PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misi rasulullah yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia. Maka, seorang mulim dalam melakukan apa saja harus didasari oleh akhlak
mulia. Dalam berekonomi, politik, mengembangkan pendididikan, hukum,
bermasyarakat dan lain-lain harus didasarkan pada akhlak yang luhur. Selalu
dibayangkan bahwa, tidak akan mungkin seorang muslim melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan keyakinannya itu.
Namun yang seringkali terjadi bahwa masih terdapat pemisahan yang
sedemikian tajam antara persoalan agama dan persoalan kehidupan lain pada
umumnya. Agama dianggap sebagai variabel tersendiri, terpisah dari kegiatan
kehidupan pada umumnya. Maka yang lahir adalah kehidupan pribadi yang tidak
utuh. Seolah-olah antara ke pasar sebagai upaya mencari rizki dianggap berbeda
ketika ke masjid untuk shalat berjama’ah. Ke masjid dianggap mencari bekal ke
akhirat, sementara ke pasar dianggap untuk mendapatkan rizki untuk mencukupi
kegiatan di dunia dan masih banyak lagi contoh yang lain.
Cara berpikir dikotomis seperti itulah kira-kira yang menjadikan Islam tidak
dipandang sebagai ajaran yang utuh dan komprehensif hingga melahirkan perilaku
yang terbelah itu. Sehingga akibatnya, antara kegiatan ritual dan kegiatan sosial
menjadi tidak menyatu. Akibatnya muncul istilah shaleh ritual, shaleh sosial dan
shaleh intelektual. Perbedaan-perbedaan itu pula yang seolah-olah dalam ajaran
Islam bisa dipilah-pilah.
Padahal untuk mengantarkan ummat manusia agar menjadi selamat dan
sekaligus bahagia, baik di dunia maupun di akherat bukan sebatas agama,
melainkan juga peradaban. Islam sebenarnya sebuah ajaran yang
memiliki kekuatan pengubah dan sekaligus memberikan petunjuk dan arah, agar
manusia dalam hidupnya mendapatkan derajat mulia. Dan orang yang demikian
itu adalah memiliki karakter yang unggul. Dengan demikian, sebagaimana
disabdakan oleh Nabi Muhammad bahwa, Islam datang di muka bumi adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia atau karakter yang unggul. Maka kami
berinisiatif untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Pendidikan Karakter
Dalam Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
2. Bagaimanakah penididikan karakter dalam islam?
BAB II
PEMBAHASAN
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka
yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak
berzikir kepada Allah” (QS. al-Ahzab (33) : 21)
Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinya mendapat perlakuan buruk
dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai
muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku
timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi
menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan
mereka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya
Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak
mengetahui” Alhamdulillah, Allah SWT mendengar doanya, masyarakat Thaif
banyak menjadi pengikut Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan baru
mengajak orang lain mengikuti apa yang kita lakukan.
Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan
nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan
kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni meyakini Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid menghasilkan
pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan.
Mengutip Nur Faizin (Republika, 13/10) Pendidikan karakter yang terpenting
adalah pendidikan moral dan etika. Rasulallah SAW sendiri pun menegaskan hal
itu dalam sabdanya, “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah.”
(HR Ahmad dan yang lain). Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah
menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap bangsa.
Dengan demikian karakter itu harus memadukan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Rasulullah SAW sudah memberikan teladan itu dengan
membangun pendidikan berbasis moral dan etik. Pembangunan pendidikan dapat
dimulai dari Pesantren, Kampus dan Sekolah sebagai tempat subur pembinaan
sekaligus pemberdayaan karakter generasi muda. Karena dengan moral yang baik
dan etika yang berlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas
masyarakt bangsa yang rahmatan lil alamin.
A. Simpulan
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri
khas seseorang atau sekelompok orang. Pendidikan karakter mengandung arti
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi
moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Dengan demikian
bahwa :
1. Pendidikan karakter dalam islam adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap
pembinaan sejak dini.
2. Mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebut
Rasulullah SAW sebagai Al Qur’an yang berjalan.
3. Menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan nilai moral
dan etika dalam mengubah masyarakatnya.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kami mengucapkan
terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Selain itu, kritik dan saran dharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya.