Anda di halaman 1dari 20

Farmakokinetika

klinik pada pasien


gangguan hati
HATI
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam
pengaturan homeostasis tubuh (Depkes, 2007)
Fungsi Hati
pengaturan metabolisme tubuh
penyimpanan energi,
Pembentukan protein dan empedu
Pengaturan metabolisme kolesterol
Detosifiasi racun yang ada dalam tubuh

(Depkes, 2007)
Penyebab penyakit hati
Infeksi virus hepatitis
Zat-zat toksik
Genetik atau keturunan
Gangguan imonologis
Kanker

(Depkes, 2007)
Klasifikasi penyakit hati
1. Hepatitis
2. Sirosis hati
3. Kanker hati
4. Perlemakan hati
5. Kolestasis dan jaundice
6. Hemochromatosis
7. Abses hati
Perangkat diagnostik
Evaluasi laboratorium
Evaluas radiographic
- USG
- CT-Scan
- MRI
- Scintigraphy hati-limpa
- Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC) dan Endoscopic
Retrogade Cholangio-pancreatography (ERCP)
Perubahan Farmakokinetika
dan Farmakodinamika Obat
Gangguan sirkulasi darah seperti shock, hipertensi, dan gagal
jantung dapat dikarakterisasikan dari berkurangnya perfusi
vaskuler ke salah satu atau beberapa bagian tubuh.

(Nasution, 2015)
Pertimbangan pendosisan pada
penyakit hepatik
Karena tidak tersedia ukuran dari fungsi hati yang dapat
diterapkan untuk menghitung dosis yang tepat, obat-obat
yang bergantung enzim biasanya diberikan kepada pasien
dengan gagal hati dalam setengah dosis atau kurang. Respons
atau kakdar plasma selanjutnya harus dipantau.
Pertimbangan dalam pendosisan
pasien pada gangguan hati
Sifat dan beratnya penyakit hati

Eliminasi obat

Rute pemberian obat

Ikatan protein

Aliran darah hepatik

klirens intrinsik obstruksi billier

Perubahan farmakodinamik rentang terapeutik


Penentuan fungsi hati
Child-Pugh classification (shargel, hal:713, 2012)

1 POINT 2 POINT 3 POINT

Encephalopathi Tidak ada 1 atau 2 3 atau 4


(tingkatan)
Ascites Absen Ringan Sedang

Bilirubin (mg/dL) 12 23 >3

Albumin (mg/dL) >3.5 2.8 3.5 <2.8

Waktu prothrombin 14 4 10 >10


(detik>kontrol)

*poin total : 5 6 = disfungsi ringan; 7 9 = disfungsi sedang; >9 = disfungsi berat


Parameter fungsi hati
Bilirubin
Waktu Prothrombin (Prothrombin time)
Serum albumin
Asites
Ensefalopati Hepatik
Klasifikasi tingkat keparahan untuk
penyakit hati (shargel, hal:714,
2012)
Klasifikasi child-turcotte
Tingkat A Tingkat B Tingkat C

Bilirubin (mg/dL) <2,0 2,0 3,0 >3,0

Albumin (mg/dL) <3,5 3,0 3,5 <3,0

Ascites Tidak ada Mudah Sulit dikendalikan


dikendalikan
Gangguan Tidak ada Minimal Lanjut
neurologic
nutrisi Sangat baik baik jelek
Aliran darah hepatik dan
klirens intrinsik
Persamaan untuk memperkirakan klirens hepatik obat setelah
menilai perubahan dalam alira darah dan klirens intrinsik (Clint)
Strategi penyesuaian dosis
penyesuaian dosis tergantung kepada besarnya nilai ER (tinggi,
rendah, ataupun menengah)
Semakin tinggi nilai ER dari suatu obat, semakin perlu
dipertimbangkan aliran darah dalam penentuan
farmakokinetika obat
Obat dengan ER Tinggi
Strategi yang dapat dilakukan bila obat diberikan per oral
adalah dengan menurunkan dosis muatan dan dosis
pertahanan. Bila tidak disebut lain, maka bioavailabilitas obat
per oral dianggap 100%. Dosis muatan dan dosis pertahanan,
masing-masing dihitung sebagai berikut:
Dosis = (Dosis normal x Fnormal)/100
Obat dengan Extraction
Ratio Menengah
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Dosis muatan dipilih pada rentang yg rendah. Dosis
pertahanan untuk gangguan hati kategori ringan dan
menengah berturut-turut sebesar 50% dan 25% dari dosis
normal. Untuk gangguan hati kategori berat,
direkomendasikan agar dipilih obat yang metabolismenya
melalui konjugasi, bukan melalui enzim CYP.
Obat dengan Extraction Ratio
dan Ikatan Protein Rendah
Dosis pertahanan disesuaikan seperti dilakukan untuk obat
dengan extraction ratio menengah yaitu 25% dari dosis
normal. Diutamakan juga agar memilih obat yang
metabolismenya melalui konjugasi, bukan melalui enzim CYP.
Obat dengan Extraction Ratio
dan Ikatan Protein Tinggi
sebaiknya disertakan dengan pemantauan kadar obat bebas.
Bila terjadi gangguan perfusi pada saluran pencernaan, agar
diperoleh respons segera, maka sebaiknya obat diberikan
secara intravena. Pengaturan dosis secara individu
direkomendasikan apabila pasien menderita lebih dari satu
jenis penyakit

Anda mungkin juga menyukai