PENDAHULUAN
Bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dalam rongga mulut, oleh karena itu
memerlukan suatu bahan penghancur yang memiliki daya hancur lebih besar
dibandingkan tablet konvensional. Metode pembuatan FDT yang sering digunakan
adalah kempa langsung dengan penambahan superdisintegrant atau bahan penghancur.
Bahan-bahan yang digunakan pada metode kempa langsung adalah bahan yang
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik ( Taher dan Sengupta, 2013).
ISI
Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan
oleh pasien. Tablet dan kapsul telah muncul sebagai bentuk sediaan obat solid (padat)
yang sangat populer digunakan saat ini, termasuk didalamnya tablet konvensional dan
pelepasan terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak (hard and soft gelatin
capsules) (Sharma, et.al., 2005). Hal ini disebabkan disebabkan oleh beberapa hal
dimana tablet dan kapsul terdapat ukuran yang tepat dan dosis lazim yang
dikehendaki, sedangkan pada bentuk sediaan cair seperti sirup, suspensi, emulsi,
larutan dan eliksir biasanya pasien harus menakar sendiri obat dengan sendok teh,
sendok makan atau alat pengukur lain. Cara ini mempunyai kesalahan 20 sampai 50 %
( Lachman, 1994). Namun diantara tablet dan kapsul, tablet merupakan bentuk
sediaan yang paling disukai dikarenakan kemudahan penggunaan, kepadatan
(compactness) dan flesibilitas produksinya (Rao, et,al.,2009).
a) Disintegrasi yang cepat. Secara umum hal ini berarti bahwa disintegrasi tablet
ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun demikian, akan lebih
disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin didalam rongga mulut. ODT
harus mengalami disintegrasi dengan sedikit atau tanpa meminum air sama sekali
dan dimaksudkan untuk melarut dengan air ludah pasien sendiri.
b) Penutupan rasa (taste-masking) dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan obat ODT
akan melarut atau mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah melarut,
sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan residu. Teknologi penutupan
rasa yang ideal hendaknya mampu mneghasilkan mouth-feel yang baik dan tidak
memberikan sensasi berpasir (grittiness) di mulut.
c) Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena itu ODT dirancang
memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan
(excipients) dengan derajat keterbasahan (wettability) yang tinggi dan struktur
tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air yang cepat
kedalam tablet. Kekerasan tablet berbanding terbalik dengan porositasnya, maka
adalah hal penting untuk mendapatkan porositas tablet dengan absoprsi air yang
cepat tanpa mengurangi kekerasan tablet sehingga tidak mudah rusak selama
pengemasan dan pendistribusian dalam blitser atau botol tablet konvensional.
ODT memiliki semua kelebihan dari bentuk sediaan solid, antara lain stabilitas
yang baik, ketepatan dosis, kemudahan produksi, ukuran pengemasan yang kecil dan
praktis dibawa bepergian. ODT juga memiliki kelebihan formulasi cair, seperti
kemudahan penggunaan obat, tidak ada resiko sesak nafas (tersedak) akibat obstruksi
fisik berupa solida di tenggorokan ( Fu,et.al.,2004), kecepatan absorpsi dan onset obat
yang cepat, serta ketersediaan hayati yang tinggi.
Seperti yang telah disebutkan diatas, zat aktif dapat di absorpsi baik di daerah
bukal, faring maupun tenggorokan selama larutan obat turun ke lambung. Karena
absorpsi pra-gastrik akan menghindarkan zat aktif dari metabolisme lintas pertama di
hati, maka dosis obat juga dapat dikurangi bila sejumlah zat aktif mengalami
metabolisme hepatik selama pemberian tablet konvensional (Fu, et.al., 2004). Oleh
karena itu dalam kasus terapi tertentu, ODT memungkinkan pemberian obat untuk
mendapatkan konsentrasi sistemik yang tinggi secara cepat / high drug loading
( Kundu dan Sahoo, 2008).
Metoda cetak langsung dapat digunakan untuk membuat sediaan ODT dengan
cara memilih kombinasi bahan tambahan yang tepat, yang mana dapat menghasilkan
disintegrasi cepat dan daya tahan fisik yang baik. Bahan tambahan yang dimaksudkan
disini adalah bahan penghancur (disintegrant). Beberapa peneliti menggunakan bahan
effervescent sebagai disintegrant, sementara yang lain mengkombinasi berbagai
disintegrant yang ada ( Fu, et.al., 2004).
Orally disintegrating tablet hancur didalam mulut pasien dalam waktu beberapa
detik maka sediaan ini cocok untuk pasien yang memiliki dysphagia. Sebagian
konsentrasi dari obat tersebut sudah diabsorpsi dimulai dari mulut, faring, dan
kerongkongan dalam bentuk saliva kemudian menuju ke bagian abdomen, sehingga
terjadi suatu peningkatan dalam bentuk bioavailabilitasnya ( Pawar, 2014).
Komponen pada sediaan ODT pada umumnya sama dengan komponen pada
tablet biasa, akan tetapi pada sediaan ODT, superdisintegran merupakan komponen
yang penting ( Pawar, 2014).
Tablet ini dibuat dengan menggunakan bahan tambahan yang sangat larut dalam
air, dirancang untuk menyerap air kedalam tablet ditujukan untuk mencapai waktu
hancur atau disolusi yang cepat (Allen, 2014).
Pada evaluasinya pun sama dengan tablet biasa, akan tetapi terdapat penambahan
evaluasi khusus pada sediaan ODT, yaitu :
R = 100 x (a - b) / b'
Dimana wb dan wa,, menyatakan bobot tablet sebelum dan sesudah proses
penyerapan air secara berturut-turut (Pawar, 2014).
2.7 Superdisintegran
1. Pengertian
2. Mekanisme kerja
Superdisintegran sendiri mempunyai beberapa mekanisme aktivitas diantaranya
yaitu :
Mengembang ( swelling)
Deformasi
Partikel disintegran akan berubah bentuk saat dikempa menjadi tablet. Pada saat
ada kelembapan, partikel disintegran akan kembali ke bentuk semula, sehingga akan
merubah bentuk (deformasi) dari tablet, sehingga tablet pecah.
3. Jenis-jenis disintegran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode pembuatan FDT yang sering digunakan adalah kempa langsung dengan
penambahan superdisintegrant atau bahan penghancur. Bahan-bahan yang digunakan
pada metode kempa langsung adalah bahan yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, In: Pharmaceutics: The Science of
Dosage Form Design, Second Ed., 413, 423-424, 431, 437, United
Kingdom,Churchill Livingstone.
Allen, Loyd dan Howard C Ansel. 2014. Ansels Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems. Edisi sepuluh. USA.
Fu, Yourong, Scicheng Yang, Seong Hoon Jeong, Susumu Kimura dan Kinam
Park. 2004. Orally Fast Disintegrating Tablets : Development, Technologies,
Taste-Masking and Clinical Studies. Dalam Critical ReviewsTM in
Theraupeutic Drug Carrier Systems volume 21(6):433-475. USA.
Ghost, T.K., Chatterjee, D.J., Pfitser, W.R., Jarugula, V.R., Fadiran, E.O., Hunt,
J.P., Lesko, L.J., Tammara, V.K dan D.B. Hare. 2005. Quick Dissolving Oral
Dosage Forms: Scientific and Regulatory Considerations from A Clinical
Pharmacology and Biopharmaceutics Perspective. In: T.K Ghosh dan
W.R Pfister (eds). Drug Delivery to The Oral Cavity: Molecules to Market.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, Page 344
Koseki, T., Onishi, H., Takahashi, Y., Uchida, M., dan Machida, Y. 2008.
Development of Novel Fast-Disintegrating Tablets by Direct Compression
Using Sucrose Stearic Acid Ester as a Disintegration-Accelerating Agent.
Chem. Pharm.Bull.56(10): 1384-1388.
Kundu, S. dan Sahoo, P.K. 2008. Recent Trends in The Development of Orally
Disintegrating Technology. Pharma Times. 40(4):180-185
Lachman, Leon, Herbert A Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Edisi tiga. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Pawar, Harshal, Chhaya Varkhade, Pravin Jadhav dan Kavita Mehra. 2014.
Development and Evaluation of Orodispersible Tablets Using A Naturals
Polysaccharide Isolated from Cassia tora Seeds. Dalam Scholars Research
Library volume 5(2):324-332. India.
Rao, N.G.R., Patel, T. dan S. Gandhi. 2009. Development and Evaluation of
Carbamazepine Fast Dissolving Tablets Prepared with A complex by Direct
Compression Technique. Asian J. Pharma. April- June.3(2):97-103
Taher, P., & Sengupta, M,. 2013, Fast Dissolving Tablet Technology- A Review
World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(2), 485-508.
Verma, R.K. dan Garg, S. 2001. Current Status of Drug Delivery Technologies
and Future Directions. Pharm. Techol. 25 (2): 1-14.