Anda di halaman 1dari 8

Bab I

Pendahuluan

Polifarmasi berasal dari kata Yunani yaitu poly yang berarti lebih dari satu
dan pharmacon berarti obat. Polifarmasi adalah penggunaan obat lebih dari yang
diperlukan secara medis. Kejadian polifarmasi dapat meningkatkan resiko
interaksi obat atau drugs-drugs interaction (DDI’s) (Herdaningsih, 2016).
Interaksi obat adalah salah satu tipe dari permasalahan yang terkait dengan
obat. Interaksi obat adalah suatu kejadian dimana efek terapi dari suatu obat dapat
dipengaruhi oleh obat lain, sediaan herbal, makanan, minuman, atau perubahan
kimia fisika dari lingkungan. Penggunaan obat bersama dengan makanan
berpotensi untuk merubah efek dari obat yang bersangkutan, baik meningkatkan
efek atau justru menurunkan efek dari obat yang bersangkutan (Ilham, 2016).
Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek
farmakokinetik obat dan interaksi yang mempengaruhi respon farmakodinamik
obat (Maindoka, 2017).
Aspirin termasuk dalam golongan salisilat merupakan salah satu jenis non
steroidal anti-inflammatory drugs atau NSAIDs yang banyak digunakan pada
pengobatan nyeri ringan sampai sedang juga mempunyai efek antipiretik, anti
inflamasi serta anti koagulan (Debora, 2016). Aspirin adalah terapi antiplatelet
standar untuk penyakit jantung dan pembuluh darah. Aspirin dapat memberikan
efek antiplatelet melalui asetilasi siklooksigenase di platelet sehingga
menimbulkan hambatan pembentukan platelet yang permanen (Yunita, 2015).
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis
prostaglandin E2 dan tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada tiga
aksi utama dari aspirin, yaitu: (1) antiinflamasi, karena penurunan
sintesisprostaglandin proinflamasi, (2) analgesik, karena penurunan prostaglandin
E2 akan menyebabkan penurunan sensitisasi akhiran saraf nosiseptif terhadap
mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena penurunan prostaglandin E2
yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set point pengaturan suhu di
hipotalamus (Miladiyah, 2012).

1
Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam
platelet secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama
hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya
sintesistromboksan A2 (TXA2 ) yang berperan besar dalam agregasi trombosit
terhambat. Selain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga mampu
mengasetilasi enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan
produksi Nitric Oxide (NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai inhibitor
aktivasi platelet (Miladiyah, 2012).

2
Bab II
Pembahasan

a. Interaksi aspirin dengan obat lain


1. Aspirin – Captopril
Secara teoritis, aspirin adalah obat antiplatelet atau obat yang
mencegah penggumpalan darah dan kaptopril adalah obat yang disebut
angiotensin-converting enzyme (ACE inhibitor), yang bekerja dengan
cara mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah.
Penggunaan aspirin dan captopril merupakan interaksi obat yang
memiliki tingkat keparahan moderate (sedang) dengan onset tertunda
(tidak langsung terjadi), dan mempunyai level kejadian interaksi obat
suspected (interaksi obat diduga terjadi) (Tatro, 2008).
Interaksi ini terjadi karena adanya penghambatan pada sintesis
prostaglandin yang menyebabkan efek hipotensif dari kaptopril
berkurang. Penggunaan kedua obat ini juga diperlukan monitoring
apabila pasien mengalami penyakit lain seperti penyakit ginjal dimana
obat ini dapat memperburuk penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya
yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum dan kreatinin,
sehingga diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan resiko tersebut
misalnya pemantauan fungsi ginjal pasien secara berkala atau bahkan
penghentian obat pada pasien jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang
signifikan (Fajriansyah, 2016).

2. Aspirin – Spironolakton
Interaksi antara aspirin dengan spironolakton terjadi pada proses
ekskresi, dimana aspirin menurunkan sekresi natrium, sehingga natrium
dalam darah meningkat, akibatnya efek spironolakton menurun, tetapi
aspirin dalam dosis kecil tidak mempengaruhi. Aspirin juga menghambat
sekresi aktif canrenone (metabolit aktif spironolakton), sehingga efek
metabolit spironolakton meningkat untuk pemberian dosis berikutnya.
(Mariam, 2016)

3. Aspirin – Lisinopril
Lisinopril merangsang biosintesis prostaglandin dengan
meningkatkan kadar bradikinin sedangkan Aspirin secara irreversibel
menghambat enzim siklooksigenase yang bergantung pada trombosit
sehingga mencegah sintesis prostaglandin. Biosintesis prostaglandin
tampak lebih kuat dibandingkan dengan penghambatannya ketika kedua
obat tersebut diberikan secara bersamaan. Sehingga dapat dilihat

3
penurunan efek Aspirin pada waktu perdarahan di semua tahap secara
teratur. (Aftab, 2014)

4. Aspirin – Furosemid
Aspirin merupakan agen antiplatelet yang berefek sebagai
antitrombotik dengan menghambat siklooksigenase dan sintesis platelet
tromboksan a2 sehingga aspirin dapat menghambat efek loop diuretik
yang dihasilkan oleh furosemid terhadap ginjal yang dipengaruhi oleh
prostaglandin. (Fiqrianty, 2014)

5. Aspirin – Warfarin
Kombinasi ini dapat meningkatkan resiko pendarahan karena
mempunyai efek pada fungsi platelet. NSAID terkait gastropati dapat
meningkatkan risiko perdarahan pada pasien yang menggunakan
warfarin, sehingga kombinasi penggunaan antara warfarin dengan
NSAID umumnya harus dikurangi. Beberapa NSAID juga mengubah
metabolisme warfarin. Obat-obat yang menghambat COX-2 adalah
pilihan yang harus diambil jika terapi NSAID diperlukan. Kombinasi dari
kedua obat tersebut memiliki resiko menimbulkan efek samping
gastrointestinal yang lebih rendah, tetapi semua inhibitor COX-2 dapat
mengubah metabolisme warfarin yang mengakibatkan ketidakstabilan
INR. (Hyo, 2002)

6. Aspirin – Asam Mefenamat


Interaksi kedua obat ini dapat menyebabkan efek kardioprotektif
dari aspirin dapat berkurang.Agen ini juga dapat menyebabkan iritasi
lambung.Penggunaan analgesik yang tidak mempengaruhi efek
antiplatelet seperti asetaminofen perlu dipertimbangkan. Pada pasien
yang menerima ibuprofen dan aspirin, pemberian ibuprofen sedikitnya 8
jam sebelum atau 30 menit setelah aspirin dilepas segera. Pemberian
ibuprofen sedikitnya 1 jam setelah pemberian aspirin untuk aksi
kardioprotektif (Tatro, 2009).

7. Aspirin – Minyak ikan


Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa suplemen minyak
ikan yang dikonsumsi bersama dengan aspirin pada dosis 10 g minyak
ikan dan 325 mg aspirin, 5 g minyak ikan dan 325 mg aspirin, dan 4,5 g
minyak ikan dan 480 mg aspirin meningkatkan waktu pendarahan.

4
Jadi, suplemen minyak ikan yang dikonsumsi tanpa kombinasi dengan
obat lain tampaknya memiliki efek secara marginal pada pengaruh
koagulasi; Namun, ketika dikonsumsi bersamaan dengan NSAID atau
antikoagulan lain, waktu pendarahan dapat meningkat; oleh karena itu,
kewaspadaan dibenarkan. (Stranger, 2011)

8. Aspirin – Vitamin D3
Aspirin dapat mengurangi aktivasi platelet dengan menghambat
enzim siklooksigenase yang mengontrol pembentukan tromboksan dan
pengenalan faktor jaringan yang memberikan sinyal kerusakan.
Gangguan koagulasi diindikasikan dengan meningkatnya nilai APTT
(Activated Partial Thromboplastin Time) setelah pemberian dosis aspirin,
dan dengan akumulasi fibrinogen yang tidak digunakan yang normalnya
diubah menjadi fibrin untuk membentuk hubungan silang dengan
platelet. Cholecalciferol juga langsung menghambat salah satu faktor
jaringan yang diperlukan untuk mengaktifkan platelet, dan pemecahan
fibrin terutama saat kadar kalsium serum rendah (Morgan, 2013)

b. Interaksi aspirin dengan makanan


1. Aspirin – Alkohol
NSAIDS seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, ketoprofen, dan
nabumeton ketika diminum dengan alkohol meningkatkan risiko
kerusakan hati atau pendarahan perut. (Koppisesetti, 2011)

2. Aspirin – Cokelat
Efek antiplatelet flavonoid pada coklat dapat meningkatkan efek
antiplatelet dari aspirin jika digunakan secara bersama. Aspirin
merupakan inhibitor siklooksigenase dengan memblok sintesis
prostaglandin G2, yang mana terlibat dalam agregasi dan degranulasi
platelet. Peran tersebut serupa dengan efek antiplatelet pada flavonoid.
Flavonoid yang terdapat dalam coklat dapat memberikan aksi antiplatelet
yang akan mengurangi stress pada pembuluh darah dan mengurangi
adhesi platelet. Selain itu, diet flavonoid dapat meningkatkan nitrit oksida
yang mana juga dapat menurunkan adhesi platelet dan memperpanjang
durasi bleeding time. (Zubair, 2011)

5
c. Interaksi aspirin dengan obat obat herbal
1. Aspirin – Bawang putih
Bawang putih sangat umum digunakan untuk sifat karminatif dan
termogeniknya. Penggunaan antara bawang putih dan antiplatelet
memiliki jenis interaksi obat-herbal dengan tingkat moderat. Ketika
bawang putih digunakan dengan agen anti trombosit meningkatkan risiko
pendarahan dan mungkin fatal bagi pasien. (Hooda, 2016)

2. Aspirin – Ginko Biloba


Ada banyak penelitian mengenai interaksi obat-herbal potensial
dengan agen antitrombolitik. banyak laporan kasus yang signifikan
secara klinis dikaitkan dengan penggunaan ginko dengan aspirin. sebuah
penelitian berbasis populasi retrospektif pada orang dewasa yang
menggunakan ginko saja atau dalam kombinasi dengan obat antiplatelet
menunjukkab peningkataj resiko perdarahan pada pasien berusia 65
tahun keatas dan pada pasien laki-laki. (Wei, 2018)

3. Aspirin – Ginseng
Berbagai penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa ginseng
menghambat beberapa tahap disepanjang jalur agregasi trombosit, serta
aliran koagulasi, yang menunjukkan kemungkinan terjadinya interaksi
secara farmakodinamik dengan aspirin. secara keseluruhan, meskipub
bukti laboratorium menengenai agregasu plalet terhambat, bukti klinis
menunjukkan bahwa ada sedikit alasan untuk khawatir mengenai resiko
perdarahan dan interajsi farmakodinamik ketika ginseng digunakan
dengan aspirin. (Wei, 2018)

6
DAFTAR PUSTAKA

Aftab, Muhammad Tariq. 2014. Concomitant Use Of Lisinopril


Reduces the Effect of Asprin on Bleeding. Annals Abbasi Shaheed
Hospital & Karachi Medical & Dental College Vol. 9 (1).
Debora, R Mentang. 2016. Gambaran histopatologik lambung tikus
wistar (Rattus norvegicus) yang diberi perasan umbi bengkuang
(Pachyrhizus erosus (L) Urban) setelah induksi aspirin. Jurnal e-
Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 1.
Fajriansyah. 2016. Kajian Drug Relation Problem (DRPs) Kategori
Interaksi Obat, Over Dosis Dan Dosis Subterapi Pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif Di RSUP Universitas Hasanuddin. Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1.
Fiqrianty, Amelia. 2014. Kajian Potensi Interaksi Obat
Antihipertensi Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Kronik Stadium V Di
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Periode
Januari 2013 – Juni 2014. Jurnal Pharmascience, Vol 1, No. 2, hal: 9 –
15.
Herdaningsih, Sulastri. 2016. Potensi Interaksi Obat-Obat pada
Resep Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 5 No. 4, hlm 288–292.
Hooda, Reena. 2016. Herbal Drug Interactions – A Major Safety
Concern. Research and Reviews: Journal of Pharmacognosy and
Phytochemistry Volume 4, Issue 1.
Hyo, Lye Lin. 2002. Warfarin, antiplatelet drugs and their
interactions. Australian Prescriber Vol. 25 No. 4.
Ilham, Alifiar. 2016. Gambaran Potensi Interaksi Obat Dengan
Makanan Dengan Pasien Hepar yang di Rawat di Sebuah Rumah Sakit di
Kot Tasikmalaya. Jurnal Surya Medika Volume 2 No.1.
Koppisesetti, Vidyavati S. 2011. Influence of Alcohol and
Smoking on Drug Action: A Step for better utilization of drugs. Journal
of Chemical and Pharmaceutical Research 3(1):242-248.
Maindoka, Fangky Sandy. 2017. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien
Geriatri Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.3.
Mariam, Siti. 2016. Evaluasi Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien
Rawat Inap Geriatri Penderita Gagal Jantung. Jurnal Farmamedika Vol.
1, No. 1.
Miladiyah, Isnatin. 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM)
pada Penggunaan Aspirin sebagai Antireumatik. Departemen

7
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII)
Yogyakarta Vol.4 No.2.
Morgan, David R. 2013. Combining Aspirin with Cholecalciferol
(Vitamin D3)–A Potential New Tool for Controlling Possum Populations.
Plos One Volume 8, Issue 8.
Stranger, Michael J. 2011. Anticoagulant activity of select dietary
supplements. Nutrition Reviews® Vol. 70(2):107–117.
Tatro D. S. 2008. Drug Interaction Facts: The authority on drug
interaction. A Wolters Kluwer Company. St Louis Missouri.
Tatro, D.S., 2009, Drug Interaction Facts, The Authority on Drug
Interactions, 1 edition. ed. Lippincott & Wilkins : Saint Louis.
Wei, Jia. 2018. Traditional Chinese medicine: herb-drug
interactions with aspirin. Singapore Med Journal; 59(5): 230-239.
Yunita, Ema P. 2015. Resistensi Aspirin pada Pasien Penyakit
Jantung Koroner dengan Hipertensi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia,
Vol. 4 No. 1, hlm 28–38.
Zubair, Muhammad Haseeb. 2011. Augmentation of anti-platelet
effects of Aspirin by chocolate. Students’ Corner Original Article Vol. 61
No. 3.

Anda mungkin juga menyukai