Anda di halaman 1dari 110

PENGARUH ART THERAPY MOZAIK TERHADAP TINGKAT DEPRESI

PADA LANSIA DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI

SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
EVINATALIA

NIM S16145

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2020

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa

yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, pada akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap

Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti”. Dalam penyusunan

skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar

skripsi di program studi sarjana keperawatan Universitas Kusuma Husada

Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak memdapatkan

bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan

penghargaan yang tulus, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Setiyawan S.Kep.,M.Kep, selaku rektor Universitas Kusuma Husada

Surakarta

2. Ns. Atiek Murharyati, M.Kep, selaku Dekan Universitas Kusuma Husada

Surakarta

3. Ns. Isnaini Rahmawati, MAN pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan baik materi dan motivasi selama

penyusunan skripsi ini.

4. Ns. Ririn Afriyan Sulistyawati, M.Kep Pembimbing II saya yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan baik materi dan motivasi

selama penyusunan skripsi ini.

iv
5. Seluruh dosen dan karyawan Universitas Kusuma Husada Surakarta yang

telah membantu dengan berbagai cara sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sukidi, Ibu Sri Hartatik, seluruh keluarga

besar yang selalu memberikan dukungan, motivasi, do’a dan kasih saying

sepanjang masa.

7. Teman-teman seperjuangan program studi sarjana keperawatan

Universitas Kusuma Husada, yang selalu sering membantu dan banyak

memberikan motivasi.

8. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan

mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Selanjutnya peneliti

sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran demi

10. perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

dan pelayanan keperawatan.

Surakarta, 20 Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xi
ABSTRAK................................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 7
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ................................................................................. 8
2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 26
2.3 Kerangka Konsep ........................................................................... 27
2.4 Hipotesis .......................................................................................... 27
2.5 Keaslian Penelitian .......................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 30
3.2 Populasi dan Sampel.......................................................................... 31
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 33
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran..... 33
3.5 Alat Penelitian dan Cara Penumpulan Data....................................... 34
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data................................................ 38
3.7 Etika Penelitian ................................................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisi Univariat................................................................................
43

viii
4.2 Analisa Bivariat..................................................................................
45
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik respoden........................................................................
46
5.2 Mengidentifikasi senelum di lakukan Art Therapy mozaik
terhadap tingkat depresi lansia...........................................................
49
5.3 Mengidemtifikasi sesudah di lakukan Art Therapy mozaik
terhadap tingkat depresi lansia...........................................................
51
5.4 Menganalisa pengaruh Art Therapy mozaik terhadap tingkat
depresi lansia......................................................................................
54.............................................................................................................
BAB PENUTUP VI
6.1 Kesimpulan.........................................................................................
58
6.2 Saran...................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Keaslian penelitian 29

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 33

4.1 Disribusi frekuensi responden menurut umur 43

4.2 Disribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin 43

4.3 Tingkat depresi pre test pada lansia 44

4.4 Tingkat depresi post test pada lansia 44

4.5 Analisa pengaruh Art Therapy mozaik terhadap

tingkat depresi lansia 45

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori 29

2.2 Kerangka konsep 30

3.1 Rancangan Penelitian 33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan

Lampiran

1. F 01 Usulan Topik Penelitian


2. F 02 Pengajuan Persetujuan Judul
3. F 04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4. Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian
5. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
7. Geriatric Depression Scale
8. Standar Operasional Prosedur (SOP)
9. Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Skripsi
10. Lembar Audien Ujian Sidang Proposal Skripsi
11. Lembar Permohonan Ijin Ethichal Clearance
12. Lembar Ethichal Clearance
13. Lembar Permohonan Ijin Penelitian
14. Surat Balasan Ijin Penelitian
15. Lembar Olah Data SPSS
16. Lembar Dokumentasi
17. Lembar Konsultasi

viii
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020

Evinatalia
evinatalia23@gmail.com

PENGARUH ART THERAPY MOZAIK TERHADAP TINGKAT DEPRESI


PADA LANSIA DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

Abstrak

Lanjut usia (lansia) adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan
manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Kondisi kemunduran tersebuat
pada lansia akan berdampak pada kesehatan mental lansia. Masalah mental yang
sering dijumpai adalah depresi. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih
mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi sosial Penatalaksanaan
depresi dapat dilakukan dengan teknik nonfarmakologi, yaitu dengan Art Therapy.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Art Therapy terhadap tingkat
depresi pada lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta .
Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang responden dengan
menggunakan metode penelitian Quasy Experiment dengan pendekatan One
Group Pretest-Posttest Without Control Design. Pengambilan sampel dilakukan
secara non probability sampling dengan teknik consecutive sampling. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian setelah dilakukan uji Wilcoxon tingkat depresi pre test dan
post test pada intervensi menunjukan nilai p value 0,000 < 0,05 yang artinya ada
pengaruh Art Therapy terhadap tingkat depresi pada lansia. Kesimpulan penelitian
ini adalah Art Therapy terhadap tingkat depresi pada lansia. Sehingga terapi
tersebut dapat dijadikan acuan untuk menyusun SOP penanganan depresi dengan
Art Therapy terhadap tingkat depresi pada lansia.

Kata Kunci : Art Therapy, Lansia, Tingkat Depresi


Daftar Pustaka : 51 (2010 – 2018)

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan

manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Lansia merupakan proses

penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan

fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan

kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi

organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel

tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi

secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010).  

Perubahan lain yang dialami pada lansia adalah gejala psikologis yang

meliputi perasaan kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian,

penurunan daya ingat, berkurangnya konsentrasi dan perhatian, kurang

percaya diri, kecemasan, terasingkan dari lingkungan, ketidak berdayaan,

perasaan tidak berguna, ketergantungan dan keterlantaran (Suardiman, 2015).

Kondisi yang demikian ini akan berdampak pada kesehatan mental lansia.

Masalah mental yang sering dijumpai adalah depresi (Nugroho, 2016).

Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lansia.

Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak

pada gangguan interaksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa

1
2

gangguan fisik seperti insomnia dan berkurangnya nafsu makan. Depresi

seringkali tidak terdeteksi pada lansia karena dianggap sebagai akibat dari

proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lansia. Padahal deteksi

dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperbaiki dan

meningkatkan kualitas hidup bagi lansia (Dewi, 2014).

Prevalensi depresi di dunia sekitar 8-15% dan hasil survei dari berbagai

negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah

13,5% dengan perbandingan wanita : pria ialah 14,1 : 8,6 dimana wanita dua

kali lebih banyak dari pada pria (Riskesdas, 2018). World Health

Organitation (WHO) memperkirakan bahwa depresi akan menjadi penyakit

dengan bahan global kedua setelah penyakit jantung iskemik. Penelitian

sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Suryo (2015) di Panti Wreda Darma

Bakti Surakarta didapatkan hasil tingkat depresi lansia menunjukan sebagian

besar lansia mengalami depresi sedang sebanyak 48%, ini membuktikan

bahwa lansia yang ada di Panti Wreda tingkat depresinya juga tinggi.

Depresi pada lansia diakibatkan karena adanya perasaan kehilangan

perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial, terutama keluarga (Suardiman,

2016). Hal yang demikian membuat pihak keluarga memutuskan untuk

membawa lansia ke sebuah panti, padahal hal tersebut dapat memperburuk

keadaan lansia terutama yang sedang mengalami depresi karena akan

mempengaruhi fungsi kognitifnya. Dampak depresi sebagai akibat dari

ketidakmampuan lansia untuk menyesuaikan dirinya dengan kematian

pasangan. Risiko depresi sangat mungkin muncul pada lansia, yang dapat
3

ditandai dengan terjadinya gangguan perasaan, seperti kemurungan,

kesedihan, kelesuan, kehilangan, gairah hidup, perasaan bersalah atau berdosa,

merasa tidak berdaya dan putus asa. Beberapa kasus ditemukan bahwa

keadaan depresi dapat mendorong lansia melakukan bunuh diri, Adapun

terapi-terapi untuk mengatasi kondisi tersebut antara lain dengan memberikan

kegiatan yang positif, menarik dan bersifat menyenangkan. Salah satunya

dengan Art Therapy. Malchiodi (2013) menyatakan Art Therapy adalah salah

suatu bentuk terapi yang bersifat espresif dengan menggunakan materi seni,

seperti lukisa , kapur, mengepresikan diri, meningkatkan ketrampilan coping

individu, mengelola stress, dan memperkuat rasa percaya diri. Art Therapy

juga dapat diartikan sebagai kegiatan membuat sebuah karya seni untuk

memenuhi kebutuhan psikologis dan emosional pada individu, baik pada

individu yang memiliki kemampuan dalam seni ataupun yang tidak memiliki

kemampuan dalam seni. Melalui Art Therapy individu dapat mengungkapkan

perasaan yang diaalami dengan menggunakan seluruh srea atau fungsi dalam

diri mereka, salah satu terapi untuk menurunkan strees terapi komplementer

untuk menurunkan depresi Art Therapy (Khaira, 2016)

Art Therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media

dengan menciptakan sebuah karya untuk berkomunikasi (British Association

of Art Therapy, 2018). Media seni dapat berupa pensil, kapur berwarna,

warna, cat, potongan-potongan kertas, dan tanah liat (Hallowell, 2012).

Kegiatan Art Therapy mencakup berbagai kegiatan seni seperti menggambar,


4

melukis, menari, gerakan-gerakan kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan

menilai karya seni orang lain (Hallowell, 2012).

Art Therapy merupakan salah satu intervensi psikologis yang semakin

berkembang dalam kurun waktu terakhir. Art Therapy telah banyak digunakan

dalam berbagai kasus medis baik pada anak maupun dewasa (Malchiodi,

2013). Tujuan Art Therapy bukan untuk menghasilkan bentuk-bentuk nilai

seni, tetapi lebih menekankan kebebasan untuk berkomunikasi melalui bentuk-

bentuk nilai seni Art Therapy telah banyak digunakan di lingkungan medis,

seperti pada pasien kanker, penyakit ginjal, penderita rematik, penyakit kronis,

dan luka bakar yang parah (Malchiodi, 2013). Oleh karena itu beberapa

penelitian yang bertujuan untuk membuktikan hubungan antara proses kreasi

dan Art Therapy dan respon fisiologis tubuh dalam bidang kesehatan mulai

dikembangkan (Malchiodi, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romlah, (2018) hasilnya

menunjukkan bahwa pelatihan mozaik dan relaksasi ditunjukkan efek slow

down pada parameter gairah psikologis secara bertahap menurunkan tekanan

darah sistolik efek utama sederhana dari waktu pada pretreatment, (p = 0,007)

dan tingkat respirasi (p = .000) pada pra dan pasca perawatan langkah-langkah

sebagai intervensi melanjutkan, meskipun dengan ukuran efek yang lebih kecil

dibandingkan dengan relaksasi. Mozaik dan pelatihan relaksasi memiliki

bantuan efektif dan efek peningkatan stimulasi suasana hati pada pasien NPC

(Nasopharyngeal Carcinoma).
5

Terapi mozaik termasuk keterampilan yang mencakup pemanfaatan

dengan alat-alat atau media untuk kegiatan pembelajaran misalnya

menggunting, menempel, melukis, menggambar dan lain-lain. Berdasarkan

pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa proses membuat kreasi seni

dapat mengembangkan kemampuan coping pasien terhadap stress dan gejala-

gejala kesehatan dalam penelitian ini, peneliti memilih terapi mozaik sebagai

bentuk kegiatan dalam Art Therapy (Dewi, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan pada 3 November 2019 yang dilakukan

penelitian di Panti Wredha Darma Bhakti Surakarta karena Panti tersebut

merupakan Panti Wredha yang memiliki jumlah lansia terbanyak di Surakarta.

Hasil didapatkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner Geriatric

Depression Scale (GDS) yang memiliki beberapa instrumen skrining untuk

melihat tanda-tanda depresi. Wawancara yang dilakukan peneliti 20 dari 50

lansia banyak yang tinggal di Panti mengalami depresi dengan distribusi 10

lansia banyak menyendiri sedangkan 8 lansia merasa tidak puas dengan

kehidupan 2 lansia mempunyai banyak masalah dengan teman di panti.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneiliti pengaruh Art

Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Wreda Dharma

Bhakti Surakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Lansia adalah salah satu periode dalam rentan kehidupan manusia yang

dianggap sebagai fase kemunduran dan mengalami perubahan yang dialami

pada lasia adalah gejala psikologis yang meliputi perasaan kesepian, takut
6

kehilangan, takut menghadapi kematian, penurunan daya ingat, berkuragnya

konsentrasi dan perhatian, kurang percaya diri, kecemasan, tersaingkan dari

lingkunga, ketidak berdayaan, perasaan yang tidak berguna, ketergantungan

dan keterlantaran kondisi yang demikian ini akan berdampak pada kesehatan

metal lansia. Masalah mental yang sering dijumpai adalah depresi merupakan

masalah psikologis yang banyak terjadi pada lansia. Masalah tersebut ditandai

dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi

sosial. Penanganan untuk masalah depresi lansia dapat menggunakan mitode

nonfarmakologi diberikan Art Therapy Mozaik. Berdasarkan uraian tersebut

maka peneliti merumuskan masalah, Adakah Pengaruh Art Therapy Mozaik

terhadap tingkat depresi lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Art Therapy mozaik terhadap tingakat depresi

lansia Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karekteristik responden berdasarkan usia dan jenis

kelamin

2. Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sebelum dilakukan Art Therapy

Mozaik lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

3. Mengidentifikasi tingkat depresi lansia sesudah dilakukan Art

Therapy Mozaik pada lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta


7

4. Menganalisa pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi

pada lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi Panti

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan masukan bagi

Panti untuk lebih memperhatikan tingkat depresi lanjut usia. Penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam proses pelayanan

kesehatan tentang depresi lansia.

2. Bagi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bacaan guna

meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pengetahuan perawat

pemberian Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi lansia.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan acuan serta prevalensi bagi penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan pemberian Art Therapy mozaik terhadap tingkat

depresi lansia. Sehingga didapatkan ide baru dalam sebuah penelitan

selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana menambah wawasan dan

mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan yaitu

dengan penanganan nonfarmakologi.


8

5. Bagi Responden

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan

responden dan bisa langsung diaplikasikan sendiri karena cara yang

digunakan sangat mudah.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian lansia

Seseorang dikatakan lansia apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena

faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara

jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2014). Secara umum, seseorang

dikatakan lansia apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan

stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres

fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi et al,

2016).

Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Usia

kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan

penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda,

berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh

karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu

lansia dengan lansia lainnya (Perry & Potter, 2012).

9
10

2. Batasan Umur Lansia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi et al, (2016) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas.

b. Menurut World Health Organization (2019), lanjut usia dibagi menjadi

empat kriteria yaitu: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia(old) ialah 75-90

tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

c. Menurut Lubis (2015) Psikolog UI terdapat empat fase yaitu: pertama


(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Suardiman (2015) masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80
tahun), dan very old ( > 80 tahun)
3. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan.


11

d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

4. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

Muhith & Nasir (2015) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

lansia meliputi perubahan fisik, psikologis, kognitif, dan spiritual.

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik ini erat sekali kaitannya dengan perubahan mental,

keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi

lingkungan.

b. Perubahan psikologis

Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa

penyakit selalu mengancam, sering bingung, panik, dan depresi.

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat

beragam, tergantung kepada kepribadian individu yang bersangkutan.

c. Perubahan kognitif

Ada beberapa perubahan pada fungsi kognitif yaitu antara lain :

1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang

membutuhkan kecepatan dan tugas yang membutuhkan memori

jangka pendek.

2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.


12

3) Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila

tidak ada penyakit.

d. Perubahan spiritual

Kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupannya.

2.1.2 Depresi pada Lansia

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan gangguan perasaan yang berat dan ditandai

dengan gangguan fungsi fisik dan fungsi sosial yang hebat, lama dan

menetap pada individu tersebut (Yosep, 2015). Depresi adalah keadaan

sakit jiwa ringan dimana setiap orang dapat merasakan berbagai perasaan

yang sering digambarkan dalam bentuk kesedihan dan duka (Nugroho,

2016). Depresi suatu keadaan emosional yang ditandai dengan kehilangan

minat dan kegembiraan terhadap hal yang menyenangkan serta merasakan

kesedihan yang mendalam, perasaan tidak berharga, merasa bersalah dan

menarik diri dari orang lain dilingkungan, depresi dapat mengakibatkan

keadaan dimana salah satu fungsi manusia terganggu dalam satu masa

yang berkaitan dengan alam perasaan dan terdapat gejala yang

menyertainya. Gejala penyerta depresi tersebut adalah perubahan pada

pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus

asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Muhith & Nasir, 2015).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi

adalah gangguan alam perasaan yang berat dalam bentuk kesedihan dan

duka yang dirasakan individu serta terdapat gejala yang menyertainya


13

seperti perasaan tidak berharga, menarik diri, dan perubahan pada

kebiasaan dan kondisi fisik.

2. Etiologi

Menurut Teifon (2016) menunjukkan gejala-gejala yang timbul

pada penderita depresi dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

a. Gangguan afektif

Biasanya penderita mengalami perubahan perasaan pada gangguan

afektif. Gejala yang biasa timbul pada gangguan afektif adalah

perasaan sedih, perasaan negatif terhadap diri sendiri, kehilangan

terhadap minat, kesenangan, dan semangat serta mudah menangis.

b. Gangguan kognitif

Gejala yang muncul adalah penderita akan merasa harga diri dan

percaya diri rendah, rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan

pesismitik dan suram mengenai masa depan, tindakan yang

menyakitkan diri, konsentasi dan perhatian yang buruk serta merasa

putus asa.

c. Gangguan somatik

Gejala dari gangguan somatik ini adalah gangguan tidur/ insomnia,

hilangnya nafsu makan, penurunan energi dan aktifitas menjadi

terbatas, nyeri kepala, nyeri pada punggung, dan gangguan pada

sistem pencernaan.
14

3. Klasifikasi depresi

a. Menurut Teifon (2016) menjelaskan bahwa depresi terbagi menjadi 3

kategori, yaitu:

1) Gangguan depresi berat (Major Depressive Disorder)

Gangguan ini dapat ditandai dengan kondisi emosi, sedih serta

kehilangan kemampuan untuk menikmati aktivitas sehari-hari.

Gejala yang muncul yaitu tidur yang terlalu banyak sekitar 10 jam

keatas atau sulit tidur, kekakuan motorik, kehilangan nafsu

makan, berat badan menurun drastis atau makan yang berlebihan

sehingga berat badan naik secara drastis, kehilangan energi,

lemas, tidak bersemangat untuk melakukan hal apapun, merasa

tidak berharga, sulit untuk berkonsentrasi, sulit berpikir dan

membuat keputusan, muncul pikiran tentang kematian secara

berulang kali atau keinginan untuk bunuh diri. Gejala tersebut

muncul hampir sepanjang hari selama minimal 2 minggu.

2) Gangguan distimik atau distimia (Dysthymic Disorder)

Gangguan ini merupakan gangguan depresi kronis. Seseorang yang

didiagnosis mengalami distimik, kondisinya depresif lebih dari

separuh waktu dari minimal 2 tahun. Jadi, dalam jangka waktu 2

tahun, separuh dari waktu tersebut seseorang akan mengalami

kondisi depresif dan minimal akan mengalami gejala seperti,

kehilangan nafsu makan atau sebaliknya, tidur terlalu banyak atau

terlalu sedikit, merasa diri sudah tidak berharga, kesulitan


15

berkonsentrasi, kesulitan dalam mengambil keputusan, serta

merasa kehilangan harapan.

3) Gangguan afektif Bipolar atau siklotimik (Bipolar Affective Illness

or Cyclothymic Disorder)

Depresi dengan gangguan siklotimik ditandai dengan penderita

sebelumnya pernah mengalami episode depresi berat atau depresi

yang lebih berat. Depresi siklotimik menunjukkan keadaan depresi

ringan dan hipomania, terpisah dan bercampur, terus menerus, atau

hilang timbul, berlangsung selama paling sedikit 13 tahun.

Gangguan ini biasanya terjadi pada usia muda yaitu sekitar usia 20

tahunan.

b. Berdasarkan tingkat depresi dari Geriatric Depression Scale maka

depresi dapat digolongkan mejadi tiga kelompok yaitu menurut Lubis

(2015)

1) Depresi ringan (Mild Depression/ Minor Depression)

Depresi ringan ditandai dengan adanya rasa sedih, perubahan

proses berpikir, hubungan sosial kurang baik, tidak bersemangat

dan merasa tidak nyaman. Pada depresi ringan, suasana hati yang

rendah datang dan pergi serta penyakit datang setelah kejadian

stress yang spesifik.

2) Depresi Sedang (Moderate Depression)

a) Gangguan afektif: peasaan murung, cemas, kesal, marah

menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri rendah.


16

b) Gangguan proses pikir: berpikir lambat, ragu ragu, konsentrasi

menurun, berpikir rumit, dn putus asa serta pesimis.

c) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas

terasa berat, tubuh lemah, sakit kepala, sakit dada, mual,

muntah, konstipasi, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, dan gangguan tidur.

d) Pola komunikasi: bicara lambat, komunikasi verbal menjadi

berkurang, dan komunikasi non verbal menjadi meningkat.

e) Partisipasi sosial: seseorang menjadi menarik diri, tidak mau

bekerja, mudah tersinggung, bermusuhan, dan tidak

memperhatikan kebersihan diri.

3) Depresi berat

Depresi berat mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu

melankolis (rasa sedih) dan mania (rasa gembira yang berlebihan

disertai dengan gerakan hiperaktif). Tanda dan gejala depresi berat:

a) Gangguan afektif: pandangan kosong, perasaan hampa,

murung, putus asa dan inisiatif kurang.

b) Gangguan proses fikir: halusinasi, waham, konsentrasi

berkurang, dn pikiran merusak diri.

c) Sensasi somatik dan aktivias motorik: diam dalam waktu lama,

tiba tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurang perawatan

diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun,


17

bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, dan tugas

ringan terasa berat.

d) Pola komunikas: tidak ada komunikasi verbal sama sekali.

e) Partisipasi sosial: kesulitan menjalankan peran sosial dan

menarik diri

2.1.3 Faktor Faktor yang Menyebabkan Depresi Pada Lansia

1. Faktor Demografi

a. Usia

Usia adalah rentang perhitungan waktu hidup seseorang sejak

dilahirkan sampai sekarang. Usia merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan depresi terutama pada seseorang lansia (Mojtabai,

2014). Lansia dapat digolongkan menjadi 3 berdasarkan usia yaitu

lansia 60-69 tahun, lansia 70-80 tahun, usia sangat tua lebih dari 80

tahun (Azizah, 2014). Risiko terjadinya depresi dapat meningkat

dua kali lipat saat usia semakin meningkat (Mojtabai, 2014).

Banyak terjadi perubahan pada hidup penderita pada masa tersebut

sehingga depresi muncul. Perubahan tersebut baik perubahan

secara fisik, psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual yang

mempengaruhi kualitas hidup lansia (Kartika, 2014).

b. Jenis Kelamin

Menurut beberapa studi, lansia perempuan memiliki risiko depresi

lebih tinggi dibandingkan dengan lansia laki-laki dengan

perbandingan yaitu dua banding satu (Haralambous & Lin, 2013).


18

Hal ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor lain yang

kemungkinan menyebabkan depresi, seperti: kematian pasangan

hidup, perbedaan sosial dan budaya (Tareque, 2013) Selain itu

pengaruh perubahan fisiologis dikarenakan ada kaitannya dengan

perubahan hormonal pada perempuan misalnya menopause (Agus

et al, 2014). Tanggung jawab seorang perempuan dalam kehidupan

sehari hari cukup berat, seperti mengurus rumah tangga dan

mengurus anak. Menyebabkan kemungkinan faktor risiko depresi

lebih banyak pada lansia perempuan daripada laki-laki.

c. Status Sosioekonomi

Seseorang dengan status sosioekonomi yang lebih rendah memiliki

risiko yang lebih besar menderita depresi dibandingkan dengan

yang status ekonominya lebih baik (Agus et al, 2014). Hal ini

dikarenakan seseorang dengan status ekonomi yang lebih rendah

akan menyebabkan kebutuhan sehari-hari menjadi kurang sehingga

mudah terkena depresi.

d. Status Pernikahan

Pernikahan membawa manfaat yang baik bagi kesehatan mental

laki laki dan perempuan (Riyadi, 2014). Pernikahan tidak hanya

mempererat hubungan asmara antara laki laki dan perempuan, juga

bertujuan untuk mengurangi risiko mengalami gangguan

psikologis. Bagi pasangan suami-istri yang tidak dapat membina


19

hubungan pernikahan atau ditinggalkan pasangan karena meninggal

dapat memicu terjadinya depresi.

e. Pendidikan

Pendidikan sangat berkaitan dengan kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif adalah bentuk mediator diantara kejadian

dalam hidup dengan suasana hati Tingkat depresi seseorang dapat

semakin tinggi ketika tingkat pendidikan rendah (Amir, 2015).

f. Dukungan Sosial

Lansia secara perlahan akan mengalami penurunan kondisi fisik,

penurunan aktifitas, pemutusan hubungan sosial dan perubahan

posisi dalam masyarakat. Dukungan sosial diperlukan dalam

kondisi seperti tersebut. Dukungan sosial seperti perhatian dan

motivasi dibutuhkan oleh lansia untuk memperoleh ketenangan,

dukungan sosial merupakan sumber daya yang terdapat ketika

berinteraksi dengan orang lain, dukungan sosial dapat diartikan

sebagai bentuk tanda seseorang merasa dicintai, diperhatikan, dan

dihagai melalui komunikasi serta kontak sosial. Semakin tinggi

frekuensi hubungan dan kontak sosial, maka semakin panjang

harapan hidup seseorang. Hasil studi menunjukkan dukungan sosial

bagi lansia sangat penting, karena dukungan sosial yang baik telah

terbukti menurunkan depresi parental dan bertindak sebagai suatu

pelindung bagi lansia, semakin tinggi dukungan sosial yang


20

diterima oleh lansia yang tinggal di panti, semakin rendah depresi

yang dialami oleh lansia (Riyadi, 2014).

g. Pengaruh genetik

Keturunan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

lansia mengalami depresi Lansia yang memiliki keturunan atau gen

depresi dari orang tua maka risiko menderita depresi dapat terjadi

lebih awal dari pada yang tidak mempunyai gen depresi (Riyadi,

2014).

h. Kejadian dalam Hidup (Life Event)

Kejadian dalam hidup dalam menimbulkan stres pada lansia dan

jika berkelanjutan dapat menimbukan depresi (Riyadi, 2014).

Kejadian tersebut seperti kehilangan pekerjaan, bercerai, masalah

keuangan dan kematian orang tercinta. Gejala depresi akan tampak

kurang lebih dalam 2 tahun setelah kejadian terjadi.

i. Medikasi

Pengobatan merupakan salah satu tindakan medis untuk

memulihkan kembali kondisi tubuh Namun, beberapa obat yang

diberikan dapat menimbulkan gejala depresi pada lansia. Obat

tersebut seperti obat antihipertensi, obat psikiatri, analgesic

(Riyadi, 2014).

2. Dampak Depresi Lansia

Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan

dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh


21

karena bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan

memperburuk prognosis. Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di

bawah ini (Mudjaddid, 2013):

a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan

penyakit kardiovaskuler.

b. Pada depresi timbul ketidak seimbangan hormonal yang dapat

memperburuk penyakit kardiovaskular, misal: peningkatan hormon

adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol.

c. Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan

menimbulkan efek trombogenesis.

d. Perubahan suasana hati berhubungan dengan gangguan respons

imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan

jumlah limfosit.

e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.

f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program

pengobatan maupun rehabilitasi.

3. Penanganan depresi

Depresi pada lansia ini dapat ditangani meliputi beberapa aspek, antara

lain:

a. Pendekatan psikologis

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

bentuk-bentuk pendekatan psikologis yang diberikan dari pihak

panti kepada lansia berupa intensitas komunikasi perawat dengan


22

lansia dan self talk dengan tujuan membina hubungan saling

percaya kepada lansia agar merasakan kenyamanan tinggal di panti

yang mampu menimbulkan rasa penerimaan diri lansia dalam

menjalani hidup di masa senjanya serta membantu lansia untuk

mengarah atau mengeksporasi pada alternatif penyelesaian masalah

yang sesuai dengan kondisi pribadi dan lingkungan. Penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak, Mokhtar

& Sulaiman (2013).

b. Pendekatan medis

Pendekatan medis yang berupa pemberian obat penenang juga

diterapkan oleh pihak panti, Pendekatan secara medis merupakan

suatu pendekatan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi

dengan bantuan beberapa jenis obat antidepresan. Antidepresan

adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi serius yang

dikarenakan depresi oleh Razak, Mokhtar & Sulaiman (2013).

c. Pendekatan spiritual

Pendekatan spiritual yang diterapkan oleh pihak Panti melalui

pendekatan kepada Tuhan. Hal tersebut memiliki tujuan salah

satunya adalah untuk menunjang perkembangan dan kesembuhan

lansia, peranan penanganan spiritual juga mampu menyembuhkan

gangguan psikologis yang dilakukan secara sistematis dengan

berdasarkan pada keimanan dan kedekatan kepada Allah SWT.


23

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Razak, Mokhtar & Sulaiman

(2013).

d. Pendekatan Fisik

Pendekatan fisik adalah fisioterapi bentuk pelayanan kesehatan

yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk

mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi

tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan

secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis

dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi (Haralambous &

Lin, 2014).

4. Pengukuran tingkat depresi pada lansia

Depresi pada lansia dapat diukur dengan berbagai sekala pengukuran

antara lain :

a. The Self-rating depression scale (SDS)

Digunakan untuk mengukur depresi pada semua umur dengan

diagnosis primer gangguan depresi, SDS terdiri dari 20 item

pertanyaan, 10 pertanyaan merupakan pertanyaan positif dan 10

lainnya pertanyaan negatif.

b. Center For Epidemiologic Studies Depressin Scale (CES-D)

Dibuat oleh National Institute For Mental Health (2005). CES-D

merupakan skala depresi yang berupa self report. Skala ini

digunakan untuk mengidentifikasikan depresi pada populasi umur.

CES-D terdiri dari 20 pertanyaan skala ini menekankan pada


24

komponen efektif, meliputi suasana hati, perasaan bersalah, rasa

tidak berharga, putus asa, kemunduran psikomotor, kehilangan

selera makan dan gangguan tidur.

c. Geriatric Depression Scale (GDS)

Suatu alat ukur penelitian yang sederhana, singkat, jelas, dan

memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi dan dirancang

khusus untuk mengidentifikasi depresi pada lansia. Gallo &

Gonzales (2016) menyatakan penilaian Geriatric Depression Scale

(GDS) terdiri atas 15 pertanyaan untuk short form merupakan tes

yang telah direliabilitas dan divalidasi, terdiri atas empat kategori

depresi diantaranya dengan hasil 0−4 (tidak ada depresi), 5−8

(depresi ringan), 9−12 (depresi sedang), 13-15 (depresi berat).

2.1.4 Teori Art Terapy Mozaik

1. Pengetian Art Terapy

Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media

seni, material seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi

(British Association of Art Therapy, 2018). Media seni dapat berupa

pensil, kapur berwarna, warna, cat, potongan-potongan keratas, dan tanah

liat (Hallowell, 2012). Kegiatan Art therapy mencakup berbagai kegiatan

seni seperti menggambar, melukis, memahat, menari, gerakan-gerakan

kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan menilai karya seni orang lain

(Malchiodi & cathy, 2019).


25

Art adalah segala kegiatan hasil karya manusia yang

mengutamakan pengalaman batinnya, yang karena disajikan secara unik

dan menarik maka timbul pengalaman atau kegiatan batin pula bagi orang

yang menghayatinya, sementara terminologi Mozaik berasal dari kata

“Mouseios”, yang berarti kepunyaan para Muse (sekelompok dewi yang

melambangkan seni) Menurut Suryo (2015). Mozaik merupakan gambar

atau hiasan atau pola tertentu yang dibuat dengan cara menempelkan

bahan/unsur kecil sejenis (baik bahan, bentuk, maupun ukurannya) yang

disusun sedang berdempetan pada sebuah bidang. Menurut kamus besar

Bahasa Indonesia. Menurut Gallo & Gonzales, (2016). Mozaik adalah

elemen-elemen yang disusun sedemikian rupa dan direkatkan di atas

sebuah permukaan bidang sehingga membentuk gambar atau dessain.

Romlah (2018) menjelaskan Pengertian Mozaik yaitu pembuatan

karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material

ataubahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara

dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan,

ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem, Mozaik gambar atau

pola tertentu yang dibuat dengan, cara menempelkan bahan/ unsur kecil

sejenis yang disusun secara berdempetan pada suatu bidang. Elemen-

elemen mozaik berupa benda padat dalam bentul lempengan-lempengan,

kubus-kubus kecil, petongan-potongan, kepingan-kepingan, atau bentuk

lainnya. Ukuran elemen-elemen mozaik pada dasarnya hampir sama,

namun bentuk potongannya dapat bervariasi hiasan dibuat dengan cara

menempel bahan atau material berukuran kecil dan sejenisnya yang


26

disusun dengan berimpitan pada suatu bidang untuk membentuk suatu pola

atau gambar. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian mozaik yaitu pembuatan karya seni rupa yang menggunakan

bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-

potong atau sudah dibentuk potongan kemudian disusun dengan

ditempelkan pada bidang dasar dengan cara dilem. Kepingan benda-benda

itu, antara lainkepingan pecahan keramik, kaca, potongan daun, kertas, dan

kayu.

2. Manfaat dari Art Therapy

Beberapa manfaat dari penerapan terapi seni menurut Muharrar (2013)

yaitu:

a. Menstimulasi partisipasi yang aktif

b. Mendorong untuk mempelajari hal dan fungsi yang baru

c. Mendorong munculnya kesempatan untuk sukses, menjadi positif dan

menyenangkan di dalam sosialisasi.

d. Meningkatkan motivasi

e. Meningkatkan kemandirian dan arah diri.

f. Memperkuat memori

g. Meningkatkan konsep diri dapat terjadi karena tumbuhnya percaya

diri dalam bersosialisasi, sehingga memudahkan mereka untuk

memandang dirinya lebih positif.

h. Mengeksplorasi perasaan klien

i. Mengembangkan keterampilan sosial

j. Mengurangi kecemasan
27

2.2 Kerangka teori


Lansia

Etiologi Depresi : Faktor Faktor yang


Menyebabkan Depresi Pada
a. Gangguan afektif Lansia :
b. Gangguan kognitif a. Faktor Demografi
c. Gangguan somatik b. Dukungan Sosial
c. Pengaruh genetik
d. Kejadian dalam Hidup
e. Medikasi

Depresi Dampak
Lansia Depresi:

a. Perubahan
suasana hati
Art therapy b. Aktivitas
Mozaik terganggu
c. Menjadi
males untuk
berinteraksi
Manfaat Art therapy Mozaik d. Susah di ajak
komunikasi
a. Menstimulasi partisipasi yang aktif
b. Mendorong untuk mempelajari hal dan
fungsi yang baru
c. Mendorong munculnya kesempatan untuk
sukses
d. Meningkatkan motivasi
e. Meningkatkan kemandirian dan arah diri.
f. Memperkuat memori
g. Meningkatkan konsep diri
h. Mengeksplorasi perasaan klien
i. Mengembangkan keterampilan sosial
j. Mengurangi kecemasan
28

Keterangan:

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

: Penghubung

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Nugroho, (2014), Teifon, (2016), Mojtabai (2014), Muharrar (2013).

2.3 Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Art therapy Mozaik Tingkat Depresi Lansia

Gambar 2.2: Kerangka konsep

2.4 Hipotesis
Hipotesa merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan

antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil

penelitian. Didalam pernyataan ini terkandung variabel – variabel yang akan

diteliti dan hubungan anatar variabel tersebut serta mampu mengarahkan

peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik menentukan sampel

pengumpulan dan metode analisis data (Dharma, 2011).

Hipotesa pada umumnya dinyatakan dalam bentuk hipotesa alternatif

(Ha) dan hipotesa nol (H0). H0 diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau

perbedaan antar variabel yang diteliti, sedangkan Ha diartkan dengan adanya


29

hubungan atau perbedaan antar variabel yang diteliti. Sesuai dengan tujuan

dari penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh Art therapy Mozaik terhadap tingkat depresi

lansia Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

Ha : Ada pengaruh Art therapy Mozaik terhadap tingkat depresi lansia

Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

2.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal,

didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan

peneliti, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian

Romlah, Implementation Penelitian ini Berdasarkan penyajian data


2018 of mozaik merupakan penelitian lapangan yang penulis

engineering in kuantitatif dengan simpulkan bahwa


pendekatan Quasi menempel potongan-
developing fine
Experiment dengan potongan pada desain
motors of
rancangan penelitian gambar mozaik ini sejalan
children age 5-
Pre and Post Test dengan teori Schultz yang
6 years in paud
without Control menyatakan bahwa
mandiri desa dengan pengambilan langakah-langkah teknik
hargo pancuran total sampel 50 yaitu mozaik adalah salah
lampung sampling jenuh satunya menempelkan
selatan potongan-potongan pada
desain gambar mozaik.
Perkembangan motorik
halus anak di Paud Mandiri
I desa Hargo Pancu
30

Lanjutan Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian

Pancuran Lampung Selatan


dapat dikategorikan baik
dan layak untuk terus
digunakan dan sumbangsih
pemikiran yang diberikan
oleh peneliti

Dewi, 2014 Improve prosocial Metode penelitian Hasil penelitian ini


behavior by using menggunakan desain menunjukkan bahwa siswa
Art Therapy Quasi-experimental yang diberikan terapi
Mosaic group in yaitu Pre dan post test. mozaik mengalami
student of grup Pengambilan total penurunan yang signifikan
harapan gondok sampel 30 dalam skor post-test,
sleman terbukti bahwa terapi
mozaik efektif dalam
penurunan depresi .

Gonzales J, The effect of Penelitian ini Hasil ini menunjukkan


(2014) therapeutic merupakan penelitian bahwa tingkat depresi
Mosaic activities eksperimental diukur dengan Beck
on people in menggunakan desain Depression Inventory
depression and pre dan posttes (BDI) telah menurun
kynurenine pengambilan total secara signifikan setelah
pathways sampel 50 dengan diberikan terapi mozaik.
teknik sampling yaitu
simple random
sampling.
30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian

yang digunakan adalah quasy experiment (penelitian eksperimen semu)

dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest Without Control

Design. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Art

Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi lansia di Panti Wreda Dharma

Bhakti Surakarta. One Group Pre-test Post-test Without Control Design yaitu

responden melakukan Pre-test sebelum diberikan Art Therapy, kemudian

responden diberikan perlakuan dan setelah itu responden melakukan post test

(Sugiyono, 2015). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

K O1 X O2

Skema 3.1. Rancangan Penelitian

Sumber : (Sugiyono, 2015)

Keterangan :

K : Lansia yang di Panti

O1 : Pretest sebelum diberikan Art Therapy

X : Responden diberikan perlakuan Art Therapy

O2 : Post test sesudah diberikan Art Therapy

30
31

3.2 Popuasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah

Lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta 50 orang.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Populasi di atas responden yang dapat

mengikuti penelitian selama 2 sesi dan sampel yang minat dalam

penelitian.

Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode

consecutive sampling (berurutan) yaitu pengambilan sampel dengan

menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah respoden yang

diperlukan terpenuhi. Sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang

memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besar

sampel penelitian dengan menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2016).

N
n= 2
1+ N ( d)
32

Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan = 0,05 (5%)

50
n= 2
1+50(0,05)

50
n=
1+0.125

n=45responden

Dengan kriteria sampel dalam hal ini meliputi:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Hadir saat penelitian

2) Usia di atas 60 tahun (WHO 2019)

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu

(Notoatmodjo, 2016). Sebagai berikut :

1) Responden yang tidak mengikuti program Art Terapy Mozaik

selama 7 sesi.

2) Kelemahan ekstrimitas atas.


33

Sampel pada penelitian ini adalah 45 respoden untuk mencegah

terjadinya drop out maka sampel ditambah 10% dari jumlah

sampel dengan perhitungan 45 + (10% x 45) = 49,5 = 50

respoden, maka jumlah sampel yang diperlikan adalah 50

respoden.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Juli 2020

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Tabel 3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Data Hasil Ukur


Penelitian
Variabel Bentuk psikoterapi dengan SOP - -
Independent menggunakan Mozaik
Art Therapy dengan media menempel
Mozaik kepingan potongan kain
perca dilakukan selama 3 Kuesioner 1) Normal: 0 – 4 Ordinal
Variabel hari untuk 3 sesi pemberian Geriatry 2) Depresi ringan: 5 -
Dependent Art Therapy. Depresion of 8
Tingkat depresi Tingkat depresi yang terjadi Scale terdiri 3) Depresi sedang: 9
lansia pada lansia yang dari 15 -11
mempengaruhi terhadap pertanyaan 4) Depresi berat : 12 –
gangguan pikiran, fisik, dan (Gallo & 15
mental. Gonzales,
2016).
34

Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.4.1 Alat Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

a. Alat Art therapy

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner untuk menilai

depresi dan menempel adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji,

dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Alat-alat yang

digunakan: kain perca, lem, gunting, dan botol bekas

b. Alat pengukuran depresi lansia

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan

karakteristik respoden (Kartika, 2014).

Geriatric Depression Scale memiliki format yang sederhana,

dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah dibaca.

Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi

lanjut usia, termasuk di Indonesia. GDS yang akan dipergunakan

adalah Kuesioner Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15).

Kuesioner dengan 15 item pertanyaan yang dijawab dengan jawaban

“IYA” dan “TIDAK”. Untuk nomer soal 1, 5, 7, 11, 13 jika dijawab

“IYA” maka bernilai 0 dan diberi kode “0” untuk jawaban “IYA”

kemudian jika dijawab “TIDAK” maka bernilai 1 dan diberi kode “1”

untuk jawaban “TIDAK”. Sedangkan untuk nomer soal 2, 3, 4, 6, 8, 9,

10, 12, 14, 15 jika dijawab “TIDAK” maka bernilai 0 dan diberi kode
35

“0” untuk jawaban “TIDAK” kemudian jika dijawab “IYA” maka

bernilai 1 dan diberi kode “1” untuk jawaban “IYA”. Skor total adalah

Normal: 0 – 4, Depresi ringan: 5 – 8, Depresi sedang: 9 – 11, Depresi

berat : 12 – 15 (Gallo & Gonzales, 2016).

2. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas merupakan uji yang di gunakan untuk menunjukkan

sejauh mana alat ukur yang digunakan pada kuesioner sah tidaknya

kuesioner (Notoadmojo, 2016). Penelitian tersebut, tidak dilakukan uji

validitas maupun reliabilitas dikarenakan kuesioner yang digunakan yaitu

Geriatric Depression Scale dibakukan, merupakan skala penilaian depresi

pada lanjut usia dalam Bahasa Inggris. Penelitian yang dilakukan oleh

Gallo & Gonzales (2016) tentang 37 validitas kuesioner gds, didapatkan

hasil bahwa kuesioner GDS memiliki tingkat sensitifitas 100% dan

spesifisitas 66%.

Uji reliabilitas adalah uji untuk memastikan apakah kuesioner

penelitian yang akan dipergunakan untuk mengumpulkan data variable

penelitian reliable atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

GDS merupakan kuesioner depresi standar dan diterima secara

internasional sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

lagi.
36

3.4.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung pada

saat berlangsungnya penelitian. Data primer yang diambil dalam

penelitian ini adalah data yang diambil dari responden setelah

pemberian kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung

dari objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini

didapatkan dari Koordinator Panti Dharma Bakti Surakarta.

3.4.3 Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :

1. Izin penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan ijin penelitian

terlebih dahulu. Kemudian peneliti mencari responden yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Memperkenalkan dan Meminta Kesediaan pada Responden

Setelah itu peneliti memperkenalkan diri kepada responden. Peneliti

akan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian

bagi responden. Peneliti juga meminta kesediaan klien untuk menjadi

responden yang akan diteliti. Setelah klien setuju untuk dijadikan

responden maka peneliti membagikan informed consent, klien diminta


37

untuk mengisi lembar informed consent dan menandatangani pada

surat persetujuan menjadi responden.

3. Membagi kuesioner pre test kepada responden

Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti

menjelaskan mengenai cara mengisi kuesioner GDS (Geriatric

Depression Scale). Kuesioner diberikan sebelum diberi Art Therapy

Mozaik (pre test) kepada responden. Menjelaskan kepada responden

cara memberikan jawaban yang sesuai dan memberi tanda cek list (√)

sesuai dengan jawaban yang diinginkan. Pengisian kuesioner

responden membutuhkan waktu kira- kira 5-10 menit. Kuesioner yang

telah diisi langsung dikumpulkan kepada peneliti. Peneliti memeriksa

kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan dan

memeriksa kelengkapan pengisian daftar pertanyaan. Apabila data

kurang lengkap maka dapat ditanyakan kembali pada responden

4. Mencari dan menyiapkan asisten penelitian yang bersedia untuk

menjadi asisten penelitian dan mampu berkerja sama untuk melakukan

penelitian.

5. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan responden sesuai kriteria inklusi dan eklusi

b. Memperkenalkan diri menjelaskan maksud dan tujuan

c. Memberikan lembar persetujuan bagi responden yang bersedia untuk

berpartisipasi dalam penelitian.

d. Melakukan pretest menggunakan lembar kuesioner GDS.


38

e. Peneliti akan memberi informasi tentang Art therapy dan

menjelaskan kegiatan apa saja yang dilakukan

f. Lansia mengikuti semua 3 sesi untuk Art therapy Mozaik yang sudah

di jadwalkan.

g. Setelah 3 sesi selesai maka peneliti mengevaluasi dengan kuesioner

berupa post test.

h. Mengelola data setelah penelitian

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam

penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar.

Menurut (Setiadi, 2016) kegiatan dalam proses pengolahan data adalah:

1. Editing

Editing merupakan pemeriksaan instrumen penelitian sesuai dengan

hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti (Setiadi, 2016). Editing

pada penelitian ini meliputi pemeriksaan kelengkapan isi lembar

observasi, kesesuaian skor yang dicantumkan oleh peneliti dengan

skor masing-masing indikator, dan pemeriksaan jumlah skor total.

2. Coding

Coding merupakan pemberian tanda atau mengklasifikasikan

jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori tertentu

(Setiadi, 2016). Coding tingkat depresi : (1) Normal: 0 – 4, (2)

Depresi ringan: 5 – 8, (3) Depresi sedang: 9 – 11, (4) Depresi berat :

12 – 15.
39

3. Processing/entry

Proses memasukkan data ke dalam tabel dilakukan dengan program

yang ada di komputer (Setiadi, 2016). Proses memasukkan data pada

penelitian ini menggunakan SPSS. Data yang diolah pada SPSS

meliputi karakteristik responden, hasil observasi pre-test dan post-test.

4. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data-data yang tidak sesuai

dengan kebutuhan peneliti (Setiadi, 2016). Cleaning pada penelitian

ini dilakukan dengan cara memeriksa data yang benar-benar

dibutuhkan oleh peneliti (karakteristik responden, hasil observasi pre-

test dan post-test) dan menghapus data-data yang tidak dibutuhkan

pada setiap variabel. Semua data yang diperoleh peneliti merupakan

data yang digunakan dan diolah untuk dianalisa.

3.6.2. Analisa Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

akan dianalisis.

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, variabel yang

berbentuk kategorik disajikan dalam bentuk proporsi, sedangkan

variabel yang berbentuk numerik (usia) disajikan dengan distrubusi

frekuensi dalam bentuk tabel (Notoatmodjo, 2016).


40

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisis analisa yang menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoadmojo,

2016). Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk

data numeric digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan stardart

deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variable. Analisis

univariat dalam penelitian ini meliputi karakteristik respoden menurut

umur yang akan dimasukan kedalam bentuk terdensi serta meliputi nilai

minimum, maximum, meand, median, dan standar deviasi. Sedangkan

karakteristik responden Art Therapy Mozaik dengan tingkat depresi

lansia

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara

dua variabel. Uji yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Test digunakan

untuk menguji beda mean peringkat (data ordinal) dari 2 hasil

pengukuran pada kelompok yang sama (misalnya beda mean peringkat

pre test dan post test) (Dharma, 2011).

Kaidah keputusan analisa data pada penelitian ini yaitu apabila p

value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada

pengaruh pemberian Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi dan

sebaliknya apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

artinya ada pengaruh pemberian Art Therapy Mozaik terhadap tingkat

depresi pada lansia.


41

3.7 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti meminta rekomendasi dari

pembimbing proposal dan meminta izin kepada kepala Panti Wreda Dharma

Bhakti Surakarta. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan peneliti

dengan memenuhi prinsip etik sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan peneliti (Informend consent)

Peneliti memberikan Informend consent kepada responden sebelum

penelitian dilakukan untuk memberikan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian, prosedur, pengumpulan data (Potter & Perry, 2012).

Sehingga calon responden berhak untuk mengikuti atau menolak

berpartisipasi dalam penelitian. Informed consent diberikan kepada calon

responden bersamaan dengan peneliti melakukan kontrak jadwal

penelitian. Jika calon responden bersedia menjadi responden penelitian,

maka peneliti akan menyerahkan informend consent dan calon responden

memberikan tanda tangan sebagai bukti kesediaan calon responden dalam

mengikuti penelitian ini, jika calon responden tidak brsedia menjadi

responden penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati haknya. Peneliti melakukan persetujuan intervensi untuk

mengikuti proses penelitian selama 3 hari lamanya dan tidak boleh untuk

meninggalkan selama proses berlangsung sesuai dengan kontak.


42

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas respoden penelitian, peneliti

tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan inisial dan menuliskan nomor pada lembar pengumpulan data.

Peneliti mensamarkan data dalam proses pengumpulan data selama data

prabadi di peneliti.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh oleh responden penelitiaan

dijamin kerahasianya, hanya data tertentu saja yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan

terhadap data yang di isi oleh responden dan tidak akan disebar luaskan

oleh peneliti.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini telah dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti

Surakarta didapatkan 25 sampel sebagai responden didapatkan hasil

sebagai berikut :

1. Distribusi Frekuensi Umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut umur


(n=25)

Karakteristik Mean (±SD) Median


( Min -Max)
Usia 66,56 (±4.883) 67 (60-74)

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata responden

berusia 66,56 tahun dengan usia paling rendah adalah 60 tahun dan

paling tinggi 74 tahun.

2. Distribusi Frekuensi jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin


(n=25)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Perempuan 16 64
Laki-laki 9 36
Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar jenis

kelamin responden adalah perempuan sebanyak 16 orang (64%)


44

4.1.2 Tingkat depresi pre test pada Lansia

Tabel 4.3 Tingkat43depresi pre test pada Lansia

Tingkat depresi Frekuensi (n) Persentase (%)


Normal 0 0
Ringan 0 0
Sedang 6 24
Berat 19 76
Total 25 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar tingkat

depresi pre test adalah depresi berat yaitu sebanyak 19 Lansia (76%).

4.1.3 Tingkat depresi post test pada Lansia

Tabel 4.4 Tingkat depresi post test pada Lansia

Tingkat depresi Frekuensi (n) Persentase (%)

Normal 17 68
Ringan 8 32
Sedang 0 0
Berat 0 0
Total 25 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar tingkat

depresi post test adalah normal (tidak depresi) yaitu sebanyak 17 Lansia

(68%).
45

4.2 Analisis Bivariat

4.2.1 Analisa Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi

lansia

Table 4.5 Analisa Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap tingkat


depresi lansia
Variabel p value
Tingkat depresi 0,000

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p value

0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap tingkat

depresi lansia.
46

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik responden

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penelitia yang dilakukan usai lansia di Panti

Wredha paling rendah pada adalah 60 tahun dan maksimal 74 tahun, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi antara lain adalah

faktor usia, dimana rata-rata usia onset untuk gangguan depresi berat

adalah kurang lebih 60 tahun. Gangguan depresi berat juga mungkin

memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lansia, walaupun hal

tersebut jarang terjadi. Usia rata-rata pemunculan depresi adalah pada

pertengahan usia 20 tahunan, walaupun insidensi terjadinya depresi dapat

meningkat pada usia yang lebih tua lagi. Lansia lebih banyak risiko

depresi karena banyaknya masalah yang ada pada lansia seperti adanya

perubahan fisiologis yang menyebabkan lansia banyak mengalami

gangguan penyakit. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan (Nugroho,

2014)

Sesuai dengan kriteria usia menurut WHO bahwa lansia

ialah usia > 60 tahun dan lansia tua ialah usia 75-90 tahun, sedangkan

lanjut usia sangat tua adalah 90 tahun ke atas dengan adanya kelompok

usia rata-rata hampir sama, dapat dikatakan bahwa proses degenerasi dan

penuaan juga sama. Pada proses penuaan menunjukan bahwa otak menua

46
47

mengalami penyusutan (atropi), hal ini dikarenakan jumlah sel otak

menurun akibat berkurangnya cabang-cabang neuron (spina dendrit),

kerapatan sinapsis serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak.

Adanya perubahan pada sistem saraf yang diikuti dengan penurunan

kronologi persepsi sensorik dan respon motorik, penurunan respon

propioseptif serta gangguan sistem muskuloskeletal menyebabkan

penurunan stabilitas tubuh, gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh

dan penurunan daya anti gravitasi akibatnya keseimbangan dan gerakan

pada lansia menurun (Nugroho, 2014).

Depresi pada lanjut usia diakibatkan karena adanya perasaan

kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial, terutama

keluarga (Suardiman, 2015). Hal yang demikian membuat pihak keluarga

memutuskan untuk membawa lansia ke sebuah panti, padahal hal tersebut

dapat memperburuk keadaan lansia terutama yang sedang mengalami

depresi karena akan mempengaruhi fungsi kognitifnya. Dampak depresi

sebagai akibat dari ketidak mampuan lansia untuk menyesuaikan dirinya

dengan kematian pasangan risiko depresi sangat mungkin muncul pada

lansia, yang dapat ditandai dengan terjadinya gangguan perasaan, seperti

kemurungan, kesediahan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, perasaan

bersalah atau berdosa, merasa tidak berdaya dan putus asa. Bahkan dalam

beberapa kasus keadaan depresi dapat membuat lansia melakukan bunuh

diri. (Wreksoatmodjo, 2016)


48

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan bahwa individu lansia

akan menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, termasuk

depresi yang disebabkan oleh stress dalam menghadapi perubahan-

perubahan pada kehidupan. Aktivitas yang dijalani lansia di panti werdha

kebanyakan sangat monoton dan tidak bervariasi sehingga membuat

kehidupan yang dijalani oleh lansia terasa datar. Hal tersebut membuat

orang tua yang memasuki usia lanjut semakin merasa terabaikan secara

sosial dan psikologis sehingga individu lansia memiliki kecenderungan

untuk mengalami gangguan kesehatan, salah satunya adalah depresi.

Kemampuan dalam mengikuti sesi Art therapy berdasarkan usia untuk

mengurangi depresi pada lansia. Kemampuan usia dalam melakukan Art

therapy mozaik sangat efektif untuk kegiatan di Panti Wredha sehingga

lansia tidak selalu murung saat tanpa kegiatan.

5.1.2 Jenis kelamin

Berdasarkan table 4.2 diketahui bahwa sebagaian besar jenis

kelamin responden yaitu perempuan berjumlah 16 responden atau 64%

sedangkan laki-laki berjumlah 9 responden (36%). Perempuan lebih

berisiko terkena stress, hal ini berhubungan dengan hormon

corticotropinreleasing factor (CRF), hormon CRF erat kaitannya dengan

protein stress pada sel-sel otak yaitu hormon yang membantu untuk

mengendalikan stress. Pada perempuan hormon CRF lebih rendah

jumlahnya dari pada hormon CRF pada laki-laki menyebabkan perempuan

lebih sensitif terhadap dampak perubahan dari hormon tersebut (Valentino,


49

2014) diperkuat juga dengan penelitian dari Merry (2016) bahwa faktor –

faktor yang mempengaruhi depresi lansia di Panti Wredha Hanna

Yogyakarta berdasarkan hasil analisis faktor jenis kelamin, bahwa

mayoritas responden perempuan masuk kategori tinggi yaitu sebesar

72,7%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan

sesuai dengan teori menurut Kaplan & Sadock (2012).

Penelitian yang dilakukan Wardiyah (2017) pada pengamatan

yang hampir universal, terlepas dari budaya atau negara, terdapat

prevalensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita

dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil yaitu

sekitar 48,33% lansia perempuan mengalami depresi. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan tingkat depresi pada lansia

di Panti adalah perempuan, dikarenakan perempuan memiliki tingkat

sensitifitas dalam perasaan. Dalam penelitian ini mayoritas yang

mengikuti adalah perempuan dikarenakan perempuan selalu menyendiri

dan antusias untuk mengikuti Art therapy untuk mengurangi depresi ketika

di Panti Wredha Wreda Dharma Bhakti. Karena ada beberapa lansia

menyatakan depresi pada lansia tidak pernah dikunjungi oleh keluarga.

5.2 Mengidentifikasi sebelum dilakukan Art therapy mozaik terhadap tingkat

depresi lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas depresi pada lansia

sebelum dilakukan tindakan Art therapy menunjukkan hasil 6 responden atau

24.0% memiliki depresi sedang dan kategori depresi berat yaitu 19 responden
50

atau 76.0%. Menurut Nugraha (2014) dan Pambudi (2016) menjelaskan

bahwa Art therapy memfasilitasi individu untuk mengespresikan emosi-

emosinya sehingga dapat membantu untuk merasakan emosi apa yang sedang

dirasakan, dan emosi apa yang sedang muncul atau sedang mendominasi diri.

Art therapy: menempel yang dilakukan sacara individu maupun berkelompok

juga berfungsi untuk mengekpresikan emosi yang sedang muncul atau

dirasakan pada diri individu menggunakan media seni untuk berkomunikasi

(Malchiodi, 2018). Lansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia,

sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan.

Banyak faktor yang menyebabkan seorang lansia mengalami gangguan mental

seperti depresi.

Menurut penelitian dari Merry (2016) tentang faktor – faktor yang

mempengaruhi depresi lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Hanna

Yogyakarta yaitu Faktor psikologis merupakan faktor psikologis, dimana

mayoritas jawaban responden masuk ke panti karena bukan dari keinginan

sendiri, responden juga menyatakan mau tidak mau harus senang tinggal di

panti karena tidak mempunyai tempat tinggal lain. Faktor psikososial hal ini

menunjukkan lansia di panti Wredha yang mengalami depresi tidak memiliki

kemampuan beradaptasi dengan lingkungan panti dan antara lain faktor yang

mempengaruhi depresi sebagai berikut faktor budaya, faktor status

perkawinan.

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan ditandai

dengan gangguan fungsi fisik dan fungsi sosial yang hebat, lama dan menetap
51

pada individu tersebut. Penderita depresi tidak dapat sembuh sendiri, bila tidak

diobati depresi yang dialami dapat bertambah berat. Depresi dapat sebagai

simptom, sindrom, dan diagnosis serta sejauh mana stresor psikososial dapat

mencetuskan gangguan jiwa tersebut (Kurniasari, 2015). Depresi terjadi lebih

banyak pada umur yang lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah. Faktor

ini merupakan permasalahan yang sangat rawan membebani kehidupan lansia

yang dapat mempengaruhi gangguan fisik, sosial, dan mentalnya (Melisa,

2014). Faktor lain yang dapat berpengaruh yaitu jenis kelamin, status

sosioekonomi, status penikahan, pengaruh genetik, kejadian dalam hidup,

serta riwayat pengobatan (Gallo & Gonzales, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa sebelum dilakukan

intervensi lansia memiliki deperesi berat. Sehingga sebelum dilakukan Art

therapy lansia memiliki depresi berat selama berada didalam Panti. Tidak ada

aktivitas yang membuat lansia melakukan aktivitas untuk mengurangi depresi.

Kondisi lansia di Panti Wreda sebelum dilakukan pemberian Art therapy

lansia tidak mempunyai kegiatan yang dapat mengurangi rasa sedih dan

kesendirian didalam Panti Wredha.

5.3 Mengidentifikasi sesudah dilakukan Art therapy mozaik terhadap tingkat

depresi lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas depresi pada lansia

sesudah dilakukan Art therapy menunjukkan hasil mayoritas responden

dengan kategori depresi ringan yaitu 8 responden atau 32.0 %, sedangkan

dengan kondisi normal yaitu 17 responden atau 68.0%. Menurut Malciodi &
52

Cathy (2019) mengungkapkan bahwa Art therapy dapat menurunkan tingkat

deperesi yang ditandai dengan penurunan hormon kortisol pada responden

yang mengalami deperesi, dengan nilai rata hormon kortisol sesudah diberikan

Art therapy. Art therapy mozaik merupakan sentuhan kesenian menempel

melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menempel kain perca pada

botol, dapat dikomunikasikan secara proporsional dan harmonis, yang dapat

dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat

kerja kesenian.

Nugroho (2014) mengungkapkan bahwa hormon kortisol yang tinggi

secara biologis merupakan penyebab deperesi. Melalui Art therapy sekresi

hormon kortisol ditekan dengan meningkatkan hormon endorphin sehingga

dapat menurunkan tingkat depresi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang

tepat bagi lansia untuk menurunkan depresi yang dialami dengan memberikan

kegiatan yang positif, menarik dan bersifat menyenangkan. Salah satunya

adalah dengan Art therapy. Art therapy menggunakan media seni dan proses

kreatif untuk membantu mengekspresikan diri, meningkatkan keterampilan

coping individu, mengelola stress, dan memperkuat rasa percaya diri, Art

therapy juga dapat diartikan sebagai kegiatan membuat sebuah karya seni

untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan emosional pada individu, baik

pada individu yang memiliki kemampuan dalam seni ataupun yang tidak

memiliki kemampuan dalam seni. Melalui Art therapy individu dapat

mengungkapkan perasaan yang dialami dengan menggunakan seluruh area

atau fungsi dalam diri mereka (Malchiodi, 2018).


53

Patofisiologi menurunkan depresi lansia dari penelitian Ratri (2016)

tentang penanganan depresi pada lansia di panti griya sehat bahagia

Karanganyar menunjukkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 5

jenis penanganan yang diberikan oleh pihak panti dalam menekan tingkat

depresi yang dialami oleh lansia, diantaranya adalah self talk, obat penenang,

intensitas komunikasi perawat dengan pasien, terapi fisik, dan kedekatan

kepada Tuhan. Self Talk adalah terapi yang diberikan untuk pasien dengan

gangguan halusinasi untuk menolak bisikan. Obat penenang berupa pil untuk

pasien dengan depresi rendah dan sedang, Intensitas komunikasi perawat

dengan pasien diberikan dengan cara mengajak pasien untuk bercerita. Terapi

fisik berupa ajakan menggerakkan tubuh, kepala, tangan. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan Art therapy untuk menurunkan depresi pada lansia yang

berada di Panti Wredha Bhakti Surakarta.

Art therapy dalam penerapannya dapat melibatkan aspek fisik, emosi,

dan kognitif secara bersamaan pada seluruh responden. Aspek fisik meliputi

gerak pada motorik halus serta sensasi fisik yang dapat dirasakan oleh

responden selama menjalani proses intervensi Art therapy, seperti

menggunakan kemampuan fisik mereka untuk menggunakan peralatan

menempel kain perca pada botol yang sudah disiapkan. Sehingga hal ini juga

membantu responden untuk lebih banyak bergerak dan melatih kemampuan

motorik halus yang sudah menurun pada lansia yang mengungkapkan bahwa

membuat karya seni tidak dapat terlepas dari pengalaman sensual pada indera

yang dimiliki (Moon, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
54

peneliti menunjukkan perubahan terhadap hasil pemberian intervensi

menggunakan Art therapy mozaik yang di berikan kepada lansia. Sehingga

pemberian terapi ini sangatlah berguna bagi lansia yang mengalami gangguan

depresi. Mekanisme pemberian Art therapy yang diikuti oleh lansia selama 7

sesi dalam 7 hari pertemuan.

5.4 Menganalisa pengaruh Art therapy mozaik terhadap tingkat depresi

lansia

Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan

korelasi Wilcoxon Signed Rank Test dengan program SPSS menunjukkan

menghasilkan nilai P value 0,000 nilai p< 0,05 yang dapat diartikan Ho

ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh Art therapy mozaik

terhadap tingkat depresi pada lansia secara signifikan. Hal ini dapat dilihat

dari analisa hasil skor tiap item kuesioner menunjukkan pada pre test dan post

test nilai tertinggi pada soal “Saya merasa sulit untuk beristirahat” dengan skor

36 yang berarti termasuk dalam indikator stress psikologis atau emosi. Art

therapy adalah bentuk paling mudah dan alami dalam mengekspresikan

pengalaman seseorang. Terapi menempel dapat menurunkan tingkat stress dan

mengembangkan koping individu (Setyoadi & Kushariadi, 2017).

Timbulnya stress yang berdampak negatif dapat ditentukan dari jumlah

tuntutan yang diterima dan kemampuan dalam menangani sumber stress baik

fisik dan psikologis (Gaol, 2016). Faktor-faktor penyebab stress pada lansia di

Panti Werdha termasuk dalam 5 urutan besar, yaitu perubahan aktivitas sehari-

hari, perubahan perkumpulan dengan keluarga, kematian pasangan dan atau


55

anggota keluarga, dan perubahan pemilihan olahraga atau rekreasi (Ponto,

Bidjuni dan Karundeng, 2015). Penerapan Art therapy secara efektif dapat

membantu menurunkan depresi pada 19 lansia di Panti Werdha. Hal ini

terlihat responden selama menjalani proses Art therapy. Pada tiap sesi

intervensi, seluruh responden dapat mengekspresikan perasaan dan

meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki dan menganggap diri mereka

masih memiliki potensi untuk menghasilkan sesuatu. Kepercayaan diri subjek

juga dikuatkan oleh reward secara verbal dari kepala dan petugas panti saat

melihat hasil karya dari responden.

Temuan ini juga sesuai dengan Rubin (2015) yang menyatakan bahwa

salah satu tujuan dalam pemberian teknik Art therapy adalah untuk membantu

individu menggapai tujuan, seperti mengungkapkan apa yang dirasakan,

sebagai media katarsis, atau meningkatkan self esteem pada individu. Metode

Art therapy yang digunakan pada responden adalah metode menempel.

Awalnya responden sempat merasa kurang percaya diri untuk menempel kain

perca pada botol. Responden beranggapan bahwa mereka sudah lama tidak

berkarya dan kurang yakin dengan hasil yang mereka buat. Namun saat

menjalani intervensi, responden terlihat dapat menunjukkan perubahan yang

semakin baik pada tiap sesinya kegiatan yang dapat dilakukan dalam Art

therapy salah satunya melalui kegiatan menempel. Menempel kain perca pada

botol merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat dilakukan oleh

siapapun sekalipun individu tersebut tidak dapat berkarya sesuai dengan

( Adriani & Satiadarma, 2015)


56

Art therapy dapat menurunkan tingkat depresi dan memungkinkan

individu mengembangkan koping (Setiadi, 2016 & Kushariadi, 2017). Hal ini

ditunjukkan pada interpretasi hasil, sebagian besar lansia mengatakan merasa

sangat senang dan lebih tenang. Saat seseorang melakukan kegiatan dengan

hati senang dan tenang, memicu tubuh mengeluarkan hormon endorphin yang

berefek meningkatkan perasaan nyaman dan tenang sehingga otot-otot tubuh

yang awalnya tegang akan mengendur (Mumpuni & Wulandari, 2017). Hal ini

menunjukkan bahwa Art therapy memberikan pengaruh menurunkan tingkat

depresi pada lansia kelompok intervensi yaitu lansia dapat mengekspresikan

emosi dengan cara menempel serta meningkatkan koping dengan

menceritakan pengalaman sesuai dengan tema penelitian. Terapi seni

merupakan terapi yang mengatasi kekhawatiran, emosi, perubahan hidup,

masalah personal, dan konflik yang sering dipendam seseorang dalam alam

bawah sadar dengan cara penggunaan kreatif berbagai media ekspresif

(Stockslagerdan, 2017).

Terapi seni menempel dapat menjadi pengobatan yang dapat diterima

dengan pendekatan untuk veteran Inggris dengan berbagai kesulitan mengenai

kesehatan mental (Palmer, Hill, Lobban, & Murphy, 2017). Berdasarkan hasil

penelitian yang sudah dianalisis menunjukkan adanya ada pengaruh Art

therapy mozaik terhadap tingkat depresi pada lansia yang artinya penelitian ini

dapat digunakan untuk alternatif untuk mengurangi depresi pada lansia. Lansia

perlu diberikan motivasi untuk melakukan kegiatan sederhana untuk

mengurangi kesendirian dan selalu ceria didalam Panti Wreda. Pemberian Art
57

therapy mozaik alternatif tindakan keperawatan sebagai domainnya di

keperawatan gerontik untuk mengurangi tingkat depresi pada lansia. Analisa

menunjukkan adanya penurunan tingkat depresi pada lansia ketika dilakukan

intervensi Art therapy mozaik. Seseorang melakukan kegiatan dengan hati

senang dan tenang, memicu tubuh mengeluarkan hormon endorphin yang

berefek meningkatkan perasaan nyaman dan tenang sehingga otot-otot tubuh

yang awalnya. Stimulasi pada otak akan membuat lansia menjadi senang dan

tidak ada beban jika depresi berkuran


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan penelitian tentang pengaruh Art therapy mozaik

terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Wredha, sebagai berikut :

1. Karateristik berdasarakan usia responden menunjukkan rata-rata yaitu

66.56 dengan usia paling rendah adalah 60 tahun dan paling tinggi 74

tahun.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan Art therapy pada

lansia depresi di dapatkan hasil 19 responden (76.%) mengalami depresi

berat dan 6 responden (24.%) mengalami depresi sedang.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah dilakukan Art therapy pada

lansia depresi didapatkan hasil 8 responden (24.%) dengan kategori

depresi ringan dan 17 responden (68.%) tidak depresi.

4. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh Art terapi mozaik terhadap

tingkat depresi pada lansia secara signifikan.

6.2 Saran

58
59

Berdasarkan saran penelitian tentang pengaruh Art therapy mozaik terhadap

tingkat depresi pada lansia di Panti Wredha sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam dunia

kesehatan dan dapat menerapkan Art therapy untuk menurunkan tingkat

depresi serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas asuhan

keperawatan yang dilakukan secara independen untuk memberikan

intervensi keperawatan khusunya keperawatan gerontik.

3. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Sebagai bahan referensi atau literatur bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan pengaruh Art therapy mozaik terhadap tingkat depresi

pada lansia dan sebagai bahan bacaan atau tambahan pengetahuan di

perpustakaan.

4. Bagi Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

Diharapkan petugas panti dapat memantau konsisi psikologis lansia untuk

mengurangi tingkat depresi pada lansia dan menambahkan pengetahuan

dengan memfasilitasi terapi-terapi yang menunjang agar lansia merasa

bahagia dan rileks.

5. Bagi Lansia di Wredha Dharma Bhakti Surakarta


60

Bagi lansia dapat termotivasi untuk melakukan terapi yang akan

mengurangi beban psikologis dan kegiatan yang disukai oleh para lansia

yang tidak menyebabkan beban psikologis terganggu.


DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dedy W, Dwi Fadly P, Farhan, Ratep N & Westa, . (2015). Faktor–Faktor
Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Lansia Di Dusun Kalimanjung
Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. J keperawatan, UMY.

Amir N. (2015). Depresi Aspek Neurobiology Diagnosis dan Tata Laksana.


Jakarta: FK UI

Azizah. (2014). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik (Handbook of


Geriatric Nursing Care). Edisi kedua. Jakarta: EGC

British Association of Art Therapy. (2018). What is Art Therapy?. Diambil


tanggal 02 November 2019, dari http://www. baat.org?art_ thrapy.html.

Effendi, Ferry, Galih, Galang, Herry, Iwan W & Makhfud. (2016).Keperawatan


Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Fatmah. (2010). Gizi usia lanjut erlangga: Jakarta

Gallo JJ & Gonzales J. (2016). Depression and Other Mood Disorder. In:
Adelman AM, Daly MP, and Weiss BD, eds 20 Common Problems in
Geriatrics. New York: McGraw-Hill; 205-235 p.

Haralambous & Lin. (2013). Depression In Older Age: A Scoping Study. Natl
Ageing Res Inst.

Hellowel. (2012). Manfaat Art Therapy Yang Sangat Bermanfaat Untuk Teknik
Terapi, diakses pada tanggal 2 Oktober 2019
http://www.psikoma.com/manfaatart-therapy/

Hidayat. (2013). Veteran’s Perspectives on The Acceptability of Art therapy: a


mixed-methods study. International Journal of Art Therapy. United
Kingdom: Rouledge Taylor & Francis Group.

Kartika S. (2014). Gambaran Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Dan 03 Jakarta Timur. J Univ
Indones.

Khairan. (2016) Mosaic oblique images and methods of making and using same.”
U.S, Patent No 7.

Lubis NL. (2015). Depresi: Tinjauan Psikologis Ed.1. Jakarta: Kencana;.


62

Malchiodi & Cathy. (2018). Art Therapy Changes Lives, diakses 20 Maret 2018
<https://www.cathymalchiodi.com/>.

Mojtabai R. (2014). Diagnosing Depression in Older Adults in Primary Care. The


New England Journal of Medicine.;1180–2.

Mudjaddid. (2013) Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta:


EGC

Muharrar. (2013). Kreasi kolase montase, mozaik sederhana, penerbit Erlangga.

Muhith & Nasir. (2015). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika;.

Notoatmodjo S. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho T. (2016). Kamus Pintar Kesehatan. 1st ed. Yogyakarta: Nuha Medika

Nugroho. (2014). Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 2. Jakarta : EGC

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter (2012). Fundamental Keperawatan (buku I. edisi 7). Jakarta :
Salemba Medika

Potter PA & Perry AG. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC

Razak, Mokhtar & Sulaiman. (2016). Hubungan Faktor-Faktor yang


Memengaruhi Depresi dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia di
Rumoh Seuhjahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh. J FK, Univ Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh.

Riyadi S. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu;.

Romlah. (2018). Pengarauh Motorik Halus Dan Kasar Terhadap Kreatifitas


Anak Usia, Universitas Islam Negeri, jurnal keguruan dan ilmu
tarbiyah, Vol 2 No 2.

Setiadi. (2016). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Suardiman. (2015). Mengenal usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika

Sugiyono. (2016). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta


63

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tareque MI & BS. (2013). Gender Difference In Disability Free Life Expectancy
At Old Ages In Bangladesh. J Aging Heal.

Teifon. (2016). Keseahtan mental: Statistical Manual of Mental Disorders Fourth


Edision (DSM IV). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo;.

Yosep I. (2015). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama

Yuniastuti. (2013). Cara Jitu Mengatasi Stres. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.


64

LAMPIRAN
F6501

Lampran 1
USULAN TOPIK PENELITIAN
Nama Mahasiswa : Evinatalia
NIM : S16145
Topik Penelitian : Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap Tingkat Depres
Lansia
Latar belakang penelitian secara singkat

Lansia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap
sebagai fase kemunduran. Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia
individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati
dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh.
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan
kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan
fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010).

Jenis masalah kesehatan mental yang berbahaya untuk semua kalangan usia.
Depresi di kalangan lansia sudah semakin berkembang sehingga membutuhkan perhatian
khusus dari pemerhati kesehatan mental, terutama bidang psikologi (Risnawaty, 2016).
Perubahan lain yang dialami pada lansia adalah gejala psikologis yang meliputi perasaan
kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, penurunan daya ingat,
berkurangnya konsentrasi dan perhatian, kurang percaya diri, kecemasan, terasingkan dari
lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, ketergantungan dan keterlantaran
(Suardiman,2015). Kondisi yang demikian ini akan berdampak pada kesehatan mental
lansia. Masalah mental yang sering dijumpai adalah depresi (Nugroho, 2016).

Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lansia. Masalah
tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan
interaksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia
dan berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lansia karena
dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh
lansia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat
Menurut
memperbaiki danWorld Health Organitation
meningkatkan (WHO)
kualitas hidup (2013),
bagi lansia depresi
(Dewi, merupakan gangguan
2014).
psikologis terbesar ketiga yang diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Di
Indonesia, belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti tentang jumlah prevalensi
lansia yang mengalami depresi. Namun peningkatan jumlah penderita depresi dapat
66

Tujuan Art therapy bukan untuk menghasilkan bentuk-bentuk Artistik, tetapi lebih
menekankan kebebasan untuk berkomunikasi melalui bentuk-bentuk Artistik. Modalitas
Art therapy antara lain yaitu: menggambar, melukis, menempel, serta membuat bentuk
dengan menggunakan plastisin. Melalui kreativitas seni pasien dapat melepaskan emosi,
mengekspresikan diri melalui cara-cara non verbal dan membangun komunikasi (Sarah
2010).

Art therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni, material
seni, dengan pembuatan karya seni untuk berkomunikasi (British Association of Art
Therapy, 2018). Media seni dapat berupa pensil, kapur berwarna, warna, cat, potongan
potongan keratas, dan tanah liat (Hallowell, 2012). Kegiatan Art therapy mencakup
berbagai kegiatan seni seperti menggambar, melukis, memahat, menari, gerakan-gerakan
kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan menilai karya seni orang lain (Hallowell,
2012). Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggambar sebagai bentuk kegiatan dalam
Art therapy. Art therapy telah banyak digunakan di lingkungan medis, seperti pada pasien
kanker, penyakit ginjal, penderita rematik, penyakit kronis, dan luka bakar yang parah
(Malchiodi, 2013).

Art therapy biasanya digunakan sebagai intervensi psikologi seperti untuk


mengatasi kecemasan ataupun trauma pada kasus kekerasan (Malchiodi, 2018). Seiring
dengan perkembangan intervensi psikologis yang mencakup pikiran dan tubuh (mindbody
intervention), Oleh karena itu beberapa penelitian yang bertujuan untuk membuktikan
hubungan antara proses kreasi dan Art therapy dan respon fisiologis tubuh dalam bidang
kesehatan mulai dikembangkan (Malchiodi, 2013).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Art therapy
mozaik terhadap tingkat depresi pada lansia.
67

Rumusan Masalah

Lansia adalah salah satu periode dalam rentan kehidupan manusia yang dianggap

sebagai fase kemunduran dan mengalami perubahan yang dialami pada lasia adalah

gejala psikologis yang meliputi perasaan kesepian, takut kehilangan, takut

menghadapi kematian, penurunan daya ingat, berkuragnya konsentrasi dan perhatian,

kurang percaya diri, kecemasan, tersaingkan dari lingkunga, ketidak berdayaan,

perasaan yang tidak berguna,ketergantungan dan keterlantaran kondisi yang demikian

ini akan berdampak pada kesehatan metal lansia. Masalah mental yang sering

dijumpai adalah depresi, Dpresi merupakan masalah psikologis Yang banyak terjadi

pada lansia. Masalh tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang

berdampak pada gangguan interaksi social. Penangan untuk masalah depresi lansia

dapat menggunakan mitode nonfarmakologi diberikan Art Therapy Mozaik.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merumuskan masalah, Adakah Pengaruh

Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi lansia ?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Art therapy kaligrafi terhadap tingakt depresi lansia
Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta
Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi karekteristik responden (usia, jenis kelamin)
2) Mengidentifikasi tingkat depresi sebelum dilakukan terapi Art therapy mozaik lansia
3) Mengidentifikasi tingkat depresi sesudah dilakukan terapi Art therapy mozaik pada
lansia
4) Menganalisa pengaruh terapi Art therapy mozaik terhadap tingkat depresi pada lansia
68

Pembimbing 1 : Ns. Isnaini Rahmawati, MAN


Pembimbing 2 : Ns. Ririn Afrian Sulistyawati ,M.Kep

Judul penelitian yang sudah disetujui oleh pembimbing


Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap Tingkat Depres Lansia
F69
02

Lampiran 2
F 04
70

Lampiran 3
71

Lampiran 4
72
73
74

Lampiran 5
75
76
77

Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPODEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Evinatalia

Nim : S16145

Judul Penelitian : Pengaruh Art Therapy Mozaik terhadap tingkat depresi pada

lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan peneliti, bersama ini saya menyatakan tidak

keberatan untuk menjadi respoden penelitian.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa paksaan dan tekanan dari peneliti.

Surakarta, 20 juli 2020

Respoden

( )
78

Lampiran 7

SKALA DEPRESI GERIATRI

(Geriatric Depression Scale 15-Item / GDS-15)

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

NILAI
No. Keadaan yang dialami selama seminggu RESPONDEN
Ya Tidak
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ?
2. Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan hobi anda ?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ?
4. Apakah anda sering merasa bosan ?
5. Apakah anda masih memiliki semangat hidup ?
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya ?
9. Apakah anda lebih suka tinggal dirumah, dari pada pergi keluar untuk mengerjakan
sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda
dibandingkan orang lain ?
11. Apakah anda piker bahwa hidup anda sekarang menyenangkan ?
12. Apakah anda merasa tidak berharga ?
13. Apakah anda merasa penuh semangat ?
14. Apakah anda merasa keadaan tidak ada harapan ?
15. Apakah anda merasa bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari pada anda ?
SKOR
Interpretasi

1. Normal : 0-4
2. Depresi ringan : 5-8
3. Depresi sedang : 9-11
4. Depresi berat : 12-15

Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ART THERAPY

Pengertian Art Therapy adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan


media seni dengan pembuatan karya seni untuk sarana
berkomunikasi. Intervensi Art Therapy pada responden dilakukan
sebanyak 3 sesi melalui metode menempel kepingan-kepingan
kecil.
Tujuan 1. Untuk sarana komunikasi untuk menyampaikan perasaan
melalui suatu karya seni.
79

2. Untuk meningkatkan kesadaran mengenai masa kini agar


bisa menghadapi situasi sosial ataupun masalah psikologis
yang menggangu.
3. Membantu mengidentifikasi respon emosional, dan
merasakan koneksi antara tubuh dan pikiran (body, mind
and soul).
4. Dapat membantu dalam mengidentifikasi dan juga
memperkuat self image positif dalam dirinya.
Waktu Setiap sesi Art therapy dilakukan 1 kali pertemuan selama 30
menit.
Prosedur 1. Persiapan
Menyiapkan semua alat yang dibutuhkan.
a. Botol
b. Gunting
c. Lem
d. Kain perca
2. Tahap Pra Interaksi
Kontrak waktu dengan responden.
3. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan manfaat penelitian
e. Menjelaskan prosedur penelitian
f. Menanyakan kesiapan

4. Tahap Kerja
a. Persiapkan calon asisten terlebih dahulu pastikan kembali
bahwa calon asisten sudah mengertimengenai penelitian
kita
b. Calon respoden diminta untuk mengisi inform consen
persetujuan
c. Respoden diminta untuk mengisi pre test terlebih dahulu,
peneliti dan asisten mendampingi responden jelaskan bila
ada yang kurang paham
d. Lalu setelah selesai, peneliti dan asisten mengajarkan
terlebih dahulu cara art herapy yaitu dengan menempelkan
kain perca di botol yang sudah disiapkan, kemudian minta
respoden untuk melakukan sendiri
e. Kemudian ukur kembali kemapuan respoden setelah
melakukan terapi yaitu dengan posttest, mengisi kuesioner
kembali
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi kegiatan
80

b. Kontrak waktu untuk sesi selanjutnya


81

Lampiran 9
82

Lampiran 10
83

Lampiran 11
84

Lampran 12
85

F 07
Lampiran 13
86
87
88

Lampiran 14
89
90

Lampiran 15

DATA SPSS

Statistics

JENIS_KELAMI
USIA N PRE_TEST POST_TEST

N Valid 25 25 25 25

Missing 0 0 0 0
Mean 66.56 1.64 3.76 1.32
Median 67.00 2.00 4.00 1.00
Mode 60 2 4 1
Std. Deviation 4.883 .490 .436 .476
Minimum 60 1 3 1
Maximum 74 2 4 2

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60 5 20.0 20.0 20.0

62 1 4.0 4.0 24.0

63 3 12.0 12.0 36.0


65 3 12.0 12.0 48.0

67 2 8.0 8.0 56.0

68 1 4.0 4.0 60.0

69 1 4.0 4.0 64.0

70 3 12.0 12.0 76.0

71 2 8.0 8.0 84.0

73 1 4.0 4.0 88.0

74 3 12.0 12.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

JENIS_KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
91

Valid LAKI-LAKI 9 36.0 36.0 36.0

PEREMPUAN 16 64.0 64.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

PRE_TEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid depresi sedang 6 24.0 24.0 24.0

depresi berat 19 76.0 76.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

POST_TEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 17 68.0 68.0 68.0

depresi ringan 8 32.0 32.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

WILCOXON

Test Statisticsa

POST_TEST -
PRE_TEST

Z -4.484b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
92

Lampiran 16
Dokumentasi
93
94
95

Lampiran 17
96

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Evinatalia

NIM : S16145

Nama Dosen : Ns. Isnaini Rahmawati, MAN

No Hari/Tanggal Materni Konsul TTD Dosen Keterangan


9 01-07-2020 Draft post sidang ACC

10 04-08-2020 BAB IV - Revisi sesuai


saran

11 11-08-2020 BAB IV ACC

12 27-08-2020 BAB V dan VI - Revisi sesuai


saran
- Lengkapi
draft
13 01-09-2020 FULL DRAFT - ACC
- Ujian
14
97
98

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Evinatalia

NIM : S16145

Nama Dosen : Ns. Ririn Afrian Sulistyawati M.Kep

No Hari/Tanggal Materni Konsul TTD Dosen Keterangan


9 01-07-2020 Draft post sidang ACC
10 12-08-2020 BAB IV - Revisi sesuai
saran
11 26-08-2020 BAB IV, V dan VI - Revisi sesuai
saran
- Lengkapi
draft

12 01-09-2020 FULL DRAFT - Revisi sesuai


saran
13

14

Anda mungkin juga menyukai