GANGGUAN CEMAS
Tn. S, Laki-laki, 39 tahun, SMA, Islam, Jawa, Pekerjaan wiraswasta, tinggal di Banding Rejo,
pasien datang ke UGD Rumah Sakit Jiwa karena merasa dadanya berdebar dan keringat dingin.
Keluhan ini dimulai sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya terdapat tetangga pasien yang
meninggal karena serangan jantung yang membuat pasien takut meninggal seperti tetangganya.
Hal ini menyebabkan pasien melakukan check up pada 3 hari yang lalu dan dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan kelainan pada tubuh pasien. Namun, pasien tetap merasa ada
kelainan pada tubuhnya sehingga membawanya berobat ke UGD. Perasaan cemas ini
berlangsung sebentar dan biasanya hilang atau berkurang apabila pasien berkonsultasi ke dokter
ataupun bercerita tentang keluhannya kepada temannya. Pasien mengatakan serangan cemas ini
berlangsung hilang timbul dan hampir setiap minggu. Keluhan seperti ini terjadi sejak ±3 tahun
yang lalu, diawali oleh kematian ibu pasien yang meninggal karena diabetes melitus. Hal ini
menyebabkan pasien melakukan check up setiap 6 bulan sekali dan melakukan pemeriksaan gula
darah setiap seminggu sekali. Pasien juga telah mendaftarkan dirinya pada beberapa asuransi
kesehatan. Hal ini dikarenakan ketakutan pasien akan kondisi tubuhnya.
Perasaan cemas terjadi pada saat apapun, tidak terbatas pada kecemasan pada saat di tempat
terbuka ataupun diluar lingkungan keluarga. Pasien tidak pernah merasa tidak berdaya,
kehilangan minat, merasa lemas ataupun terpkirkan putus asa dan melakukan bunuh diri. Tidak
ada riwayat trauma, mengkonsumsi alkohol maupun obatobatan terlarang. Selama keluhannya
berlangsung, pasien masih dalam keadaan sadar penuh. Tidak pernah mengamuk, berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu. Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
keluarganya, orang sekitar ataupun masalah dalam ekonomi. Riwayat prenatal dan perinatal dan
riwayat masa kanak awal baik pendidikan pasien hingga ke jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Dari status mental, kesadaran pasien composmentis, sikap pasien selama wawancara kooperatif.
Selama wawancara pasien merasa gelisah. Kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien berbicara
spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup.
Mood pasien cemas dengan afek terbatas dan serasi. Tidak ditemukan gangguan persepsi. Bentuk
pikiran rasional dan realistik, arus pikir koheren, produktivitas baik, dengan kontinuitas baik, dan
tidak didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat cemas dan takut. Pada penilaian
fungsi luhur baik. Pasien lebih cenderung menyampaikan apa yang dirasakan dan kurang
memperhatikan apa yang disampaikan pemeriksa. Daya nilai pasien tidak terganggu. Pasien
menyadari bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui penyebabnya. Dari pemeriksaan fisik
tidak ditemukan adanya
kelainan. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosa yang didapat
pada pasien adalah Gangguan Panik. Pasien diberikan terapi Golongan SSRI Fluoxetine 1x10 mg
dan Golongan Benzodiazepin Aprazolam 1x0,5 mg. Pasien dianjurkan untuk kontrol ke
poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung seminggu kemudian.
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 39 tahun
Alamat : Banding Rejo
Pekerjaan : Wiraswasta
II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang ke UGD RSJ karena merasa dadanya berdebar dan keringat dingin.
Riwayat Psikososial :
Tidak merokok, mengonsumsi alkohol atau zat psikoaktif lainnya
V. Diagnosis
Axis I : [F41.0] Gangguan panik (Ansietas Paroksismal Episodik).
Axis II :-
Axis III : Prehipertensi (130/90 mmHg)
Axis IV :-
Axis V : Saat wawancara 50-41 (Gejala berat dan disabilitas berat)
Selama satu tahun terakhir 80-71 (Gejala sementara, dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam sosial, pekerjaan, dll)
VI. Tatalaksana
- Psikofarmaka
Golongan SSRI (Fluoxetine 1x10 mg)
Golongan Benzodiazepin (Aprazolam 1x0,5 mg)
- Psikoterapi
Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terapi dapat membantu pasien dalam
memahami cara kerja pemikiran otomatis dan keyakinan yang salah dapat
menimbulkan respon emosional yang berlebihan, seperti pada gangguan panik.
Metode yang digunakan yaitu metode restrukturisasi, terapi relaksasi, terapi
bernapas dan terapi interocepative
VII. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
VIII. Pencegahan
Dukungan keluarga pasien, diharapkan mengetahui aturan konsumsi obat terhadap pasien
dan meminta bantuan untuk menjadi pengawas serta mendukung terapi pasien.