individu pasien
gangguan fungsi ginjal
Fuji teca
lestari
1201058
Ginjal
kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahan pada volume
distribusi obat.
Perubahan ikatan obat protein juga dapat mempengaruhi
volume distribusi obat
Pada kondisi uremia,ikatan protein sebagian besar obat-obat
asam lemah menurun sedangkan ikatan basa lemah kurang
dipengaruhi
Penurunan ikatan obat protein mengakibatkan kenaikan volume
distribusi dan juga memudahkan biotransformasi dan ekskresi
obat dalam tubuh.
Efek Penyakit Ginjal Terhadap Eliminasi Obat
Secara umum bioavailabilitas pada kebanyakan
obat tidak terpengaruh oleh keruskkan ginjal.
Namun demikian, ada penelitian lain yang
menyebutkan adanya penurunan kecepatan
absorbsi d-xylosa (0.555/jam) pada pasien dengan
gagal ginjal kronis dan 1.03/jam pada pasien
normal. Jumlah d-xylosa yang diabsorpsi juga lebih
sedikit (48.6% Vs. 69.4%). Penelitian lain lagi juga
menyebutkan terjadinya pengurangan
bioavailabilitas furosemid dan pindolol pada pasien
yang mengalami penurunan fungsi ginjal.
Penyesuaian Dosis pada Penderita Gangguan Ginjal
• Terapi obat secara individual harus dilakukan pada penderita
dengan gangguan ginjal. Umumnya, penyesuaian dosis di
dasarkan pada clearence creatinin.
• Penyesuaian dosis lebih kompleks untuk obat yang terlalu
cepat dimetabolisme atau obat-obatan yang mengalami
perubahan pada ikatannya dengan protein akibat keadaan gagal
ginjal.
• Penyesuaian regiment dosis yang optimal tergantung pada
keakuratan hubungan parameter farmakokinetik obat dan
parameter fungsi ginjal dan juga tergantung pada penilaian yang
akurat terhadap sisa fungsi ginjal yang masih baik.
Penyesuaian
dosis
Berdasarkan
klirens obat
Keseluruhan tetapan laju eliminasi untuk beberapa obat menurun pada penderita
uremia.suatu aturan dosis dapat dirancang untuk penderita uremia sbb :
Menurunkan dosis normal obat
Menjaga frekuensi pemberian obat yang konstan atau dengan menurunkan
frekuensi pemberian dosis (memperpanjang jarak waktu pemberian dosis/interval
dosis diperpanjang)
Menjaga dosis konstan
Terutama untuk obat-obat indeks terapeutik sempit hendaknya diturunkan terutama
jika obat terakumulasi pada penderita,sebelum memperburuk fungsi ginjal.
Bila tetapan laju eliminasi suatu obat pada penderita uremia tidak bisa ditentukan
secara langsung,tersedia metode tidak langsung,aturan dosis ini dihitung berdasarkan
anggapan yang meliputi :
1. Tetapan laju eliminasi menurun secara proporsional bila fungsi ginjal menurun
2. Rute eliminasi bukan ginjal (terutama,tetapan laju metabolisme) tidak berubah
3. Perubahan klirens ginjal dari obat dicerminkan oleh perubahan klirens kreatinin
Klirens ginjal merupakan
hasil perkalian Vd dengan
tetapan laju ekskresi ginjal
Penyususnan kembali
persamaan
Sehingga
Dari persamaan diatas terlihat bahwa klirens ginjal yang disebabkan oleh kerusakan ginjal akan
dicerminkan oleh perubahan keseluruhan tetapan laju eliminasi K.karna perubahan klirens obat
penderita uremia tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi dihubungkan dengan GFR yang
diperkirakan dari perubahan klirens kreatinin penderita
Pengukuran GFR
Penggunaan suatu obat untuk mengukur GFR harus memenuhi beberapa kriteria berikut :
Obat harus difiltrasi bebas pada glomerulus
Obat tidak direabsorpsi,juga tidak disekresi aktif oleh tubulus ginjal
Obat tidak dimetabolisme
Obat tidak berikatan secara bermakna dengan protein plasma
Obat tidak mempengaruhi laju filtrasi juga tidak mengubah fungsi ginjal
Obat tidak toksik
Obat dapat dimasukkan dalam dosis yang cukup yang memungkinkan pengukuran sederhana dan teliti
dalam plasma dan urine.
Rancangan aturan dosis untuk penderita
gangguan fungsi ginjal didasarkan atas perubahan
farmakokinetik yang terjadi sehubungan dengan
kondisinya,pada umumnya obat-obat pada penderita
kerusakan ginjal akan mengalami perpanjangan
waktu paruh eliminasi dan perubahan volume
distribusi. Oleh karena itu, metode-metode untuk
penyesuaian dosis pada penderita uremia didasaran
atas perkiraan yang teliti klirens obat pada
penderita.
[ ] kreatinin serum dan klirens
kreatinin
Metode Jellife
Dengan mengukur klirens kreatinin seorang pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, maka fungsi ginjal
(RF = renal function) dari pasien tersebut dapat dihitung sebagai
berikut:
CLkreatinin pasien
RF = ---------------------------------
CLkreatinin normal
Dengan mendapatkan nilai RF, maka dosis obat dapat disesuaikan,
dengan mengalikan dosis lazim dengan nilai RF
tersebut.
Perhatian perlu diberikan untuk obat-obat
yang mengalami akumulasi karena gangguan
fungsi ginjal ini, terutama
untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapi
sempit. Contoh yang paling dikenal adalah
golongan aminoglikosida
- Kegagalan untuk mengekskresikan obat atau metabolitnya
dapat menimbulkan toksisitas
- Sensitivitasterhadap beberapa obat meningkat, meskipun
eliminasinya tidak terganggu
- Banyak efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien
gagal ginjal
- Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal menurun
Sebagian besar masalah ini dapat dihindari dengan mengurangi
dosis atau dengan menggunakan alternatif obat lain.
RINSIP PENYESUAIAN DOSIS PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Batas fungsi ginjal yang mengharuskan dosis suatu obat dikurangi
bergantung pada apakah obat tersebut dieliminasi seluruhnya lewat
ginjal atau sebagian dimetabolisme, dan seberapa besar toksisitasnya.
Pada sebagian besar obat yang efek sampingnya tidak berhubungan
atau sedikit hubungannya dengan dosis, modifikasi regimen dosis
secara tepat tidak diperlukan dan cukup dilakukan perencanaan
pengurangan dosis secara sederhana.
Pada obat yang lebih toksik dengan batas keamanan yang sempit,
sebaiknya digunakan regimen dosis yang didasarkan atas laju filtrasi
glomerulus. Pada obat yang efikasi dan toksisitasnya berkaitan erat
dengan kadar plasma, anjuran regimen hanya dapat dijadikan sebagai
pedoman pengobatan awal; pengobatan selanjutnya harus disesuaikan
dengan respon klinis dan kadar plasma.
Dosis pemeliharaan total per hari suatu obat dapat dikurangi baik
dengan cara mengurangi dosis tiap kali pemberian atau dengan
memperpanjang interval pemberian antar dosis. Untuk beberapa obat, jika
dosis pemeliharaan dikurangi, perlu diberikan suatu dosis muatan jika
dibutuhkan efek segera. Hal ini disebabkan apabila pasien diberi obat
apapun dengan dosis lazim, diperlukan waktu lebih dari lima kali waktu
paruh untuk mencapai kadar plasma steady state. Karena waktu paruh obat
yang diekskresikan melalui ginjal menjadi lebih lama pada keadaan gagal
ginjal, maka diperlukan beberapa hari agar dosis yang telah dikurangi dapat
mencapai kadar plasma terapetik. Dosis muatan ini biasanya sama besarnya
dengan dosis awal untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
Penggunaan Tabel Dosis
Dosis yang dianjurkan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan
gangguan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal dinyatakan dalam Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) yang
dihitung berdasarkan formula yang berasal dari penelitian mengenai
modifikasi diet pada penyakit ginjal (‘Formula MDRD’ / Modification
of Diet in Renal Disease yang menggunakan kreatinin serum, umur,
jenis kelamin, dan ras) atau dapat juga dinyatakan sebagai bersihan
kreatinin (yang paling baik diperoleh dari urin yang dikumpulkan
selama 24 jam namun seringkali dihitung berdasarkan formula atau
nomogram yang menggunakan kreatinin serum, berat badan, jenis
kelamin, dan usia).
Kadar kreatinin serum kadang-kadang juga digunakan sebagai
ukuran fungsi ginjal namun hanya sebagai panduan kasar
Penting….!
Diperlukan perhatian khusus saat menginterpretasikan
anjuran penyesuaian dosis yang didasarkan pada
bersihan kreatinin (misalnya dihitung berdasarkan
formula Cockroft dan Gault) karena fungsi ginjal saat ini
sering dilaporkan berdasarkan perkiraan kecepatan
filtrasi glomerulus normal pada luas permukaan tubuh
1,73 m2 dan diperoleh dari formula MDRD. Dua jenis
ukuran fungsi ginjal tidak dapat saling dipertukarkan
penggunaannya
Reference
Bauer,L.A.,Clinical Pharmacokinetics Handbook,Int,McGraw Hill,2006
Wassalam