Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IDENTIFIKASI KUALITATIF DAN VALIDASI METODE


TEKNIK PREPARASI PADA SAMPEL SEMISOLID (GEL)

Oleh :
KELOMPOK 5
Dina Noor Kamali 1931015320025
Erfani Amara Bittaqwa 1931015310038

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
Judul Penelitian : Ketoprofen, Penetapan Kadarnya dalam Sediaan Gel
dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel
Penulis` : Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami
Sumber : Jurnal Pharmacy Vol. 11 No. 01 tahun 2014

1) Tinjauan Struktur Ketoprofen

Gambar 1. Struktur kimia ketoprofen

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, ketoprofen mengandung tidak


kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5% C16H14O3, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Nama IUPAC : Asam 2-(3-benzoilfenil)propionat
Rumus molekul : C16H14O3
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak atau
hampir tidak berbau.
BM : 254,3
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan
eter; praktis tidak larut dalam air.
Wadah & Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Indikasi : Analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (golongan
NSAID)
Berdasarkan struktur kimianya diketahui ketoprofen memiliki gugus
kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor merupakan gugus tak jenuh (pada
ikatan kovalen) yang bertanggungjawab terhadap terjadinya absorbsi elektronik.
Gugus kromofor tersebut adalah cincin benzena dan C=O. Adapun gugus
auksokrom merupakan gugus jenuh dengan adanya elektron bebas (tidak terikat),
dimana jika gugus ini bergabung dengan kromofor akan mempengaruhi panjang
gelombang dan intensitas absorbansi sehingga dapat memperlebar sistem
kromofor dan menggeser gelombang maksimum ke arah yang lebih panjang.
Auksokrom yang terdapat pada struktur ketoprofen adalah –OH. Hal inilah yang
menyebabkan analisis kadar ketoprofen dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen spektrofotometer UV-Vis.

2) Tinjauan Sediaan
Sampel atau sediaan yang digunakan pada jurnal ini adalah gel ketoprofen
dengan merk dagang “Kaltofren” dari PT Kalbe Farma dan “Profenid” dari PT
Sanofi Aventis. Berikut tinjauan kedua sediaan tersebut.
1) Nama dagang : Kaltrofen
Produsen : PT Kalbe Farma
Kemasan : Tube
Komposisi : Ketoprofen 2,5%
Indikasi : Gel untuk trauma ringan, terutama yang
disebabkan oleh cedera sewaktu berolahraga,
terkilir, pembengkakan, dan nyeri pasca trauma.
Dosis & pemakaian : Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7 hari
Foto sediaan :

2) Nama dagang : Profenid


Produsen : PT Sanofi Aventis
Kemasan : Tube
Komposisi : Ketoprofen 2,5%
Indikasi : Gel untuk trauma ringan terutama yang cedera
pada saat olahraga, keseleo, tendinitis, gangguan
tendon, nyeri dan pembengkakan pasca
trauma.
Dosis & pemakaian : Dioleskan 2 kali sehari, lama pemakaian
maksimal 7 hari.
Cara penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering, terhindar
dari paparan sinar matahari langsung.
Foto sediaan :

Ketoprofen di Indonesia memiliki berbagai bentuk sediaan yang dapat


dilihat pada Tabel 1. Adapun beberapa merk obat yang mengandung ketoprofen di
Indonesia yaitu altofen, kaltrofen, ketros, lantifam, nasaflam, pronalges, dan
remapro. Berikut contoh dari beberapa sediaan ketoprofen tersebut.
1) Tablet
Nama dagang : Lantiflam
Produsen : Landson
Kemasan : Strip
Komposisi : Ketoprofen 100 mg/tablet
Indikasi : Untuk arthritis/osteoarthritis, gout akut,
spondilitis.
Dosis & pemakaian : Awal 75 mg 3x/hari atau 50 mg 4x/hari, maks
300 mg/hari, berikan segera setelah makan, telan
utuh jangan dikunyah atau dihancurkan.
Foto sediaan :

2) Kaplet
Nama dagang : Kaltrofen OD
Produsen : PT Kalbe Farma
Kemasan : Strip
Komposisi : Ketoprofen 200 mg
Indikasi : Mengobati gejala-gejala artritis rematoid,
spondilitis ankilosa, gout akut dan osteoartritis.
Dosis & pemakaian : 1 kapsul / hari segera setelah makan
Cara penyimpanan : Simpan di tempat kering, terhindar dari paparan
sinar matahari langsung.
Foto sediaan :

3) Injeksi
Nama dagang : Pronalges
Produsen : Dexa Medika
Kemasan : Ampul
Komposisi : Ketoprofen 100 mg/2 mL
Indikasi : Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada
persendian akibat osteoarthritis (AO),
reumathoid artrithis (RO), asam urat, nyeri otot
serta nyeri yang timbul pasca operasi
Dosis & pemakaian : Diberikan secara intramuskular 1x1 ampul/hari
Foto sediaan :

4) Suppositoria
Nama dagang : Fetik
Produsen : Interbat
Kemasan : Blister
Komposisi : Ketoprofen 100 mg
Indikasi : Terapi simtomatik untuk reumatoid artritis (AR),
spondilitis ankilosa, gout akut, dan osteoartritis
(OA)
Dosis & pemakaian : 1 supp pada malam hari, diberikan melalui dubur
Cara penyimpanan : Simpan di kulkas tetapi tidak dalam freezer
Foto sediaan :

Tabel 1. Bentuk sediaan ketoprofen di Indonesia


No. Bentuk Sediaan Kekuatan Sediaan
1. Injeksi 50 mg/mL; 100 mg/2 mL
2. Tablet salut enterik 50 mg; 100 mg
3. Gel 2,5% 30 gram; 2,5% 20 gram
4. Suppositoria 100 mg
5. Kaplet 100 mg; 200 mg
6. Kapsul 200 mg
Sumber : MIMS Edisi 16 tahun 2017

3) Tinjauan Preparasi
1. Pembuatan Larutan Baku Ketoprofen dan Ketoprofen Baku dalam Matriks
Konsentrasi 1000 dan 100 μg/mL
Larutan baku ketoprofen dan larutan baku ketoprofen dalam matriks
dibuat untuk digunakan dalam pembuatan seri konsentrasi kurva baku dalam
penetapan kadar ketoprofen yang terdapat pada sediaan gel merk Kaltofren dan
Profenid yang dianalisis pada penelitian ini. Adapun cara pembuatan kedua
larutan tersebut sebagai berikut.
a) Pembuatan larutan baku ketoprofen dan ketoprofen baku dalam matriks
1000 μg/mL

25 mg ketoprofen baku
dan 25 mg ketoprofen baku dalam matriks
 Ditimbang seksama
 Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
Etanol 96%

 Ditambahkan hingga tanda batas

Larutan ketoprofen baku


dan ketoprofen baku dalam matriks 1.000 μg/mL

b) Pembuatan larutan baku ketoprofen dan ketoprofen baku dalam matriks


100 μg/mL

Larutan ketoprofen baku


dan ketoprofen baku dalam matriks 1.000 μg/mL

 Diambil 1 mL
 Diencerkan dalam labu ukur 10 mL
Etanol 96%

 Ditambahkan hingga tanda batas

Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen baku


dalam matriks 100 μg/mL

Perhitungan penimbangan ketoprofen baku dan ketoprofen baku dalam


matriks
x mg 1 mg
𝑥 = 1.000 μg/mL (1 μg/mL = 1 ppm)
25 mL 1.000 mL
1.000.x
= 1.000 ppm
25 mL
1.000. x = 1.000 ppm . 25 mL
25.000
x=
1.000
x = 25 mg
Perhitungan pengenceran
Rumus pengenceran : v1 x m1 = v2 x m2
- 100 ppm
x . 1.000 ppm = 10 mL . 100 ppm.
10 mL x 100 ppm
x=
1.000 ppm
x = 1 mL
2. Pembuatan Seri Konsentrasi
Pembuatan seri konsentrasi ini digunakan untuk penetapan kurva baku dan
akan digunakan dalam penetapan kadar ketoprofen yang ada dalam sediaan.
Adapun cara pembuatan larutan dengan seri konsentrasi tersebut sebagai berikut.

Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen


baku dalam matriks 100 μg/mL

 Diambil 0,4; 0,6; 0,8; 1,0; 1,2; 1,4 mL


 Diencerkan dalam labu ukur 10 mL
Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas
Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen baku
dalam matriks 4; 6; 8; 10; 12; 14 μg/mL

Perhitungan Pengenceran
- 4 ppm - 6 ppm
x . 100 ppm = 10 mL . 4 ppm. x . 100 ppm = 10 mL . 6 ppm.
10 mL x 4 ppm 10 mL x 6 ppm
x= x=
100 ppm 100 ppm

x = 0,4 mL x = 0,6 mL
- 8 ppm - 12 ppm
x . 100 ppm = 10 mL . 8 ppm x . 100 ppm = 10 mL . 12 ppm
10 mL x 8 ppm 10 mL x 12 ppm
x= x=
100 ppm 100 ppm

x = 0,8 mL x = 1,2 mL

- 10 ppm - 14 ppm
x . 100 ppm = 10 mL . 10 ppm. x . 100 ppm = 10 mL . 14 ppm.
10 mL x 10 ppm 10 mL x 14 ppm
x= x=
100 ppm 100 ppm
x = 1,0 mL x = 1,4 mL
3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk menentukan
panjang gelombang senyawa yang memberikan absorbansi maksimal. Suatu
pengukuran yang dilakukan pada panjang gelombang maksimal akan memberikan
hasil yang linier, sensitifitas alat yang tinggi, dan mengurangi kesalahan
pengukuran (Sadeli, 2016). Adapun cara penentuan panjang gelombang
maksimum tersebut sebagai berikut.

Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen baku


dalam matriks 100 μg/mL

 Diambil 0,8 mL untuk larutan katoprofen baku dan 1


mL untuk larutan katoprofen baku dalam matriks
 Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10
mL
Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas
 Dikocok hingga homogen
 Dibaca absorbansi pada panjang gelombang 230-350
nm
Hasil

Perhitungan
Λ maks ketoprofen baku = x . 100 ppm = 10 mL . 8 ppm
10 mL x 8 ppm
x=
100 ppm

x = 0,8 mL
Λ maks ketoprofen baku dalam matriks = x . 100 ppm = 10 mL . 10 ppm
10 mL x 10 ppm
x=
100 ppm

x = 1 mL
4. Penentuan Operating Time
Waktu yang dibutuhkan agar reaksi reaksi antara suatu senyawa dengan
senyawa lain mencapai titik yang stabil disebut operating time. Operating time
ditetapkan saat nilai absorbasi mulai konstan atau selisih nilai absorbasi tiap
selang waktu mulai kecil (Salamah & Widyasari, 2015). Adapun cara penentuan
OT tersebut sebagai berikut.

Larutan ketoprofen baku 100 μg/mL


 Diambil 1,2 mL
 Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL
Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas
 Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh pada menit 0, 1, 2, 3
sampai 6 dengan selang waktu 1 menit
 Dibaca hingga diperoleh absorbansi yang stabil
Hasil
Perhitungan Pengenceran
x . 100 ppm = 10 mL . 12 ppm
10 mL x 12 ppm
x=
100 ppm

x = 1,2 mL
5. Pembuatan Kurva Baku Ketoprofen
Kurva baku ketoprofen dibuat untuk mendapatkan persamaan y = bx+a,
dimana dengan persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung kadar
ketoprofen dalam sediaan gel.
Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen baku
dalam matriks 4; 6; 8; 10; 12; 14 μg/mL
 Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditentukan pada
spektrofotometer UV-Vis
 Dihitung persamaan kurva baku
Hasil (persamaan y = bx+a)

6. Penetapan Kadar Ketoprofen dalam Gel

Sediaan gel Kaltrofen dan gel Profenid

 Ditimbang seksama setara dengan 25 mg ketoprofen


 Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas

Larutan sediaan 1.000 μg/mL


 Diambil 1 mL
 Diencerkan dalam labu ukur 10 mL
Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas

Larutan ketoprofen baku dan ketoprofen


baku dalam matriks 100 μg/mL

 Diambil 1,2 mL
 Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Etanol 96%
 Ditambahkan hingga tanda batas
 Didiamkan selama operating time
 Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh
 Direplikasi sebanyak 3 kali
Hasil

Perhitungan
1) Perhitungan Penimbangan Sediaan Gel yang Setara dengan 25 mg Ketoprofen
Sediaan gel yang digunakan 30 gram mengandung 2,5% ketoprofen atau 0,75
gram ketoprofen
= 30.000 mg gel mengandung 750 mg ketoprofen
30.000 mg 750 mg
= ∶
750 mg 750 mg

= 40 : 1
Jadi pada setiap 40 mg gel mengandung 1 mg ketoprofen sehingga untuk
mendapatkan kandungan yang setara dengan 25 mg ketoprofen diperlukan
1.000 mg gel (25x40) atau 1 gram gel.

2) Perhitungan Pengenceran Sediaan Gel


- 1000 μg/mL
25 mg 1 mg
𝑥 =x
25 mL 1.000 mL
25.000 mg/mL
=x
25 mL
x = 1.000 ppm ~ 1.000 μg/mL
Rumus pengenceran : v1 x m1 = v2 x m2
- 100 μg/mL
x . 1000 ppm = 10 mL . 100 μg/mL
10 mL x 100 μg/mL
x=
1.000 μg/mL

x = 1 mL
- 12 μg/mL
x . 100 μg/mL = 10 mL . 12 μg/mL
10 mL x 12 μg/mL
x=
100 μg/mL

x = 1,2 mL

4) Tinjauan Metode
Metode yang digunakan pada penetapan kadar ketoprofen adalah
spektrofotometri UV-Vis. Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis
Merk Shimadzu 1601. Adapun tinjauan metode ini adalah sebagai berikut.
Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel
Spektrofotometri UV-Vis adalah metode pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Sistem yang bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan
kromofor. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm
(Dachriyanus, 2004).

Gambar 2. Daerah radiasi elektromagnetik


Prinsip Kerja Instrumen
Prinsip kerja alat ini berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitan adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati
sampel (Io). Interaksi terjadi antara energi berupa sinar monokromatis dari sumber
sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan
menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang
memiliki energi lebih tinggi, sehingga dapat tertangkap oleh detektor (Gandjar &
Rohman, 2006).
Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah
melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari
sampel secara bergantian secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari detektor
diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan
dengan komputer yang sudah terprogram (Gandjar & Rohman, 2006).
Kegunaan
Umumnya spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk :
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan
auksokrom dari suatu senyawa organik
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa
3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer.
(Dachriyanus, 2004).
Instrumen
Skema alat spektrofotometer UV-Vis dapat dilihat pada Gambar 3 dan
Gambar 4. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah lampu hidrogen atau
deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada
cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah
panjang gelombang (wavelength separator) seperti prisma atau monokromator.
Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh wavelength separator sedangkan
pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang
tertentu. Gambar 3 adalah skema alat spektrofotometer UV-Vis yang memiliki
sumber cahaya tunggal, dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan
mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sample dapat diukur. Adapun
pada Gambar 4 merupakan skema alat spektrofotometer UV-Vis yang memiliki
sumber cahaya ganda (double beam). Pada alat ini larutan sampel dimasukkan
bersama-sama dengan pelarut yang tidak mengandung sampel. Alat ini lebih
praktis dan mudah digunakan serta memberikan hasil yang optimal (Dachriyanus,
2004).

Gambar 3. Skema alat spektrofotometer UV-Vis (single beam)

Gambar 4. Skema alat spektrofotometer UV-Vis (double beam)

Metode penetapan kadar pada ketoprofen dalam bentuk sediaan kapsul


dengan KCKT (Kemenkes RI, 2014).
1. Timbang tidak kurang dari 20 kapsul. Keluarkan semua isi kapsul, bersihkan
cangkang kapsul dan timbang saksama.
2. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul setara
dengan lebih kurang 50 mg ketoprofen.
3. Kocok dengan 300 ml metanol P 75% selama 10 menit, dan encerkan dengan
metanol P 75% hingga 500 ml.
4. Diamkan, encerkan 5,0 ml beningan dengan metanol P 75% hingga 100 ml.
5. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 258 nm.
6. Hitung jumlah dalam mg ketoprofen, C16H14O3: serapan jenis pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 258 nm adalah 662.

5) Tinjauan Teknik Kuantifikasi


Teknik kuantifikasi adalah suatu teknik dalam melakukan suatu
kuantifikasi atau pengukuran. Terdapat 3 jenis teknik kuantifikasi, yaitu.
1) Single-Point Calibration
Teknik ini digunakan satu macam konsentrasi standar yang mana plot standar
yang dibuat digunakan untuk menetapkan semua kadar sampel. Hal yang perlu
diperhatikan pada teknik ini adalah perlu adanya skema pengenceran dan
ekstraksi yang berbeda untuk kadar obat yang bermacam-macam tersebut,
dengan target mendapatkan konsentrasi akhir serupa yang mendekati
konsentarsi standar yang dibuat.
2) Multiple-Point Calibration
Teknik ini menggunakan seri konsentrasi standar yang dapat mengcakup
semua kadar produk obat tersebut. Pada rentang konsentrasi tersebut,
responnya harus linear. Respon seluruh kadar obat (larutan akhir yang akan
dibaca) berada pada rentang respon kurva kalibrasi.
3) One Standard Calibration for Each Strength
Digunakan satu konsentrasi standar untuk setiap kadar obat. Metode ini
digunakan apabila analit tidak menunjukkan linearitas pada rentang konsentrasi
yang layak, dengan syarat tidak diperbolehkan adanya ekstrapolasi
(Dachriyanus, 2004).
Penelitian pada jurnal ini menggunakan multiple-point calibration karena
diperlukannya seri konsentrasi standar. Hal ini disebabkan karena pada penetapan
kadar ketoprofen dalam sediaan gel dibutuhkan persamaan regresi linier yang
diperoleh dari seri kadar kurva baku yang dibuat, sehingga dapat digunakan dalam
perhitungan kadar ketoprofen.

6) Tinjauan Hasil
Hasil menunjukan bahwa panjang gelombang maksimum baku
ketoprofen dan baku ketoprofen dalam matriks adalah berada pada panjang
gelombang 255,4 nm dan 255,0 nm. Larutan ketoprofen tidak berwarna sehingga
panjang gelombang termasuk ke dalam rentang panjang gelombang ultraviolet.
Waktu operating time pada metode ini adalah 6 menit. Hal ini menunjukkan pada
waktu 6 menit, reaksi yang terjadi pada sampel telah berlangsung dengan
sempurna sehingga pada saat pembacaan pada spektrofotometer akan memberikan
hasil yang baik.

Gambar 5. Hasil scanning panjang gelombang ketoprofen konsentrasi 8 μg/mL

Gambar 6. Hasil scanning panjang gelombang ketoprofen konsentrasi 10 μg/mL

Persamaan linier yang diperoleh pada baku ketoprofen adalah y= 0,0513 x


+ 0,0270 dengan nilai r = 0,9870 dan pada ketoprofen dalam matriks adalah y=
0,0547x + 0,0213 dengan nilai r = 0,9919. Koefisien korelasi (r) merupakan nilai
yang menunjukkan korelasi antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga pada
hasil pada baku ketoprofen dan baku ketoprofen dalam matriks memiliki koefisien
korelasi sebesar 98,70% dan 99,19%. Nilai r tabel adalah 0,8114 dengan df = 4
dan taraf kepercayaan 95%.
Perhitungan kadar zat aktif dalam sediaan (% etiket) dapat dilakukan
dengan memasukkan hasil perhitungan kadar yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan persamaan linier ke dalam rumus : faktor pengenceran x kadar.
Persamaan linier yang digunakan adalah persamaan pada ketoprofen baku yaitu
y= 0,0513 x + 0,0270. Perhitungan zat aktif dalam sediaan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
- Sampel 1
Replikasi 1 : 0,6353
y= 0,0513 x + 0,0270
0,6353 = 0,0513 x + 0,0270
0,6083
x = 0,0513

x = 11,86
Faktor pengenceran = 10 . 8,33 = 83,33x
Konsentrasi zat dalam sampel = 83,33 x 11,86 = 988,102
Konsentrasi zat dalam sampel
Konsentrasi zat sebenarnya dalam sampel = Konsentrasi sampel
x 100%
988,102
Konsentrasi zat sebenarnya dalam sampel = 1.000
x 100% = 98,82%
- Sampel 2
Replikasi 1 : 0,6675
y= 0,0513 x + 0,0270
0,6675 = 0,0513 x + 0,0270
0,6405
x = 0,0513

x = 12,48
Faktor pengenceran = 10 . 8,33 = 83,33x
Konsentrasi zat dalam sampel = 83,33 x 12,48 = 1.040
Konsentrasi zat dalam sampel
Konsentrasi zat sebenarnya dalam sampel = Konsentrasi sampel
x 100%
1.040
Konsentrasi zat sebenarnya dalam sampel = 1.000
x 100% = 104,00%

Adapun perhitungan kadar (mg/g) dihitung dengan mengkalikan kadar yang


diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan y= 0,0547x +
0,0213 dengan sampel yang dianalisis pada spektrofotometer UV-vis.
Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis
alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial
mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji-t pada penelitian ini menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan kadar antara sampel gel ketoprofen merk yang
dianalisis.

7) Kesimpulan
Kadar ketoprofen dalam sediaan gel yang dianalisis sebesar 100,61% dan
105,88% dan telah sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam PerMenkes
917/Menkes/Per/x/1993; berdasarkan dari hasil uji-t menunjukan bahwa tidak
terdapat perbedaan kadar antara sampel gel ketoprofen merk yang dianalisis.

Daftar Pustaka
Dachriyanus. 2004. Analisi Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
LPTIK Andalas, Padang.

Gandjar, I. B. & A. Rohman. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Belajar,


Yogyakarta.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

MIMS. 2017. MIMS Indonesia Referensi Obat Informasi Ringkas Produk Obat
Edisi 16. PT. Bhuana Ilmu Populer , Jakarta.

Sadeli, R. A. 2016. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (1,1-


diphenyl-2picrylhydrazil) Ekstrak Bromelain Buah Nanas. Skripsi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Salamah, N & E. Widyasari. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun


Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) dengan Metode Penangkapan
Radikal 2,2‟difenill-pikrilhidrazil. Jurnal Pharmaciana. 5: 25-34.

Anda mungkin juga menyukai