorfan. Obat-obat dengan kerja
3.

sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang menggelitik.


Kejang Demam

32

Kejang Demam atau yang sering pula disebut dengan step merupakan suatu
keadaan dimana terjadi kejang dengan disertai demam lebih dari 38C dan bukan
disebabkan oleh kelainan otak. Kejang Demam pada memang banyak ditemui
pada balita dan anak-anak, sekitar 3-5% anak-anak usia di bawah 6 tahun pernah
mengalaminya. Dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui
pada usia 9-20 bulan .Kejang Demam biasanya timbul pada anak dengan suhu
tubuh diatas 38C (100.4F). Selain itu infeksi virus atau bakteri dan bahkan
imunisasi yang menyebabkan demam tinggi seperti herpes virus dapat menjadi
faktor penyebab dari kejang demam .
Penyakit yang dapat menyebabkan Kejang Demam adalah flu, pilek, infeksi
telinga dan infeksi lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit serius seperti
Radang Paru-Paru Pada Anak (pneumonia) atau Radang Otak (meningitis) juga
dapat menjadi penyebabnya.
a) Klasifikasi
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum,
tonik dan atau klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan
fokal atau berulang dalam waktu 24 jam.

Kejang demam kompleks


Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
1.

Kejang lama > 15 menit

2.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang parsial
3.
4.

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penilaian Resep

33

Obat-obat yang diresepkan pada resep yaitu obat racikan mengandung


antibiotik cefadroxil 200 mg, (antihitamin) interhistin, (agonis adrenergik)
salbutamol 1mg. (mukolitik) Vectrine, (antikonvulsan) phenobarbital 30 mg.
Obat-obat ini merupakan obat yang diindikasikan untuk mengatasi batuk asma
dan kejang demam.
Obat salbutamol diberikan untuk mengatasi gejala asma yang dialami oleh
pasien dan biasanya dikombinasi dengan obat antihistamin yaitu interhistin untuk
mengatasi timbulnya asma yang diakibatkan karena alergi. Pemberian cefadroxil
berfungsi sebagai antibiotik untuk tindakan pengobatan dimana terjadi infeksi
yang dapat diakibatkan oleh bakteri pada saluran nafas yang menyebabkan
terjadinya batuk. Efek samping yang kadang terjadi adalah gangguan pencernaan.
Selain itu pada bentuk sediaan pemberian obat ini berupa puyer yang isinya
mengandung jenis antibiotik yaitu cefadroxyl, dimana berdasarkan perbedaan
penggunaannya, seharusnya antibiotik tidakalah dicampur dalam satu racikan
bersamaan dengan obat lainnya, karena antibiotik harus dihabiskan meskipun
pasien sudah tidak batuk atau sembuh untuk menghindari terjadinya resistensi
penggunaan antibiotik. Sedangkan obat lainnya dihentikan penggunaannya jika
pasien sudah membaik atau sembuh
Pemberian Vectrine kepada pasien diindikasikan untuk mukolitik. Selain
itu pemberian obat ini juga bertujuan untuk sebagai pengencer lendir pada
gangguan saluran pernafasan akut dan kronik. Pemberian phenobarbital
diindikasikan bila terjadi kejang demam pada anak tersebut.
Berdasarkan obat-obat yang diberikan dokter pada resep dapat
disimpulkan bahwa resep racikan tidak rasional karena secara klinis obat
antibiotik tidak boleh diracik bersama dengan obat lain karena antibiotik harus
diminum sampai habis sedangkan obat-obat yang lain bersifat simptomatis yaitu
dihentikan

penggunaannya jika pasien sudah membaik atau sembuh. Jadi

sebaiknya untuk obat antibiotik harus diracik secara terpisah.


III.1.3 Uraian Obat dalam Resep (18,19,20,24,25,26)
1.

Cefadroxil
a. Komposisi

34

Tiap kapsul mengandung Cefadroxil monohydrate setara dengan


cefadroxil anhydrous 500 mg
b. Nama Dagang
Cefat

(Sanbe),

Qcef

(Guardian

Pharmatama),

Renasistin

(Fahrenheit), Roksicap (Sanbe), Staforin (Kalbe), Widrox (Landson).


c. Farmakologi
Farmakodinamik:
Cefadroxil adalah antibiotik cephalosporin semi sintetik yang
itujukan untuk pemakaian secara oral. Penelitian secara in vitro
menunjukkan bahwa cephalosporin bersifat bakterisidal karena bekerja
dengan cara menhambat sintesis dinding sel.
Mikrobiologi:
Cefadroxil aktif menghambat baik secara in vitro dan pada infeksi
klinik terhadap golongan organisme berikut ini:
a) Beta-hemolytic streptococci
b) Staphylococcus, termasuk kelompok penghasil penicilinase
c)

Streptococcus (Diplococcus) pneumoniae

d) Escherichia coli
e)

Proteus mirabilis

f)

Klebsiella sp.

g) Kelompok organisme gram negatif lain termasuk beberapa


kelompok H. Influenza, Salmonella sp dan Shigella sp.
Farmakokinetik:
a) Absorpsi
Cefadroxil diabsorbsi secara sempurna dari saluran pencernaan.
Kadar puncak plasma sekitar 16 dan 30 mcq/ml tercapai 1,5 jam
sampai 2 jam setelah pemberian 500 mg dan 1 g secara oral.
Pemberian bersma dengan makanan tidak menunjukkan adanya
efek terhadap absorbsi cefadroxil.
b) Distibusi

35

Sekitar 20 % dari cefadroxil terikat pada protein plasma. Waktu


paruh plasma dari cefadroxil sekitar 1,5 jam dan menjadi lebih
panjang pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Cefadroxil
didistribusi secara luas kedalam jaringan dan cairan tubuh.
Cefadroxil menembus plasenta dan ditemukan pada air susu ibu.
c) Eksresi
Lebih dari 90% dosis cefadroxil diekskresikan dalam bentuk utuh
didalam urine selama 24 jam melalui filtrasi glomerulus dan
sekresi tubular.
d. Indikasi
a) Infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes (Kelompok A beta-hemolytic streptococci)
b) Infeksi

Kulit

dan

jaringan

lunak

yang

disebabkan

oleh

Streptococcus pyogenes dan/atau streptococci


c) Infeksi Saluran kemih yang disebabkan oleh E.coli, P. Mirabilis
dan Klebsiella species
d) Infeksi lain: osteormielitis dan septik artritis
e. Dosis dan Cara Pemberian
Dewasa:
1)

Infeksi Saluran pernafasan:

a) Untuk infeksi ringan : 1 g per hari diberikan dalam 2 dosis terbagi


(500 mg, 2 kali sehari)
b) Untuk infeksi sedang sampai berat: 1-2 g per hari diberikan dalam
2 dosis terbagi (500 mg sampai 1 g setiap 12 jam).
2) Faringitis dan tonsilitas yang disebabkan oleh kelompok A betahemolytic streptococci: 1 g per hari dalam bentuk dosis tunggal
atau dosis terbagi (500 mg, 2 kali sehari) diberikan minimal 10 hari
3) Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g per hari dalam dosis tunggal
atau dosis terbagi (2 kali sehari).

36

4) Infeksi saluran kemih: Untuk infeksi saluran kemih bagian bawah


yang tidak mengalami komplikasi (misalnya sistitis) : 1-2 g per hari
dalam dosis tunggal atau dosis terbagi ( 2 kali sehari).
Anak-anak:
a) Diatas 6 tahun

: 500 mg, 2 kali sehari

b) 1-6 tahun : 250 mg, 2 kali sehari


c) Bayi < 1 tahun

: 25 mg/kg berat badan/hari diberikan dalam

dosis terbagi
f. Kontraindikasi
Pasien yang diketahui mempunyai alergi terhadap antibiotik golongan
cephalosporin.
g. Efek Samping
a) Pencernaan : gejala pseudomembran kolitis dapat terjadi selama
terapi dengan antibiotik: mual, muntah dan diare jarang dilaporkan.
b) Reaksi hipersensitif : alergi seperti ruam, urtikaria, angioderma dan
pruritus.
h. Interaksi Obat
Tes Coombs positif telah dilaporkan selama pengobatan menggunakan
antibiotik golongan Cephalosporin.
i. Perhatian
a) Sebelum digunakan hendaknya ilakukan uji hipersensitivita terhadap
Cephalosporin dan Penicilin.
b) Derivat cephalosporin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien
dengan riwayat hipersensitif terhadap penicillin.
c) Cefadroxil harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.
d) Pada penggunaan jangka panjang, Cefadroxil bisa mengakibatkan
pertumbuhan organisme yang tidak sensitif. Jika terjadi superinfeksi
selama pengobatan, pemakain harus dihentikkan.
e) Hati-hati penggunaan cefadroxil pada pasien dengan riwayat penyakit
saluran cerna, terutama kolitis.

37

f) Hati-hati peberian cefadroxil pada ibu menyusui


j. Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar (dibawah 30oC), terlindung dari cahaya.
2.

Interhistin
a. Komposisi
Tiap tablet mengandung Mebhydroline napadisylate setara dengan
Mebhydroline 50 mg.
b. Nama Dagang
Interhistin
c. Farmakologi
Interhistin mengandung Mebhydroline, suatu antihistamin yang umum
digunakan untuk pengobatan reaksi-reaksi alergi.
d. Indikasi
Berbagai macam alergi seperti rinitis, urtikaria.
e. Dosis
Dewasa

: Sehari 2-6 tablet dalam dosis bagi.

Anak-anak : Umur 2-5 tahun Sehari 1-3 tablet dalam dosis bagi
Umur 5-10 tahun Sehari 2-4 tablet dlaam dosis bagi
Diatas Umur 10 tahun Sehari 2-6 tablet dalam dosis bagi
f. Kontraindikasi
Penderita yang hipersentitif terhadap salah satu komponen obat ini.
g. Efek samping
Mual, muntah, mulut terasa kering, penglihatan kabur.
h. Interaksi obat
Jangan diminum bersama MAO inhibitors.
i. Perhatian
Penderita yang menerima obat ini dilarang mengendarai kendaraan
bermotor atau menjalankan mesin.
j. Penyimpanan
Simpan dibawah 30 terlindung dari cahaya.

38

3.

Salbutamol
a. Komposisi
Setiap tablet mengandung salbutamol sulfat 4 mg
b. Nama Generik
Salbutamol
c. Nama Dagang
Astharol, Azmacon, Fartolin, Grafalin, Salbuven
d. Farmakologi
Salbutamol merupakan simpatomimetik amine termasuk golongan betaadrenergic agonist yang memiliki efek stimulus reseptor 2 pada bronkus
menyebabkan

aktivasi

(Adenosintrifosfat)

adenilsiklase.

menjadi

cAMP

Enzim

ini

mengubah

ATP

(cyclic-adenosine-monophosphat)

dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses dalam sel.


Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan efek bronkodilatasi.
e. Indikasi
Kejang bronkus pada semua jenis asma bronkial, bronkitis kronik, dan
emfisema.
f. Dosis
Dewasa (> 12 tahun) : sehari 3-4 kali, 1-2 tablet; Anak-anak (2-6
tahun) : sehari 3-4 kali, -1 tablet; Anak-anak (6-12 tahun) : sehari 3-4
kali, 1 tablet.
g. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini, gagal jantung,
takiaritmia.
h. Efek samping
Yang paling umum adalah tremor; Dosis tinggi : takiaritmia dan
tekanan dilatasi pembuluh darah sehingga tekanan diastolik turun. Bisa
terjadi hipokalemia, hipoksemia.
i. Interaksi obat

39

Dengan Obat Lain : Peningkatan efek/toksisitas : Peningkatan durasi


efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama
Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan
penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat
sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara
bersamaan.
j. Perhatian
Gangguan hati dan ginjal, ketergantungan, kehamilan, menyusui,
overdosis.
k. Bentuk Sediaan
Tablet 2 mg, 4 mg.
l. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering
serta terlindung dari cahaya.
4.

Vectrine
a. Komposisi
Tiap 5 ml mengandung Erdosteine 175 mg.
b. Nama Dagang
Edotin, Vectrine, Vesteine,
c. Farmakologi
Erdosteine secara farmakologi bekerja sebagai obat pengencer mukus
bronkus.
Farmakoterapeutik
Erdosteine diklasifikasikan sebagai obat mukolitik.
Farmakodinamik
Erdosteine selain mempunyai sifat sebagai pengencer mukus
bronkus sehingga memudahkan expektorasi, juga menunjukkan efek
sebagai antagonis terhadap formasi "in loco" dari radikal bebas dan
sangat berbeda dengan kerja enzim elastase. Studi farmakologi
menunjukkan bahwa Erdosteine, sepertinya tidak, memiliki sifat diatas

40

ini tetapi hanya setelah metabolisasi, berubah menjadi metabolit aktif


yang memiliki kelompok -SH kimia. Metabolit ini mematahkan
kelompok -SH dan menyebabkan pengurangan elastisitas dan viskositas
mukus sehingga memudahkan ekspektoransia.
Gugus kimia -SH, berbeda aktivitas ini, secara kimiawi terikat dan
menjadi bebas hanya setelah metabolisasi atau terikat pada alkali. sifat
ini menjamin tolerabilitas yang baik tanpa rasa yang tiak enak dan
tanpa regurgitasi merkaptanik serta tolerabilitas yang baik pada gaster.
Farmakokinetik
a) Erdosteine cepat diserap setelah pemberian oral, setelah dosis oral
tunggal, Tmax adalah 1,2 jam.
b) Erdosteine dengan cepat dimetabolisme menjadi setidaknya 3
metabolit aktif yang mengandung gugus tiol bebas, adalah: Nthiodiglycolyl-homocysteine (metabolit I), N-asetil-homocysteine
(metabolit II), dan homocysteine (metabolit III). waktu paruh
Erdosteine rata-rata 1,4 jam, dan metabolit I dan II masing-masing.
dari 1,2 dan 2,7 jam.
c) Pemberian berulang tidak mengubah farmakokinetik Erdosteine
dan metabolinya.
d) Usia tidak mengubah farmakokinetik Erdosteine dan metabolitnya.
e) Pada pasien usia lanjut yang menderita gagal ginjal, yang bersihan
kreatinin terdiri antara 25 dan 40 ml / menit, karakteristik
farmakokinetik Erdosteine dan metabolitnya tidak secara signifikan
berbeda dengan subyek lansia yang sehat.
d. Indikasi
Mukolitik, sebagai pengencer lendir pada gangguan saluran
pernafasan akut dan kronik.
e. Dosis
Kapsul 300:
1 kapsul, 2 3 kali sehari.

41

Sirup kering:
Anak 15-19 kg: 5 ml, 2 kali sehari.
Anak 20-30 kg: 5 ml, 3 kali sehari.
Anak >30 kg dan dewasa: 10 ml, 2 kali sehari.
f. Kontraindikasi
a) Hipersensitivitas terhadap obat.
b) Penderita sirosis hati dan defisiensi enzim sistationin-sintetase.
c) Fenilketonuria, sehubungan dengan adanya aspartam, terbatas hanya
pada sediaan suspensi.
d) Penderita dengan gagal ginjal berat.
g. Efek samping
Tidak terlihat efek samping pada gastrointestinal maupun sistemik.
h. Interaksi obat
Tidak ada interaksi obat berbahaya dengan obat-obatan lain yang
pernah diamati dan erdosteine dapat diberikan bersama-sama denagan
antibiotik, bronkodilator (teofilin,2-mimetik, sedatif batuk, dll)
i. Peringatan dan Perhatian
a) Produk dalam bentuk granulat (suspensi) mengandung sukrosa,
harus dipertimbangkan pada kasus diabetes atau diet rendah kalori.
b) Kehamilan dan menyusui: Keamanan erdosteine pada kehamilan
belum dibuktikan oleh karena itu seperti semua obat-obatan baru,
penggunaan erdosteine tidak dianjurkan, juga pada masa menyusui
penggunaan erdosteine tidak dianjurkan.
c) Efek

terhadap

kemampuan

mengendarai

kendaraan

menggunakan mesin. Tidak ada efek yang pernah dilaporkan


j. Bentuk Sediaan
Kapsul dan sirup kering.
k. Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar 30oC dan terlindung dari cahaya.
5.

Phenobarbital

dan

42

a. Komposisi
Setiap kapsul mengandung phenobarbital 30 mg.
b. Farmakologi
Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif
dalam mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis. Mekanisme kerja
menghambat kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan
sinaps melalui suatu kerja pada reseptor GABA, rekaman intrasel neuron
korteks atau spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital
meningkatkan respons terhadap GABA yang diberikan secara iontoforetik.
Efek ini telah teramati pada konsentrasi fenobarbital yang sesuai secara
terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch bagian luar yang
diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa
fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan
meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA tanpa
merubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi konsentrasi
terapeutik, fenobarbital juga membatasi perangsangan berulang terus
menerus; ini mendasari beberapa efek kejang fenobarbital pada konsentrasi
yang lebih tinggi yang tercapai selama terapi status epileptikus.
c. Indikasi
a) Ulkus duodenum, ulkus lambung berulang, refluks esofagitis. -Kejang
umum tonik-klonik; kejang parsial; kejang pada neonatus; kejang
demam; status epileptikus
b) Pengelolaan insomnia jangka pendek
c) Meredakan kecemasan dan ketegangan
d) Meredakan gejala epilepsi
d. Dosis
Dewasa
a) Hipnotik

: 100- 200 mg diberikan sebelum tidur

b) Sedatif

: 15-30 mg 2-3 kali sehari

c) Antikonvulsi

: 30-60 mg 2- 3 kali sehari

Anak

: 15-50 mg 2-3 kali sehari

43

e. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap barbiturat atau komponen sediaan, gangguan hati
yang jelas, dispnea, obstruksi saluran nafas, porfiria, hamil.
f. Efek samping
Diare, sakit kepala, mual, reaksi kulit, noreksia (kehilangan nafsu
makan), konstipasi (susah buang air besar), pusing, proteinuria, kelelahan,
dispepsia, mulut kering, urtikaria, gatal-gatal, peningkatan sementara
enzim hati, nyeri sendi, edema periferal, depresi. Jarang terjadi :
trombositopenia, eosinofilia, leukopenia.
g. Interaksi obat
a) Antibakteri: barbiturat mempercepat metabolisme kloramfenikol,
doksisiklin mungkin kadar dalam plasma, phenobarbital mungkin
menurunkan kadar plasma rifampisin: fenobarbital menurunkan
kadar plasma telitromisin ( hindari selama dan 2 minggu setelah
menggunakan fenobarbital).
b) Antikoagulan : barbiturat mempercepat metabolisme kumarin
(mengurangi efek antikoagulan)
c) Kortikosteroid

barbiturat

mempercepat

metabolisme

kortikosteroid
d) Estrogen : barbiturat mempercepat metabolisme estrogen.

h. Perhatian
a) Usia lanjut, lemah-tidak berdaya, anak (dapat menyebabkan
perubahan perilaku)
b) gangguan fungsi ginjal atau fungsi hati, depresi napas (hindari jika
berat)
c) hindari penghentian mendadak
d) Dapat menggangu kemamapuan melakukan tugas terampil, contoh
mengoperasikan mesin, menyetir
i. Bentuk Sediaan

44

Tablet 30 mg, 50 mg, 100 mg


Ampul 50 mg/m
j. Penyimpanan
Simpan pada suhu kamar 30oC dan terlindung dari cahaya.
III.1.4 Penyiapan Resep
1. Perhitungan Bahan Resep Racikan
Cara perhitungan bahan pada resep racikan sebagai berikut :
Cefadroxil
: 200 mg x 15= 3000 mg -> 3000/500 mg
=6 tablet
Interhistin
:1/4 tab x 15
= 3,75 tablet

Salbutamol
: 1 mg x 15 = 15mg -> 15/4 mg
= 3,75 tablet
2. Cara Kerja
a) Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan (Cefadroxil 200 mg 6
kapsul, Interhistin 1/4 3,75 tablet, Salbutamol 4 mg 3,75 tablet).
c) Obat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam penghalus
elektrik (blender obat) untuk menghaluskan tablet hingga homogen.
d) Serbuk homogen tersebut diibagi menjadi 15 bungkus.
e) Dikemas dan diberi etiket putih.
3. Pengemasan
Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan yang
cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya.
a)

Resep Racikan
Disiapkan puyer yang sudah diracik sebanyak 15 bungkus dan
dimasukkan ke dalam sak obat. Kemudian dikemas dan diberi etiket putih
dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 bungkus. Penggunaan pada pagi,
siang, dan malam hari masing masing 1 bungkus setelah makan dan
dihabiskan.

b)

Vectrine
Disiapkan Vectrine sirup dan dimasukkan ke dalam sak obat. Kemudian
dikemas dan diberi etiket putih dengan aturan pakai 3 kali sehari
sendok teh. Penggunaan pada pagi, siang, dan malam hari masing
masing sendok teh setelah makan.

c)

Phenobarbital

45

Disiapkan Phenobarbital sebanyak 15 tablet dan dimasukkan ke dalam


sak obat. Kemudian dikemas dan diberi etiket putih dengan aturan pakai 2
kali sehari tablet. Penggunaan pada pagi, dan malam hari, dengan atau
setelah makan.
4. Penyerahan Resep Antibiotika dan Narkotika
Komunikasi dan informasi penting yang harus diberikan kepada pasien
pada saat dispensing atau penyerahan obat, antara lain:
a. Obat pertama adalah obat racikan, untuk mencegah terjadinya infeksi,
mengatasi alergi dan mengatasi sesak nafas. Obat diminum 3 kali sehari 1
bungkus, segera sesudah makan. Obat ini harus dihabiskan karena dalam obat
ini terdapat antibiotik.
b. Obat kedua adalah Vectrine. Vectrine merupakan obat mukolitik yang
berfungsi sebagai pengencer dahak, diminum 3 kali sehari sendok teh,
setelah makan. Obat ini hanya diminum selama batuk, jika keluhan batuk
telah hilang hentikan penggunaan obat.
c. Obat ketiga adalah Phenobarbital yang merupakan golongan barbiturat yang
mempunyai aksi jangka panjang dan digunakan sebagai obat kejang demam,
diminum 2 kali sehari tablet, setelah makan. Obat ini hanya diminum bila
mengalami kejang demam.
d. Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti alergi selama
pengobatan, hentikan pengobatan dan hubungi dokter atau farmasis dengan
segera.
e. Untuk mencegah kambuhnya asma pada anak sebaiknya menghindari alergen
yang dapat mengakibatkan timbulnya asma, mengurangi penggunaan obat dan
mengurangi sensitifitas bronkus, misalnya binatang, asap rokok, dan polusi
udara. Selain itu juga sebaiknya :
a. Mengenali sejarah penyakit, gejala-gejala dan faktor pencetus asma
b. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien asma
c. Bagaimana mengenali serangan asma dan tingkat keparahannya,
serta hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadiserangan
termasuk mencari pertolongan.

46

Jika terjadi serangan asma secara tiba-tiba segera hubungi dokter bila
dalam waktu 15 menit tidak ada perbaikan setelah menggunakan obat dan napas
pendek dan susah bernapas

III.1.5 Etiket
Gambar 7. Etiket Racikan Antibiotik

No. 18

Gambar 8. Vectrin

Apotek
Kimia Farma No.33
Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942

Apotek
Kimia Farma No.33
Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942

Apoteker: Drs. Roy Mustakim, Apt


No. SIPA: 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
Makassar, 6 - 9 - 2014

Apoteker: Drs. Roy Mustakim, Apt


No. SIPA: 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
Makassar, 6 - 9 - 2014

No. 18

Attaila
3 x Sehari 1

Attaila

Biji/ Bungkus (Pagi , Siang

3 x Sehari

& Malam)
Sebelum/sesudah

makan

(habiskan)

Apotek
Kimia Farma No.33
Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942
Apoteker: Drs. Roy Mustakim, Apt
No. SIPA: 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
No. 18
Makassar, 24 - 2 - 2014
Attaila
2 x Sehari

Biji/ Bungkus/ sendok (Pagi & Malam)

Sebelum/sesudah makan)

Gambar 9. Phenobarbital

Biji/ / Bungkus/ Sendok teh


(Pagi, Siang dan Malam)
Sebelum/sesudah makan

47

III.1.6 Salinan Resep Antibiotika dan Narkotika

APOTEK KIMIA FARMA 33


Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942
Apoteker : Drs. Roy Mustakim, Apt
No. SIPA : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
SALINAN RESEP
Dari Dokter
No. Resep
Tanggal
Dibuat Tanggal
Untuk

:Dr. Herry D Nawing, SpA


:18
: 06 September 2014
: 06 September 2014
: Attaila

R/

Cefadroxil
200 mg
Interhistin

tablet
Salbutamol
1 mg
m.f. pulv. No. XV
S. 3 dd I Pulv
---------------------------------------------------------------------------det.
R/
Vectrine
Btl I
S. 3 dd Sendok teh
----------------------------------------------------------------------------det.
R/
Phenobarbital 30 mg No XV
S. 2 dd tab (Bila demam)
--------------------------------------------------------------------------det
p.c.c.
Paraf

Drs. Roy Mustakim, Apt

48

Gambar 10. Salinan resep racikan antibiotika

III.1.7 Interpretasi Sebagai Apoteker Mengenai Penyakit yang Diderita


Pasien
Berdasarkan resep, dokter memberikan Cefadroxil 200 mg yang
diindikasikan untuk terapi kausalnya atau penyebab dari terjadinya batuk tersebut
dalam hal ini telah terjadi infeksi, Obat salbutamol 1 mg diberikan untuk
mengatasi gejala asma yang dialami oleh pasien dan biasanya dikombinasi dengan
obat antihistamin yaitu interhistin tablet . Pemberian Vectrine kepada pasien
diindikasikan untuk mukolitik. Selain itu pemberian obat ini juga bertujuan untuk
sebagai pengencer lendir pada gangguan saluran pernafasan. Pemberian
phenobarbital diindikasikan bila terjadi kejang demam pada anak tersebut.

49

III.2 Resep Asli Narkotika


III.2.1 Contoh Resep

50

Gambar 11. Contoh Resep Racikan Narkotika dan Psikotropik

III.2.2 Skrining Resep


A. Kelengkapan Resep
Tabel 2. Kelengkapan Administratif Resep Racikan Narkotika

Bagian
Resep

Inscriptio

Signatura

Prescripti
o

Kelengkapan

Ada

Nama dokter
SIP

Tidak
Ada

Alamat dokter

11 September 2014

Tn. Sardiansyah
22 tahun
-

No. Telp
Paktek/Rumah
Tanggal
penulisan
resep
Nama pasien
Umur pasien
Alamat pasien
Aturan
pemakaian
Tanda R/
Nama obat
Dosis
Bentuk
Sediaan
Jumlah yang

Keterangan
Dr.H.Jonaidi Mustafa, Sp.P
Jl. Cendrawasih Raya
No.68 Makassar
(0411) 7351666/
HP 081221511282

R/ Parasetamol 300 mg
Diazepam 2 mg
Codein 5 mg
m.f pulv da incaps dtd No.
XX
3 dd caps I

51

Subscripti
o

diminta
Paraf/tanda
tangan dokter

Tercantumkan

Pada resep di atas tidak terdapat :


1. Nomor SIP Dokter
Pada resep tidak tercantum nomor SIP dokter. Hal ini tidak sesuai dengan
kelengkapan bagian-bagian resep yaitu inscriptio. Inscriptio merupakan bagian
resep yang berisi nama, nomor SIP dokter, alamat praktek, nomor telepon, dan
tanggal penulisan resep.
2. Alamat pasien
Pada resep tidak tercantum alamat pasien, tetapi ketika penyerahan resep
hal ini ditanyakan kepada pasien. Alamat pasien yaitu Mappanyukki Makassar.
Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat dapat
segera ditangani.
3. Umur Pasien
Pada resep tercantum umur pasien.
4. Berat badan pasien
Pada resep tidak tercantum berat badan pasien. Berat badan pasien
diperlukan untuk menghitung dosis obat yang diberikan.
B. Kesesuaian Farmaseutika
1. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan adalah kapsul. Pasien ini di usia dewasa
sehingga pemberian obat dengan Kapsul telah tepat.
2. Kesesuaian Dosis
Resep 1:
Dokter spesial paru dan saluran pernapasan meresepkan racikan berisi
narkotika yaitu codein 5 mg yang digabung dengan psikotropik diazepam 2 mg
dan juga terdapat parasetamol 300 mg. Untuk codein dengan dosis lazim yang
digunakan untuk dewasa 10-20 mg sekali dan 30-60 mg sehari, sedangkan untuk
dosis maksimun sekali 60 mg dan sehari 300 mg Dokter memberikan codein
sebanyak 5 mg sekali pakaii dan 15 mg sehari dimana dosis tersebut tidak sesuai
karena tidak memenuhi dosis lazim yang dianjurkan
Untuk diazepam dosis lazim dewasa untuk sehari 5-30 mg dan dosis
maksimun sehari 40 mg. Dosis yang diberikan dokter yaitu 2 mg untuk sekali dan

52

6 mg untuk sehari, sehingga dosis tersebut sudah sesuai karena memenuhi dosis
lazim dan tidak melebihi dosis maksimal.
Untuk parasetamol, dosis lazim sekali untuk dewasa adalah 500 mg dan
sehari 500 mg 2 gram. Dosis yang diberikan dokter adalah 300 mg sekali dan
900 mg sehari, dimana dosisnya tidak mencapai dosis lazim untuk sekali.
Sehingga dosis yang diperlukan ditingkatkan.

3. Pertimbangan Klinis (23)


a) Demam dan batuk
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain.

Infeksi

bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain
pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,

bakteremia,

sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis


infeksi saluran kemih, dan lain-lain. infeksi virus yang

media,

pada umumnya

menimbulkan demam antara lain viral pnemonia, influenza, demam berdarah


dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 Infeksi jamur
yang pada umumnya menimbulkan demarasit yang pada umumnya menimbulkan
demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara
lain factor lingkungan (suhu lingkungan eksternal yang terlalu tinggi, keadaan
tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia,
dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin).
Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah
gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma,
cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.

53

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem


organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang
melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di
medula. Batuk terbagi menjadi 2 macam yaitu batuk kering (non-produktif) dan
batuk berdahak (produktif).
Jenis Batuk
Dapat dibedakan 2 jenis batuk, yakni batuk produktif (dengan dahak)
dan batuk non-produktif (kering).
4. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi
mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari batang
tenggorokan seperti yang telah diuraikan diatas. Batuk ini pada hakekatnya
tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi dalam praktek sering kali
batuk yang hebat mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun
berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan
mengurangi frekuensi batuk umumnya dilakukan terapi simtomatik dengan
obat-obat batuk yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan pereda
batuk.
5. Batuk non-produktif bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada
batuk rejan (pertussis) atau juga karena pengeluarannya memang tidak
mungkin seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya,
menjengkelkan dan sering kali menganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk
demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu
batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorokan dan farynx.
b. Penilaian Resep
Obat-obat yang diresepkan yaitu parasetamol 300 mg sebagai analgetikantipiretik untuk mengatasi demam pada pasien, diazepam 2 mg diduga diberikan
karena pasien mengalami batuk yang hebat sehingga dibutuhkan penenang dan
codein 5 mg diindikasikan untuk batuk kering yang menggelitik
Berdasarkan obat-obat yang diberikan dokter pada resep dapat disimpulkan
bahwa sudah rasional karena sudah tepat dosis, tepat indikasi, tepat pasien, tepat
obat dan tepat aturan pakai
III.2.3 Uraian Obat dalam Resep (18,24,25)

54

1. Paracetamol Tablet (Kimia Farma)


a. Komposisi
Setiap tablet mengandung Paracetamol 500 mg.
b. Bentuk sediaan
Tablet 500 mg; Sirup 120 mg/5mL.
c. Nama dagang
Sanmol (Sanbe), Samconal (Samco), Ottopan (Otto), Progesic (Metiska),
Praxion (Pharos), Pamol (Interbat), Propyretic (Combiphar), Primadol
(Soho) dan Zetamol (Zenith).
d. Indikasi
Meringankan sakit kepala pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan
menurunkan demam.
e. Farmakologi
Asetaminofen (Paracetamol) merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Paracetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa
paruh plasma antara 1-3 jam.
f. Dosis
Dosis lazim dewasa : 250 mg sekali dan 1 g sehari, 2-3 kali sehari. Dosis
maksimum 4 g sehari. Anak-anak : 4-6 kali sehari 10 mg/kg.
g. Efek samping
Reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 34 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversibel.
h. Kontraindikasi
a) Penderita gangguan fungsi hati yang berat.
b) Penderita hipersensitif terhadap obat ini.
i. Peringatan dan perhatian
Hati-hati penggunaan pada gangguan fungsi hati, kehamilan dan menyusui.
j. Interaksi obat

55

Resiko kejadian toksik pada hati dapat meningkat jika parasetamol


digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain, seperti: karbamazepin,
fenitoin, barbiturate, rifampisin, sulfinpirazon, dan isoniazid.
k. Informasi pasien
Jika nyeri atau demam sudah lebih dari 3 hari, hubungi dokter.
2.

Diazepam
a. Komposisi
Valium
b. Nama Generik
Diazepam (Kimia Farma)
c. Bentuk sediaan
Tablet 2 mg, Tablet 5 mg,
d. Indikasi
Status epileptikus, kejang demam, kejang akibat keracunan, premedikasi:
sedasi pada amnesia, serta digunakan bersama-sama dengan anastesi lokal.
e. Farmakologi
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Diazepam atau
biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba.
Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika. Kerja utama
diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat
(GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi
metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak
dalam darah tercapai setelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh
bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam
bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati.
f. Dosis
Anak sampai 6 tahun

: 3 x sehari 1-2 mg

6-14 tahun

: 3 x sehari 2-4 mg

Dewasa

: Dosis lazim 3 x sehari 2-5 mg bila perlu


dosis dapat diperbesar menjadi 3 x sehari
10mg

56

g. Kontraindikasi
Depresi nafas; kelemahan neuromuscular pada saluran nafas termasuk
unstable myasthenia gravis; insufisiensi paru akut; sindroma sleep apnea;
gangguan hepar berat; tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi
atau pada kecemasan yang disertai depresi.
i. Peringatan dan Perhatian
Gangguan nafas, myasthenia gravis, penyalahgunaan obat atau alkohol,
gangguan kepribadian berat, hamil, menyusui, turunkan dosis pada lansia
dan orang yang sakit parah.
j. Interaksi Obat
a) Antibakteri : metabolisme midazolam dihambat oleh klaritromisin,
eritromisin, quinupristin/dalfopristin dan telitromisin (meningkatkan
kadar plasma dan meningkatkan sedasi); kadar plasma buspiron
ditingkatkan oleh eritromisin (turunkan dosis buspiron)
b) Natrium oksibat : benzodiasepin meningkatkan efek natrium oksibat
( hindari penggunaan secara bersamaan)
3. Codein Tablet (PT. Kimia Farma)
a. Komposisi
Tiap 1 tablet mengandung Kodein fosfat hemihidrat 15 mg
b. Nama Generik
Codein (Kimia Farma)
c. Bentuk sediaan
Tablet 10 mg, Tablet 15 mg, Tablet 20 mg
d. Indikasi
Codein digunakan untuk terapi simptomatis batuk non produktif. Dalam
dosis antitusif biasa, kodein memiliki efek analgesik ringan dan efek sedatif.
Efek analgesik kodein ini dapat dimanfaatkan untuk batuk yang disertai
dengan nyeri dan ansietas. Kodein berikatan dengan reseptor opioid dalam
SSP. Mengubah persepsi dan respon terhadap stimulus nyeri sambil
menghasilkan depresi SSP umum.
e. Farmakologi

57

Codein merupakan analgesik agonis opioid.Efek codein terjadi apabila


codein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di berbagai tempat di
susunan saraf pusat. Efek analgesik codein tergantung afinitas codein
terhadap reseptor opioid tersebut. Codein dapat meningkatkan ambang rasa
nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu
persepsi nyeri diterima dari thalamus.
f. Dosis
1) Sebagai analgesik:
a) Dosis lazim 30-60 mg setiap 4 jam, sehari 240 mg untuk dewasa dan
anak-anak di atas 12 tahun.
b) Dosis lazim 0,5 mg/kg BB atau 15 mg/m2 setiap 4-6 jam untuk anak-anak
di bawah 12 tahun.
2) Sebagai antitusif
a) Dosis lazim sekali 10-20 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan, sehari 3060 mg. Dosis maksimum sekali 60 mg, sehari 300 mg untuk dewasa dan
anak-anak lebih dari 12 tahun.
b) Dosis lazim 5-10 mg setiap 4-6 jam, sehari 60 untuk anak-anak 6-12
tahun.
c) Dosis lazim 1 mg/kg BB sehari dalam empat dosis terbagi untuk anakanak 2-6 tahun.
g. Kontraindikasi
Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial
yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
h. Efek Samping
Jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan
muntah, pusing dan termangu-mangu.Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi
dan depresi pernapasan.Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek sentral
tersebut.Walaupun kurang hebat dan lebih jarang daripada morfin, obat ini
dapat pula mengakibatkan ketagihan.
k. Peringatan dan Perhatian
Gangguan hati dan ginjal, ketergantungan, kehamilan, menyusui, overdosis.
l. Interaksi Obat

58

Kombinasi codein dengan alkohol atau obat-obatan yang mempengaruhi


sistem saraf kemungkinan dapat meningkatkan efek sedasi, depresi
pernapasan,

dan

dapat

mengurangi

kapasitas

psikomotor

(seperti

kemampuan untupk berkonsentrasi dan persepsi situasi yang berbahaya).


III.2.4 Penyiapan Resep
1.

Perhitungan Bahan Resep Racikan


Cara perhitungan bahan pada resep racikan sebagai berikut :
Parasetamol
: 300 mg x 20 = 6000mg -> 6000/500 mg= 12 tablet
Diazepam
: 2 mg x 20 = 40mg -> 40/2 mg
= 20 tablet
Codein
: 5 mg x 20 = 100mg -> 100/15 mg= 6.6 tablet
2. Cara Kerja
a) Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan (Parasetamol 500 mg 12
tablet, Diazepam 2 mg 20 tablet, Codein 15 mg 6,6 tablet).
c) Obat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam penghalus
elektrik (blender obat) untuk menghaluskan tablet hingga homogen.
d) Dimasukkan serbuk homogen tersebut kedalam cangkang kapsul sebanyak
20 kapsul menggunakan alat pengisi kapsul.
e) Dikemas dan diberi etiket putih.
3. Pengemasan
Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan yang
cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya.
a) Resep Racikan
Disiapkan kapsul yang sudah diracik sebanyak 20 kapsul dan dimasukkan
ke dalam sak obat. Kemudian dikemas dan diberi etiket putih dengan
aturan pakai 3 kali sehari 1 kapsul. Penggunaan pada pagi, siang, dan
malam hari masing masing 1 kapsul setelah makan.
4. Penyerahan Obat Narkotika
a) Komunikasi dan informasi penting yang harus diberikan kepada pasien
pada saat dispensing atau penyerahan obat yaitu obat ini merupakan
racikan yang mana isinya obat batuk yaitu codein dan termasuk
golongan narkotika dengan dosis 3 kali sehari 1 kapsul yang menekan
sistem saraf pusat terutama saraf batuk. Oleh karena itu, setelah gejala
batuk berhenti disarankan agar menghentikan penggunaan obat karena
dapat mengganggu sistem saraf pusat dan mengganggu kesadaran.

59

b) Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti alergi selama


pengobatan, hentikan pengobatan dan hubungi dokter atau farmasis
dengan segera.
III.2.5 Etiket
Apotek
Kimia Farma No.33
Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942
Apoteker: Drs. Roy Mustakim, Apt
No. SIPA: 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
No. 20
Makassar, 11 - 09 - 2014
Tn. Sardiansyah
3xSehari 1 Biji/ kapsul/ sendok (Pagi, Siang & Malam)
Sebelum/sesudah makan

Gambar 12. Etiket untuk Racikan narkotika

60

III.2.6 Salinan Racikan Narkotik


APOTEK KIMIA FARMA 33
Jl.Jend.A.Yani No.17-19 Makassar
Telp. (0411) 3616722-362942
Apoteker : Drs. Roy Mustakim, Apt
No. SIPA : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012
SALINAN RESEP
Dari Dokter
: DR. H. Jonaidi Mustafa, Sp.P
No. Resep
: 20
Tanggal
: 11 September 2014
Dibuat Tanggal : 11 September 2014
Untuk
: Tn. Sardiansyah
R/

Parasetamol
300 mg
Diazepam 2 mg
Codein 5 mg
m.f. pulv. Da in caps dtd No. XX
S. 3 dd caps I
---------------------------------------------------------------------------det.
p.c.c.
Paraf

Drs. Roy Mustakim, Apt

Gambar 13. Salinan resep untuk racikan narkotika

61

III.2.7 Interpretasi Sebagai Apoteker Mengenai Penyakit yang Diderita


Pasien
Berdasarkan resep, dokter memberikan Paracetamol 300 mg yang
diindikasikan untuk mengatasi demam pada pasien. Codein 5 mg diindikasikan
untuk batuk kering (non-produktif) yang menggelitik. Selanjutnya diberikan
Diazepam 2 mg sebagai penenang, sehingga diduga pasien mengalami demam dan
batuk kering (non-produktif).

Anda mungkin juga menyukai