Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang memiliki berbagai keuntungan,


disamping keterbatasan khususnya untuk pemakaian pada anak- anak dan lansia.
Salah satu langkah untuk mengatasi hal tersebut dikenal adanya sediaan tablet yang
hancur cepat dimulut (dengan adanya saliva), hanya dalam hitungan detik, tanpa perlu
bantuan air, dimana efek farmakologi dapat tercapai lebih cepat dibandingkan sediaan
konvensional, yang dikenal dengan Fast Dissolving Tablet (Oral disintegrating tablet).

Fast Dissolving Tablet (Oral disintegrating tablet) merupakan bentuk sediaan


padat yang mengandung bahan aktif obat yang hancur dengan cepat dalam waktu
kurang dari 60 detik. Bentuk tablet ini dapat terdisintegrasi dengan cepat dalam air
liur dan dapat ditelan tanpa menggunakan air minum. Keuntungan utama dari Fast
dissolving tablet adalah sediaan ini mengkombinasikan keuntungan pada sediaan cair
dan tablet konvensional.

Bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dalam rongga mulut, oleh karena itu
memerlukan suatu bahan penghancur yang memiliki daya hancur lebih besar
dibandingkan tablet konvensional. Metode pembuatan FDT yang sering digunakan
adalah kempa langsung dengan penambahan superdisintegrant atau bahan penghancur.
Bahan-bahan yang digunakan pada metode kempa langsung adalah bahan yang
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik ( Taher dan Sengupta, 2013).

Superdisintegrant ditambahkan untuk memudahkan pecah atau hancurnya tablet


ketika kontak dengan cairan pada saluran pencernaan (Alderborn, 2002). Waktu
disintegrasi merupakan parameter yang perlu diperhatikan dari bentuk sediaan FDT.
Salah satu superdisintegrant yang banyak dipilih dalam pembuatan sediaan FDT
adalah crospovidone karena memiliki mekanisme penghancuran tablet secara baik
melalui aksi kapilaritas, dan memiliki kompresibilitas yang baik ( Deepak dkk, 2012).

Selain superdisintegrant, bahan tambahan yang diperlukan adalah bahan pengisi.


Bahan pengisi yang dapat digunakan pada kempa langsung disebut filler binder. Filler
binder merupakan suatu bahan pengisi tablet yang sekaligus berperan sebagai
pengikat dan dapat meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Salah
satu contoh filler binder adalah pearlitol 400 DC. Bahan ini memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik, serta berasa manis sehingga dapat membantu
menyamarkan rasa obat yang kurang menyenangkan (Druffner dkk, 2006).
BAB II

ISI

2.1 Oral Disintegrating Tablet

Rute pemberian obat secara oral adalah rute paling umum dan nyaman digunakan
oleh pasien. Tablet dan kapsul telah muncul sebagai bentuk sediaan obat solid (padat)
yang sangat populer digunakan saat ini, termasuk didalamnya tablet konvensional dan
pelepasan terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak (hard and soft gelatin
capsules) (Sharma, et.al., 2005). Hal ini disebabkan disebabkan oleh beberapa hal
dimana tablet dan kapsul terdapat ukuran yang tepat dan dosis lazim yang
dikehendaki, sedangkan pada bentuk sediaan cair seperti sirup, suspensi, emulsi,
larutan dan eliksir biasanya pasien harus menakar sendiri obat dengan sendok teh,
sendok makan atau alat pengukur lain. Cara ini mempunyai kesalahan 20 sampai 50 %
( Lachman, 1994). Namun diantara tablet dan kapsul, tablet merupakan bentuk
sediaan yang paling disukai dikarenakan kemudahan penggunaan, kepadatan
(compactness) dan flesibilitas produksinya (Rao, et,al.,2009).

Adanya berbagai perubahan fungsi fisiologis terkait usia termasuk kesulitan


menelan tablet secara utuh, akan menurunkan tingkat kepatuhan dan efektifitas terapi.
Kelompok pasien yang menjadi perhatian atas isu ini terutama adalah pediatri dan
geriatri (Rao, et,al.,2009). Beragam penelitian kemudian dikembangkan untuk
mengatasi masalah ini dan tablet hancur di mulut (orally disintegrating tablet) telah
ditemukan sebagai satu-satunya bentuk sediaan paling bermanfaat (koseki, et,al,
2008). Bentuk sediaan Orally disintegrating tablets (ODTs) disebut juga
mouth-dissolving tablets, fast dissolving tablets, fast disintegrating tablets,
orodispersible tablets, dan rapid-dissolving tablets ( Changoiwala, dkk., 2004).

Istilah Orally disintegrating tablets diadaptasi oleh komite pelabelan dan


Tatanama (Nomenclature and Labelling Committee) pada USP, dan ODT adalah
singkatan umum untuk tablet yang hancur (disintegrasi) secara cepat atau serta-merta
dalam rongga mulut dan partikel zat yang ditelan menunjukkan karakteristik
pelepasan segera (immediate-release). Sementara itu Farmakope Eropa ( European
Pharmacopoeia) mengadopsi istilah orodispersible tablet sebagai suatu tablet yang
diletakkan di mulut yang mana akan terdispersi secara cepat sebelum ditelan ( Kundu
dan Sahoo, 2008). Pengertian lain dari Orally Disintegrating Tablet merupakan tablet
yang tidak bersalut ditujukan untuk ditaruh di mulut dimana tablet akan terdispersi
dengan cepat sebelum ditelan ( UK Department of Health, 2013).

2.2 Karakteristik Ideal ODT

Sediaan ODT berbeda dari tablet konvensional umumnya, sediaan ODT


hendaknya memiliki beberapa karakteristik yang ideal yakni :

a) Disintegrasi yang cepat. Secara umum hal ini berarti bahwa disintegrasi tablet
ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 1 menit. Namun demikian, akan lebih
disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin didalam rongga mulut. ODT
harus mengalami disintegrasi dengan sedikit atau tanpa meminum air sama sekali
dan dimaksudkan untuk melarut dengan air ludah pasien sendiri.

b) Penutupan rasa (taste-masking) dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan obat ODT
akan melarut atau mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah melarut,
sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan residu. Teknologi penutupan
rasa yang ideal hendaknya mampu mneghasilkan mouth-feel yang baik dan tidak
memberikan sensasi berpasir (grittiness) di mulut.
c) Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena itu ODT dirancang
memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan
(excipients) dengan derajat keterbasahan (wettability) yang tinggi dan struktur
tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air yang cepat
kedalam tablet. Kekerasan tablet berbanding terbalik dengan porositasnya, maka
adalah hal penting untuk mendapatkan porositas tablet dengan absoprsi air yang
cepat tanpa mengurangi kekerasan tablet sehingga tidak mudah rusak selama
pengemasan dan pendistribusian dalam blitser atau botol tablet konvensional.

d) Sensitifitas yang rendah terhadap kelembapan. ODT seringkali sensitif terhadap


kelembapan, hal ini dikarenakan zat tambahan dengan kelarutan dalam air yang
tinggi banyak digunakan dalam formulasi ODT, sangat rentan terhadap
kelembapan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan strategi pengemasan yang baik
untuk melindungi tablet dari berbagai pengaruh lingkungan (Fu, et.al., 2004).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Formulasi ODT

ODT memiliki semua kelebihan dari bentuk sediaan solid, antara lain stabilitas
yang baik, ketepatan dosis, kemudahan produksi, ukuran pengemasan yang kecil dan
praktis dibawa bepergian. ODT juga memiliki kelebihan formulasi cair, seperti
kemudahan penggunaan obat, tidak ada resiko sesak nafas (tersedak) akibat obstruksi
fisik berupa solida di tenggorokan ( Fu,et.al.,2004), kecepatan absorpsi dan onset obat
yang cepat, serta ketersediaan hayati yang tinggi.

Seperti yang telah disebutkan diatas, zat aktif dapat di absorpsi baik di daerah
bukal, faring maupun tenggorokan selama larutan obat turun ke lambung. Karena
absorpsi pra-gastrik akan menghindarkan zat aktif dari metabolisme lintas pertama di
hati, maka dosis obat juga dapat dikurangi bila sejumlah zat aktif mengalami
metabolisme hepatik selama pemberian tablet konvensional (Fu, et.al., 2004). Oleh
karena itu dalam kasus terapi tertentu, ODT memungkinkan pemberian obat untuk
mendapatkan konsentrasi sistemik yang tinggi secara cepat / high drug loading
( Kundu dan Sahoo, 2008).

ODT menawarkan berbagai kemudahan bagi pasien yang mengalami kesulitan


menelan (dysphagia) terutama pasien pediatri dan geriatri serta untuk pasien yang
sedang berlibur dan menempuh perjalanan jauh dimana air minum mungkin sulit
diperoleh( Verma dan Garg, 2001).

Di samping berbagai kelebihan ODT seperti yang telah disebutkan di atas,


banyak sediaan ODT memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan jumlah obat yang
dapat di formulasi setiap unit dosisnya. Untuk bentuk sediaan ODT yang di formulasi
dengan teknik pengeringan beku atau liofilisasi (freeze drying atau lyophilisation),
formulasi dosis obat secara umum harus kurang dari 400 mg untuk senyawa obat
yang tak larut dan kurang dari 60 mg untuk senyawa obat yang larut air. Selain itu,
terkait sifat bentuk sediaan ODT yang rapuh (fragile), diperlukan pengemasan khusus
yang mana tentu akan menambah biaya produksi ( Ghost, et.al.,2005).

Metoda cetak langsung dapat digunakan untuk membuat sediaan ODT dengan
cara memilih kombinasi bahan tambahan yang tepat, yang mana dapat menghasilkan
disintegrasi cepat dan daya tahan fisik yang baik. Bahan tambahan yang dimaksudkan
disini adalah bahan penghancur (disintegrant). Beberapa peneliti menggunakan bahan
effervescent sebagai disintegrant, sementara yang lain mengkombinasi berbagai
disintegrant yang ada ( Fu, et.al., 2004).

2.4 Mekanisme Kerja ODT

Orally disintegrating tablet hancur didalam mulut pasien dalam waktu beberapa
detik maka sediaan ini cocok untuk pasien yang memiliki dysphagia. Sebagian
konsentrasi dari obat tersebut sudah diabsorpsi dimulai dari mulut, faring, dan
kerongkongan dalam bentuk saliva kemudian menuju ke bagian abdomen, sehingga
terjadi suatu peningkatan dalam bentuk bioavailabilitasnya ( Pawar, 2014).

2.5 Komponen Sediaan ODT

Komponen pada sediaan ODT pada umumnya sama dengan komponen pada
tablet biasa, akan tetapi pada sediaan ODT, superdisintegran merupakan komponen
yang penting ( Pawar, 2014).
Tablet ini dibuat dengan menggunakan bahan tambahan yang sangat larut dalam
air, dirancang untuk menyerap air kedalam tablet ditujukan untuk mencapai waktu
hancur atau disolusi yang cepat (Allen, 2014).

2.6 Evaluasi Sediaan ODT

Pada evaluasinya pun sama dengan tablet biasa, akan tetapi terdapat penambahan
evaluasi khusus pada sediaan ODT, yaitu :

Wetting time dan water absorption ratio (R)

Pengujiannya dilakukan dengan mengambil kertas saring yang kemudian dilipat


dua kali dan ditempatkan di cawan petri yang mengandung 6 ml saliva buatan
dengan pH 6.8. Tablet kemudian dengan hati-hati diletakkan di atas tisu di dalam
cawan petri. Wetting time dilihat dari waktu yang dibutuhkan air untuk mencapai
permukaan atas dari tablet dan tablet basah secara keseluruhan. Kemudian water
absorption ratio (R) ditentukan berdasarkan persamaan dibawah ini :

R = 100 x (a - b) / b'

Dimana wb dan wa,, menyatakan bobot tablet sebelum dan sesudah proses
penyerapan air secara berturut-turut (Pawar, 2014).

2.7 Superdisintegran

1. Pengertian

Disintegran merupakan zat penghancur, yang menjadikan hancurnya tablet


menjadi partikel -partikel yang lebih kecil (Allen, 2014). beberapa disintegran disebut
superdisintegran. Bahan-bahan yang termasuk kedalamnya superdisintegran bekerja
lebih efektif dengan konsentrasi rendah serta memiliki efisiensi untuk hancur dan
kekuatan mekanis yang lebih baik (Mohanachandran, 2011).

2. Mekanisme kerja
Superdisintegran sendiri mempunyai beberapa mekanisme aktivitas diantaranya
yaitu :

Mengembang ( swelling)

Mengembang merupakan penjelasan yang umum dipakai untuk mekanisme kerja


dari disintegran. Masuknya air kedalam tablet menyebabkan disintegran mengembang
dan tekanan diseluruh bagian tablet mengakibatkan ikatan partikel dalam tablet akan
pecah.

Sejumlah disintegran akan mengembang hingga derajat tertentu, tetapi swelling


atau mengembang bukanlah mekanisme tunggal dari sebuah disintegran

Penyerapan air (wicking)

Wicking merupakan kemungkinan lain dari mekanisme aksi disintegran. Wicking


merupakan kemampuan menyerap air masuk ke dalam tablet.

Deformasi

Partikel disintegran akan berubah bentuk saat dikempa menjadi tablet. Pada saat
ada kelembapan, partikel disintegran akan kembali ke bentuk semula, sehingga akan
merubah bentuk (deformasi) dari tablet, sehingga tablet pecah.

3. Jenis-jenis disintegran

Terdapat banyak jenis disintegran, beberapa diantaranya :

a) Croscarmellose sodium merupakan superdisintegran yang lazimnya


digunakan dengan konsentrasi 2% pada tablet kempa langsung dan 3% pada granulasi
basah. Serbuk putih atau putih keabuan, tidak larut didalam air tetapi mengembang
dengan cepat didalam air dengan volume empat sampai delapan kali lipat dari
bobotnya (Eyjolfsson, 2014).

b) Crospovidone merupakan superdisintegran yang digunakan dengan


konsentrasi 2-8%.Serbuk putih atau putih kekuningan. Praktis tidak larut dalam air
dan dalam Alkohol. Higroskopik (Eyjolfsson, 2014).

c) Sodium starch glycolate


Merupakan superdisintegran digunakan dengan konsentrasi 2-8%. Serbuk
free-flowing putih atau hampir putih, serbuk halus, larut dalam air menjadi tembus
cahaya, seperti gel. Sangat Hoigroskopik (Eyjolfsson, 2014).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Fast Dissolving Tablet ( Oral disintegrating tablet) merupakan bentuk sediaan


padat (tablet) yang mengandung bahan aktif obat yang hancur dengan cepat dalam
waktu kurang dari 60 detik. Bentuk sediaan Orally disintegrating tablets(ODTs)
disebut juga mouth-dissolving tablets, fast dissolving tablets, fast disintegrating
tablets, orodispersible tablets, dan rapid-dissolving tablets.

Metode pembuatan FDT yang sering digunakan adalah kempa langsung dengan
penambahan superdisintegrant atau bahan penghancur. Bahan-bahan yang digunakan
pada metode kempa langsung adalah bahan yang memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alderborn, G., 2002, Tablets and Compaction, In: Pharmaceutics: The Science of
Dosage Form Design, Second Ed., 413, 423-424, 431, 437, United
Kingdom,Churchill Livingstone.

Allen, Loyd dan Howard C Ansel. 2014. Ansels Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems. Edisi sepuluh. USA.

Camarco, W., D. Ray and A. Druffner, 2006, Selecting superdisintegrants for


Orally Disintegrating Tablets Formulations. Pharm Tech Supplement,
28-37.

Changoiwala, Nitu,, Krupa Mehta, dan Sanjay C Modi. 2012. Formulation,


Development and Optimization of Orodispersible Tablet of Cetrizine HCl.
Dalam International Journal of Pharmaceutical Research and Bio-science
volume 16 (1):218-238. India.
Deepak, S., Dinesh, K., Mankaram, S., Gurmeet, S., & Rathore, M.S., 2012, Fast
Disintegrating Tablets : A New Era in Novel Drug Delivery System and New
Market Opportunities, JDDT, 2(3), 74-86

Eyjolfsson, Reynir. 2014. Design and Manufacture of Pharmaceutical Tablets.


UK: Academic Press

Fu, Yourong, Scicheng Yang, Seong Hoon Jeong, Susumu Kimura dan Kinam
Park. 2004. Orally Fast Disintegrating Tablets : Development, Technologies,
Taste-Masking and Clinical Studies. Dalam Critical ReviewsTM in
Theraupeutic Drug Carrier Systems volume 21(6):433-475. USA.

Ghost, T.K., Chatterjee, D.J., Pfitser, W.R., Jarugula, V.R., Fadiran, E.O., Hunt,
J.P., Lesko, L.J., Tammara, V.K dan D.B. Hare. 2005. Quick Dissolving Oral
Dosage Forms: Scientific and Regulatory Considerations from A Clinical
Pharmacology and Biopharmaceutics Perspective. In: T.K Ghosh dan
W.R Pfister (eds). Drug Delivery to The Oral Cavity: Molecules to Market.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, Page 344

Koseki, T., Onishi, H., Takahashi, Y., Uchida, M., dan Machida, Y. 2008.
Development of Novel Fast-Disintegrating Tablets by Direct Compression
Using Sucrose Stearic Acid Ester as a Disintegration-Accelerating Agent.
Chem. Pharm.Bull.56(10): 1384-1388.

Kundu, S. dan Sahoo, P.K. 2008. Recent Trends in The Development of Orally
Disintegrating Technology. Pharma Times. 40(4):180-185

Lachman, Leon, Herbert A Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri. Edisi tiga. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Mohanachandran, P.S, P.G Sindhumol dan T.S Kiran. 2011. Superdisintegrant :


An overview. Dalam International Journal of Pharmaceutical Sciences
Review and Research Volume 6:022. India.

Pawar, Harshal, Chhaya Varkhade, Pravin Jadhav dan Kavita Mehra. 2014.
Development and Evaluation of Orodispersible Tablets Using A Naturals
Polysaccharide Isolated from Cassia tora Seeds. Dalam Scholars Research
Library volume 5(2):324-332. India.
Rao, N.G.R., Patel, T. dan S. Gandhi. 2009. Development and Evaluation of
Carbamazepine Fast Dissolving Tablets Prepared with A complex by Direct
Compression Technique. Asian J. Pharma. April- June.3(2):97-103

Sharma, S. 2008. Orodispersable Tablet : A Review.


http://www.pharmainfo.net/reviews/orodispersible-tablet-review
(5 Maret 2010).

Taher, P., & Sengupta, M,. 2013, Fast Dissolving Tablet Technology- A Review
World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(2), 485-508.

UK Department of Healt. 2013. British Pharmacopoiea 2013.. UK: The


Stationery Office on behalf of the MHRA.

Verma, R.K. dan Garg, S. 2001. Current Status of Drug Delivery Technologies
and Future Directions. Pharm. Techol. 25 (2): 1-14.

Anda mungkin juga menyukai