Anda di halaman 1dari 96

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING THERAPHY TERHADAP

BABY BLUES SYNDROME PADA IBU POST PARTUM DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT II
KARANGANYAR

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Anggi Merlina Yuspita

S18218

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2022

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya
yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “Pengaruh Expressive Writing Theraphy
Terhadap Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar” sebagai syarat untuk
menyelesaikan Progam Sarjana Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini banyak hambatan serta rintangan
yang penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual. Untuk itu penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Setiyawan, M. Kep selaku Rektor Universitas Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Atiek Murharyati, M. Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Yunita Wulandari, M. Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menyusun
skripsi ini.
4. Nur Rakhmawati, S.Kep.,Ns.,MPH selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
5. Ns. Diyanah Syolihah RP., M.Kep selaku dewan penguji yang telah menguji
sidang proposal skripsi serta memberikan bimbingan dalam penyelesaian
penelitian ini.
6. Seluruh responden yang akan bersedia membantu dan meluangkan waktu
dalam penelitian ini di Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.
7. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi Sarjana Keperawatan Universitas
Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
8. Kepada orang tua tercinta bapak Aminudin dan ibu Upik Kurniasari serta
keluarga yang tak henti - hentinya mendoakan penulis dan selalu
memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.

iv
9. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan Prodi Sarjana Keperawatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta yang tak pernah berhenti memberikan
semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan
dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, 11 Januari 2022

(Anggi Merlina Yuspita)

v
PAGE \* MERGEFORMAT 1

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori............................................................................................9
2.1.1 Post partum.....................................................................................9
1. Definisi post partum.....................................................................9
2. Tahapan masa post partum...........................................................9
3. Masalah post partum.....................................................................10
2.1.2 Baby Blues Syndrome ....................................................................18
1. Definisi baby blues syndrome.......................................................18
2. Faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome.......................19
3. Tanda dan gejala baby blues syndrome........................................22
4. Dampak baby blues syndrome......................................................23
5. Penatalaksanaan baby blues syndrome.........................................24
6. Alat ukur baby blues syndrome....................................................25
2.1.3 Expressive Writing Theraphy .......................................................26
1. Definisi expressive writing theraphy............................................26

vi
2. Tujuan expressive writing theraphy.............................................27
3. Manfaat dalam expressive writing theraphy.................................27
4. Prosedur expressive writing theraphy...........................................28
2.2 Kerangka Teori.........................................................................................30
2.3 Kerangka Konsep.....................................................................................31
2.4 Hipotesis...................................................................................................31
2.5 Keaslian Penelitian...................................................................................32
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian...............................................................33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...............................................................34
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................36
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasioanl, dan Skala Pengukuran..........36
3.5 Alat Penelitian dan Pengumpulan Data....................................................38
3.6 Uji Validitas dan Reabilitas.....................................................................43
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data..............................................45
3.8 Etika Penelitian........................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel
2.5 Keaslian penelitian 32
3.4 Variabel, definisi operasonal, dan skala pengukuran 37
3.5 Kisi kisi kuisioner EPDS 38

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


Gambar
2.2 Kerangka teori 30
2.3 Kerangka konsep 31
3.1 Desain Penelitian 33

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan
Lampiran
1 Usulan Topik Penelitian (F.01)
2 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi (F.02)
3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan (F.04)
4 Surat Ijin Studi Pendahuluan
5 Surat Balasan Studi Pendahuluan
6 Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Skripsi (F.05)
7 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi (F.06)
8 Lembar Penjelasan Penelitian
9 Lembar Permohonan Menjadi Responden
10 Lembar Formulir Persetujuan Responden
11 Lembar Standar Operasional Prosedur Expressive Writing
12 Lembar Observasi
13 Lembar Kuesioner Penelitian EPDS
14 Lembar Konsultasi

x
DAFTAR SINGKATAN

DINKES = Dinas Kesehatan


WHO = World Health Organization
USAID =United Stase Agency For International
Development
ASEAN = Association Of South East Asian Nations
SOP = Standart Operasional Prosedur
HCG = Human Chorionic Gonadotropin
ASI = Air Susu Ibu
SC = Sectio Caesarea
EPDS = Edinburgh Postnatal Depression Scale
PPD = Post Partum Depression
TCAs = Tricycle Antidepresant
SSRIs = Selective Serotonin Re -Uptake Inhibitor
APD = Alat Pelindung Diri
Kemenkes RI = Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wanita dengan Usia > 20-35 tahun merupakan wanita dalam usia

reproduktif, dalam usia tersebut wanita bisa memasuki fase kehamilan,

melahirkan dan menyusui (Badan kependudukan dan keluarga berencana

nasional, 2017). Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari), sehingga organ reproduksi kembali

normal. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post

partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

(Vivian, 2016).

Post partum merupakan masa transisi bagi ibu karena banyak terjadi

perubahan, baik secara biologis, psikologis, demografi dan sosial (Baston &

Hall, 2016). Adaptasi psikologis seorang wanita akan mengalami

penyesuaian terhadap perannya sebagai orang tua (ibu). Sekitar 70-80 % ibu

pasca melahirkan mengalami gangguan mood, menangis, mudah

tersinggung, gelisah, kebingungan, gangguan tidur, perubahan pola makan,

merasa tidak berharga, dan merasa putus asa (Machmudah, 2015). Masalah

yang sering muncul pada ibu post partum diantaranya sebagai berikut

perdarahan pasca persalinan, infeksi (luka jahit pasca episiotomi), cairan

keluar dari vagina, inkontinensia urine, payudara bengkak dan baby blues

1
PAGE \* MERGEFORMAT 1

syndrome (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (DINKES) Kabupaten

Karanganyar Cakupan pelayanan pada ibu post partum tahun 2021 yaitu

12.612 atau 99,4% dari jumlah ibu bersalin, tahun 2020 yaitu 12.954 atau

94,9%, tahun 2019 yaitu 13.019 atau 99,4%. Cakupan tertinggi tahun 2021

terdapat di wilayah Puskesmas Jatipuro, Ngargoyoso, Jaten 1, Gondangrejo,

Kebakkramat II, Mojogedang I, Mojogedang II, dan puskesmas Kerjo dengan

cakupan 100%, sedangkan Cakupan terendah di wilayah Puskesmas

Kebakkramat I.

Data dari World Health Organization (WHO) 2018, mencatat

prevalensi baby blues secara umum dalam populasi dunia 3-8% dengan 50%

kasus terjadi pada usia reproduktif yaitu 20-35 tahun. Prevalensi baby blues

di Negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita pasca

persalinan (Munawaroh, 2018). Angka kejadian baby blues negara Indonesia

menurut United Stase Agency for International Development (USAID) 2016,

terdapat 31 kelahiran per 1000 populasi. Negara Indonesia menduduki

peringkat keempat tertinggi di ASEAN setelah Laos yaitu sebanyak 26

kelahiran per 1000 populasi dan Kamboja yaitu sebanyak 25 kelahiran per

1000 populasi. Negara Indonesia dari beberapa penelitian sudah dilakukan

tentang baby blues, menurut penelitian yang dilakukan oleh Edward (2017)

angka kejadian baby blues di Negara Indonesia mencapai 23%.

Baby blues syndrome merupakan fase ketidakstabilan emosi, ditandai

dengan perilaku menangis, mudah tersinggung, gelisah, kebingungan, dan


PAGE \* MERGEFORMAT 1

gangguan tidur. Wanita yang memiliki gejala tersebut tetapi tidak memenuhi

kriteria untuk depresi perinatal mungkin menderita baby blues syndrome.

Gejala biasanya muncul dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan,

mencapai puncaknya pada 3-5 hari untuk menghilang (Danko et al, 2018).

Dampak negatif dari baby blues syndrome disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor demografi, dan faktor

sosial. Faktor biologis meliputi faktor hormonal, kelelahan fisik, dan

kesehatan ibu post partum. Faktor psikologis meliputi dukungan keluarga,

kondisi anak, kesiapan menghadapi persalinan, dan jenis persalinan. Faktor

demografi meliputi usia dan paritas. Faktor sosial meliputi tingkat

pendidikan, status perkawinan, dan status kehamilan (Restyana, 2014). Ibu

mengalami kesedihan yang mendalam dan merasa tidak berharga, sehingga

merasa terganggu dalam melakukan aktivitas sehari hari, dampak dari depresi

postpartum yaitu ibu dapat mengalami depresi yang berkepanjangan dan

semakin berat hingga berkeinginan untuk melukai bayi atau diri sendiri

(MHI, 2020)

Baby blues syndrome dapat diatasi dengan terapi farmakologi (obat

obatan) seperti fluoxetine, namun pengguna obat sendiri dapat menimbulkan

efek samping yaitu resiko ketergantungan obat, sakit kepala, hilangnya nafsu

makan dan mual atau muntah, adapun terapi non farmakologi (secara alami)

yaitu dengan relaksasi nafas dalam, kompres hangat, guided imagery,

distraksi, terapi musik, terapi seni, aromaterapi, expressive writing theraphy

atau dengan psikoterapi (Budiyarti & Makiah, 2018). Salah satu terapi non-
PAGE \* MERGEFORMAT 1

farmakologi yaitu dengan pemberian expressive writing theraphy yang dapat

mereduksi kecemasan karena saat individu berhasil mengeluarkan

perasaannya kedalam tulisan tangan, sehingga individu tersebut dapat

memulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori,

memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan

tubuh agar terhindar dari psikomatik (Maharani, Noviekayati &

Meiyuntariningsih, 2017).

Pennebaker dan Beal (Park, Ramirez & Beilock, 2014) mendefinisikan

expressive writing theraphy sebagai sebuah teknik yang sederhana yang

dapat mendorong individu untuk menuliskan dengan bebas apapun yang ada

didalam fikiran ataupun perasaan yang terkait dengan stressor penting yang

mereka hadapi. Manfaat yang diperoleh dari terapi ini antara lain

memberikan pemahaman lebih bagi sang penulis, mengasah kreatifitas

penulis, dapat mengenali dan memahami diri sendiri, dapat menurunkan rasa

tegang dengan mengekspresikan perasaan, dan meningkatkan kemampuan

menghadapi masalah serta mengasah kemampuan beradaptasi (Rohmah &

Pratikto, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnoningtyas, dkk (2017) yang

berjudul pengaruh expressive writing theraphy terhadap penurunan tingkat

kecemasan mahasiswa tahun pertama menunjukkan hasil adanya pengaruh

pemberian expressive writing theraphy dapat menurunkan tingkat kecemasan

mahasiswa semester 2 di Universitas X, dilihat dari tingkat kecemasan

pada kelompok eksperimen yang mengalami penurunan secara signifikan,


PAGE \* MERGEFORMAT 1

setelah diberikan perlakuan berupa menulis pengalaman emosional positif

dan negatif. Expressive writing theraphy bersifat holistik yang memberikan

kesada ran mental yang dapat menghasilkan emosi yang baik dalam

penyelesaian konflik, disamping itu dapat memberikan semangat,

memfokuskan perhatian dan meredakan tekanan emosional.

Penelitian dari Yulianti (2017) tentang pengaruh terapi menulis

pengalaman emosional terhadap tingkat depresi lansia di Panti Wredha

Dharma Bhakti Surakarta menunjukkan bahwa ada pengaruh tindakan terapi

menulis pengalaman emosional terhadap penurunan tingkat depresi pada

lansia dengan sebagian besar responden yaitu 14 orang (82.4%), Hasil

penelitian ini dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat

depresi antara lansia sebelum dan sesudah dilakukan tindakan terapi menulis

pengalaman emosional.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan November 2021 yang

dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat II

tepatnya di Wilayah Kabupaten Karanganyar. Dari hasil wawancara

didapatkan 10 pasien yang cenderung mengalami Baby blues syndrome.

Angka tersebut memang tergolong rendah, namun masih perlu dilakukan

pengukuran yang lebih objektif atau dengan menggunakan alat ukur yang

valid.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Pengaruh Expressive Writing Theraphy Terhadap Baby Blues

Syndrome Pada Ibu Post partum Di Wilayah Puskesmas Kebakkramat II


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Karanganyar ”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas merupakan

masalah utama yang muncul pada Baby blues syndrome diantaranya adaptasi

fisiologis dan adaptasi psikologis. Adaptasi fisiologis meliputi involusi

uterus, lochea, endometrium, hematologi, vagina dan perineum, perubahan

payudara, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuloskeletal,

dan sistem endokrin. Adapun adaptasi psikologis meliputi fase taking in, fase

taking hold, dan fase letting go. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Expressive Writing

Theraphy Terhadap Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post partum Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Expressive writing theraphy Terhadap Baby

blues syndrome Pada Ibu Post partum Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian :

1. mengidentifikasi karakteristik responden meliputi: usia, pendidikan,

paritas, pekerjaan.

2. Mengidentifikasi Baby blues syndrome sebelum dilakukan pemberian


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Expressive writing theraphy pada ibu post partum di Wilayah Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.

3. Mengidentifikasi Baby blues syndrome setelah dilakukan Expressive

writing theraphy pada ibu post partum di Wilayah Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.

4. Menganalisis perbedaan Baby blues syndrome sebelum dan setelah

dilakukan expressive writing theraphy pada ibu post partum Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian pemberian Expressive writing theraphy

dapat digunakan sebagai masukan atau cara dalam upaya menangani baby

blues syndrome pada ibu post partum.

1.4.2. Manfaat Bagi Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu keperawatan serta menambah wawasan dan

pengetahuan khususnya dibidang keperawatan maternitas.

1.4.3. Manfaat Bagi Puskesmas II Kebakkramat Karanganyar

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan sebagai dasar pertimbangan SOP (Standar Operasional Prosedur)

dalam menangani baby blues syndrome pada ibu post partum dengan terapi

non farmakologi.
PAGE \* MERGEFORMAT 1

1.4.4. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, referensi

bacaan, pengalaman dan wawasan mengenai terapi non farmakologi

expressive writing theraphy terhadap Baby blues syndrome pada ibu post

partum.

1.4.5. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadikan masukan dan acuan untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya terkait pengaruh expressive writing

theraphy , relaksasi nafas dalam, dengan aromaterapi dan kompres hangat

yang berkaitan dengan baby blues syndrome pada ibu post partum.

1.4.4. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dan mampu

menerapkan expressive writing theraphy sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) kepada ibu post partum.


PAGE \* MERGEFORMAT 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Post partum

1. Definisi Post partum

Secara bahasa puer berarti bayi dan parous berarti melahirkan.

Sedangkan, menurut istilah puerpurium berarti masa pemulihan setelah

melahirkan yang dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti pra hamil (Rini dan Kumala, 2017). Menurut

(Cunningham, 2012) mendefinisikan postpartum atau masa nifas sebagai

periode setelah kelahiran, mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi

involusi uterus. Masa post partum merupakan masa semua organ

reproduksi perempuan setelah melahirkan kembali ke kondisi seperti

sebelum hamil (Lowdermilk, Perry dan Cashion, 2013).

2. Tahapan masa Post partum

Menurut (Mansyur dan Dahlan, 2014) masa post partum dibagi

menjadi 3 tahap yaitu:

a. Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan. Masa ini dimulai setelah

plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada tahap ini ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan.

9
PAGE \* MERGEFORMAT 1

b. Puerperium intermedial

Masa pemulihan seluruh organ-organ genitalia yakni 24 jam post

partum sampai dengan 7 hari.

c. Remote puerperium

Dimulai 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa ini

diperlukan untuk pemulihan tahap akhir sampai ibu kembali sehat

sempurna.

3. Masalah Post Partum

a. Adaptasi Fisiologis Pada Masa Post partum

Pada masa post partum akan terjadi perubahan baik dari segi

fisiologis maupun psikologis pada sistem tubuh wanita. Perubahan

fisiologis yang terjadi sebagai berikut:

1) Involusi Uterus

Involusi merupakan kembalinya uterus pada ukuran, tonus dan

posisi sebelum hamil (Wahyuni, 2018). Involusi merupakan proses

dimana uterus kembali pada kondisi normal sepert sebelum hamil

dengan berat hanya 60 gram (Marmi, 2015).

Selama proses persalinan, akan terjadi kontraksi dan retraksi

dari akibatnya akan terjadi pemendekan secara bertahap dari otot

uterus seiring dengan kemajuan persalinan (Cunningham, 2012).

Setelah persalinan, hipofisis posterior mensekresikan hormone

oksitosin yang akan berperan dalam pelepasan plasenta. Setelah

pelepasan plasenta akan terjadi penurunan kadar hormon estrogen,


PAGE \* MERGEFORMAT 1

progesteron, human chorionic gonadotropin (HCG) dan human

placental lactogen dalam sirkulasi. Penurunan itu akan

mempengaruhi fungsi fisiologis jaringan otot dan jaringan ikat serta

sekresi prolactin. uterus akan kembali normal pada 8 minggu setelah

persalinan (Wahyuni, 2018).

2) Lochea

Menurut (Wahyuningsih, 2019), lochea merupakan sebuah

cairan dari kavum uteri dan vagina selama masa post partum.

Lochea dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

a)Loche rubra dengan karakteristik berwarna merah karena berisi

darah segar dan sisa selaput ketuban, desidua, verniks, kaseosa,

lanugo, mekonium dan berlangsung selama dua hari post partum.

b)Lochea sanguilenta dengan karakteristik berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir berlangsung pada 3-7 hari post

partum.

c)Lochea serosa dengan karakteristik berwarna kuning karena

mengandung serum, jaringan desidua, leukosit dan berlangsung

pada 7-14 hari hingga dua minggu post partum

d)Lochea Alba dengan karakteristik berwarna putih yang

didalamnya terdiri sel sel desidua dan leukosit dan berlangsung

pada 14 hari hingga dua minggu post partum.

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium terjadi karena timbul


PAGE \* MERGEFORMAT 1

trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.

Bekas implantasi plasenta menonjol ke arah kavum uteri akibat

adanya kontraksi. Pada hari pertama postpartum, endometrium

memiliki tebal kurang lebih 2,5 mm dan akan rata setelah hari ketiga

postpartum (Wahyuningsih, 2019).

4) Hematologi

Kadar fibrinogen, plasma serta faktor-faktor pembekuan

darah akan meningkat pada akhir kehamilan. Pada hari pertama

setelah persalinan kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun.

Meskipun demikian, faktor-faktor pembekuan darah tetap

meningkat sama halnya dengan viskositas darah dan kadar leukosit.

Jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000-30.000 kondisi ini

biasanya terjadi pada ibu dengan riwayat persalinan lama (Mansyur

dan Dahlan, 2014).

Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit pada awal-awal

masa postpartum sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh volume

plasenta dan volume darah. Pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh

terjadi peningkatan hematokrit dan hemoglobin. 4 sampai 5

minggu postpartum kadarnya akan kembali normal (Mansyur dan

Dahlan, 2014).

5) Vagina dan Perineum

Pada saat proses persalinan vulva dan vagina akan meregang

dan mengalami penekanan sehingga pada saat setelah persalinan


PAGE \* MERGEFORMAT 1

kedua organ ini akan kendur. Dalam beberapa hari pertama kedua

organ ini akan tetap kendur dan pulih Setelah 3 minggu post partum.

Rugae secara berangsur akan terbentuk kembali, labia menjadi lebih

menonjol dan hymen tampak sebagai carunculae mirtyformis. Sama

halnya dengan vulva dan vagina, setelah persalinan perineum

menjadi kendur. Tonus otot perineum akan kembali pulih pada

minggu ke 5 postpartum meskipun tetap lebih kendor daripada saat

sebelum hamil (Marmi, 2015).

6) Perubahan Payudara

Pada masa setelah melahirkan, secara lama tubuh ibu akan

mengalami proses laktasi. Terdapat dua mekanisme pada proses

laktasi, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama

kehamilan, jaringan payudara akan tumbuh dan menyiapkan fungsi

untuk mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah

melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan, sel acini

yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap

puting, oksitosin akan merangsang ensit let down sehingga

menyebabkan ejeksi ASI (Wahyuningsih, 2019)

7) Sistem Pencernaan

Ibu akan merasa lapar setelah partus dan memiliki prosi

makan dua kali lipat. Ibu akan merasa sulit dalam buang air besar

karena tonus otot berkurang selama kehamilan defekasi akan

kembali spontan pada hari kedua hingga ketiga setelah persalinan


PAGE \* MERGEFORMAT 1

(Wahyuningsih, 2019).

8) Sistem Perkemihan

Pada masa post partum terjadi peningkatan kapasitas

kandung kemih karenanya saat selesai miksi masih tertinggal urine

residual yang dapat memudahkan terjadinya infeksi. Selain itu,

sering terjadi edema dan hyperemis pada dinding kandung kemih.

Terkadang edema pada daerah trigonum akan menyebabkan uretra

abrasi sehingga terjadi retensio urine efek konduksi anestesi pada

persalinan sectio caesarea (SC) dapat menghambat fungus neural

pada kandung kemih. Pemulihan kandung kemih membutuhkan

waktu 5-7 hari pasca persalinan (Wahyuni, 2018).

Pada 24 jam pertama pasca persalinan ibu nifas sulit buang

air kecil akibat spasme sfingter dan edema leher buli-buli. Namun,

12-36 jam pasca melahirkan ibu mengalami poliuri. Terkadang ibu

nifas juga mengalami hematuria akibat proses katalitik involusi, dan

acetonuri sebagai akibat pemecahan karbohidrat dan lemak untuk

menghasilkan energi pada partus lama (Wahyuni, 2018).

9) Sistem Muskoloskeletal

Menurut (Rini dan Kumala, 2017) adaptasi sistem

muskuloskeletal pada masa post partum meliputi:

1)Perubahan ligamen, pada masa post partum ligamen-ligamen dan

diafragma pelvis yang mengalami peregangan sewaktu hamil dan

melahirkan akan perlahan pulih.


PAGE \* MERGEFORMAT 1

2)Perubahan dinding dan kulit abdomen, sama halnya dengan

ligamentum, dinding dan kulit abdomen mejadi agak lunak dan

kendor akibat putusnya serat-serat kulit dan distensi yang

berlangsung lama pada saat hamil. Kondisi tersebut akan pulih

kembali dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.

3)Pembentukan striae, striae merupakan perubahan pada dinding

abdomen berupa warna yang menyerupai jaringan parut. Selama

masa nifas striae akan memudar membentuk garis lurus yang

samar.

4)Simpisis pubis, dapat mengalami pemisahan yang menyebabka

morbiditas maternal. Gejala berupa nyeri tekan pada pubis dan

diperberat oleh mobilisasi. Gejala tersebut akan menghilang

beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan.

10) Sistem Endokrin

Segera setelah plasenta lahir hormon-hormon kehamilan

mulai menurun. Sistem endokrin akan kembali pada kondisi seperti

sebelum hamil. Perubahan hormon yang terjadi selama masa nifas

adalah sebagai berikut:

1) Oksitosin

Oksitosin memiliki peran penting pada saat persalian. Sekresi

oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior membantu pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontraksi uterus agar tidak terjadi

perdarahan. Setelah bayi lahir akan dilakukan inisiasi menyusui


PAGE \* MERGEFORMAT 1

dini, untuk merangsang produksi ASI serta meningkatkan sekresi

oksitosin (Wahyuni, 2018).

2) Prolaktin

Prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitari merangsang,

pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI. Jika ibu post partum

tidak menyusui dalam waktu 14-21 hari, maka ibu akan

mengalami menstruasi (Wahyuningsih, 2019).

3) Hormon plasenta (Human chorionic gonadotropin)

Setelah proses pengeluaran plasenta pada saat persalinan dengan

cepat hormon HCG akan menurun kemudian menetap sampai

10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 setelah persalinan (Mansyur

dan Dahlan, 2014).

4) Estrogen dan progesteron

Pada saat hamil akan terjadi peningkatan hormon estrogen dalam

darah. Hal tersebut akan mempengaruhi hormon antidiuretik.

Peningkatan hormon antidiuretik akan menyebabkan volume

darah meningkat. Selain itu, peningkatan hormon progesteron

akan mempengaruhi organ - organ lain yang tersusun oleh otot

halus seperti saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva, serta vagina (Wahyuni, 2018).

b. Adaptasi Psikologis pada masa Post partum

Secara psikologis seorang ibu postpartum akan melalui proses

adaptasi psikologis semasa postpartum (Prawirohardjo, 2012). Adaptasi


PAGE \* MERGEFORMAT 1

psikologis pada ibu postpartum dimulai ketika dia mulai menjalankan

peran dan tanggung jawab barunya yakni merawat dan mengurus

bayinya (Sylven, 2017).

Menurut (Rini dan Kumala, 2017) dalam menjalani adaptasi

setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut:

1) Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Fase ini

berkelanjutan dari hari pertama sampai hari kedua setelah proses

persalinan. Pada fase ini ibu hanya akan fokus pada dirinya sendiri

dan acuh pada lingkungan sekitarnya. Selain itu, nafsu makan ibu

akan meningkat. Kehadiran suami dan keluarga sangat dibutuhkan

pada fase ini.

2) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 post

partum. ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya merawat

bayi. Pada fase ini orang terdekat perlu berhati-hati menjaga

komunikasi dengan ibu karena di fase ini ibu bisa sangat sensitive

dan mudah tersinggung. Dukungan dari suami dan keluarga sangat

dibutuhkan. Saat ini ibu memerlukan informasi dan penyuluhan

tentang bagaimana merawat bayi dan dirinya agar timbul rasa

percaya diri pada ibu.

3) Fase Letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan


PAGE \* MERGEFORMAT 1

peran barunya. Fase ini berlangsung setelah 10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu mulai menerima tanggung jawab dan

peran barunya sebagai seorang ibu meskipun begitu dukungan dari

suami dan keluarga masih sangat dibutuhkan. Suami dan keluarga

dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga

agar ibu tidak terlalu terbebani.

2.1.2. Baby Blues Syndrome

1. Definisi Baby Blues Syndrome

Baby Blues Syndrome merupakan salah satu bentuk gangguan

perasaan akibat peyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada

hari pertama sampai hari ke 14 setelah proses persalinan, dengan gejala

memuncak pada hari ke 3 - 5. Baby blues syndrome menunjukkan gejala-

gejala depresi ringan yang dialami oleh ibu seperti mudah menangis,

perasaanperasaan kehilangan dan dipenuhi dengan tanggung jawab,

kelelahan, perubahan suasana hati yang tidak stabil, dan lemah nya

konsentrasi, selain itu ibu menjadi mudah tersinggung, dapat mengalami

gangguan pola makan dan tidur (Diah, 2015).

Baby blues syndrome merupakan wujud dari kejadian psikologis

yang dialami ibu yang merasa jauh dari keluarga dan juga bayinya serta

seorang ibu yang merasa tidak mampu untuk menghadapi suatu keadaan

baru, yaitu kehadiran bayi dan perubahan pola asuh (Nurjanah dkk.,

2013). Menurut Ratnawati (2017), baby blues syndrome merupakan

gangguan emosional yang sering dialami oleh wanita paska melahirkan.


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Sebagian besar ibu yang mengalami baby blues syndrome memiliki

perasaan tidak menentu dan berubah-ubah tanpa sebab. Baby Blues

Syndrome merupakan gangguan psikologis yang bersifat sementara

dialami oleh ibu yang baru melahirkan dan biasanya muncul hari ke tiga

sampai hari ke sepuluh pasca persalinan (Tulak, Yusriani dan Idris,

2019).

2. Faktor yang mempengaruhi Baby blues syndrome

Penyebab terjadinya Baby Blues Syndrome belum diketahui

secara pasti. Namun, beberapa peneliti mengungkap faktor faktor yang

berperan dalam terjadinya Baby blues syndrome sebagai berikut :

a. Faktor Biologis

Salah satu faktor penyebab Baby blues syndrome dari dalam diri

seseorang adalah hormonal. Ketika seseorang hamil akan terjadi

peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone. setelah terjadi

proses persalinan makan kadar hormon estrogen dan progesterone

menurun tajam mencapai kadar sebelum kehamilan (Saraswati, 2018).

b. Faktor Demografi

Usia mempengaruhi kematangan emosional, fisik maupun

psikologis. Sehingga menjadi faktor risiko terjadinya Baby blues

syndrome (Tyarini dan Resmi, 2020). Menurut (Badan kependudukan

dan keluarga berencana, 2017) usia diatas 20 tahun adalah usia yang

aman untuk kehamilan dan persalinan karena telah siap secara fisik,

emosional, psikologi, sosial maupun ekonomi.


PAGE \* MERGEFORMAT 1

Paritas merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup (Prawirohardjo, 2012). Paritas juga mempunyai peran

dalam terjadinya baby b lues syndrome, ibu yang pertama kali

melahirkan memiliki stressor yang lebih tinggi dibanding ibu yang sudah

pernah melahirkan.

c. Faktor Psikologis

Menurut (Hymas dan Gyrard, 2019) dukungan sosial dari

keluarga, riwayat depresi sebelumnya, dan kesulitan social ekonomi

berpengaruh terhadap kejadian baby blues syndrome. Kekuatan seorang

ibu setelah melahirkan akan benar-benar pulih setelah melewati masa

nifas sehingga dalam masa itu dibutuhkan dukungan dari suami dan

keluarga agar dapat membuat ibu merasa aman dan diperhatikan (Hymas

dan Gyrard, 2019).

d. Faktor sosial

1)Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir seseorang dan

bagaimana dia dalam memandang sebuah situasi termasuk baby blues

syndrome (Chasanah, Pratiwi dan Martuti, 2016).

2)Status Pekerjaan

Status pekerjaan ibu mempengaruhi kejadian depresi post

partum pada ibu. Menurut Nasri et al (2017, menyatakan bahwa ibu

yang meninggalkan pekerjaan karena hamil atau melahirkan beresiko

terkena depresi post partum karena memicu konflik batin pada ibu. Ibu
PAGE \* MERGEFORMAT 1

yang meninggalkan pekerjaan mungkin pada awalnya akan menerima,

tetapi seringkali tindakan tersebut justru menimbulkan kesenjangan

dalam kehidupan ibu dan biasanya ibu akan kehilangan akan teman

teman sekerja mereka.

Ibu yang tidak bekerja rentan terhadap depresi postpartum.

Selain itu ibu harus menghadapi peran barunya, ibu mungkin saja

mengalami kejenuhan karena ibu yang tidak bekerja akan tinggal

dirumah seharian dan ditinggal pergi bekerja oleh suaminya. Ibu juga

rentan mengalami kelelahan akibat harus melakukan pekerjaan rumah

tangga sekaligus merawat bayi.

3)Keadaan sosial ekonomi

Stress dapat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi. Ibu nifas yang

memiliki kondisi ekonomi yang rendah akan berpengaruh terhadap

kondisi psikologisnya. Kemungkinan terjadinya baby blues syndrome

pada keluarga dengan penghasilan rendah yaitu 4,464 kali (Alifah,

2016).

4)Kenyataan persalinan yang tidak sesuai dengan harapan

Ketika bayi yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang

diharapkan seperti jenis kelamin yang tidak sesuai, bayi dengan cacat

bawaan ataupun kesehatan bayi yang kurang baik akan mempengaruhi

kondisi psikologis ibu (Oktiriani, 2017).

5)Kehamilan yang direncanakan

Kesiapan dalam menyambut kehamilan dapat dilihat dari


PAGE \* MERGEFORMAT 1

kesiapan dan respon emosinya dalam menerima kehamilan (Aerisca,

Helina dan Vitriani, 2017). penelitin yang dilakukan oleh Susanti dkk

dengan jumlah responden sebanyak 72 orang 43 (100%) diantaranya

tidak siap menjadi orang tua dan kesemuanya mengalami baby blues

sydrome. Sedangkan 29 orang yang siap menjadi orang tua 23

(79,3%) orang diantaranya mengalami baby blues syndrome

sementara 6 (20,7%) orang lainya tidak mengalami baby blues

syndrome (Susanti dan Sulistiyanti, 2017).

3. Tanda dan Gejala Baby blues syndrome

Baby blues syndrome ditandai dengan adanya perasaan sedih,

mudah menangis (tearfulness), mudah tersinggung (irritable), cemas, nyeri

kepala (Headache), perasaan yang labil, menyalahkan diri sendiri, merasa

tidak berdaya, gangguan tidur dan nafsu makan (appetite) (Rahmandani,

Karyono dan Dewi, 2016). Gejala – gejala yang muncul dan dirasakan oleh

ibu yang mengalami Baby blues syndrome diantaranya, mudah merasa

lesu, kelelahan, waktu tidur yang berkurang, malas, selalu merasa

khawatir, cemas, tegang dan cenderung mengabaikan b ayinya (Tyarini

dan Resmi, 2020).

Menurut Kemenkes (2018) Baby blues syndrome memiliki gejala

sebagai berikut:

a. Sedih

b. Cemas tanpa sebab

c. Mudah menangis tanpa sebab


PAGE \* MERGEFORMAT 1

d. Euphoria, kadang tertawa

e. Tidak sabar

f. Tidak percaya diri

g. Sensitif

h. Mudah tersinggung

i. Merasa kurang menyayangi bayinya

4. Dampak Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome dapat berpengaruh terhadap produksi Air

Susu Ibu (ASI) hal tersebut terjadi karena kondisi stress pada ibu akan

mengakibatkan pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol sehingga

menghambat pengeluaran hormone prolactin dan oksitosin. Selain itu, akan

mempengaruhi hubungan ibu dan suami (Fatmawati, 2015). Gangguan

Psikososial dapat menimbulkan masalah seperti terputusnya ikatan tali

kasih ibu dan anak. Ibu dengan gangguan psikososial cenderung tidak

memberikan ASI kepada bayinya (Fatmawati, dan Budiati, 2018).

Meskipun hanya bersifat sementara baby blues syndrome dikhawatirkan

berlanjut menjadi Post Partum Depression (PPD) atau psikosis post partum

yang akan memberikan gejala lebih berat berupa penolakan ibu terhadap

kenyataan seperti merindukan masa lajangnya yang tidak perlu repot

mengurus bayi atau bahkan ingin menyakiti bayi dan dirinya sendiri

(Oktiriani, 2017).
PAGE \* MERGEFORMAT 1

5. Penatalaksanaan Baby Blues Syndrome

a) Farmakologi

Metode farmakologis merupakan metode pengobatan depresi

baby blues syndrome dengan memberikan obat obatan kepada pasien.

Metode ini biasanya dipilih ketika sudah diberikan terapi non

farmakologi namun tidak berhasil. Terapi ini juga dapat diberikan jika

penderita baby blues syndrome lebih menyukai obat obatan dibanding

dengan melakukan terapi non farmakologi. Obat obatan antidepresan

yang sesuai dengan keadaan ibu menyusui harus diresepkan oleh

psikiater. Selain antideppresan, biasanya juga diberikan fluoxetine.

Resep pengobatan untuk ibu menyusui biasanya diberikan dengan dosis

50 mg setiap hari selama satu minggu dan kemudian dilihat serta

dievaluasi efek samping obat tersebut. Jika masih ada keinginan untuk

membahayakan diri sendiri maupun orang lain, maka ditambahkan dosis

sesuai kebutuhan (Sari, 2020)

Terapi farmakologi umumnya dilanjutkan 6 hingga 12 bulan

stelah remisi sempurna untuk mengurangi resiko kekambuhan. Jika

gejala gejala masih timbul dan terus mengalami kekambuhan, maka

disarankan untuk menemui psikiater. Bagi ibu yang menderita depresi

baby blues syndrome dengan tingkat cukup parah, sebaiknya melakukan

kunjungan ke dokter agar dapat diberikan terapi farmakologi seperti

tricycle antidepresant (TCAs) dan SSRIs. Terapi ini akan meringankan

gejala gejala dari depresi baby blues syndrome sehingga ibu dapat
PAGE \* MERGEFORMAT 1

beraktivitas dengan normal (Sari, 2020)

b) Non farmakologis

Terapi non farmakologis merupakan cara pengobatan baby

blues syndrome yang berupa terapi psikologis, dimana ibu dapat

menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gejala depresi, mengatasi

gangguan muncul, atau berpikir positif ketika situasi sedang tertekan

(Sari, 2020). Adapun terapi non farmakologis seperti dengan cara

relaksasi nafas dalam, guided imagery, terapi musik, terapi seni,

aromaterapi, kompres hangat, distraksi, dan terapi spiritual (Potter &

Perry, 2010)

Expressive writing theraphy termasuk salah satu intervensi non

farmakologi. Teknik ini diyakini mampu mengungkapkan atau

menggambarkan pengalaman hidup penulis pada masa lalu, sekarang,

atau masa depan. Melalui expressive writing theraphy hidup seseorang

dapat terungkap melalui tulisan tulisan yang dibuat. Expressive writing

theraphy dianggap mampu mereduksi kecemasan karena individu

berhasil mengeluarkan emosi emosi negatifnya (Maharani, Noviekayati

& Meiyuntariningsih, 2017).

6. Alat Ukur Baby Blues Syndrome

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan

Instrumen alat pengukuran Baby Blues Syndrome yang terdiri atas 10

pertanyaan dan setiap pertanyaan memiliki nilai yang berbeda pada

jawabannya. Untuk pertanyaan nomor 1, 2 dan 4 diberi nilai 0 untuk


PAGE \* MERGEFORMAT 1

jawaban a, 1 untuk jawaban b, 2 untuk jawaban c, 3 untuk jawaban d.

Sedangkan, untuk soal nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 diberi nilai sebaliknya

3 untuk jawaban a, 2 untuk jawaban b, 1 untuk jawaban c, 0 untuk

jawaban d (Alifah, 2016). Interpretasi Nilai EPDS yaitu Skor < 10 tidak

baby blues syndrome, sedangkan > 10 mengalami baby blues syndrome.

2.1.3. Expressive Writing Theraphy

1. Definisi Expressive Writing Theraphy

Expressive writing theraphy merupakan sebuah teknik yang

sederhana yang dapat mendorong individu untuk menuliskan dengan

bebas apapun yang ada didalam fikiran ataupun perasaan yang terkait

dengan stressor penting yang mereka hadapi. Salah satu keunggulan dari

expressive writing theraphy ialah membebaskan para klien menuangkan

segala bentuk perasaannya dalam tulisan mereka tanpa harus

memperlihatkan susunan kata baku atau penulisan bahasa yang baik dan

benar (Pennebaker dkk, 2014).

Menurut Murti (2012) Expressive writing theraphy Merupakan

membicarakan pengalaman yang membuat marah tau kejadian traumatis

mengenai emosi yang tersembunyi untuk mendapatkan wawasan dan cara

penyelesaian dari trauma. Expressive writing theraphy dianggap mampu

mereduksi kecemasan karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-

emosi negatifnya (perasaan sedih, kecewa, duka) ke dalam tulisan,

individu tersebut dapat memulai merubah sikap, menigkatkan keativitas,

mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja, dan kepuasan hidup serta


PAGE \* MERGEFORMAT 1

meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari psikosomatik.

Expressive writing theraphy yang dimaksud merupakan suatu cara atau

upaya pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai

peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang kedalam bentuk

lambang bahasa melalui tulisan tangan tanpa memikirkan kaidah bahasa

yang baku.

2. Tujuan Expressive writing theraphy

Menurut Fikri (2012) ada beberapa tujuan dari expressive

writing theraphy yaitu :

a. Mengekspresikan segala emosi yang berlebihan serata menurunkan

tekanan dalam diri

b. Memberikan pemahaman yang lebih baik untuk diri sendiri maupun

untuk orang lain mengenai gambaran diri dalam bentuk tulisan

c. Meningkatkan kemampuan adaptasi individu dalam menghadapi

masalah

d. Meningkatkan ekspresi diri, harga diri, dan kreativitas

e. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan intrapersonal.

3. Manfaat dalam Expressive writing theraphy

Expressive writing theraphy ini dapat diterapkan pada semua

kalangan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, maupun pasangan

suami istri. Dapat juga digunakan pada individu maupun kelompok.

Manfaat expressive writing theraphy menurut Maharani, Noviekayati &

Meiyuntariningsih (2017) yaitu:


PAGE \* MERGEFORMAT 1

a. Individu mampu memisahkan masalah dari diri

b. Individu menjadi lebih mudah dalam mengekspresikan emosi-emosi

secara tepat

c. Individu mampu mengurangi munculnya gejala-gejala negatif akibat

timbulnya masalah (pusing, sakit perut, dll)

d. Meningkatkan pemberdayaan diri.

Manfaat dari expressive writing theraphy ini banyak memberikan

dampak positif bagi psikis maupun fisik. expressive writing theraphy

berpengaruh baik bagi kesejahteraan psikis seseorang, mengatasi stres,

kecemasan maupun depresi , perbaikan suasana hati, dan menurunkan

ketegangan sehingga dalam jangka panjang berakibat baik bagi

kesejahteraan tubuh.

4. Prosedur Expressive writing theraphy

Menurut (Rohmah, 2019) adapun prosedur Expressive writing

theraphy sebagai berikut :

a. Tahap recognition/initial write

1. Instruksikan klien untuk duduk dengan tenang dan rileks

2. Instruksikan klien untuk memfokuskan pikiran dan membayangkan

apa saja hal yang muncul difikirannya

3. Anjurkan klien untuk menuliskan kata-kata atau frasa apa saja yang

muncul dalam pikirannya

4. Bantu klien lebih rileks lagi (rilekskan pikiran dengan latihan nafas

dalam, gerakan sederhana, atau memutar instrumen)


PAGE \* MERGEFORMAT 1

5. Beri waktu klien untuk merilekskan kurang lebih selama 6 menit.

b. Tahap examination / writing exercise

1. Instruksikan klien untuk memulai menulis pengalaman emosinya

(tulisan dapat berupa peristiwa emosional, peristiwa masa lalu,

maupun peristiwa yang mendatang)

2. Beri waktu selama 10-30 menit untuk klien menulis. Terapi ini

dilakukan setiap pagi dan dalam waktu 3 hari berturut turut dalam

seminggu (7 hari).

3. Menjelang akhir waktu, anjurkan klien membaca kembali

tulisannya (klien dapat mengoreksi, ataupun menyempurnakan)

c. Tahap juxtaposition/feedback

1. Anjurkan klien membaca kembali tuliasannya bila perlu

disempurnakan dan didiskusikan dengan orang terdekat

2. Tanyakan perasaan klien setelah sesi menulis

d. Tahap aplication to the self

1. Tanyakan kepada klien tentang kesulitan dan hambatan yang

klien selama sesi menulis.

2.untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi yang

penuh

3.selama terapi, usahakan tetap menulis sampai waktu yang disediakan

habis

4. lakukan prosedur ini minimal 3 sesi


PAGE \* MERGEFORMAT 1

2.2. Kerangka Teori

Post partum

Masalah Post partum

Adaptasi fisiologis: Adaptasi psikologis:


1.involusi uterus 1. Fase taking in
2.Lochea 2. Fase taking hold
3.Endometrium 3. Fase letting go
4.Hematologi
5.Vagina dan perineum Farmakologi:
6.Perubahan payudara 1. Fluoxetine
7.Sistem pencernaan Gejala: 2. Tricycle antidepresant
8.Sistem perkemihan 1. Cemas 3. SSRIs
9.Sistem 2. Mudah marah
muskuloskeletal 3. Gelisah, sedih
10.Sistem endokrin 4. Bingung
5. Letih Non Farmakologi:
6. Perasaan putus asa 1. Relaksasi nafas dalam
7. Perasaan kesepian 2. Guided imagery
Atau ditolak 3. Terapi musik
4. Terapi seni
5.Aromaterapi
6.Kompres hangat
Baby Blues Syndrome 7.distraksi
8.terapi spiritual
9.Expressive
Writing Theraphy

Faktor Biologis: Faktor Faktor Psikologis: Faktor Sosial:


1. Faktor hormonal Demografi: 1. Dukungan sosial 1. Tingkat pendidikan
2. Progesteron 1. Usia (suami, keluarga 2. Status pekerjaan
3. Esterogen 2. Paritas dan teman) 3. Keadaan sosial ekonomi
2. Riwayat depresi 4. Kenyataan persalinan yang
sebelumnya tidak sesuai dengan harapan
5. Kehamilan yang
direncanakan

Keterangan: : Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Teori

Sumber : (Wahyuni, 2018; Wahyuningsih, 2019; Marmi, 2015; Kemenkes , 2018;


Saraswati 2018; Sari, 2020; Maharani, Noviekayati & Meiyuntariningsih, 2017).
PAGE \* MERGEFORMAT 1

2.3. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Expressive Writing Baby Blues Syndrome

Theraphy

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis penelitian

Menurut Sugiyono (2017), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah di nyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Menurut Siswanto

(2012), hipotesis dibagi menjadi dua macam.

Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Hᴏ: Tidak ada pengaruh Expressive writing therapy terhadap Baby

blues syndrome pada ibu post partum.

2. Ha: Ada pengaruh Expressive writing theraphy terhadap Baby blues

syndrome pada ibu post partum.


PAGE \* MERGEFORMAT 1

2.5. Keaslian Penelitian

Tabel 2.5 : Keaslian Penelitian

Nama Judul penelitian Metode Hasil penelitian


Peneliti penelitian
Danarti N.K, Sugiarto Pengaruh expressive Metode penelitian Ada pengaruh pemberian
Angga dan Sunarko writing theraphy menggunakan desain expressive writing therapy
(2018) terhadap npenurunan terhadap penurunan depresi,
trueexperiment
depresi, cemas, dan cemas, dan stress
stres pada remaja dengan metode pre-
test- post test
With control group
design, sampel
berjumlah 25 orang
pada masing masing
kelompok

Bayhaqi, Murdiana, Metode expressive Metode penelitian Terdapat perubahan yang


Ridfah (2017) writing untuk menggunakan desain signifikan terhadap tingkat
menurunkan the one group kecemasan berbicara di
kecemasan berbicara pretest- posttest depan umum dari kelompok
di depan umum pada design using double
yang diberi perlakuan
mahasiswa Pretest with
expressive writing.
Follow up, sampel
berjumlah 5
responden

Maharani, Noviekayati Efektifitas Metode penelitian ini Ada pengaruh pemberian


& Meiyuntariningsih Expressive writing pendekatan quasi expressive writing theraphy
(2019) theraphy dalam terhadap penurunan tingkat
experiment dengan
menurunkan tingkat stress pada para remaja
stress pada remaja rencana one grup
pretest - posttest albino, dengan demikian
dengan albino
ditinjau dari tipe design, sampel dapat dijelaskan bahwa
kepribadian penggunaan expressive
berjumlah 6
introvert dan writing theraphy sangat
responden di
ekstrovert. efektif sebagai penanganan
komunitas albino X di
psikologis individu yang
jakarta dengan rentang mengalami stress akibat dari
usia 11-21 tahun. kelainan genetik yang
dideritanya berupa
albinisme.
PAGE \* MERGEFORMAT 33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rencana Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Desain penelitian

yang digunakan adalah Pre test and Post test Without Control yang

merupakan rancangan penelitian Kuantitatif Quasi Experiment, efektifitas

perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai Pre test dan Post test.

Skema desain penelitian Quasi Experiment dengan pre test dan post test

without control menurut Dharma (2011) adalah sebagai berikut :

R O1 X1 O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

R : Responden yang mendapatkan perlakuan intervensi

O1: Pre-test pada kelompok perlakuan

O2: Post-test setelah perlakuan

X1: Intervensi pada kelompok perlakuan Expressive writing

theraphy

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan subjek yang memenuhi


PAGE \* MERGEFORMAT 33

kriteria yang telah diberikan (Nursalam, 2011). Populasi dapat bersifat

terbatas atau tidak terbatas. Dikatakan terbatas apabila jumlah individu

oleh objek dalam populasi tersebut terbatas artinya dapat dihitung.

Sementara bersifat tidak terbatas dalam arti tidak ditentukan jumlah

individu atau objek dalam populasi tersebut (Hidayat, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum (masa nifas)

di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar. Pada tanggal

3 januari 2022 jumlah populasi ibu hamil yang diperoleh dari data

Puskesmas Kebakkramat II didapatkan sebesar 917 ibu hamil dari data

bulan Januari - Desember 2021. Sedangkan ibu hamil yang diperkirakan

Tafsiran persalinan dari bulan Februari - April 2022 diperkirakan sekitar 38

ibu post partum.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah kelompok individu yang merupakan dari populasi

terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan

pengamatan pada unit ini (Dharma, 2011). Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan, dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2016).

Pada penelitian ini, Peneliti menggunakan teknik pengambilan total

sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dimana seluruh

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Total sampling ini dilakukan


PAGE \* MERGEFORMAT 33

jika jumlah populasi relatif kecil kurang dari 100 orang, sehingga seluruh

populasi tersebut dijadikan sampel semua ( Sugiyono, 2019). dalam

penelitian ini sampel berjumlah 38 ibu post partum.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria

inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria insklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2020).

kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu post partum yang bersedia menjadi responden

b. Kooperatif

c. Ibu post partum hari ke 1-14

d. Ibu dengan usia 20-35 tahun

e. Responden yang dapat membaca ataupun menulis.

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria insklusi karena berbagai sebab (Nursalam,

2020). adapun kriteria ekslusi penelitian ini adalah :

a. Ibu post partum dengan komplikasi

b. Responden yang tidak dapat membaca ataupun menulis

c. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1. Tempat
PAGE \* MERGEFORMAT 33

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.

3.3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan rentang waktu yang akan digunakan

untuk pelaksanaan penelitian (Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Februari - April 2022.

3.4 Variabel, Definisi Oprasional, dan Skala Pengukuran

3.4.1. Variabel

Variabel merupakan perilaku atau karakterisik yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2013). Variabel adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyino, 2015).

1. Variabel Independent (bebas)

Karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Dharma, 2011).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Expressive writing theraphy.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang

terjadi pada variabel independen (Dharma, 2011). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah Baby blues syndrome.

3.4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi Operasional merupakan penjelasan semua variabel dan


PAGE \* MERGEFORMAT 33

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Setiadi, 2013). Skala merupakan bagian dari desain penelitian penomeran

terhadap pendapat subjek mengenai hal-hal yang dirasakan atau keadaan

fisiologi subjek (Nursalam, 2011). Definisi operasional dan skala

pengukuran dalam penelitian ini dilihat dari tabel.

Tabel 3.4. variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran


Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
penelitian operasional
Variabel Teknik menulis SOP - -
independen dengan bebas Expressive
(Expressive apapun yang ada Writing
writing di dalam pikiran Theraphy
theraphy) atau perasaan yang (Standart
terkait dengan Oprasional
stresor yang Prosedur)
mereka hadapi. (Poltekkes
Kemenkes
Malang)
Variabel Suatu sindroma Lembar 1.Skor > 10 Ordinal
dependen gangguan afek Kuesioner mengalami baby
(Baby blues ringan yang sering EPDS blues syndrome
syndrome) tampak dalam (Edinburgh 2.Skor < 10 tidak
minggu pertama postnatal
mengalami baby
setelah persalinan depression
blues syndrome
dan memuncak scale)
pada hari ke tiga
sampai kelima dan
menyerang dalam
rentang waktu 14
hari terhitung
setelah persalinan.

3.5. Alat Penelitian Dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Alat Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

a. Kuesioner
PAGE \* MERGEFORMAT 33

Kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)

berisi pertanyaan yang berpengaruh terhadap baby blues syndrome

dan untuk mengukur kejadian menggunakan skala likert dengan skor

pernyataan bersifat positif (favorable) dengan nomor pertanyaan 1,

dan 2 mempunyai nilai 0, 1, 2, 3 dengan kotak nilai teratas

memperoleh nilai 0 dan kotak terbawah memperoleh nilai 3.

Sebaliknya skor pernyataan bersifat (unfavorable) dengan pertanyaan

nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dengan kotak teratas memperoleh

nilai 3 dan kotak terbawah memperoleh nilai 0. Interpretasi nilai

kuisioner EPDS yaitu 30, nilai < 10 tidak mengalami baby blues

syndrome, sedangkan > 10 mengalami baby blues syndrome

(Oktaputrining dkk, 2018).

Tabel 3.5 kisi-kisi kuisioner EPDS

No Indikator No butir Jumlah butir

Favorable Unfavorable

1 Baby blues 1, 2 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10

syndrome 9, 10

Jumlah 2 8 10

b. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Expressive writing theraphy merupakan sebuah teknik yang

sederhana yang dapat mendorong individu untuk menuliskan dengan

bebas apapun yang ada didalam fikiran ataupun perasaan yang terkait
PAGE \* MERGEFORMAT 33

dengan stressor penting yang mereka hadapi (Pennebaker dkk, 2014).

Prosedur tindakan pemberian Expressive writing theraphy (Rohmah,

2019)

1) Persiapan

a) Salam

b)Perkenalkan diri

c)Sampaikan maksud dan tujuan

d)Alat: kertas HVS, alat tulis (bolpoint)

e)Lingkungan : atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar klien

mudah berkonsentrasi.

1)Pelaksanakan

a)Tahap recognition/initial write

1.Instruksikan klien untuk duduk dengan tenang dan rileks

2.Instruksikan klien untuk memfokuskan pikiran dan

membayangkan apa saja hal yang muncul di fikirannya

3.Anjurkan klien untuk menuliskan kata-kata atau frasa apa saja

yang muncul dalam pikirannya

4.Bantu klien lebih rileks lagi (rilekskan pikiran dengan latihan

nafas dalam, gerakan sederhana, atau memutar instrumen)

5.Beri waktu klien untuk merilekskan kurang lebih selama 6

menit

b)Tahap examination/writing exercise

1.Instruksikan klien untuk mulai menulis pengalaman


PAGE \* MERGEFORMAT 33

emosionalnya (tulisan dapat berupa peristiwa emosional

peristiwa masa lalu, peristiwa yang membahagiakan, maupun

peristiwa yang mendatang)

2.Beri waktu selama minimal 10-30 menit setiap pagi dan dalam

waktu 3 hari berturut turut dalam seminggu (7 hari).

3.Menjelang akhir waktu, anjurkan klien membaca kembali

tulisannya (klien dapat mengoreksi, ataupun menyempurnakan)

c. Tahap juxtaposition/feedback

1.Anjurkan klien membaca kembali tulisannya bila perlu

disempurnakan dan didiskusi dengan orang terdekat

2.Tanyakan perasaan klien setelah sesi menulis

d. Tahap aplication to the self

1.tanyakan kepada klien tentang kesulitan dan hambatan yang

dirasakan klien selama sesi menulis.

2.untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi yang

penuh

3.selama terapi, usahakan tetap menulis sampai waktu yang

disediakan habis

4. lakukan prosedur ini minimal 3 sesi

e. Terminasi

Ucapkan salam.

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:


PAGE \* MERGEFORMAT 33

1.Tahap Persiapan

a. Penentuan lokasi penelitian

b. Peneliti melakukan pengajuan tema/ judul ke dosen pembimbing

c. Peneliti meminta surat keterangan studi pendahuluan dari kampus

untuk meminta perijinan kekantor Kesbangol Karanganyar,

DINKES Karanganyar dan Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar

dalam rangka memperoleh ijin penelitian.

d. Peneliti melakukan penyusunan proposal penelitian hingga seminar

proposal penelitian dan melakukan revisi setelah seminar proposal.

e. Peneliti melakukan uji ethical clearance dikomisi etik Universitas

Kusuma Husada Surakarta untuk memperoleh surat kelayakan etik.

f. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari kampus Universitas

Kusuma Husada Surakarta untuk melakukan penelitian di Wilayah

Kerja Puskesmas Kebakkramat II karanganyar.

g. Peneliti mempersiapkan alat (bolpoint, lembar permohonan izin

menjadi responden, lembar informed consent, kertas HVS, lembar

observasi, lembar kuisioner, dan papan alas buat menulis)

h. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mempersiapkan alat

pelindung diri (APD) berupa masker medis (masker bedah 3 ply),

handsanitizer dengan ukuran 250 ml, waslap, termometer (infrared)

untuk keamanan baik bagi peneliti dan responden.

i. Melakukan pengambilan data di Wilayah Kerja Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.
PAGE \* MERGEFORMAT 33

2.Tahap Pelaksanaan

a) Peneliti menemui pihak DINKES dan DPMPTSP untuk meminta

ijin penelitian.

b)Peneliti menemui pihak puskesmas untuk meminta ijin penelitian.

c) Peneliti menemui kader desa yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar untuk memberikan surat

ijin melakukan penelitian didesa - desa yang terdapat di Wilayah

Kerja Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.

d)Peneliti melakukan penelitian ini di waktu pandemi Covid-19

sehingga dilakukan dengan door to door (peneliti menemui

responden dirumah responden).

e) Sebelum kontak dengan responden peneliti memastikan bahwa

telah mencuci tangan dan memakai masker.

f) Selanjutnya peneliti menganjurkan responden untuk juga

memakai masker serta mencuci tangan, kemudian melakukan cek

suhu badan kepada responden. Apabila suhu tubuh > 37,5°C

maka ibu tidak bisa menjadi responden dalam penelitian ini

(Kemenkes, 2020).

g)Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden.

h)Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud

pengertian, tujuan dan manfaat diberikannya Expressive writing

therapy terhadap baby blues syndrome kepada responden.

i) Peneliti memberikan informasi mengenai penelitian dan meminta


PAGE \* MERGEFORMAT 33

ketersediaan responden untuk terlibat dalam penelitian dengan

memberikan lembar permohonan menjadi responden.

j) Sebelum melakukan pemberian intervensi dengan expressive

writing theraphy, peneliti memberikan lembar persetujuan

(informed consent) kepada responden yang bersedia untuk

berpartisipasi dalam proses penelitian.

k)Peneliti melakukan pre test kepada responden menggunakan alat

pengukuran kuisioner Edinburgh postnatal depression scale

(EPDS).

l) Peneliti memberikan intervensi expressive writing theraphy

dengan waktu selama minimal 10-30 menit setiap pagi dan dalam

waktu 3 hari berturut turut dalam seminggu (7 hari).

m) Peneliti melakukan post test kepada responden

menggunakan alat pengukuran kuisioner Edinburgh postnatal

depression scale (EPDS).

n)Peneliti mengucapkan terimakasih atas keterlibatan responden

dalam penelitian.

o) Peneliti akan melakukan evaluasi dengan dokumentasi.

o) Peneliti menganalisa hasil dari pretest dan posttest responden.

p) Peneliti melakukan pengolahan data.

q) Peneliti melakukan penyusunan laporan penelitian.

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh data terkumpul oleh peneliti, kemudian peneliti


PAGE \* MERGEFORMAT 33

melakukan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan

menggunakan bantuan softwere komputer IBM SPSS Statistic versi

26.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengukur ketepatan dan kecermatan data yang akan diteliti (Donsu,

2016). Kuisioner Edinburgh postnatal depresion scale (EPDS) tidak

dilakukan uji validitas karena sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

yaitu (Kurniasari, 2015). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan

rumus product moment :

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

xy : skor pertanyaan dikalikan skor total

x : Skor pertanyaan y : Skor total

Instrument dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (0,444)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baku. Apabila datanya


PAGE \* MERGEFORMAT 33

memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun di ambil

tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan bila

instrumen penelitian tersebut sudah valid. Uji reliabilitas yang digunakan

adalah alpha cronbach. Apabila alpha cronbach > 0,60 maka dikatakan

reliabel (Sujarweni, 2015). Rumus alpha chronbach adalah sebagai berikut

Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

: Jumlah varian butir

: Varian total

Kuisioner Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) tidak

dilakukan uji reliabilitas karena sudah dilakukan uji reliabilitas oleh

peneliti sebelumnya yaitu (Kurniasari, 2015) dengan hasil uji reliabilitas

EPDS p-value 0,028 < 0,05.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Teknik pengolahan data

Teknik pengolahan data dan analisa data adalah langkah terpenting

untuk memperoleh hasil atau kesimpulan dari masalah yang diteliti. Data

yang sudah terkumpul sebelum dianalisa harus selalu melalui pengolahan


PAGE \* MERGEFORMAT 33

data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan

berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut

(Notoatmodjo, 2018) adalah sebagai berikut:

a. Pengecekan data (editing)

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan meliputi kelengkapan

jawaban, keterbacaan tulisan. Relevansi jawaban yang telah diserahkan

oleh pengumpul data.

b. Pemberian kode data (coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka pada

kuisioner terhadap tahap tahap dari jawaban responden agar lebih mudah

dalam pengolahan data selanjutnya. Penelitian ini peneliti

mengumpulkan data dari hasil kuisioner yang telah dilakukan untuk

mengetahui baby blues syndrome pada ibu post partum untuk

mempermudah dalam pengolahan data dan analisis data. Data yang akan

dimasukkan meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan, dan paritas.

1. Usia

a) < 20 tahun : kode 1

b) 20-35 tahun : kode 2

c) > 35 tahun : kode 3

2. Pendidikan

a) SD : kode 1

b) SMP : kode 2

c) SMA : kode 3
PAGE \* MERGEFORMAT 33

d) D3 : kode 4

e) S1 : kode 5

3. Pekerjaan

a) IRT : kode 1

b) Guru : kode 2

c) Swasta : kode 3

4. Paritas

a) Primipara : kode 1

b) Multipara : kode 2

c. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data hasil penelitian

dalam klarifikasi ke dalam tabel sesuai dengan kriteria agar lebih mudah

dalam entri data. Dalam penelitian ini proses tabulating yaitu dilakukan

dengan memasukkan data kedalam tabel menggunakan Microsoft Exsel

2017

d. Pemrosesan data (data entry)

Data entry yaitu jawaban dari masing masing responden dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

software computer.

e. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau resp;onden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian


PAGE \* MERGEFORMAT 33

dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data

(cleaning).

3.7.2. Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat atau analisa deskriptif mempunyai tujuan untuk

menjelaskan dan mendiskripsikan setiap variabel yang diteliti. Analisa

univariat digunakan untuk mengetahui presentase, hasil dari setiap

variabel yang ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi, sehingga

dapat mengetahui karakteristik responden meliputi usia, paritas,

pekerjaan, pendidikan, mengukur baby blues syndrome berupa

pertanyaan pertanyaan yang akan diberikan sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi expressive writing theraphy (Notoatmodjo, 2018).

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan lebih dari dua

variabel yang diduga berhubungan, analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui apakah ada hubungan atau perbedaan yang signifikan antara

dua variabel atau lebih (Notoadmodjo, 2018). analisa bivariat pada

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pre post test expressive

writing theraphy terhadap baby blues syndrome pada ibu post partum

maka dilakukan Uji Wilcoxon test, digunakan untuk mengetahui

perbandingan pre test dan post test pada kelompok yang sama.

Kesimpulannya jika p value < 0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata

antara pre test dan post test, jika p value > 0,05 maka tidak terdapat
PAGE \* MERGEFORMAT 33

perbedaan rata-rata antara pre test dan post test.

3.8. Etika Penelitian

3.8.1. Lembar Penelitian (Informed Consent)

Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan reponden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent

merupakan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti akan menghormati hak pasien (Hidayat, 2014).

Peneliti tidak memaksa atau memberikan penekanan pada

responden untuk bersedia ikut dalam penelitian dan responden berhak

untuk mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun. Prinsip ini

diaplikasikan melalui penjelasan secara singkat dan jelas oleh peneliti

kepada responden tentang tujuan, prosedur, durasi keterlibatan responden,

hak responden dan manfaat penelitian. Setelah diberikan penjelasan secara

suka rela memberikan tanda tangan pada lembar persetujuan. Selama

penelitian semua responden bersedia untuk dilibatkan dalam penelitian.

3.8.2. Tanpa Nama (Anonim)

Anonim Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada kembar alat ukur dan hanya


PAGE \* MERGEFORMAT 33

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan (Hidayat, 2014). Prinsip ini diterapkan pada penelitian

dengan cara meniadakan identitas seperti nama, jenis kelamin responden

diganti dengan kode nomer dan inisial nama responden.

3.8.3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil penelitian (Hidayat, 2014). Peneliti merahasiakan berbagai informasi

yang menyangkut privasi responden yang tidak ingin identitasnya dan

segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini

diterapkan pada penelitian ini dengan cara menyamarkan wajah didalam

dokumentasi peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Aerisca, R., Helina, S. dan Vitriani, O. (2017). Faktor - faktor yang berhubungan
dengan kejadian postpartum blues di klinik pratama wilayah kerja
Payung Sekaki Kota Pekanbaru, Jurnal Proteksi Kesehatan, 7(1), pp.
15–23.
Alifah, F. N. (2016). Hubungan faktor psikososial terhadap kejadian post
partum blues di ruang nifas RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo, pp.
1–104.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Paktik.
Jakarta : Rineka Cipta. Chaya et all. 2013.
Baston, Hall. (2016). Antenatal volume 2. Jakarta: EGC.
BKKBN. (2017). Peraturan kepala badan kependudukan dan keluarga berencana
nasional nomor 24 tahun 2017 tentang pelayanan keluarga berencana
pasca persalinan dan pasca keguguran.
Budiyarti & Makiah. (2018). Pengaruh terapi murottal al-qur’an terhadap tingkat kecemasan
ibu hamil primigravida trimester iii di wilayah Puskesmas Pekauman: Jurnal
Citra Keperawatan Politeknik Kesehatan Banjarmasin; 2018.
Chasanah, I. N., Pratiwi, K. dan Martuti, S. (2016). Postpartum blues pada
persalinan di bawah usia dua puluh tahun, Jurnal Psikologi Undip,
15(2), pp. 117–122.
Danarti, N. K., Sugiarto, A., & Sunarko. (2018). Pengaruh expressive writing
therapy terhadap penurunan depresi, cemas, dan stres. Journal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 1(1), 48– 61.
Dańko, K. Et Al. (2018) Affective disorders in pregnancy and the postpartum
period – from statistics to treatment. A synchronic approach, current
problems of psychiatry, 19(4), Pp. 260–266. Doi: 10.2478/Cpp-2018-
0020.
Dharma, Kusuma Kelana. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan: Panduan
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta, Trans Info
Media.
Diah, dkk. (2015). Hubungan umur ibu dengan kejadian post partum blues pada
Ibu post partum.
Donsu, Jenita Doli Tine. (2016). Metodelogi penelitian keperawatan.
Yogyakarta : Pustaka Baru.
Donsu, Tine. (2017). Psikologi keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Pres.
Edward (2017). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta:
Salemba Medika.
Fatmawati, D. A. (2015) Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian post
partum blues, Jurnal Eduhealth, 5(2).
Fatmawati, N, R. I. dan Budiati, T. (2018) The influence of adolescent postpartum
women’s psychosocial condition on mother infant bonding,
Enfermeria Clinica, 8(2).
Fikri, T. 2012. Pengaruh menulis pada emosional dalam terapi ekspresif
terhadap emosi marah pada remaja. Humanitas. Vol. 11, No. 2.
Hidayat, A. Aziz. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis
data. Jakarta, Salemba Medika.
Hymas, R. dan Gyrard, L. (2019) Predicting postpartum depression among
adolescent mothers: A systematic review of risk, Journal of Affective
Disorders, 246.
Lowdermilk, Perry dan Cashion. (2013). Keperawatan maternitas. 8th edn.
Gorontalo: Elsevier.
Mansyur, N. dan Dahlan, K. (2014). Asuhan kebidanan masa nifas. 1st edn.
Jatim: Selaksa.
Machmudah. (2015). Gangguan psikologis pada ibu postpartum; postpartum
blues. Jurnal Keperwatan maternitas Vol 3(2) : 118-125).
Maharani, S.N.A., Noviekayati, I., & Meiyuntariningsih, T. (2017). Efektifitas
expressive writing therapy dalam menurunkan tingkat stress pada
remaja dengan albino ditinjau dari tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert. Personal Jurnal Psikologi Indonesia, 6(1) 48-60.
Marmi (2012). Asuhan kebidanan pada masa nifas “puerperium
care” .Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi (2015). Asuhan kebidanan pada ibu nifas. 1st edn. Yogyakarta: Penerbit
Pelajar.
MHI (2020). Postpartum blues syndrome Jakarta.
Munawaroh (2018). Hubungan antara paritas dengan kejadian mekanisme koping
menghadapi post partum blues pada ibu sectio caesaria di Bangsal
Mawar 1 RSUD Dr. Moewardi.
Murti, Rayza Dahlia, Hamidah. (2012). Pengaruh expressive writing terhadap
penurunan depresi pada remaja SMK di Surabaya. Jurnal Psikologi
Klinis dan Kesehatan Mental, Vol. 1 No 2, Juni 2012. Surabaya.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurjanah, S. N., A. S. Maemunah, dan D. L. Badriah. (2013). Asuhan kebidanan
postpartum. Edisi I. Bandung: PT Refika Aditama.
Nursalam (2011). Konsep dan penerapan metodelogi keperawatan: Pedoman
skripsi dan tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Oktiriani, I. (2017). Perilaku baby blues syndrome pada ibu pasca melahirkan di
Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunung Pati.
Pitriani, Risa dkk. (2014). Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas
III.Yogyakarta: Deepublish.
Pennebaker, J. W., & Chung, C. K. (2014). Expressive writing and its links to
mental & physical health. Oxford handbook of health psychology.
New York, NY: Oxford University Press.
Pratama, Kristin.(2015). Asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. A umur 22 tahun
p1a0 dengan postpartum blues di RSUD Surakarta.
Prawirohardjo, S. (2012). Buku panduan paktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. 2nd edn. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Ratnawati, A. (2017). Asuhan keperawatan maternitas. Edisi I.Yogyakarta:
Pustaka Baru Pers.
Restyana, C. I., Adiesti, F., Politeknik, M., Majapahit, K., & Politeknik, D.
(2014). Kejadian baby blues pada ibu primipara di Rsud Bangil
Pasuruan. Hospital Majapahit, 6(2), 29–39.
Retnoningtyas, D. W., Atmaja, A. G. A. A., Pratiwi, A. I., & Rahayu, K. D. A.
(2019). Pengaruh expressive writing terhadap penurunan tingkat
kecemasan mahasiswa tahun pertama. Jurnal Psikologi Mandala.
Ramadhani, E. D. (2019). Hubungan cara persalinan dengan kejadian baby blues
pada ibu post partum, Universitas Trisakti, pp. 1–20.
Rini, S. dan Kumala, F. (2017). Panduan asuhan nifas dan evidence based
practice.1st edn. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Rohmah, L. F., & Pratikto, H. (2019). Expressive writing therapy sebagai media
untuk meningkatkan kemampuan pengungkapan diri (self disclosure)
pada pasien skizofrenia hebefrenik. Psibernetika, 12(1), 20–28.
https://doi.org/10.30813/psiber netika.v12i1.1584.
Saraswati, D. E. (2018b). Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian postpartum
blues, Journal of Health Sciences, 11(2), pp. 130–139.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono (2017). Statistika untuk penelitian. Alfabeta: Bandung.
Susanti, L. Wahyu and Sulistiyanti, A. (2017). Analisis faktor-faktor penyebab
terjadinya baby blues syndrome pada ibu nifas, Jurnal Ilmiah Rekam
Medis dan Informatika Kesehatan, 7, pp. 121–132.
Sylvén, S. M. et al. (2017). Correlates of postpartum depression in first time
mother without previous psychiatric contact, European Psychiatry,
40.
Tyarini, I. A. dan Resmi, D. C. (2020). Pengaruh dukungan, pp. 48–55.
Tulak, L. A., Yusriani dan Idris, F. P. (2019). Sumber koping pada ibu yang
mengalami baby blues syndrome di RS. Elim Rantepao, Jurnal
Kesehatan, 2(2), pp. 106–115.
United Stase Agency for International Development (USAID). (2016). Facts for
family planning. Washington.
Vivian, dkk. (2016). Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Salemba Medika.
World Health Organization (WHO). (2018). Panduan kesehatan dalam kebidanan.
Amerika.
Wahyuni, E. D. (2018) Asuhan kebidanan nifas dan menyusui. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Wahyuningsih, S. (2019). Asuhan keperawatan postpartum. Edisi 1.
Yogyakarta: Deepublish Publiher.
Yulianti (2017). Pengaruh terapi pengalaman emosional terhadap tingkat depresi
lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Jurnal Ilmu
Kesehatan Kosala, 5 (2).
Lampiran 1

USULAN TOPIK PENELITIAN (F01)

Nama : Anggi Merlina Yuspita

NIM : S18218

Topik Penelitian :Pengaruh Expressive Writing Theraphy Terhadap Baby

Blues Syndrome Pada Ibu Post partum Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.

Latar belakang secara singkat:


Wanita dengan Usia > 20-35 tahun merupakan wanita dalam usia reproduktif, dalam

usia tersebut wanita bisa memasuki fase kehamilan, melahirkan dan menyusui (BKKBN,

2017). Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu

(42 hari), sehingga organ reproduksi kembali normal. Sekitar 50% kematian ibu terjadi

dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas

harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian,

2016).

Post partum merupakan masa transisi bagi ibu karena banyak terjadi perubahan, baik

secara biologis, psikologis, demografi dan sosial (Baston & Hall, 2016). Adaptasi

psikologis seorang wanita akan mengalami penyesuaian terhadap perannya sebagai orang

tua (ibu). Sekitar 70-80 % ibu pasca melahirkan mengalami gangguan mood, menangis,

mudah tersinggung, gelisah, kebingungan, gangguan tidur, perubahan pola makan, merasa

tidak berharga, dan merasa putus asa (Machmudah, 2015). Masalah yang sering muncul

pada ibu post partum diantaranya sebagai berikut perdarahan pasca persalinan, infeksi

(luka jahit pasca episiotomi), cairan keluar dari vagina, inkontinensia urine, payudara

bengkak dan baby blues syndrome (Kemenkes RI, 2013).


Data dari WHO (2018) mencatat prevalensi baby blues secara umum dalam populasi

dunia 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia reproduktif yaitu 20-35 tahun. Prevalensi

baby blues di Negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% dari wanita pasca

persalinan (Munawaroh, 2018). Angka kejadian baby blues negara Indonesia menurut

USAID (United Stase Agency for International Development) (2016) terdapat 31 kelahiran

per 1000 populasi. Negara Indonesia menduduki peringkat keempat tertinggi di ASEAN

setelah Laos yaitu sebanyak 26 kelahiran per 1000 populasi dan Kamboja yaitu sebanyak

25 kelahiran per 1000 populasi. Negara Indonesia dari beberapa penelitian sudah

dilakukan tentang baby blues, menurut penelitian yang dilakukan oleh Edward (2017)

angka kejadian baby blues di Negara Indonesia mencapai 23%.

Baby blues syndrome merupakan fase ketidakstabilan emosi, ditandai dengan perilaku

menangis, mudah tersinggung, gelisah, kebingungan, dan gangguan tidur. Wanita yang

memiliki gejala tersebut tetapi tidak memenuhi kriteria untuk depresi perinatal mungkin

menderita baby blues syndrome. Gejala biasanya muncul dalam beberapa hari pertama

setelah melahirkan, mencapai puncaknya pada 3-5 hari untuk menghilang (Dańko et al.,

2018). Dampak negatif dari baby blues syndrome disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor demografi, dan faktor sosial. Faktor biologis

meliputi faktor hormonal, kelelahan fisik, dan kesehatan ibu post partum. Faktor

psikologis meliputi dukungan keluarga, kondisi anak, kesiapan menghadapi persalinan,

dan jenis persalinan. Faktor demografi meliputi usia dan paritas. Faktor sosial meliputi

tingkat pendidikan, status perkawinan, dan status kehamilan (Restyana, 2014).


Ibu mengalami kesedihan yang mendalam dan merasa tidak berharga, sehingga merasa

terganggu dalam melakukan aktivitas sehari hari, dampak dari depresi postpartum yaitu

ibu dapat mengalami depresi yang berkepanjangan dan semakin berat hingga

berkeinginan untuk melukai bayi atau diri sendiri (MHI, 2020)

Baby blues syndrome dapat diatasi dengan terapi farmakologi (obat obatan)

seperti fluoxetine, namun pengguna obat sendiri dapat menimbulkan efek samping

yaitu resiko ketergantungan obat, sakit kepala, hilangnya nafsu makan dan mual atau

muntah, adapun terapi non farmakologi (secara alami) yaitu dengan relaksasi nafas

dalam, kompres hangat, guided imagery, terapi hidroponik, terapi musik, terapi seni,

aromaterapi, terapi expressive writing atau dengan psikoterapi (Budiyarti & Makiah,

2018). Salah satu terapi non-farmakologi yaitu dengan pemberian expressive writing

theraphy yang dapat mereduksi kecemasan karena saat individu berhasil mengeluarkan

perasaannya kedalam tulisan tangan, sehingga individu tersebut dapat memulai

merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja

dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari

psikomatik (Maharani, Noviekayati & Meiyuntariningsih, 2017).

Pennebaker dan Beal (Park, Ramirez & Beilock, 2014) mendefinisikan expressive

writing theraphy sebagai sebuah teknik yang sederhana yang dapat mendorong

individu untuk menuliskan dengan bebas apapun yang ada didalam fikiran ataupun

perasaan yang terkait dengan stressor penting yang mereka hadapi. Manfaat yang

diperoleh dari terapi ini antara lain memberikan pemahaman lebih bagi sang penulis,

mengasah kreatifitas penulis, dapat mengenali dan memahami diri


sendiri, dapat menurunkan rasa tegang dengan mengekspresikan perasaan, dan

meningkatkan kemampuan menghadapi masalah serta mengasah kemampuan

beradaptasi (Rohmah & Pratikto, 2019).

Berdasarkan pada permasalahan yang muncul, banyak cara yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah depresi, cemas, dan stres. Cara pemberian

psikoterapi atau sering disebut terapi kejiwaan, dengan menerapkan psikoterapi

kognitif seseorang, yaitu kemampuan berpikir secara rasional, konsentrasi, dan

daya ingat (Hawari, 2011). Terapi exspressive writing dianggap mampu mereduksi

cemas karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-emosi negatifnya

kedalam tulisan tangan maka individu tersebut dapat memulai merubah sikap,

meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori, memperbaiki kinerja dan

kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar dari

psikosomatik.

Rumusan masalah:

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Expressive Writing Theraphy
Terhadap Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebakkramat II Karanganyar?”
Tujuan penelitian:

1. Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Expressive writing theraphy Terhadap Baby blues

syndrome Pada Ibu Post partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat II

Karanganyar.

2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian :

a. mengidentifikasi karakteristik responden.

b. Mengidentifikasi Baby blues syndrome sebelum dilakukan pemberian Expressive

writing theraphy pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Kebakkramat II

Karanganyar.

c. Mengidentifikasi Baby blues syndrome setelah dilakukan Expressive writing

theraphy pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Kebakkramat II

Karanganyar.

d. Menganalisis perbedaan Baby blues syndrome Sebelum Dan Setelah Dilakukan

Expressive writing theraphy Pada Ibu Post partum Di Wilayah Kerja Puskesmas

Kebakkramat II Karanganyar.

Pembimbing: Nur Rakhmawati,S.Kep.,Ns.,MPH

Judul penelitian yang sudah di setujui oleh pembimbing:

Pengaruh Expressive Writing Theraphy Terhadap Baby Blues Syndrome Pada Ibu

Post Partum Di Wilayah Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.


Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian :Pengaruh Expressive Writing Theraphy Terhadap


Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Partum Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat II
Karanganyar.
Nama Penelitian : Anggi Merlina Yuspita
NIM : S18218
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Institusi Pendidikan : Universitas Kusuma Husada Surakarta
Pembimbing Skripsi : Nur Rakhmawati.S,Kep.,Ns.,MPH
Saya sebagai peneliti memohon kesediaan anda secara sukarela untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Anda berhak untuk ikut serta atau tidak dalam
penelitian ini. Lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikaan mengenai tujuan,
manfaat, dan prosedur dalam penelitian.
Tujuan penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terapi expressive
writing terhadap baby blues syndrome pada ibu post partum.
Manfaat penelitian:
Hasil penelitian ini diharapkan dapan menjadi intervensi non farmakologi dalam
upaya mengurangi baby blues syndrome dan bahan edukasi dalam mengatasi baby
blues syndrome pada ibu post partum.
Prosedur penelitian:
Setelah anda memutuskan untuk ikut dalam penelitian, maka peneliti akan
memberikan dan menjelaskan informed consent. Kemudian setelah anda
menandatangani informed consent, peneliti akan melakukan penelitian dengan
Langkah awal melakukan screening untuk menentukan kriteria baby blues
syndrome dengan cara membagikan kuesioner Baby Blues Syndrome (EPDS)
kemudian peneliti memilih secara random responden sebagian menjadi
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Setelah itu akan dilakukan pretest
dengan kuesioner EPDS untuk kelompok perlakuan diberikan terapi expressive
writing dengan relaksasi nafas dalam dan sebagian dijadikan kelompok kontrol
diberi relaksasi nafas dalam, terapi dilakukan selama 10-30 menit untuk klien
menulis. Terapi ini dilakukan setiap pagi dan dalam waktu 3 hari berturut turut
dalam seminggu (7 hari).
penelitian diakhiri dengan post test dengan cara membagikan kuesioner Baby
Blues Syndrome EPDS.
Demikian penjelasan singkat ini mengenai prosedur penelitian. Peneliti sangat
berharap anda dapat ikut serta dalam penelitian ini seebagai responden, maka
silahkan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden penelitian pada
lembar berikutnya. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasi
anda.
Responden diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan peneltian ini, bila sewaktu-waktu membutuhkan penjelasan
lebih lanjut maka anda dapat menghubungi penelitian dengan nomor handphone
081228839668.

Surakarta, 11 januari 2022

Peneliti,
(Anggi Merlina Yuspita)
Lampiran 9

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Yth. Calon Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa program studi
Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Nama : Anggi Merlina Yuspita
NIM : S18218
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh
Expressive Writing Theraphy terhadap Baby Blues Syndrome pada ibu post
partum di Wilayah Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar”. penelitian ini
dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
program studi Sarjana Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, saya mohon bantuan dari ibu untuk
menjadi responden penelitian saya.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan ibu saya
ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

(Anggi Merlina Yuspita)


Lampiran 10

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini saya :

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Menyatakan bahwa :

1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Pengaruh Expressive Writing

Theraphy Terhadap Baby Blues Syndrome Pada Ibu Post Partum Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar.”

2. Telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban terbuka

dari peneliti.

Dengan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari

pihak manapun, bahwa saya bersedia/tidak bersedia* berpartisipasi menjadi

responden dalam penelitian ini. Demikian penyataan ini saya buat untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 11 januari 2022


Yang membuat pernyataan

(..................................)
Lampiran 11

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


EXPRESSIVE WRITING THERAPHY
Pengertian Menulis pengalaman emosional dapat diartikan dengan
melahirkan pikiran atau perasaan yang pernah dialami, yang
menyentuh perasaan dengan tulisan.
Tujuan Meningkatkan kesehatan psikologis.
Prosedur PERSIAPAN:
a) Salam
b) Perkenalan diri
c) Sampaikan maksud dan tujuan
d) Alat kertas HVS, alat tulis ( bolpoint)
e) Lingkungan : atur lingkungan senyaman dan setenang
mungkin agar klien mudah berkonsentrasi.

PELAKSANAAN:
Tahap recognition/initial write
- Instruksikan klien untuk duduk dengan tenang dan rileks.
- Instruksikan klien untuk memfokuskan pikiran dan
membayangkan apa saja hal yang muncul di fikirannya.
- Anjurkan klien untuk menuliskan kata kata atau frasa apa saja
yang muncul dalam pikirannya.
- Bantu klien lebih rileks lagi (rilekskan pikiran dengan latihan
nafas dalam).
- Beri waktu klien untuk merilekskan kurang lebih selama 6
menit.

Tahap examination/writing exercise


-Intruksikan klien untuk mulai menulis pengalaman emosionalnya
(tulisan dapat berupa peristiwa emosional, peristiwa masa lalu,
maupun peristiwa yang mendatang)
- Beri waktu selama 10-30 menit untuk klien menulis. Terapi ini
dilakukan setiap pagi dan dalam waktu 3 hari berturut turut
dalam seminggu (7 hari).
- Menjelang akhir waktu, anjurkan klien membaca kembali
tulisannya (klien dapat mengoreksi ataupun menyempurnakan).

Tahap juxtaposition/feedback
- Anjurkan klien membaca kembali tulisannya bila perlu
disempurnakan dan didiskusikan dengan orang terdekat.
- Tanyakan perasaan klien setelah sesi menulis.

Tahap aplication to the self


- Tanyakan kepada klien tentang kesulitan dan hambatan yang
dirasakan klien selama sesi menulis.
- untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan konsentrasi yang
penuh
- selama terapi, usahakan tetap menulis sampai waktu yang
disediakan habis
- lakukan prosedur ini minimal 3 sesi

Terminasi - Ucapkan Salam

(Rohmah, 2019)
Lampiran 12

LEMBAR OBSERVASI

A. Observasi Pretest dan posttest Expressive writing theraphy

Observasi dilakukan dengan melihat jumlah skor menggunakan

kuisioner Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) sebelum dan sesudah

dilakukan Expressive writing theraphy.

Nama responden :

Alamat :

Tanggal pelaksanaan :

WAKTU

EXPRESSIVE HASIL

HARI KE WRITING

THERAPHY
SEBELUM SESUDAH

HARI KE 1 PAGI

HARI KE 2 PAGI

HARI KE 3 PAGI

Noted: Pagi : 07.00 - 09.00 WIB


Lampiran 13

KUISIONER PENELITIAN

EDINBURGH POSTNATAL DEPRESSION SCALE (EPDS)

A. Karakteristik Responden

1. No. Responden :

2. Tanggal lahir/umur :

3. Kehamilan ke :

4. Nifas hari ke :

5. Pendidikan terakhir :

6. Pekerjaan :

7. Ketuban pecah dini :Ya ( ) Tidak KPD ( )

8. Luka persalinan :Episiotomi ( ) Tidak Episiotomi ( )

9. Induksi persalinan :Ya ( ) Tidak Induksi ( )

10. Jenis persalinan :SC ( ) Spontan ( )


B. Pernyataan Kuisioner

Petunjuk Kuisioner :

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama dan jawab sesuai dengan kondisi

anda saat ini dengan memberi tanda ceklist (√ )

2. Jumlah pertanyaan ada 10 item dengan empat pilihan jawaban

No. Pernyataan Skor

1. Saya bisa tertawa Sering Kadang- Sangat Tidak


pada saat melihat (0) kadang jarang pernah
kejadian yang (1) (2) (3)
lucu:

2. Saya dapat Sering Kadang- Sangat Tidak


memandang (0) kadang jarang pernah
kehidupan dimasa (1) (2) (3)
depan dengan
penuh harapan:

3. Saya merasa tidak Sering Kadang- Sangat Tidak


berguna karena (3) kadang jarang pernah
sesuatu kesalahan (2) (1) (0)
dimasa lalu:

4. Saya merasa Sering Kadang- Sangat Tidak


cemas atau merasa (3) kadang jarang pernah
kuatir tanpa alasan (2) (1) (0)
yang jelas:
5. Saya merasa takut Sering Kadang- Sangat Tidak
dan panik karena (3) kadang jarang pernah
sesuatu alasan (2) (1) (0)
yang tidak jelas:

6. Saya sering Sering Kadang- Sangat Tidak


merasa segala (3) kadang jarang pernah
sesuatu terasa sulit (2) (1) (0)
untuk dikerjakan:

7. Saya merasa tidak Sering Kadang- Sangat Tidak


bahagia, yang (3) kadang jarang pernah
membuat saya (2) (1) (0)
sulit untuk tidur:

8. Saya merasa sedih: Sering Kadang- Sangat Tidak


(3) kadang jarang pernah
(2) (1) (0)

9. Saya merasa tidak Sering Kadang- Sangat Tidak


bahagia sehingga (3) kadang jarang pernah
membuat saya (2) (1) (0)
mennagis:

10. Saya merasa Sering Kadang- Sangat Tidak


sesuatu kegagalan (3) kadang jarang pernah
atau kerugian: (2) (1) (0)
Jumlah skor:

Cara penilaian skor:

1. Setiap pertanyaan bermilai 4 poin skala (0-3), dengan total skor berkisar antara

0-30.

2. Interpretasi Nilai:

skor > 10 mengalami baby blues syndrome.

skor < 10 tidak mengalami baby blues syndrome.

(Oktaputrining dkk, 2018).


Lampiran 14

Anda mungkin juga menyukai