Anda di halaman 1dari 52

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BEDAH ANAK

DENGAN OMFALOKEL DI RSUP HAM MEDAN PADA


TAHUN 2016 – 2018

SKRIPSI

Oleh:
MUHAMMAD IKHSAN
160100118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BEDAH ANAK
DENGAN OMFALOKEL DI RSUP HAM MEDAN PADA
TAHUN 2016 – 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran

Oleh:
MUHAMMAD IKHSAN
160100118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
yang senantiasa menyertai penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sampaikan kepada utusan-
Nya, Nabi Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syafa’at Beliau di
hari akhir nanti. Aamiin Aamiin yaa Rabbal’Alamiin.
Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“Gambaran Karakteristik Pasien Bedah Anak dengan Omfalokel di RSUP HAM
Medan pada Tahun 2016-2018” yang merupakan salah satu syarat kelulusan
pendidikan sarjana kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian penelitian ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik moriil maupun materiil
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaannya kepada:
1. Kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, (Alm) Zulfikar dan
ibunda Hj. Rosmadah, S.Pd. M.M. yang telah banyak memberikan
dorongan moriil, doa, materil serta pengorbanannya sehingga bisa
mengantarkan penulis sampai titik ini.
2. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
3. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.
4. dr. Erjan Fikri, M.Ked (Surg.), Sp. B, Sp. BA (K) selaku dosen
pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis,
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis
mulai dari awal penyusunan penelitian hingga terselesaikannya laporan
penelitian ini.
5. dr. T. Ibnu Alferally, M.Ked (PA),Sp.PA(K) dan dr. Lokot Donna Lubis,
Sp. PA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan

ii
yang sangat membangun dan membantu penulis untuk mendapatkan
hasil yang terbaik pada penelitian ini.
6. dr. Aida Fitri, Sp.S. (K) selaku dosen penasihat akademik penulis dan
seluruh staf pengajar FK USU yang telah banyak memberikan
bimbingannya dan pembelajaran kepada penulis selama perkuiahan
hingga terselesainya masa studi penulis..
7. Teman terbaik Soni Sapri, M. Rahman, Putra Halomoan, Rizqy Perdana,
Diqqi Davi, dan Refa Perdana, yang telah membantu dan memberikan
semangat dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Saudara, sahabat serta sejawat, terkhusus angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang senantiasa menemani dan
memberikan motivasi kepada penulis selama proses penelitian.

Demikianlah skripsi ini penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa


penulisan karya tulis ilmiah ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata
cara penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain khususnya dalam perkembangan
ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran.

Medan, 28 November 2019.


Hormat Saya

Muhammad Ikhsan
NIM. 160100118

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Singkatan viii
Daftar Lampiran ix
Abstrak x
Abstrac xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Embriologi Dinding Abdomen 4
2.2.Omfalokel 5
2.2.1. Defenisi 5
2.2.2. Epidemiologi 5
2.2.3. Patogenesis 6
2.2.4. Diagnosis 7
2.2.5. Tatalaksana 7
2.2.5.1.Tatalaksana Perinatal 7
2.2.5.2.Tatalaksana Postnatal 7
2.2.5.3.Tatalaksana Pembedahan 8
2.2.5.4.Tatalaksana Pasca Pembedahan 12
2.2.6. Prognosis 13
2.2.7. Kelainan Bawaan Lain yang berhubungan
dengan Omfalokel 13
2.2.8. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian
Omfalokel 14
2.2.9. Hubungan jenis kelamin serta besar defek
dengan kejadian Omfalokel 15
2.3.Kerangka Teori Penelitian 16
2.4.Kerangka Konsep Penelitian 17

iv
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian 18
3.2.Waktu dan Tempat Penelitian 18
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian 18
3.3.1. Populasi Penelitian 18
3.3.2. Sampel Penelitian 18
3.4.Metode Pengumpulan Data 19
3.5.Defenisi Operasional 19
3.6.Pengolahan dan Analisis Data 20
3.7.Alur Penelitian 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Hasil Penelitian 22
4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 22
4.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel 22
4.1.3. Distribusi Frekuensi 23
4.2.Pembahasan 26
4.2.1. Pravelensi Kejadian Omfalokel 26
4.2.2. Jenis Kelamin 27
4.2.3. Usia Kehamilan 27
4.2.4. Ukuran Defek 27
4.2.5. Kelainan Bawaan Lain 28
4.2.6. Penatalaksanaan 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5. 1. Kesimpulan 30
5. 2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Embriologi Dinding Abdomen......................................... 5


2.2 Gambaran Omfalokel........................................................ 7
2.3 Rangkuman Pembedahan pada Omfalokel....................... 9
2.4 Tahapan Pengerjaan Teknik Silo...................................... 12
2.5 Kerangka Teori................................................................. 15
2.6 Kerangka Konsep............................................................. 16

vi
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
3.1 Definisi Operasional.................................................... 18
3.2 Alur Penelitian……………………………………..... 20
4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin.......… 23
4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan …... 24
4.3 Distribusi frekuensi ukuran defek pada pasien
omfalokel …………………………………………… 24
4.4 Distribusi frekuensi kelainan bawaan pada pasien
omfalokel …………………………………………… 25
4.5 Distribusi frekuensi penatalaksanaan pada pasien
omfalokel …………………………………………… 26

vii
DAFTAR SINGKATAN

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
RSUP HAM : Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
SPSS : Software Statistic Package for Social Science
WHO : World Heatlh Organization

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat hidup


Lampiran 2 Pernyataan Orisinalitas
Lampiran 3 Surat Persetujuan Komisi Etik
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5 Lembar Hasil Output Data

ix
ABSTRAK

Latar Belakang Omfalokel merupakan defek dinding abdomen bagian ventral disertai herniasi
organ dalam abdomen ke dalam sebuah kantung yang dilapisi oleh sebuah membran yang terdiri
dari lapisan peritoneum pada bagian dalam dan lapisan amnion pada bagian luar. Omfalokel juga
lebih dikenal dengan kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen melalui umbilikus yang
terjadi pada usia kehamilan sekitar 12 minggu. Kejadian omfalokel diperkirakan adalah sebesar 4
per 1.000 hingga 7 per 1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan surveilans sentinel bersama 13 rumah sakit terpilih
di 9 provinsi dan melaporkan bahwa angka kejadian omfalokel adalah 12,5% dari seluruh kelainan
bawaan. Tujuan Mengetahui gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-2018. Metode Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengumpulan
data dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haju
Adam Malik Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan program
komputer SPSS. Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil gambaran karakteristik pasien bedah anak
dengan omfalokel di RSUP HAM dengan pravelensi kejadian omfalokel sebanyak 14 kasus. Hasil
penelitian ini didapati yang dominan berjenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (71,4%),
riwayat usia kehamilan yang dominan yaitu aterm sebanyak 10 orang (71,4%), besar defek
kebanyakan defek yang kecil (≤ 4 cm) sebanyak 9 orang (64,3%), kelainan bawaan penyerta lainnya
didapati sebanyak 10 orang (71,4%) dengan beragam kelainan bawaan penyerta, dan jenis
penatalaksaannya sering dilakukan penutupan primer sebanyak 7 (50%). Kesimpulan Hasil
penelitian ini menunjukkan jenis kelamin yang terbanyak dijumpai pada omfalokel adalah
perempuan, usia kehamilan tertinggi dijumpai pada kelompok usia kehamilan aterm, besar ukuran
defek terbanyak yaitu kecil. Mayoritas kelainan bawaan lain yang dijumpai berupa kelainan
kongenital yang beragam dengan penatalaksaan terbanyak yaitu penutupan primer.

Kata kunci: Omfalokel, Defek dinding abdomen, Herniasi organ.

x
ABSTRACT

Background. The omphalocele is a defect of the ventral abdominal wall accompanied by herniation
of the internal abdominal organs into a sac lined with a membrane consisting of a peritoneal layer
on the inside and an amniotic layer on the outside. Omfalocele is also better known as intestinal
failure to return to the abdominal cavity through the umbilicus which occurs at around 12 weeks'
gestation. The incidence of omphalocele is estimated at 4 per 1,000 to 7 per 1,000 live births
throughout the world. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia has conducted sentinel
surveillance with 13 selected hospitals in 9 provinces and reported that the incidence of omphalocele
is 12.5% of all congenital abnormalities. Objective. To determine the characteristics of pediatric
surgical patients with omphalocele at the Haji Adam Malik General Hospital, Medan in 2016-2018.
Methods. This research method uses descriptive research method with cross sectional design. Data
collection methods using secondary data in the form of medical records at the Central Hospital of
Haju Adam Malik Medan, which have met the inclusion and exclusion criteria. The sampling method
uses total sampling technique. Data were then analyzed using the SPSS computer program. Results.
This study shows the results of the description of the characteristics of pediatric surgery patients
with omphalocele in HAM Hospital with 14 cases of omphalocele pravelensi. The results of this
study found that the dominant female sex as many as 10 people (71.4%), the dominant history of
gestational age is at term as many as 10 people (71.4%), the large defects mostly small defects (≤ 4
cm) as many as 9 people (64.3%), other congenital congenital abnormalities were found as many
as 10 people (71.4%) with a variety of accompanying congenital abnormalities, and the type of
management often performed primary closure of 7 (50%). Conclusion. The results of this study
showed that the most sex found in omphalocele was female, the highest gestational age was found
in the term pregnancy group, the largest size of defect was small. The majority of other congenital
abnormalities that are found in the form of a variety of congenital abnormalities with the most
management is primary closure.

Keywords: Omphalocele, Abdominal wall defect, organ herniation.

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan struktural dan fungsional
yang sudah ada sejak seseorang dilahirkan. Keadaan ini menjadi masalah kesehatan
yang signifikan di seluruh dunia, karena dapat menyebabkan kecacatan hingga
kematian. World Heatlh Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat
sebanyak 303 ribu bayi baru lahir yang mati sebelum usia empat minggu setiap
tahunnya di seluruh dunia akibat kelainan kongenital (WHO, 2016).
Omfalokel merupakan salah satu kelainan kongenital dimana terdapat defek
pada dinding abdomen. Penyakit ini pertama kali dideskripsikan pada abad ke-16
oleh Ambrose Pare, walaupun laporan tentang bayi yang lahir dengan defek dinding
abdomen telah dilaporkan sebelumnya oleh Aulus Cornelius Celsus pada abad
pertama. Omfalokel adalah defek besar yang ditutupi oleh membran amniotik yang
membungkus organ-organ abdomen (Klein, 2012).
Kejadian omfalokel diperkirakan adalah sebesar 4 per 1.000 hingga 7 per
1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Sebanyak 50% hingga 70%
kasus penyakit ini terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya seperti
sindrom Beckwith-Wiedermann, serta sekitar 30% kasus memiliki kelainan
kromosom yaitu trisomi 13, 18, dan 21 (Askarpour et al., 2012; Kliegman et al.,
2019).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan surveilans
sentinel bersama 13 rumah sakit terpilih di 9 provinsi dan melaporkan bahwa angka
kejadian omfalokel adalah 12,5% dari seluruh kelainan bawaan. Penelitian Putu dan
Wayan di Bali menyatakan bahwa kejadian omfalokel adalah sebesar 5,8% dari
seluruh kelainan bawaan gastrointestinal di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar pada tahun 2015 (Lestari, 2017; Putu dan Wayan, 2015).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan manfaat
terhadap diagnosis omfalokel, sehingga diagnosis bisa dilakukan sebelum saat

1
2

antenatal. Hal ini dapat memungkinkan deteksi dini kelainan tersebut. Penanganan
utama adalah melalui pembedahan, yang pertama kali berhasil dilakukan oleh Hey
pada tahun 1802 (Klein, 2012; Islam, 2014).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berminat untuk
melakukan penelitian tentang gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan
omfalokel di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) tahun
2016-2018.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan hasil uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian ini, yaitu:
“Bagaimana gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
HAM Medan pada tahun 2016-2018?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1.3.1. TUJUAN UMUM
Mengetahui gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel di
RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mengetahui jumlah pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
HAM Medan pada tahun 2016-2018.
2. Mengetahui distribusi frekuensi pasien bedah anak dengan omfalokel di
RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 berdasarkan jenis kelamin.
3. Mengetahui distribusi frekuensi pasien bedah anak dengan omfalokel di
RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 berdasarkan riwayat usia
kehamilan.
4. Mengetahui distribusi frekuensi pasien bedah anak dengan omfalokel di
RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 berdasarkan besar defek.
3

5. Mengetahui distribusi frekuensi pasien bedah anak dengan omfalokel di


RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 berdasarkan kelainan
bawaan lain yang menyertai.
6. Mengetahui distribusi frekuensi pasien bedah anak dengan omfalokel di
RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 berdasarkan
penatalaksanaan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


1. Bidang pelayanan kesehatan:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pelayan
kesehatan, khususnya gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan
omfalokel, sebagai ulasan dari keadaaan yang terjadi secara konkret
dalam masyarakat.
2. Bidang kesehatan masyarakat:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan
omfalokel, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat
mengenai penyakit tersebut.
3. Bidang keilmuan:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk
penelitian lebih lanjut, khususnya dalam pembahasan mengenai
gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EMBRIOLOGI DINDING ABDOMEN


Pada usia kehamilan tiga minggu, embrio membentuk empat lipatan
embrionik yang terpisah, yaitu lipatan sefalik, kaudal, lateral kanan, dan lateral kiri,
yang mana masing-masing lipatan ini memiliki lapisan somatik dan splanknik. Dua
lipatan lateral berkembang menuju bagian tengah anterior kemudian membentuk
kanal pleuroperitoneum. Lipatan sefalik akan turun dan berkembang membentuk
jantung yang terletak pada bagian anterior thoraks. Lipatan ini juga membentuk
septum transversum yang terbentuk hingga ke bagian posterior dan akhirnya
memisahkan kanal pleuroperitoneum menjadi rongga pleura dan rongga
peritoneum. Lipatan kaudal berkembang membentuk kandung kemih atau allantois.
Selama proses ini, tabung usus sudah terbentuk sepanjang embrio yang
berhubungan dengan umbilikus pada yolk sac. Pada akhirnya yolk sac akan
menghilang, namun kadang-kadang menyisakan duktus vitellinus pada ileum distal.
Pada usia kehamilan lima minggu, tabung usus ini memanjang dan berkembang
dalam umbilical coelom, yaitu sebuah rongga pada tubuh yang berada pada
permukaan anterior embrio. Pada usia kehamilan sekitar sepuluh minggu, usus
kembali masuk ke dalam rongga peritoneum, kemudian mengalami fiksasi dan
rotasi (Hackam, 2016; Klein, 2012).

4
4
6

Gambar 2.1. Embriologi Dinding Abdomen (Klein, 2012)

2.2. OMFALOKEL
2.2.1. Definisi
Omfalokel adalah defek dinding abdomen bagian ventral disertai herniasi
organ dalam abdomen ke dalam sebuah kantung yang dilapisi oleh sebuah membran
yang terdiri dari lapisan peritoneum pada bagian dalam dan lapisan amnion pada
bagian luar. Omfalokel adalah kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen
melalui umbilikus yang terjadi pada usia kehamilan sekitar 12 minggu (Mack,
2016; Jwa, 2014).

2.2.2. Epidemiologi
Kejadian omfalokel diperkirakan adalah sebesar 4 per 1.000 hingga 7 per
1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya di seluruh dunia. Sebanyak 50% hingga 70%
kasus penyakit ini terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya seperti
sindrom Beckwith-Wiedermann, serta sekitar 30% kasus memiliki kelainan
kromosom yaitu trisomi 13, 18, dan 21. Sekitar 45% pasien omfalokel dilaporkan
7

mengalami gangguan jantung seperti defek septum ventrikel, defek septum atrium,
ectopia cordis, atresia trikuspid, koartasio aorta, dan hipertensi pulmonal persisten.
Pasien-pasien dengan omfalokel juga biasanya memiliki berat badan saat lahir yang
besar (makrosomia atau berat badan lahir > 4 kg). (Askarpour et al., 2012; Klein,
2012; Kliegman et al., 2019).

2.2.3. Patogenesis
Omfalokel terjadi akibat kegagalan lipatan embrionik mencapai tujuannya.
Kebanyakan omfalokel terjadi karena defek pada lipatan lateral dan selalu terjadi
pada umbilikus. Insersio dari otot rektus abdominis terletak jauh dari batas kosta
dan karena hal tersebut tidak dapat dilakukan perbaikan secara bersamaan. Apapun
penyebabnya, kelainan ini terjadi pada awal embriogenesis dan dengan demikian
akan mempengaruhi perkembangan organ-organ lainnya. Oleh karena itulah,
kebanyakan pasien dengan omfalokel sering berkaitan dengan kelainan bawaan
lainnya. Defek pada lipatan sefalik menyebabkan terjadinya ectopia cordis atau
pentalogy of Cantrell. Defek pada lipatan kaudal menyebabkan terjadinya bladder
and cloacal exstrophy (Klein, 2012).

Gambar 2.2. Gambaran Omfalokel (Hackam, 2016)


8

2.2.4. Diagnosis
Diagnosis prenatal biasanya dilakukan pada akhir trimester pertama atau
pertengahan trimester kedua kehamilan dengan menggunakan ultrasound
screening, dimana omfalokel dapat dibedakan dengan gastroschisis dengan
ditemukan adanya kantung dan dapat dibedakan dengan hernia umbilikalis yaitu
dengan adanya defek pada hati. Diagnosis juga dapat ditegakkan melalui hasil
pemeriksaan yang positif sebanyak tiga kali dengan peningkatan maternal α
fetoprotein. (Islam,2012; Klein,2012).
Selain itu, skrining prenatal pada bayi-bayi dengan omfalokel juga
memerlukan evaluasi secara mendalam yaitu pada sistem kardiovaskular (14-47%)
dan sistem saraf pusat (3-33%), yang mana apabila ditemukan defek berat pada
bayi-bayi tersebut, diperlukan diskusi yang serius mengenai terminasi kehamilan.
Bayi dengan omfalokel memiliki risiko tinggi untuk mengalami pertumbuhan janin
terhambat (15-35%), kelahiran prematur (5-60%), dan kematian janin (biasanya
akibat defek berat) (Islam, 2012; Klein, 2012; Ledbetter, 2012; Kumar, 2008).

2.2.5. Tatalaksana
2.2.5.1.Tatalaksana Perinatal
Rekomendasi jenis persalinan untuk pasien dengan omfalokel adalah
persalinan pervaginam, kecuali ditemukan adanya indikasi obstretik maupun janin.
Pada kasus dengan defek yang besar atau ruptur dengan herniasi hati yang luas,
maka seksio sesarea mungkin diindikasikan untuk mencegah kerusakan pada hati
(Islam, 2014).

2.2.5.2.Tatalaksana Postnatal
Manajemen awal pada bayi baru lahir dengan omfalokel dimulai dengan
resusitasi neonatus. Prematuritas, hipoplasia pulmonum, atau defek jantung yang
signifikan pada pasien omfalokel memerlukan intubasi dan ventilasi mekanik.
Pengawasan pada kadar gula darah juga merupakan bagian dari resusitasi neonatus
terkhususnya pada bayi-bayi dengan omfalokel karena berhubungan dengan
prematuritas, pertumbuhan janin terhambat dan sindrom Beckwith-Wiedermann.
9

Dekompresi lambung diperlukan untuk mencegah distensi dari traktus


gastrointestinal dan aspirasi isi lambung. Pemasangan jalur intravena juga
diperlukan untuk pemberian cairan dan antibiotik spektrum luas sebagai profilaksis.
Jika diperlukan, arteri dan vena umbilikal dapat dikanulasi selama resusitasi;
walaupun dengan adanya omfalokel hal ini sulit untuk dilakukan (Ledbetter, 2012).
Setelah resusitasi selesai dilakukan, defek dinding abdomen dapat dinilai
dan ditangani. Penilaian dilakukan untuk memastikan membran penutup tetap utuh
dan kemudian diberikan non adherent dressing untuk mencegah trauma pada
kantung. Jika kantung omfalokel robek, perbaikan dapat dilakukan menggunakan
jahitan yang dapat diserap (absorbable sutures), namun ini hanya solusi jangka
pendek. Jika defek tidak dapat diperbaiki, pasien perlu ditangani seperti pasien
gastroschisis untuk sementara dan selanjutnya secara bertahap dilakukan
pengembalian isi hernia ke rongga abdomen dan penutupan dinding abdomen
(Ledbetter, 2012).

2.2.5.3.Tatalaksana Pembedahan
Intervensi pembedahan secara elektif merupakan penanganan utama untuk
pasien omfalokel. Tujuannya adalah untuk mengembalikan herniasi usus ke dalam
rongga abdomen dan membuat dinding abdomen yang solid sehingga diharapkan
dapat meminimalkan terjadinya risiko pada bayi (Ledbetter, 2012; Rattan, 2018).

Gambar 2.3. Rangkuman Pembedahan pada Omfalokel (Mack, 2016)


10

1. Penutupan Primer
Pilihan penanganan pada bayi dengan omfalokel tergantung pada
ukuran defek, usia kehamilan, dan penyakit lain yang terkait. Pada bayi
dengan defek yang kecil, penutupan primer (terdiri dari eksisi atau
inversi kantung, dengan penutupan fasia dan kulit) dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Penanganan harus dilakukan secara hati-hati
terutama saat dilakukan pengeluaran isi kantung yang menutupi hati,
karena bagian tersebut biasanya padat dan lengket dan saat dilakukan
eksisi juga dapat terjadi robekan pada kapsul glison yang dapat
menyebabkan perdarahan. Pada pasien omfalokel dapat ditemukan
adanya distorsi anatomi hati yang signifikan dan dapat ditemukan pula
vena hepatika yang terletak tepat dibawah kantung yang menyebabkan
lebih rentan terjadinya cedera yang tidak disengaja. Oleh karena itu,
kebanyakan ahli bedah anak memilih untuk meninggalkan kantung
tersebut di organ hati. Selain itu, bagian kantung yang berada pada
bagian inferior cenderung lebih tipis sehingga saat dilakukan eksisi
pada daerah tersebut dapat terjadi cedera kandung kemih yang tidak
disengaja. Sama seperti gastroschisis, pengukuran tekanan intra
abdomen juga diperlukan untuk menghindari terjadinya sindroma
kompartemen abdomen. Pada sebuah studi mengenai penanganan
omfalokel, penulisnya melaporkan bahwa terdapat komplikasi akibat
peningkatan tekanan intra abdomen sebanyak 12%, yaitu berupa
kongesti hepar akut yang memerlukan operasi ulang, gagal ginjal yang
memerlukan dialisis, serta infark usus (Christison-Lagay, 2011).
Pada kebanyakan kasus, pasien dengan defek yang besar lebih sering
dijumpai sehingga penutupan primer tidak dapat dilakukan akibat
tingginya tekanan intraabdomen. Berbagai metode telah dilakukan agar
dapat dilakukan penutupan fasia pada kasus ini. Metode yang berhasil
dilakukan adalah dengan menggunakan flap yang dapat memobilisasi
otot, fasia dan kulit dinding abdomen sehingga dapat dilakukan
penutupan fasia. Pendekatan terbaru adalah dengan penggunaan alat
11

pelebar jaringan (tissue expander) di dalam rongga abdomen untuk


mengurangi disproporsi abdominovisceral. Dilakukan penambahan
volume secara terus menerus hingga penutupan primer dapat dilakukan.
Beberapa ahli bedah lebih memilih untuk meletakkan patch pada
dinding abdomen dan menutup kulit yang berada diatas patch tersebut,
namun masih sering ditemukan adanya infeksi pada bahan patch yang
tidak dapat diserap (nonabsorbable patch materials) seperti Marlex,
Gortex dan Prolene. Metode lain yang juga dapat digunakan dalam
penanganan omfalokel dengan defek besar adalah pemberian antibiotik
seperti silver sulfadiazine atau pemberian povidone-iodine dapat
merangsang pembentukan eschar dan epitelisasi dari pinggir defek
(Christison-Lagay, 2011; Islam, 2014).
2. Penutupan Bertahap
Pada bayi-bayi yang tidak dapat mentoleransi penutupan primer atau
tidak dapat menjalani penutupan primer, masih ada pilihan penanganan
lain yang dapat dilakukan. Kebanyakan defek dapat ditutup selama
minggu pertama kehidupan dengan menggunakan teknik silo yang
dimodifikasi. Teknik ini terdiri dari eksisi kantung dan pembentukan
flap yang minimal. Kemudian dilakukan penjahitan silo ke pinggir fasia
dan bagian atas usus. Secara bertahap dilakukan pengurangan ukuran
silo dengan menggunakan kompresi harian yaitu memasukkan usus ke
dalam rongga abdomen hingga masuk seluruhnya. Proses tersebut dapat
dilakukan selama 7 hingga 10 hari di NICU (Neonatal Intensive Care
Unit) tanpa anestesi umum dan dengan keadaan bayi yang dimonitor
secara ketat. Penutupan akhir fasia dan kulit dilakukan di ruang operasi
(Islam, 2014).
12

Gambar 2.4. Tahapan Pengerjaan Teknik Silo (Islam, 2014)


13

2.2.5.4.Tatalaksana Pasca Pembedahan


Bila penutupan primer telah selesai dilakukan, kebanyakan pasien
memerlukan ventilasi mekanik selama beberapa hari pasca pembedahan. Selama
waktu tersebut, edema pada dinding abdomen dan dinding usus akan mengalami
perbaikan dan tekanan intraabdomen juga akan menurun. Pada penutupan primer
dan penutupan bertahap, perlu diwaspadai munculnya sindroma kompartemen
abdomen dalam 24-48 jam pertama pasca pembedahan. Selang nasogastrik
diperlukan untuk dekompresi lambung. Pemberian makan dapat dimulai ketika
cairan yang keluar dari selang nasogastrik tidak berwarna kehijauan, volumenya
minimal, dan sudah peristaltik sudah muncul. Metode penutupan yang digunakan
(penutupan primer ataupun penutupan bertahap) dilaporkan tidak mempengaruhi
lamanya pasien dirawat. Waktu pemberian makanan secara enteral mungkin lebih
cepat pada pasien yang menjalani penutupan primer, namun temuan ini mungkin
bias akibat ukuran defek dan komorbiditas (Christison-Lagay, 2011; Islam, 2014).

2.2.6. Prognosis
Tingkat kelangsungan hidup (survival rates) pada pasien omfalokel berkisar
antara 70% hingga 95%, dengan kebanyakan mortalitas berhubungan dengan
gangguan jantung dan kelainan kromosom. Pada penelitian di Los Angeles,
dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan mortalitas pada pasien omfalokel
berdasarkan berat lahir, ukuran defek, dan jenis penutupan awal. Komplikasi jangka
panjang muncul pada pasien-pasien dengan defek besar berupa refluks
gastroesofagus, insufisiensi pulmonal, infeksi paru berulang atau asma, kesulitan
makan dan gagal tumbuh. Komplikasi ini muncul pada sekitar 60% pasien dengan
omfalokel yang besar (Christison-Lagay, 2011; Klein, 2012).

2.2.7. Kelainan Bawaan Lain yang berhubungan dengan Omfalokel


Sebanyak 50% bayi yang lahir dengan omfalokel juga memiliki anomaly
kongenital lainnya. Kelainan kromosom, yaitu trisomi 13, 15, 18, dan 21 juga
berhubungan dengan kejadian omfalokel. Kelainan kromosom bisa didapatkan pada
14

sekitar 20% pasien, termasuk adanya hubungan dengan sindrom down juga telah
dilaporkan. Sindroma yang sering muncul dengan omfalokel antara lain
ekstrovicloaca, Beckwith-Wiedermann (makroglosia, makrosomia, hipoglikemia,
dan viseromegali serta omfalokel), dan pentalogi cantrell (malformasi dinding
toraks bawah, ectopia cordis, omfalokel epigastric, hernia diaphragmatic, dan
kelainan jantung). Kelainan kromosom lebih umum dijumpai pada anak dengan
defek lebih kecil. Sekitar 45% pasien omfalokel dilaporkan mengalami gangguan
jantung seperti defek septum ventrikel, defek septum atrium, ectopia cordis, atresia
trikuspid, koartasio aorta, dan hipertensi pulmonal persisten (Chung, 2017; Klein,
2012; Brunicardi et al., 2019).
Stoll dkk dalam penelitiannya pada tahun 2001, melaporkan bahwa kelainan
bawaan non sindromik yang terjadi pada pasien omfalokel paling banyak adalah
kelainan muskuloskeletal (16,5%) dengan jenis penyakit terbanyak clubfoot dan
anomali vertebra, kelainan genitourinaria (14,9%) dengan jenis penyakit terbanyak
hidronefrosis, kelainan jantung bawaan (13,4%) dengan jenis penyakit terbanyak
defek septum ventrikel, serta kelainan gastrointestinal (13,4%) dengan jenis
penyakit terbanyak atresia intestinum. Peneliti yang sama juga melakukan studi
pada tahun 2008 dan memberikan laporan dengan hasil yang mirip dengan
penelitian pada tahun 2001. Penelitian yang terakhir melaporkan persentase
terbanyak adalah kelainan muskuloskeletal (23,5%), kelainan genitourinaria
(17,4%), kelainan jantung bawaan (15,1%), dan sistem pencernaan (10,6%). (Stoll
et al., 2001, Stoll et al., 2008).

2.2.8. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian omfalokel


Omfalokel dilaporkan sangat berhubungan dengan prematuritas (10% - 15%
keseluruhan kasus omfalokel terjadi pada bayi preterm). Penelitian oleh Watanabe
et al pada tahun 2017, mendapatkan bahwa lebih banyak pasien omfalokel dengan
riwayat kelahiran prematur. (Brunicardi, 2019; Watanabe et al., 2017)
15

Pada penelitian Deng et al pada tahun 2014, terhadap 827 kasus omfalokel
juga berhubungan dengan mortalitas pasien omfalokel. Penelitian tersebut
mendapatkan bahwa pasien dengan riwayat kehamilan 28 – 36 minggu memiliki
angka mortalitas 2,42 kali lebih besar daripada 37 – 42 minggu. (Deng et al., 2014).
Neonatus dengan omfalokel seringkali datang ke rumah sakit dalam kondisi
yang lemah dan dengan klinis sepsis oleh karena keterlambatan penegakan diagnosa
sejak awal, sehingga diperlukan penatalaksanaan yang intensif dan lintas.
(Manurung et al., 2015).
16

2.2.9. Hubungan jenis kelamin serta besar defek dengan kejadian omfalokel
Data mengenai kejadian omfalokel berdasarkan jenis kelamin beragam.
Watanabe et al melaporkan bahwa perbandingan antara pasien omfalokel
perempuan dan laki-laki adalah 3:1. (Watanabe et al., 2017).
Penelitian yang lain oleh Kumar et al melaporkan bahwa pasien laki-laki
lebih banyak daripada perempuan, serta mendapati bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan ukuran defek, yaitu pasien laki-laki lebih
cenderung memiliki ukuran defek kecil. (Kumar et al., 2008).
17

2.3. KERANGKA TEORI PENELITIAN


Berdasarkan judul penelitian diatas maka kerangka teori dalam penelitian
ini adalah:

Defek pada lateral


embryogenic fold

- Sindrom beck- wiedermann


OMFALOKEL - Kelainan kromosom trisorni
13, 18 dan 21
- Lesi tunggal

Diagnosis:
Prenatal: - ultraspund screening
- maternal & fetoprotein
Postnatal: diagnosis klinis

Tatalaksana

Perinatal: Operatif/definitif:
Post-natal: - Primer
- Persalinan spontan
- Resusitasi - Bertahap
pervaginam
- Non-adherent
Gambar dressing (sacTeori
2.5. Kerangka
- Defek besar atau
utuh)
herniasi hepar →SC
- Jahitan absorbable (sac robek,
sebagai tatalaksana sementara)

Prognosis
18

2.4. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Berdasarkan judul penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:

Prevalensi Omfalokel
Jenis Kelamin
Gambaran Karakteristik Pasien
Usia Kehamilan
Bedah Anak dengan Omfalokel di
Besar Defek
RSUP HAM Medan pada Tahun
Kelainan Bawaan Penyerta
Gambar 2.6. Kerangka Konsep
2016-2018
Penatalaksanaan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi potong lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran karakteristik pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
HAM Medan pada tahun 2016-2018.

3.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni sampai
September 2019. Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan. Tempat
penelitian tersebut dipilih sebab RSUP HAM Medan adalah pusat pelayanan
kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dari berbagai daerah, khususnya Provinsi
Sumatera Utara.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh rekam medis pasien bedah anak dengan
omfalokel di RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018.

3.3.2. Sampel Penelitian


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara total
sampling, yaitu seluruh populasi merupakan sampel.
Kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria inklusi
Seluruh rekam medis pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
HAM Medan pada tahun 2016-2018 yang lengkap dan dapat
memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

19
18
20

2. Kriteria eksklusi
Rekam medis pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP HAM
Medan pada tahun 2016-2018 yang lembarannya rusak.

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA


Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang berasal dari rekam medis pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
HAM Medan pada tahun 2016-2018.

3.5. DEFINISI OPERASIONAL


N Variabel Definisi Alat Hasil Skala
o Operasional Ukur Pengukuran
1. Anak dengan Seseorang yang Rekam Hasil Rasio
Omfalokel belum berusia medis pengukuran
delapan belas dinyatakan
tahun yang dalam distribusi
mengalami defek frekuensi
dinding abdomen
bagian ventral
disertai herniasi
organ dalam
abdomen ke
dalam sebuah
kantung yang
dilapisi oleh
sebuah membran.
2. Jenis Sifat rohani dan Rekam 1. Laki-Laki Nominal
Kelamin jasmani yang medis 2. Perempuan
membedakan diri
seseorang.
21

3. Usia Panjang waktu Rekam 1. Preterm Nominal


Kehamilan kehamilan yang medis (< 37 minggu)
dihitung setelah 2. Aterm
hari pertama (37 - 41
periode minggu)
menstruasi 3. Posterm
terakhir (HPHT). (> 41 minggu)
4. Besar Defek Besar defek yang Rekam 1. Kecil Nominal
diukur setelah medis ( ≤ 4 cm )
bayi lahir. 2. Besar
( > 4 cm )
5. Kelainan Kondisi medis Rekam 1. Kelainan Nominal
Bawaan yang diturunkan medis jantung
pada saat atau 2. Kelainan
sebelum kromosom
kehamilan. 3. Kelainan
lainnya
6. Penatalaksan Jenis Rekam 1. Penutupan Nominal
aan penatalaksanaan medis primer
yang telah 2. Penutupan
dilakukan pada bertahap
pasien

3.6. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis pasien bedah anak yang
menderita omfalokel di RSUP HAM Medan pada tahun 2016-2018 akan diolah
dengan sistem komputerisasi yaitu menggunakan software Statistic Package for
Social Science (SPSS). Analisis data dilakukan secara deskriptif, dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase dari masing-masing jenis
data yang diambil.
22

3.7. ALUR PENELITIAN

Persetujuan oleh dosen


pembimbing dan penentuan
judul

Survey awal penelitian

Penyusunan proposal
penelitian

Sidang proposal penelitian

Pengambilan data penelitian

Pengolahan dan analisis data


penelitian

Penyusunan laporan hasil


penelitian dan analisis

Sidang hasil penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENELITIAN
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai
dengan bulan November 2019 dengan mengambil data sekunder berupa rekam
medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Data kemudian
dikumpulkan, diolah, dianalisis, sehingga didapatkan hasil penelitian seperti yang
dipaparkan di bawah ini.
4.1.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik yang berada di Jl. Bunga Lau No.17, Kemenangan Tani, Kec. Medan
Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara 20136. RSUP HAM berdiri pada 21
Juli 1993. RSUP HAM merupakan Rumah Sakit Tipe A di Sumatera Utara
berdasarkan Keputusan Menkes RI No. HK.02.03/I/0913/2015 tanggal 27
Maret 2015 Tentang Izin Operasional RSUP H. Adam Malik Medan sebagai
Rumah Sakit Umum Kelas A.
RSUP HAM memberikan pelayanan medis serta penyediaan fasilitas
dan sarana kesehatan. Fasilitas tersebut berupa, Laboratorium, Radiologi,
Transfusi Darah, Kamar Operasi, Rehabilitasi Medik, Farmasi, Radioterapi,
CT Scan, Instalasi PKMRS, Gizi, Breast Klinik, Program Terapi Runutan
Metadone, dan Pusat Pelayanan Khusus.
Penelitian ini di lakukan di Sub-Bagian Rekam Medik Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik khususnya bagian data rekam medis Pasien
Bedah Anak.

4.1.2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SAMPEL


Sampel pada penelitian ini adalah bayi baru lahir yang mengalami
kelainan bawaan lahir yaitu omfalokel di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik dan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel yang
dipilih berjumlah 14 bayi baru lahir dengan menggunakan metode Total
Sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi. Semua data merupakan data

22
23
24

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik. Karakteristik sampel pada penelitian ini
dideskripsikan berdasarkan distribusi frekuensi anak dengan omfalokel, jenis
kelamin, usia kehamilan, besar defek, kelainan bawaan lainnya, dan
penatalaksanaannya. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis
sehingga didapatkan hasil penelitian seperti yang dipaparkan dibawah ini.

4.1.3. DISTRIBUSI FREKUENSI

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 4 28,6

Perempuan 10 71,4

Total 14 100,0

Menurut tabel 4.1 di atas, didapatkan data bahwa pasien bedah anak dengan
omfalokel yang laki-laki adalah sebanyak 4 orang (28,6%) dan perempuan adalah
sebanyak 10 orang (71,4%) . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Watanabe (2017) yang dimana perbandingan antara pasien omfalokel perempuan
dan laki-laki adalah 3:1. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kumar (2008).
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan
Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%)
Preterm 4 28,6
Aterm 10 71,4
Posterm 0 0
Total 14 100,0

Menurut tabel 4.2 di atas, didapatkan data bahwa usia ibu dari pasien bedah anak
dengan omfalokel yang preterm (<37 minggu) sebanyak 4 orang (28,6%), aterm
(37-41 minggu) sebanyak 10 orang (71,4%), dan usia kehamilan posterm (>41
25

minggu) tidak ada (0%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Brunicardi (2019)
dan juga penelitian Watanabe (2018) yang dimana mereka menyebutkan angka
kejadian omfalokel sangat berhubungan dengan prematuritas. Hanya sebagian kecil
ibu dengan usia kehamilan aterm yaitu 4 orang (28,6%) pada penelitian ini dan
sebagian besarnya memiliki usia kehamilan normal / aterm yaitu sebanyak 10 orang
(71,4%).
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi ukuran defek pada pasien omfalokel
Ukuran Defek Frekuensi Persentase (%)
Kecil ( <= 4 cm ) 9 64,3
Besar ( > 4 cm ) 5 35,7
Total 14 100,0

Menurut tabel 4.3 di atas, didapatkan data bahwa ukuran defek pasien bedah anak
dengan omfalokel yang kurang dari 4 cm sebanyak 9 orang (64%) dan yang lebih
besar dari 4 cm sebanyak 5 orang (35%).
26

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi kelainan bawaan pada pasien omfalokel


Kelainan Bawaan Frekuensi Persentase (%)

Kelainan Jantung 2 14

Kelainan Kromosom 0 0

Kelainan Lainnya 9 64

Tidak Ada Kelainan


3 22
Bawaan Penyerta
Total 14 100,0

Menurut tabel 4.4 di atas, didapatkan data bahwa penyakit bawaan lain pada pasien
bedah anak dengan omfalokel yang memiliki kelainan jantung sebanyak 2 orang
(14%), kelainan kromosom sebanyak 0 orang (0%), kelainan lainnya sebanyak 9
orang (64%), dan terdapat pasien omfalokel yang tidak memiliki kelainan bawaan
penyerta sebanyak 3 orang (22%). Penelitian ini terdapat tambahan kelainan
bawaan lain yang tidak sejalan dengan penelitian Stoll (2008) dimana tidak ada
disebut adanya kelainan bawaan lain dalam kasus pasien dengan omfalokel.
27

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi penatalaksanaan pada pasien omfalokel


Penatalaksanaan Frekuensi Persentase (%)
Penutupan Primer 7 50,0
Penutupan Bertahap 3 21,4
Tidak dilakukan
4 28,6
penutupan
Total 14 100,0

Menurut tabel 4.5 di atas, didapatkan data bahwa penatalaksanaan yang dilakukan
pada pasien bedah anak dengan omfalokel yang menggunakan penutupan primer
sebanyak 7 orang (50%), penutupan bertahap sebanyak 3 orang (21,4%), dan tidak
dilakukan penatalaksanaan sebanyak 4 orang (28,6%). Hal ini sesuai dengan
penelitian Christison-Lagay (2011), dimana pemilihan jenis penutupan berdasarkan
ukuran besar defek setiap pasien.

4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pravelensi Kejadian Omfalokel

Pada penelitian ini didapati jumlah sampel pasien bedah anak dengan
omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2016 – 2018 adalah
sebanyak 14 pasien. Pada tahun 2016 didapati 6 pasien, tahun 2017 didapati 5
pasien, dan pada tahun 2018 ditemukan hanya 3 pasien. Angka kejadian
omfalokel di Indonesia sesuai penelitian Depkes (2016) terdapat 12,5%
perkiraan kejadian omfalokel dibandingkan kelainan bawaan lain. Sedangkan
penelitian Putu-Wayan (2015) di RSUP Sanglah Denpasar menyebutkan angka
kejadian omfalokel hanya sebanyak 4 pasien (5,8%) dari kelainan bawaan lain.
28

4.2.2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapati pasien bedah anak dengan omfalokel di


RSUP Haji Adam Malik Medan yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada laki-laki yaitu jumlah pasien perempuan sebanyak 10 orang
(71,4%). Menurut penelitian yang dilakukan Watanabe (2017) perbandingan
kejadian omfalokel perempuan dan laki-laki adalah 3:1.

4.2.3. Usia Kehamilan

Pada penelitian ini usia kehamilan ibu dapat dibagikan menjadi 3 yaitu
preterm (<37 minggu), aterm (37-41 minggu), dan posterm (>41 minggu).
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah usia kehamilan ibu dari pasien bedah
anak dengan omfalokel yang terbanyak yaitu usia kehamilan aterm sebanyak
10 orang (71,4%). Menurut penelitian yang dilakukan Deng (2014) bahwa
angka mortalitas omfalokel dengan usia kehamilan preterm lebih besar 2,4 kali
dari usia kehamilan aterm dan juga penelitian Brunicardi (2019) menegaskan
10-15% kejadian omfalokel terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran
preterm.

4.2.4. Ukuran Defek

Pada penelitian ini didapati pasien dengan ukuran defek kecil (kurang
dari 4 cm) lebih banyak yaitu sebanyak 9 orang (64%). Menurut penelitian
Kumar (2008) pasien laki-laki lebih cenderung memiliki ukuran defek kecil.
Pada dasarnya besar defek anak dengan omfalokel itu relatif tergantung
bawaannya sendiri, namun ada beberapa kasus omfalokel datang dengan defek
yang besar dikarenakan terlambatnya pemberian penanganan atau telah sepsis
(infeksi).
29

4.2.5. Kelainan Bawaan

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa penyakit bawaan pada pasien
bedah anak dengan omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan yang
terbanyak yaitu kelainan bawaan lainnya sebanyak 9 orang (64%). Adapun
tidak dijumpainya kelainan kromosom dikarenakan tidak ada pemeriksaan
khusus untuk kelainan kromosom, sehingga tidak ada data untuk pasien
omfalokel yang memiliki kelainan kromosom.
Terdapat tambahan kelainan bawaan lain pada penelitian ini yang tidak
terdapat pada penelitian Stoll (2008) serta penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Klein (2012) yang menyebutkan ada kelainan kromosom pada kasus
omfalokel. Serta didapati kelainan paru dikarenakan kontraksi akibat herniasi
organ pada penderita omfalokel.
Pada kelainan bawaan lainnya didapati beberapa kelainan penyerta
pada pasien omfalokel, diantaranya respiratory distress syndrome, pneumonia
neunatorum, hyaline membrane disease, dan transient tachypnea of the
newborn. Dalam penelitian ini juga terdapat kebanyakan pasien datang dengan
sepsis (infeksi) yang memperparah keadaan omfalokel tersebut dan hingga
menyebabkan mortalitas. Adapun alasan mengapa tidak dilakukan
penatalaksanaan karena pasien telah meninggal, sehingga tidak diperlukannya
penutupan.
4.2.6. Penatalaksanaan
Pada penelitian ini penatalaksanaan pasien bedah anak dengan
omfalokel terbanyak dilakukan yaitu penutupan primer 7 orang (50%). Namun
ada pasien yang tidak dilakukan penatalaksanaan sebanyak 4 orang (28,6%)
dikarenakan pasien datang dengan keadaan telah meninggal. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Christison-Lagay (2011) menyebutkan
pemilihan jenis penutupan berdasarkan ukuran besar defek setiap pasien.
Namun Islam (2014) menyebutkan metode penutupan apapun yang digunakan
(baik primer dan bertahap) tidak mempengaruhi lamanya pasien dirawat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilaksanakan


pada penelitian ini, maka dapat ditulis kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah pasien bedah anak dengan omfalokel di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-2018 adalah 14 orang.
2. Sebaran jenis kelamin pasien bedah anak dengan omfalokel di RSUP
Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-2018 dijumpai proporsi
perempuan paling banyak (71,4%).
3. Riwayat usia kehamilan ibu dengan anak omfalokel di RSUP Haji Adam
Malik Medan pada tahun 2016-2018 terbanyak yaitu usia kehamilan
yang aterm (71,4%).
4. Ukuran defek pasien omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan pada
tahun 2016-2018 terbanyak adalah yang ukuran defeknya tergolong
kecil (64%).
5. Kelainan bawaan penyerta terbanyak pada gambaran kasus omfalokel di
RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-2018 terbanyak yaitu
kelainan bawaan lain (64%).
6. Sebaran jenis penatalaksanaan terbanyak pada pasien bedah anak
dengan omfalokel di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2016-
2018 adalah jenis penutupan primer (50%).

30
31

5. 2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dikemukakan


beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi ibu hamil dapat disarankan untuk merencanakan kehamilan dan
melakukan pemeriksaan rutin saat hamil sebagai upaya awal
mengetahui adanya penyakit bawaan yang terdapat pada janin serta
dapat ditentukan jenis persalinan dan penatalaksanaanya.
2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan lebih banyak memberikan informasi
mengenai omfalokel dan melakukan pelayanan sebaik-baiknya
termasuk melakukan pemeriksaan kromosom.
3. Bagi institusi pendidikan khususnya mahasiwa fakultas kedokteran
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan data dasar untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang mengenai bidang ini diharapkan dapat
terus dikembangkan agar pengetahuan tentang omfalokel dapat terus
bertambah dan relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Askarpour, S., Ostadian, et al. 2012. Omphalocele, gastroschisis: epidemiology,


survival, and mortality in Imam Khomeini hospital, Ahvaz-Iran. Polish
Journal of Surgery, 84(2), 82-85.
Brunicardi, F. C., editor. Schwartz’s Principals of Surgery. 11th Ed. Mc Graw Hill.
2019. P. 1741.
Christison-Lagay, E. R., Kelleher, C. M., et al. 2011. Neonatal abdominal wall
defects. In Seminars in Fetal and Neonatal Medicine (Vol. 16, No. 3, pp. 164-
172). WB Saunders.
Chung, D. H. Pediatric Surgery. In : Townsend, C. M., Beauchamp, C. M., Mattox,
K. L., editors. Sabiston Texbook of Surgery. 20th Ed. Elsevier. 2017. P. 1883.
Deng, K., Qiu, J., et al. 2014. Perinatal mortality in pregnancies with omphalocele:
data from the Chinese national birth defects monitoring network, 1996–
2006. BMC pediatrics, 14(1), p.160.
Hackam, D. J., Tracy G, et al. Pediatric Surgery. In: Charles, F. 2016. Schwartz’s
Principles of Surgery Absite and Board Review. p.1631-2.
Islam, S. 2012. Advances in surgery for abdominal wall defects: gastroschisis and
omphalocele. Clinics in perinatology, 39(2), 375-386.
Islam, S. Abdominal Wall Defects: Omphalocele and Gastroschisis. In: Ziegler, M.
M., Azizkhan, R. G., Allmen, D. V., Weber, T. R. 2014. Operative Pediatric
Surgery. 2nd Ed. New York: Mc Graw Hill. p. 471-82.
Jwa, E., Kim, S. C., et al. 2014. The Prognosis of Gastroschisis and
Omphalocele. Journal of the Korean Association of Pediatric
Surgeons, 20(2), 38-42.
Klein, M.D. Congenital Defects of The Abdominal Wall. In : Coran, A.G., Adzick
N.S., Krummel, T.M., Laberge, J.M., Shamberger, R.C., Caldamone, A.,
editors. 2012. Pediatric Surgery. 7th Ed. Philadelphia: Elsevier. p. 973-84.
Kliegman, R.M., Geme, J.W., editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 21 st Ed.
Philadelphia: Elsevier. p. 4176-7.

32
33

Kumar, H.R., Jester, A.L., et al. 2008. Impact of omphalocele size on associated
conditions. Journal of pediatric surgery, 43(12), pp.2216-2219.
Ledbetter, D. J. (2012). Congenital abdominal wall defects and reconstruction in
pediatric surgery: gastroschisis and omphalocele. Surgical Clinics, 92(3),
713-727.
Lestari, C. 2017. Profil Bayi Baru Lahir dengan Kelainan Kongenital yang Dirawat
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2016.
Skripsi: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mack, A. J., & Rogdo, B. 2016. Giant omphalocele: current perspectives. Res Rep
Neonatol, 6, 33-9.
Manurung, V. R., Agustriani, N., & SpB, S. (2015). Faktor-Faktor Prognostik Yang
Mempengaruhi Mortalitas Pada Neonatus Dengan Omfalokel Di Rsup Dr.
Sardjito Yogyakarta: Studi-5 tahun (Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).
Putu, A.I, Wayan, D.A. 2018. Insidens dan Karakteristik Kongenital Traktur
Gastrointestinal pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Tahun 2015. Medicina, 49(3):423-7.
Rattan, K. N., Singh, J., et al. 2018. Omphalocele: 15-years experience from a single
center in developing country. Journal of Clinical Neonatology, 7(3), 125.
Stoll, C., Alembik, Y., et al. 2001, October. Risk factors in congenital abdominal
wall defects (omphalocele and gastroschisi): a study in a series of 265 858
consecutive births. In Annales de genetique (Vol. 44, No. 4, pp. 201-208).
Elsevier Masson.
Stoll, C., Alembik, Y., et al. 2008. Omphalocele and gastroschisis and associated
malformations. American journal of medical genetics Part A, 146(10),
pp.1280-1285.
Watanabe, S., Suzuki, T., et al. 2017. Omphalocele and gastroschisis in newborns:
over 16 years of experience from a single clinic. Journal of neonatal
surgery, 6(2).
33

World Health Organization. 2016. Congenital Anomalies: Fact Sheet. Diunduh


dari:https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/congenital anomalies
[diakses pada tanggal 16 Mei 2019]
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Ikhsan


NIM : 160100118
TTL : Lhokseumawe, 30 Maret 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : (Alm) Zulfikar Z.
Nama Ibu : Hj. Rosmadah, S.Pd, M.M.
Alamat : Jl. Bunga Wijaya Kusuma, Komplek Buhara Regency,
No. B-4, Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang, Kota
Medan, Sumatera Utara.
Riwayat Pendidikan :
1. Taman Kanak Al Muslimun Lhokseumawe (2002 – 2003)
2. Sekolah Dasar Negri 4 Lhokseumawe (2003 -2009)
3. Madrasah Tsanawiyah Negeri Lhokseumawe (2009 – 2012)
4. Madrasah Aliyah Negeri Lhokseumawe (2012-2015)
5. Program Studi Pendidikan Dokter S1 Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara (2016-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Koordinator Keamanan PKKMB FK USU Tahun 2019
2. Koordinator Sie. Billiard PORSENI FK USU Tahun 2018
3. Anggota Sie.Billiard PORSENI FK USU Tahun 2017
4. Steering Committee Sie. Billiard PORSENI FK USU Tahun 2019
5. Anggota Transportasi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU Tahun
2017
LAMPIRAN 2
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
PERNYATAAN
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BEDAH ANAK DENGAN
OMFALOKEL DI RSUP HAM MEDAN PADA TAHUN 2016 – 2018
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 3 Desember 2019


Penulis,

Muhammad Ikhsan
NIM. 160100118
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
HASIL OUTPUT DATA

Scale: ALL VARIABLES

Anda mungkin juga menyukai