SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD IKHSAN
160100118
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD IKHSAN
160100118
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang senantiasa menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada utusan-
Nya, Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’at Beliau di
hari akhir nanti. Aamiin Aamiin yaa Rabbal’Alamiin.
Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“Gambaran Karakteristik Pasien Bedah Anak dengan Omfalokel di RSUP HAM
Medan pada Tahun 2016-2018” yang merupakan salah satu syarat kelulusan
pendidikan sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian penelitian ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik moriil maupun materiil
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaannya kepada:
1. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, (Alm) Zulfikar dan
ibunda Hj. Rosmadah, S.Pd. M.M. yang telah banyak memberikan
dorongan moriil, doa, materil serta pengorbanannya sehingga bisa
mengantarkan penulis sampai titik ini.
2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
3. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.
4. dr. Erjan Fikri, M.Ked (Surg.), Sp. B, Sp. BA (K) selaku dosen
pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis,
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis
mulai dari awal penyusunan penelitian hingga terselesaikannya laporan
penelitian ini.
5. dr. T. Ibnu Alferally, M.Ked (PA),Sp.PA(K) dan dr. Lokot Donna Lubis,
Sp. PA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan
ii
yang sangat membangun dan membantu penulis untuk mendapatkan
hasil yang terbaik pada penelitian ini.
6. dr. Aida Fitri, Sp.S. (K) selaku dosen penasihat akademik penulis dan
seluruh staf pengajar FK USU yang telah banyak memberikan
bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuiahan
hingga terselesainya masa studi penulis..
7. Teman terbaik Soni Sapri, M. Rahman, Putra Halomoan, Rizqy Perdana,
Diqqi Davi, dan Refa Perdana, yang telah membantu dan memberikan
semangat dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Saudara, sahabat serta sejawat, terkhusus angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang senantiasa menemani dan
memberikan motivasi kepada penulis selama proses penelitian.
Muhammad Ikhsan
NIM. 160100118
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Singkatan viii
Daftar Lampiran ix
Abstrak x
Abstrac xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
iv
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian 18
3.2.Waktu dan Tempat Penelitian 18
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 18
3.3.1. Populasi Penelitian 18
3.3.2. Sampel Penelitian 18
3.4.Metode Pengumpulan Data 19
3.5.Defenisi Operasional 19
3.6.Pengolahan dan Analisis Data 20
3.7.Alur Penelitian 21
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
vi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Definisi Operasional.................................................... 18
3.2 Alur Penelitian……………………………………..... 20
4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin.......… 23
4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan …... 24
4.3 Distribusi frekuensi ukuran defek pada pasien
omfalokel …………………………………………… 24
4.4 Distribusi frekuensi kelainan bawaan pada pasien
omfalokel …………………………………………… 25
4.5 Distribusi frekuensi penatalaksanaan pada pasien
omfalokel …………………………………………… 26
vii
DAFTAR SINGKATAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
Latar Belakang Omfalokel merupakan defek dinding abdomen bagian ventral disertai herniasi
organ dalam abdomen ke dalam sebuah kantung yang dilapisi oleh sebuah membran yang terdiri
dari lapisan peritoneum pada bagian dalam dan lapisan amnion pada bagian luar. Omfalokel juga
lebih dikenal dengan kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen melalui umbilikus yang
terjadi pada usia kehamilan sekitar 12 minggu. Kejadian omfalokel diperkirakan adalah sebesar 4
per 1.000 hingga 7 per 1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan surveilans sentinel bersama 13 rumah sakit terpilih
di 9 provinsi dan melaporkan bahwa angka kejadian omfalokel adalah 12,5% dari seluruh kelainan
bawaan. Tujuan Mengetahui gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-2018. Metode Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengumpulan
data dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haju
Adam Malik Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program
komputer SPSS. Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil gambaran karakteristik pasien bedah anak
dengan omfalokel di RSUP HAM dengan pravelensi kejadian omfalokel sebanyak 14 kasus. Hasil
penelitian ini didapati yang dominan berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (71,4%),
riwayat usia kehamilan yang dominan yaitu aterm sebanyak 10 orang (71,4%), besar defek
kebanyakan defek yang kecil (≤ 4 cm) sebanyak 9 orang (64,3%), kelainan bawaan penyerta lainnya
didapati sebanyak 10 orang (71,4%) dengan beragam kelainan bawaan penyerta, dan jenis
penatalaksaannya sering dilakukan penutupan primer sebanyak 7 (50%). Kesimpulan Hasil
penelitian ini menunjukkan jenis kelamin yang terbanyak dijumpai pada omfalokel adalah
perempuan, usia kehamilan tertinggi dijumpai pada kelompok usia kehamilan aterm, besar ukuran
defek terbanyak yaitu kecil. Mayoritas kelainan bawaan lain yang dijumpai berupa kelainan
kongenital yang beragam dengan penatalaksaan terbanyak yaitu penutupan primer.
x
ABSTRACT
Background. The omphalocele is a defect of the ventral abdominal wall accompanied by herniation
of the internal abdominal organs into a sac lined with a membrane consisting of a peritoneal layer
on the inside and an amniotic layer on the outside. Omfalocele is also better known as intestinal
failure to return to the abdominal cavity through the umbilicus which occurs at around 12 weeks'
gestation. The incidence of omphalocele is estimated at 4 per 1,000 to 7 per 1,000 live births
throughout the world. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia has conducted sentinel
surveillance with 13 selected hospitals in 9 provinces and reported that the incidence of omphalocele
is 12.5% of all congenital abnormalities. Objective. To determine the characteristics of pediatric
surgical patients with omphalocele at the Haji Adam Malik General Hospital, Medan in 2016-2018.
Methods. This research method uses descriptive research method with cross sectional design. Data
collection methods using secondary data in the form of medical records at the Central Hospital of
Haju Adam Malik Medan, which have met the inclusion and exclusion criteria. The sampling method
uses total sampling technique. Data were then analyzed using the SPSS computer program. Results.
This study shows the results of the description of the characteristics of pediatric surgery patients
with omphalocele in HAM Hospital with 14 cases of omphalocele pravelensi. The results of this
study found that the dominant female sex as many as 10 people (71.4%), the dominant history of
gestational age is at term as many as 10 people (71.4%), the large defects mostly small defects (≤ 4
cm) as many as 9 people (64.3%), other congenital congenital abnormalities were found as many
as 10 people (71.4%) with a variety of accompanying congenital abnormalities, and the type of
management often performed primary closure of 7 (50%). Conclusion. The results of this study
showed that the most sex found in omphalocele was female, the highest gestational age was found
in the term pregnancy group, the largest size of defect was small. The majority of other congenital
abnormalities that are found in the form of a variety of congenital abnormalities with the most
management is primary closure.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
antenatal. Hal ini dapat memungkinkan deteksi dini kelainan tersebut. Penanganan
utama adalah melalui pembedahan, yang pertama kali berhasil dilakukan oleh Hey
pada tahun 1802 (Klein, 2012; Islam, 2014).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berminat untuk
melakukan penelitian tentang gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan
omfalokel di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) tahun
2016-2018.
4
4
6
2.2. OMFALOKEL
2.2.1. Definisi
Omfalokel adalah defek dinding abdomen bagian ventral disertai herniasi
organ dalam abdomen ke dalam sebuah kantung yang dilapisi oleh sebuah membran
yang terdiri dari lapisan peritoneum pada bagian dalam dan lapisan amnion pada
bagian luar. Omfalokel adalah kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen
melalui umbilikus yang terjadi pada usia kehamilan sekitar 12 minggu (Mack,
2016; Jwa, 2014).
2.2.2. Epidemiologi
Kejadian omfalokel diperkirakan adalah sebesar 4 per 1.000 hingga 7 per
1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Sebanyak 50% hingga 70%
kasus penyakit ini terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya seperti
sindrom Beckwith-Wiedermann, serta sekitar 30% kasus memiliki kelainan
kromosom yaitu trisomi 13, 18, dan 21. Sekitar 45% pasien omfalokel dilaporkan
7
mengalami gangguan jantung seperti defek septum ventrikel, defek septum atrium,
ectopia cordis, atresia trikuspid, koartasio aorta, dan hipertensi pulmonal persisten.
Pasien-pasien dengan omfalokel juga biasanya memiliki berat badan saat lahir yang
besar (makrosomia atau berat badan lahir > 4 kg). (Askarpour et al., 2012; Klein,
2012; Kliegman et al., 2019).
2.2.3. Patogenesis
Omfalokel terjadi akibat kegagalan lipatan embrionik mencapai tujuannya.
Kebanyakan omfalokel terjadi karena defek pada lipatan lateral dan selalu terjadi
pada umbilikus. Insersio dari otot rektus abdominis terletak jauh dari batas kosta
dan karena hal tersebut tidak dapat dilakukan perbaikan secara bersamaan. Apapun
penyebabnya, kelainan ini terjadi pada awal embriogenesis dan dengan demikian
akan mempengaruhi perkembangan organ-organ lainnya. Oleh karena itulah,
kebanyakan pasien dengan omfalokel sering berkaitan dengan kelainan bawaan
lainnya. Defek pada lipatan sefalik menyebabkan terjadinya ectopia cordis atau
pentalogy of Cantrell. Defek pada lipatan kaudal menyebabkan terjadinya bladder
and cloacal exstrophy (Klein, 2012).
2.2.4. Diagnosis
Diagnosis prenatal biasanya dilakukan pada akhir trimester pertama atau
pertengahan trimester kedua kehamilan dengan menggunakan ultrasound
screening, dimana omfalokel dapat dibedakan dengan gastroschisis dengan
ditemukan adanya kantung dan dapat dibedakan dengan hernia umbilikalis yaitu
dengan adanya defek pada hati. Diagnosis juga dapat ditegakkan melalui hasil
pemeriksaan yang positif sebanyak tiga kali dengan peningkatan maternal α
fetoprotein. (Islam,2012; Klein,2012).
Selain itu, skrining prenatal pada bayi-bayi dengan omfalokel juga
memerlukan evaluasi secara mendalam yaitu pada sistem kardiovaskular (14-47%)
dan sistem saraf pusat (3-33%), yang mana apabila ditemukan defek berat pada
bayi-bayi tersebut, diperlukan diskusi yang serius mengenai terminasi kehamilan.
Bayi dengan omfalokel memiliki risiko tinggi untuk mengalami pertumbuhan janin
terhambat (15-35%), kelahiran prematur (5-60%), dan kematian janin (biasanya
akibat defek berat) (Islam, 2012; Klein, 2012; Ledbetter, 2012; Kumar, 2008).
2.2.5. Tatalaksana
2.2.5.1.Tatalaksana Perinatal
Rekomendasi jenis persalinan untuk pasien dengan omfalokel adalah
persalinan pervaginam, kecuali ditemukan adanya indikasi obstretik maupun janin.
Pada kasus dengan defek yang besar atau ruptur dengan herniasi hati yang luas,
maka seksio sesarea mungkin diindikasikan untuk mencegah kerusakan pada hati
(Islam, 2014).
2.2.5.2.Tatalaksana Postnatal
Manajemen awal pada bayi baru lahir dengan omfalokel dimulai dengan
resusitasi neonatus. Prematuritas, hipoplasia pulmonum, atau defek jantung yang
signifikan pada pasien omfalokel memerlukan intubasi dan ventilasi mekanik.
Pengawasan pada kadar gula darah juga merupakan bagian dari resusitasi neonatus
terkhususnya pada bayi-bayi dengan omfalokel karena berhubungan dengan
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat dan sindrom Beckwith-Wiedermann.
9
2.2.5.3.Tatalaksana Pembedahan
Intervensi pembedahan secara elektif merupakan penanganan utama untuk
pasien omfalokel. Tujuannya adalah untuk mengembalikan herniasi usus ke dalam
rongga abdomen dan membuat dinding abdomen yang solid sehingga diharapkan
dapat meminimalkan terjadinya risiko pada bayi (Ledbetter, 2012; Rattan, 2018).
1. Penutupan Primer
Pilihan penanganan pada bayi dengan omfalokel tergantung pada
ukuran defek, usia kehamilan, dan penyakit lain yang terkait. Pada bayi
dengan defek yang kecil, penutupan primer (terdiri dari eksisi atau
inversi kantung, dengan penutupan fasia dan kulit) dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Penanganan harus dilakukan secara hati-hati
terutama saat dilakukan pengeluaran isi kantung yang menutupi hati,
karena bagian tersebut biasanya padat dan lengket dan saat dilakukan
eksisi juga dapat terjadi robekan pada kapsul glison yang dapat
menyebabkan perdarahan. Pada pasien omfalokel dapat ditemukan
adanya distorsi anatomi hati yang signifikan dan dapat ditemukan pula
vena hepatika yang terletak tepat dibawah kantung yang menyebabkan
lebih rentan terjadinya cedera yang tidak disengaja. Oleh karena itu,
kebanyakan ahli bedah anak memilih untuk meninggalkan kantung
tersebut di organ hati. Selain itu, bagian kantung yang berada pada
bagian inferior cenderung lebih tipis sehingga saat dilakukan eksisi
pada daerah tersebut dapat terjadi cedera kandung kemih yang tidak
disengaja. Sama seperti gastroschisis, pengukuran tekanan intra
abdomen juga diperlukan untuk menghindari terjadinya sindroma
kompartemen abdomen. Pada sebuah studi mengenai penanganan
omfalokel, penulisnya melaporkan bahwa terdapat komplikasi akibat
peningkatan tekanan intra abdomen sebanyak 12%, yaitu berupa
kongesti hepar akut yang memerlukan operasi ulang, gagal ginjal yang
memerlukan dialisis, serta infark usus (Christison-Lagay, 2011).
Pada kebanyakan kasus, pasien dengan defek yang besar lebih sering
dijumpai sehingga penutupan primer tidak dapat dilakukan akibat
tingginya tekanan intraabdomen. Berbagai metode telah dilakukan agar
dapat dilakukan penutupan fasia pada kasus ini. Metode yang berhasil
dilakukan adalah dengan menggunakan flap yang dapat memobilisasi
otot, fasia dan kulit dinding abdomen sehingga dapat dilakukan
penutupan fasia. Pendekatan terbaru adalah dengan penggunaan alat
11
2.2.6. Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup (survival rates) pada pasien omfalokel berkisar
antara 70% hingga 95%, dengan kebanyakan mortalitas berhubungan dengan
gangguan jantung dan kelainan kromosom. Pada penelitian di Los Angeles,
dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan mortalitas pada pasien omfalokel
berdasarkan berat lahir, ukuran defek, dan jenis penutupan awal. Komplikasi jangka
panjang muncul pada pasien-pasien dengan defek besar berupa refluks
gastroesofagus, insufisiensi pulmonal, infeksi paru berulang atau asma, kesulitan
makan dan gagal tumbuh. Komplikasi ini muncul pada sekitar 60% pasien dengan
omfalokel yang besar (Christison-Lagay, 2011; Klein, 2012).
sekitar 20% pasien, termasuk adanya hubungan dengan sindrom down juga telah
dilaporkan. Sindroma yang sering muncul dengan omfalokel antara lain
ekstrovicloaca, Beckwith-Wiedermann (makroglosia, makrosomia, hipoglikemia,
dan viseromegali serta omfalokel), dan pentalogi cantrell (malformasi dinding
toraks bawah, ectopia cordis, omfalokel epigastric, hernia diaphragmatic, dan
kelainan jantung). Kelainan kromosom lebih umum dijumpai pada anak dengan
defek lebih kecil. Sekitar 45% pasien omfalokel dilaporkan mengalami gangguan
jantung seperti defek septum ventrikel, defek septum atrium, ectopia cordis, atresia
trikuspid, koartasio aorta, dan hipertensi pulmonal persisten (Chung, 2017; Klein,
2012; Brunicardi et al., 2019).
Stoll dkk dalam penelitiannya pada tahun 2001, melaporkan bahwa kelainan
bawaan non sindromik yang terjadi pada pasien omfalokel paling banyak adalah
kelainan muskuloskeletal (16,5%) dengan jenis penyakit terbanyak clubfoot dan
anomali vertebra, kelainan genitourinaria (14,9%) dengan jenis penyakit terbanyak
hidronefrosis, kelainan jantung bawaan (13,4%) dengan jenis penyakit terbanyak
defek septum ventrikel, serta kelainan gastrointestinal (13,4%) dengan jenis
penyakit terbanyak atresia intestinum. Peneliti yang sama juga melakukan studi
pada tahun 2008 dan memberikan laporan dengan hasil yang mirip dengan
penelitian pada tahun 2001. Penelitian yang terakhir melaporkan persentase
terbanyak adalah kelainan muskuloskeletal (23,5%), kelainan genitourinaria
(17,4%), kelainan jantung bawaan (15,1%), dan sistem pencernaan (10,6%). (Stoll
et al., 2001, Stoll et al., 2008).
Pada penelitian Deng et al pada tahun 2014, terhadap 827 kasus omfalokel
juga berhubungan dengan mortalitas pasien omfalokel. Penelitian tersebut
mendapatkan bahwa pasien dengan riwayat kehamilan 28 – 36 minggu memiliki
angka mortalitas 2,42 kali lebih besar daripada 37 – 42 minggu. (Deng et al., 2014).
Neonatus dengan omfalokel seringkali datang ke rumah sakit dalam kondisi
yang lemah dan dengan klinis sepsis oleh karena keterlambatan penegakan diagnosa
sejak awal, sehingga diperlukan penatalaksanaan yang intensif dan lintas.
(Manurung et al., 2015).
16
2.2.9. Hubungan jenis kelamin serta besar defek dengan kejadian omfalokel
Data mengenai kejadian omfalokel berdasarkan jenis kelamin beragam.
Watanabe et al melaporkan bahwa perbandingan antara pasien omfalokel
perempuan dan laki-laki adalah 3:1. (Watanabe et al., 2017).
Penelitian yang lain oleh Kumar et al melaporkan bahwa pasien laki-laki
lebih banyak daripada perempuan, serta mendapati bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan ukuran defek, yaitu pasien laki-laki lebih
cenderung memiliki ukuran defek kecil. (Kumar et al., 2008).
17
Diagnosis:
Prenatal: - ultraspund screening
- maternal & fetoprotein
Postnatal: diagnosis klinis
Tatalaksana
Perinatal: Operatif/definitif:
Post-natal: - Primer
- Persalinan spontan
- Resusitasi - Bertahap
pervaginam
- Non-adherent
Gambar dressing (sacTeori
2.5. Kerangka
- Defek besar atau
utuh)
herniasi hepar →SC
- Jahitan absorbable (sac robek,
sebagai tatalaksana sementara)
Prognosis
18
Prevalensi Omfalokel
Jenis Kelamin
Gambaran Karakteristik Pasien
Usia Kehamilan
Bedah Anak dengan Omfalokel di
Besar Defek
RSUP HAM Medan pada Tahun
Kelainan Bawaan Penyerta
Gambar 2.6. Kerangka Konsep
2016-2018
Penatalaksanaan
BAB III
METODE PENELITIAN
19
18
20
2. Kriteria eksklusi
Rekam medis pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP HAM
Medan pada tahun 2016-2018 yang lembarannya rusak.
Penyusunan proposal
penelitian
22
23
24
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik. Karakteristik sampel pada penelitian ini
dideskripsikan berdasarkan distribusi frekuensi anak dengan omfalokel, jenis
kelamin, usia kehamilan, besar defek, kelainan bawaan lainnya, dan
penatalaksanaannya. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
sehingga didapatkan hasil penelitian seperti yang dipaparkan dibawah ini.
Laki-laki 4 28,6
Perempuan 10 71,4
Total 14 100,0
Menurut tabel 4.1 di atas, didapatkan data bahwa pasien bedah anak dengan
omfalokel yang laki-laki adalah sebanyak 4 orang (28,6%) dan perempuan adalah
sebanyak 10 orang (71,4%) . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Watanabe (2017) yang dimana perbandingan antara pasien omfalokel perempuan
dan laki-laki adalah 3:1. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kumar (2008).
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan
Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%)
Preterm 4 28,6
Aterm 10 71,4
Posterm 0 0
Total 14 100,0
Menurut tabel 4.2 di atas, didapatkan data bahwa usia ibu dari pasien bedah anak
dengan omfalokel yang preterm (<37 minggu) sebanyak 4 orang (28,6%), aterm
(37-41 minggu) sebanyak 10 orang (71,4%), dan usia kehamilan posterm (>41
25
minggu) tidak ada (0%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Brunicardi (2019)
dan juga penelitian Watanabe (2018) yang dimana mereka menyebutkan angka
kejadian omfalokel sangat berhubungan dengan prematuritas. Hanya sebagian kecil
ibu dengan usia kehamilan aterm yaitu 4 orang (28,6%) pada penelitian ini dan
sebagian besarnya memiliki usia kehamilan normal / aterm yaitu sebanyak 10 orang
(71,4%).
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi ukuran defek pada pasien omfalokel
Ukuran Defek Frekuensi Persentase (%)
Kecil ( <= 4 cm ) 9 64,3
Besar ( > 4 cm ) 5 35,7
Total 14 100,0
Menurut tabel 4.3 di atas, didapatkan data bahwa ukuran defek pasien bedah anak
dengan omfalokel yang kurang dari 4 cm sebanyak 9 orang (64%) dan yang lebih
besar dari 4 cm sebanyak 5 orang (35%).
26
Kelainan Jantung 2 14
Kelainan Kromosom 0 0
Kelainan Lainnya 9 64
Menurut tabel 4.4 di atas, didapatkan data bahwa penyakit bawaan lain pada pasien
bedah anak dengan omfalokel yang memiliki kelainan jantung sebanyak 2 orang
(14%), kelainan kromosom sebanyak 0 orang (0%), kelainan lainnya sebanyak 9
orang (64%), dan terdapat pasien omfalokel yang tidak memiliki kelainan bawaan
penyerta sebanyak 3 orang (22%). Penelitian ini terdapat tambahan kelainan
bawaan lain yang tidak sejalan dengan penelitian Stoll (2008) dimana tidak ada
disebut adanya kelainan bawaan lain dalam kasus pasien dengan omfalokel.
27
Menurut tabel 4.5 di atas, didapatkan data bahwa penatalaksanaan yang dilakukan
pada pasien bedah anak dengan omfalokel yang menggunakan penutupan primer
sebanyak 7 orang (50%), penutupan bertahap sebanyak 3 orang (21,4%), dan tidak
dilakukan penatalaksanaan sebanyak 4 orang (28,6%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Christison-Lagay (2011), dimana pemilihan jenis penutupan berdasarkan
ukuran besar defek setiap pasien.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pravelensi Kejadian Omfalokel
Pada penelitian ini didapati jumlah sampel pasien bedah anak dengan
omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2016 – 2018 adalah
sebanyak 14 pasien. Pada tahun 2016 didapati 6 pasien, tahun 2017 didapati 5
pasien, dan pada tahun 2018 ditemukan hanya 3 pasien. Angka kejadian
omfalokel di Indonesia sesuai penelitian Depkes (2016) terdapat 12,5%
perkiraan kejadian omfalokel dibandingkan kelainan bawaan lain. Sedangkan
penelitian Putu-Wayan (2015) di RSUP Sanglah Denpasar menyebutkan angka
kejadian omfalokel hanya sebanyak 4 pasien (5,8%) dari kelainan bawaan lain.
28
Pada penelitian ini usia kehamilan ibu dapat dibagikan menjadi 3 yaitu
preterm (<37 minggu), aterm (37-41 minggu), dan posterm (>41 minggu).
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah usia kehamilan ibu dari pasien bedah
anak dengan omfalokel yang terbanyak yaitu usia kehamilan aterm sebanyak
10 orang (71,4%). Menurut penelitian yang dilakukan Deng (2014) bahwa
angka mortalitas omfalokel dengan usia kehamilan preterm lebih besar 2,4 kali
dari usia kehamilan aterm dan juga penelitian Brunicardi (2019) menegaskan
10-15% kejadian omfalokel terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran
preterm.
Pada penelitian ini didapati pasien dengan ukuran defek kecil (kurang
dari 4 cm) lebih banyak yaitu sebanyak 9 orang (64%). Menurut penelitian
Kumar (2008) pasien laki-laki lebih cenderung memiliki ukuran defek kecil.
Pada dasarnya besar defek anak dengan omfalokel itu relatif tergantung
bawaannya sendiri, namun ada beberapa kasus omfalokel datang dengan defek
yang besar dikarenakan terlambatnya pemberian penanganan atau telah sepsis
(infeksi).
29
Pada penelitian ini didapatkan data bahwa penyakit bawaan pada pasien
bedah anak dengan omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan yang
terbanyak yaitu kelainan bawaan lainnya sebanyak 9 orang (64%). Adapun
tidak dijumpainya kelainan kromosom dikarenakan tidak ada pemeriksaan
khusus untuk kelainan kromosom, sehingga tidak ada data untuk pasien
omfalokel yang memiliki kelainan kromosom.
Terdapat tambahan kelainan bawaan lain pada penelitian ini yang tidak
terdapat pada penelitian Stoll (2008) serta penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Klein (2012) yang menyebutkan ada kelainan kromosom pada kasus
omfalokel. Serta didapati kelainan paru dikarenakan kontraksi akibat herniasi
organ pada penderita omfalokel.
Pada kelainan bawaan lainnya didapati beberapa kelainan penyerta
pada pasien omfalokel, diantaranya respiratory distress syndrome, pneumonia
neunatorum, hyaline membrane disease, dan transient tachypnea of the
newborn. Dalam penelitian ini juga terdapat kebanyakan pasien datang dengan
sepsis (infeksi) yang memperparah keadaan omfalokel tersebut dan hingga
menyebabkan mortalitas. Adapun alasan mengapa tidak dilakukan
penatalaksanaan karena pasien telah meninggal, sehingga tidak diperlukannya
penutupan.
4.2.6. Penatalaksanaan
Pada penelitian ini penatalaksanaan pasien bedah anak dengan
omfalokel terbanyak dilakukan yaitu penutupan primer 7 orang (50%). Namun
ada pasien yang tidak dilakukan penatalaksanaan sebanyak 4 orang (28,6%)
dikarenakan pasien datang dengan keadaan telah meninggal. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Christison-Lagay (2011) menyebutkan
pemilihan jenis penutupan berdasarkan ukuran besar defek setiap pasien.
Namun Islam (2014) menyebutkan metode penutupan apapun yang digunakan
(baik primer dan bertahap) tidak mempengaruhi lamanya pasien dirawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. KESIMPULAN
30
31
5. 2. SARAN
32
33
Kumar, H.R., Jester, A.L., et al. 2008. Impact of omphalocele size on associated
conditions. Journal of pediatric surgery, 43(12), pp.2216-2219.
Ledbetter, D. J. (2012). Congenital abdominal wall defects and reconstruction in
pediatric surgery: gastroschisis and omphalocele. Surgical Clinics, 92(3),
713-727.
Lestari, C. 2017. Profil Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital yang Dirawat
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2016.
Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mack, A. J., & Rogdo, B. 2016. Giant omphalocele: current perspectives. Res Rep
Neonatol, 6, 33-9.
Manurung, V. R., Agustriani, N., & SpB, S. (2015). Faktor-Faktor Prognostik Yang
Mempengaruhi Mortalitas Pada Neonatus Dengan Omfalokel Di Rsup Dr.
Sardjito Yogyakarta: Studi-5 tahun (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
Putu, A.I, Wayan, D.A. 2018. Insidens dan Karakteristik Kongenital Traktur
Gastrointestinal pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Tahun 2015. Medicina, 49(3):423-7.
Rattan, K. N., Singh, J., et al. 2018. Omphalocele: 15-years experience from a single
center in developing country. Journal of Clinical Neonatology, 7(3), 125.
Stoll, C., Alembik, Y., et al. 2001, October. Risk factors in congenital abdominal
wall defects (omphalocele and gastroschisi): a study in a series of 265 858
consecutive births. In Annales de genetique (Vol. 44, No. 4, pp. 201-208).
Elsevier Masson.
Stoll, C., Alembik, Y., et al. 2008. Omphalocele and gastroschisis and associated
malformations. American journal of medical genetics Part A, 146(10),
pp.1280-1285.
Watanabe, S., Suzuki, T., et al. 2017. Omphalocele and gastroschisis in newborns:
over 16 years of experience from a single clinic. Journal of neonatal
surgery, 6(2).
33
Muhammad Ikhsan
NIM. 160100118
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
HASIL OUTPUT DATA