Anda di halaman 1dari 72

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KECEMASAAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE


PADA REMAJA PUTRI KELAS IV DAN V
DI SD NEGRI SUKASARI SERANG BARU
TAHUN 2023

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh :

Elsa Cahya Safitri (020619025)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023
2

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Proposal Universitas Medika Suherman (UMS)

Cikarang, 16 Maret 2023

Pembimbing

Bdn. Rohani Siregar SST., M.Kes

NIK:50180688

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bid

Neneng Julianti, SST.,M.Kes

NIK:50100227

2
3

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan usulan
proposal “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasaan Dalam
Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri IV dan V Di SD IT Patriot
Sukatani “ sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari
bahwa penyusunan usulan proposal ini masih terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan proposal ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga, kepada :

1. Dr. drg. Eddy Suharso, SH., M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Medika
2. Amrullah Ibnu Khoidun, SE., MM, Selaku Ketua Senat dan Ketua LPMI,
Universitas Medika Suherman
3. Dr. Triseu Setianingsih, SKM, MKM, Selaku Rektor Universitas Medika
Suherman
4. Ns. Retno Anggraeni. S.Kep.,M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang Mutu
Pendidikan Universitas Medika Suherman
5. Vincent Octavius,SE.,MM, selaku Wakil Rektor Human Capital,
Keuangan dan Aset Universitas Medika Suherman
6. Ns.Yana Setiawan,SKM.,S,Kep.,M.Kep, selaku Wakil Rektor Bidang
Prestasi Kemahasiswaan Universitas Medika Suherman
7. Ns.Angga Saeful Rahmat Barnas,S.Kep.M.Kep.,Sp.Kep Kom, selaku
ketuaLPPM Universitas Medika Suherman
8. Herlina Simanjuntak,SST.,M.Keb. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan,Universitas Medika Suherman

3
4

9. Neneng Julianti, SST.M.Kes. selaku Ketua Program Studi Sarjana


Kebidanan (S1) dan Profesi Bidan Universitas Medika Suherman
10. Bdn. Rohani Siregar SST., M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan materi, waktu dan arahan untuk membantu proses
penyelesaian proposal skripsi ini.
11. Neneng Julianti, SST.,M.Kes selaku penguji proposal yang telah
memberikan bimbingan materi, wkatu dan arahan untuk membantu proses
penyelesaian proposal skiripsi ini.
12. Semua responden yang telah ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
penelitian ini.
13. Hilman Nasharuddin, S.PD.I selaku Kepala Sekolah SD IT Patriot
Sukatani yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
14. Seluruh Staf dan Dosen Universitas Medika Suherman Cikarang yang
telah memberikan ilmu dan pelajaran sebagai bekal bagi penulis.
15. Orang tua dan saudara saya yang telah memberikan doa dan dukungannya.
16. Teman – teman seperjuangan sarjana kebidanan Angkatan Ke 2 telah
memberikan dukungan semoga selalu sukses semuanya. Rekan-rekan
mahasiswi Universitas Medika Suherman Cikarang - Bekasi dan semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyusun skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. Penulis menyadari
penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, dan akhir kata penulis
berharap semoga usulan proposal, ini dapat dilanjutkan ke jenjang
penelitian, Aamiin.

Cikarang, Maret 2023

Elsa Cahya Safitri

4
5

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL............................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

A. Latar iBelakang.....................................................................................2

B. Rumusan Masalah.................................................................................5

C. Tujuan Penelitian..................................................................................5

D. Manfaat Penelitian................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7

A. Konsep Remaja.....................................................................................7

B. Konsep Menarche................................................................................10

C. Konsep Kecemasaan...........................................................................19

D. Kerangka Teori....................................................................................32

KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS.....................................33

A. Kerangka Konsep.................................................................................33
B. Definisi Operasional............................................................................34
C. Hipotesis..............................................................................................37
BAB IV..................................................................................................................38

METODE PENELITIAN....................................................................................38

A. Jenis Penelitian....................................................................................38

5
6

B. Populasi dan Sempel............................................................................38


C. Teknik Pengambilan Sampel...............................................................39
D. Variabel Penelitian...............................................................................40
E. Waktu dan Lokasi Penelitian...............................................................41
F. Prosedur Pengumpulan Data................................................................41
G. Jenis dan Sumber Data.........................................................................42
H. Instrumen Penelitian............................................................................42
I. Pengolahan Data..................................................................................45
J. Analisa Data.........................................................................................46
1. Analisa Univariat................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

6
7

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Oprasional...............................................................................29

7
8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori..................................................................................27

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep..............................................................................28

8
9

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran Surat
B. Lembar Konsul
C. Lampiran Kuesioner
D. Lembar Persetujuan Proposal
E. Lampiran Plagiarism Checker
F. Lampiran Absen Perpustakaan

9
10

BAB iI
PENDAHULUAN

A. Latar iBelakang
Masa remaja adalah tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa
dewasa. Di masa ini seseorang mengalami masa pubertas salah satunya
ditandai dengan datangnya menstruasi pertama (menarche) pada wanita.
Menarche merupakan suatu periode menstruasi pertama yang ditandai dengan
munculnya perubahan secara fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan
mental. Berbeda dengan perubahan bertahap lain yang menyertai pubertas,
menarche terjadi secara tiba-tiba dan mencolok tanpa ada peringatan
sebelumnya, perubahan – perubahan tersebut dapat memicu timbulnya
kecemasan tergantung dari informasi yang diperoleh dan kemampuan
beradaptasi, sehingga menarche memberikan pengalaman yang mengesankan
bagi kebanyakan anak perempuan (Destriati Sinaga dan Enima Hallawa,
2019). Datangnya menarche tidak sama pada setiap remaja putri, terkadang
ada seorang remaja putri menarche di usia 8 tahun, ada pula pada usia 12
tahun, bahkan di usia 16 tahun. (Evitasari & Euis Citra Intan Suteja, 2022)
Menurut data WHO (Word Health Organitation) angka kejadian
dismenore di indonesia sebanyak 55% dikalangan usia produktif, dimana
15% diantaranya mengeluhkan aktivitas menjadi terbatas akibat dismenore.
Oleh karena itu remaja putri membutuhkan informasi yang cukup agar
mereka dapat mengatasi rasa kecemasan saat mendapatkan menstruasi
pertamanya. (Evitasari & Euis Citra Intan Suteja, 2022)
Di Provinsi Jawa Barat populasi remaja 10-24 tahun berjumlah 10,849,182
jiwa. (Umi Mutasya & Hasyim, 2016)
Rifrianti (2013), menyatakan bahwa remaja putri yang menghadapi
menarche mayoritas mengalami kecemasan yaitu sebanyak 79,9%, dan hanya
20,1% remaja yang tidak merasa cemas. Sudjana (2015), menyatakan bahwa

10
11

hampir seluruh remaja putri yang menghadapi menarche mengalami


kecemasan yaitu sebesar 96,5%, dan hanya 3,4% remaja yang tidak merasa
cemas. Solihah (2013), menyatakan bahwa remaja putri saat mengalami
menstruasi dalam siklus kurang dari 3 kali,menunjukan bahwa 100% remaja
putri mengalami kecemasan. Kecemasan yang timbul secara terus menerus
dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan
berulang-ulang terhadap menstuasi (Kartono, 2006). Dampak dari perubahan
psikologis mengakibatkan minimnya kemampuan remaja untuk menguasai
dan mengontrol emosi. Kondisi ini membuat remaja putri menjadi kurang
bertenaga, keengganan bekerja, bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan
perorangan, kurang bergairah melaksanakan tugas-tugas disekolah yang
menyebabkan tidak stabil. (Fitriani & Yulia Rohman, 2016)
Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018
menunjukan bahwa gangguan kecemasan pada remaja di Indonesia memiliki
prevalensi berkisar antara 65-78% dengan jumlah persentase di Jawa
Barat sekitar 6,5%. (Isyah & Isyah, 2023)
Kecemasan merupakan gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok
pada peristiwa menarche yang kemudian diperkuat oleh keinginan untuk
menolak proses fisiologis tersebut. Kecemasan tersebut disebabkan oleh
ketidaktahuan remaja putri tentang perubahan-perubahan fisiologis yang
terjadi saat masa remaja sehingga menstruasi dianggap sebagai hal yang
menakutkan. Dalam situasi demikian menarche dianggap oleh remaja putri
sebagai suatu proses mengeluarkan sejumlah darah kotor dari tubuhnya,
dimana ia harus menyendiri. Ketika remaja putri telah menjadi sesorang yang
dewasa, remaja cenderung untuk menghindari setiap kontak dengan orang
lain jika ia sedang mengalami menstruasi. Hal ini dilakukan untuk
pembenaran bahwa dirinya sedang bermasalah, sehingga tidak patut untuk
berkontak dengan orang lain.
(Nggarang & Jahum Prodi Sarjana Keperawatan FIKP Unika St Paulu

11
12

Dampak dari kecemasan pada remaja putri yang sedang menghadapi


menarche akan berpengaruh terhadap perilaku remaja putri itu sendiri seperti
kurangnya menjaga kebersihan saat menstruasi pertama kalinya, lingkungan
yang tidak bersih, kurangnya pengetahuan tentang proses fisiologi menstruasi
serta cara penggunaan pembalut saat menstruasi (Kusmiran, 2012). Sehingga
akan menimbulkan berbagai jenis penyakit pada alat reproduksi, karena
remaja putri lebih rentan mengalami infeksi saluran reproduksi.
(Nggarang & Jahum Prodi Sarjana Keperawatan FIKP Unika St Paulus Ruteng Jl Jend Ahmad

Bila alat reproduksi lembab dan basah. Jika keasaman meningkat maka
akan memudahkan pertumbuhan jamur, penyebab utama penyakit pada
saluran reproduksi yaitu imunitas lemah, perilaku kurang bersih saat
menstruasi, penggunaan pembalut yang kurang sehat saat menstruasi
(Kusmiran, 2012). Perempuan yang memiliki riwayat infeksi pada saluran
reproduksi mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti
kemandulan, kanker rahim dan kehamilan di luar kandungan. Sehingga dalam
menghadapi menarche seorang remaja sangat membutuhkan dukungan dari
anggota keluarga. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk untuk
mengatasi kecemasan. Dukungan tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk
dukungan emosional melalui rasa empati, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental melalui bantuan langsung berupa benda dan dukungan
informatif melalui pemberian informasi yang berkaitan dengan proses
menstruasi bagi remaja putri dalam menghadapi menarche. Dukungan
keluarga yang di berikan kepada remaja akan mempengaruhi kecemasan dan
kesiapan remaja putri tersebut. Hal ini dikarenakan anggota keluraga
merupakan orang yang paling dekat bagi remaja sehingga komunikasi pada
hal yang sensitif lebih terbuka. Keluarga berperan aktif dalam mengetahui
kondisi remaja putri, baik fisik maupun psikologisnya karena keluarga
bersifat mempunyai hubungan yang saling ketergantungan satu anggota
keluarga lainnya.
(Nggarang & Jahum Prodi Sarjana Keperawatan FIKP Unika St Paulus Ruteng Jl Jen

12
13

Berdasarkan hasil wawancara dari 10 siswi SD Negri Sukasari Serang


Baru yang telah mengalami menarche diperoleh informasi bahwa 8 siswi
merasa cemas saat menghadapi menarche. Hal ini dikarenakan ketidaktahuan
mereka dengan apa yang akan dilakukan dan mereka merasa khawatir akan
tembus di sekolah nanti. Kekhawatiran ini disebabkan oleh ketidaktahuan
mereka cara penggunaan pembalut. Sementara itu, sebanyak 2 siswi merasa
takut dalam menghadapi menarche dikarenakan malu jika diketahui oleh
teman laki-laki karena takut diejek.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negri Sukasari
Serang Baru Sukatani tanggal 8 Juni 2023 di lakukan wawancara pada 10
siswi SD Negri Sukasari Serang Baru diperoleh informasi bahwa 8 siswi
merasa cemas saat menghadapi menarche. Sementara itu, sebanyak 2 siswi
merasa takut dalam menghadapi menarche dikarenakan malu : “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kecemasaan Dalam Menghadapi Menarche Pada
Remaja Putri Kelas IV Dan V Di SD Negri Sukasari Serang Baru”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasaan Dalam Menghadapi
Menarche Pada Remaja Putri Kelas IV Dan V Di SD Negri Sukasari Serang
Baru Tahun 2023”.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Menngetahui Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kecemasaan Dalam Menghadapi Menarche Pada
Remaja Putri Kelas IV Dan V Di SD Negri Sukasari Serang Baru
Tahun 2023
b. Untuk Mengetahui Hubungan Faktor Kematangan/Kesiapan Dengan
Kecemasaan Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Kelas

13
14

IV Dan V Di SD Negri Sukasari Serang Baru Tahun 2023


c. Untuk Mengetahui Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Kecemasaan
Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Kelas IV Dan V Di
SD Negri Sukasari Serang Baru Tahun 2023
d. Untuk Mengetahui Hubungan Faktor Dukungan Sosial Dengan
Kecemasaan Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Kelas
IV Dan V Di SD Negri Sukasari Serang Baru Tahun 2023.
e. Untuk Mengetahui Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kecemasaan
Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Kelas IV Dan V Di
SD Negri Sukasari Serang Baru Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis.
a. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
tenaga kesehatan tentang hubungan antara pengetahuan, usia dan
pendidikan orang tua untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi
menarche sehingga dapat meningkatkan strategi dalam upaya promotif
untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi terhadap
remaja yang akan mengalami menarche.
b. Manfaat Bagi Responden
Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan remaja untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasaan dalam menghadapi menarche
c. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan data dasar dalam
pengembangan penelitian lain dengan ruang lingkup yang sama atau
sebagai bahan kajian pustaka.

2. Manfaat Teoritis

14
15

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan unformasi dan


pengetahuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasaan dalam menghadapi menarche pada remaja putri kelas
iv dan v di SD Negri Sukasari Serang Baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
1. Definisi Masa Remaja
Menurut Notoatmodjo Tahun 2020 Pengetahuan merupakan hasil tahu
sesorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalaui mata dan telinga. (Ismi Antika putri et al., n.d.; Suntara et al., n.d.)
Masa remaja adalah tahap peralihan antara masa anak-anak dengan
masa dewasa. Di masa ini seseorang mengalami masa pubertas salah
satunya ditandai dengan datangnya menstruasi pertama (menarche) pada
wanita. Menarche merupakan suatu periode menstruasi pertama yang
ditandai dengan munculnya perubahan secara fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan mental. Berbeda dengan perubahan bertahap lain yang
menyertai pubertas, menarche terjadi secara tiba-tiba dan mencolok tanpa
ada peringatan sebelumnya, perubahan – perubahan tersebut dapat memicu
timbulnya kecemasan tergantung dari informasi yang diperoleh dan
kemampuan beradaptasi, sehingga menarche memberikan pengalaman yang
mengesankan bagi kebanyakan anak perempuan (Destriati Sinaga dan
Enima Hallawa, 2019).
Datangnya menarche tidak sama pada setiap remaja putri, terkadang
ada seorang remaja putri menarche di usia 8 tahun, ada pula pada usia 12
tahun, bahkan di usia 16 tahun. (Nggarang & Jahum Prodi Sarjana Keperawatan FIKP U

15
16

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-


anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai dengan
tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks sekunder sedangkan
secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi
yang labil atau tidak menentu. Hurlock tahun 1990 membagi fase remaja
menjadi m
Masa remaja awal dengan usia antara 13-17 tahun dan masa remaja
akhir usia antara 17-18 tahun. Masa remaja awal dan akhir menurut Hurlock
memiliki karakteristik yang berbeda dikarenakan pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
dewasa.
(Nggarang & Jahum Prodi Sarjana Keperawatan FIKP Unika St Paulus Ruteng Jl Jen

2. Fase-fase Masa Remaja


Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah masa peralihan
atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu
pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun
mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan
berikut ini. (Diananda, 2018).
a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih
hanya satu tahun : untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14
tahun. Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah
laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan
komunikasi antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi

16
17

tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk


perubahan hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati
yang tak terduga. Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes
tentang diri mereka yang berubah dan meningkat berkenaan dengan apa
yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti pertanyaan: Apa yang
mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa mereka menatapku? Bagaimana
tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak “keren”? dan lain lain.
(Diananda, 2018)
b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam
banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa
ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.
Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk
membuat keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol pemikiran semakin logis,
abstrak dan idealistis dan semakin banyak waktu diluangkan diluar
keluarga. (Diananda, 2018)
c. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian dengan menonjolkan dirinya
caranya lain dengan remaja awal. Dia idealis, mempunyai cita-cita tinggi,
bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Dia berusaha
memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional. Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang
begitu cepat, misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan
sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan
suara yang semakin dalam. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat
menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin
banyak waktu diluangkan di luar keluarga. Selanjutnya, perkembangan

17
18

tersebut diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana
kematangan.

B. Konsep Menarche
1. Definisi Menarche
Menurut Sarwono Tahun 2010 menarche adalah tahap perkembangan
fisik ketika alat reproduksi manusia mencapai kematangannya. Usia
menarche bervariasi pada setiap perempuan. Pada umumnya menarche
terjadi pada usia 12-14 tahun, namun saat ini terdapat kecenderungan
penurunan usia menarche ke usia yang lebih muda sehingga banyak siswi
Sekolah Dasar (SD) yang mengalami menarche. Hal ini bergantung pada
beberapa faktor, seperti kesehatan, berat badan, dan status nutrisi. Fase
tibanya haid ini merupakan satu periode di mana gadis benar-benar telah
siap secara biologis menjalani fungsi kewanitaannya.
Menurut Yusuf, Rina, dan Septi Tahun 2014 menarche adalah haid
yang pertama kali terjadi pada wanita, dan merupakan ciri khas dari
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menstruasi pertama atau
menarche adalah menstuasi awal yang biasa terjadi pada masa pubertas
dalam rentang usia sepuluh tahun sampai enam belas tahun yang menjadi
pertanda biologis dari kematang seksual wanita. (Hidayah & Palila, 2018)
Menurut Mulyani Tahun 2013 usia menarche adalah darah yang
pertama kali keluar dari uterus wanita di masa pubertas pada kisaran umur
12 sampai dengan 14 tahun. Menarche adalah perubahan yang terjadi pada
remaja sebagai tanda bahwa sudah memasuki fase kematangan organ
seskualnya.
2. Klasifikasi Menarche
Klasifikasi menarche ada 3 yaitu:

18
19

a. Menarche dini (prekoks)


Menarche prekoks adalah keadaan anak yang mengalami
kedewasaan seksual sangat dini. Pemicu menarhe dini disebabkan oleh
otak karena pengaruh paparan zat kimia dan lingkungan (verawaty &
Liswidyawati, 2012). Menurut Wiknjosastro (2007) menarche
dini akan dialami seoerang perempuan ketika pada usia 10 tahun
kebawah. Menarche disebabkan karena adanya kelainan pada area
hipotalamus dan hipofisis yang menstimulasi keluarnya human
Choronianic Gondotropin (hCG) yang lebih cepat. Menarche dini dapat
terjadi pada usia kurang dari 12 tahun (Golden & Schafer, 2015).
b. Menarche Normal
Menurut Pescovitz & Emily (2007) dan Karger (2005) mengatakan
menarche normal adalah menarche yang terjadi pada usia 12 sampai 13.1
tahun. Menurut Winkjosastro (2007) mengatakan menarche normal dapat
terjadi pada usia 12 sampai 13 tahun. Menurut Goldman dan Schafer
(2015) menyatakan menarche secara normal dapat terjadi pada usia 12
tahun sampai 13 tahun.
c. Menarche Lambat (Tarda)
Menurut Winkjosastro ( 2007) menarche tarda adalah menarche
yang terjadi secara lambat dengan usia lebih dari 14 tahun. Menarche
tarda terjadi pada usia lebih dari 13.2 tahun (Pescovitz&Emily, 2007;
karger, 2005). Menarche lambat atau tarda dapat terjadi pada usia 14-16
tahun (Goldmasn & Schafer, 2015).
3. Mekanisme Terjadinya Menarche
Menurut Soetjiningsih (2004) menyatakan bahwa mekanisme terjadinya
menarche dipengaruhi oleh sistem endokrin dan hipotalamus. Hipotalamus
adalah bagian area otak yang berinteraksi dengan kelenjar pituitari
yang berguna untuk memonitor regulasi hormon dalam tubuh. Hipotalamus
akan mengeluarkan hormon yang berguna untuk mengatur sekresi hormon
yang dikeluarkan oleh hipofise, antaranya hormon Gonadotropin Releasing
Hormon (GnRH) di keluarkan oleh hipotalamus yang berfungsi untuk

19
20

mengatur hormon Follicle Stimullating Hormon (FSH) dan Letunizing


Hormon (LH) yang dikeluarakan oleh hipofose anterior. Hormon FSH
berguna untuk mempercepat pertumbuhan sel gonad, sedangkan hormon LH
berguna untuk menstimulasi fungsi sel gonad yang digunakan untuk
mengeluarkan hormon seks yaitu hormon estrogen. Kedua hormon tersebut
akan keluar disekresi secara episodik. Jumlah keluarnya hormon
gonadotropin yang berhubungan dengan adanya sekresi pada Hormon
GnRH dan kadar sek steroid dalam sirkulasi. Berdasarkan biologis, proses
tersebut berguna untuk mempertahankan siklus mentruasi. Kelenjar hipofise
berasal dari fetus menghasilkan hormon FSH dan LH dari mingu ke 10
kehamilan dan aktif mensekresi hormon FSH dan LH minggu ke 11 sampai
12 kehamilan. Seks streroid akan menurun pada bulan pertama kelahiran.
Semakin meningkat kadar gonadotropin maka akan semakin meningkat juga
kadar estrogen pada seorang perempuan.Usia satu sampai dua tahun
konsentrasi gonadotropin dapat menurun dan akan stabil kembali pada masa
anak-anak sampai mengalami pubertas. Kadar hormon FSH dapat
meningkat ketika maturasi gonad pada saat pubertas dan diikuti dengan
meningkatnya hormon LH. Meningkatnya kadar FSH dan LH dapat sel
gonad membuat kematangan.
Pada akhir masa pubertas akan diikuti dengan perkembangannya
hormon steroid yang memiliki mekanisme umpan balik pada saat pubertas.
Meningkatmya hormon FSH pada saat masa pubertas dapat memicu
berkembangnya sel granulose pada ovarium dan selanjutnya sekresi
Hormon LH akan meningkat dan menstimulasi keluarnya estrogen oleh
gramulose sebelum datang menstruasi. Kelenjar pituatari dapat
mempegaruhi terjadinya pertumbuhan diantaranya dengan memproduksi
hormon pertumbuhan. Sifat kelenjar pituitari adalah untuk menghasilkan
hormon yang akan merangsang pada kelenjar lain. Kelenjar pituitari dapat
mengimpuls gonadotropin yang menuju indung telur dan hormon yang
menstimulasi hormon tiroid menuju kelenjar tiroid sehingga dapat
berinteraksi dengan kelenjar pituitari yang dapat memepengaruhi proses

20
21

pertumbuhan. Kelenjar pituitari dapat mengimpuls hormon menuju kelenjar


adrenal dan berinteraksi untuk perkembangan masa pubertas. Perubahan
hormon pada kelenjar adrenal dapat mengeluarkan adrenarche dan
gonadarche yang berguna untuk kematangan seksual dan perkembanagn
reproduksi. Proses pertengahan sampai akhir gonadarche pada saat terjadi
menarche.

4. Kesiapan Menghadapi Menarche


Saat menghadapi menarche, dibutuhkan kesiapan mental yang baik.
Kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) adalah keadaan yang
menunjukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan
fisik yaitu datangnya menstruasi pertama (menarche), yang keluar dari
tempat khusus wanita pada saat menginjak usia sepuluh sampai enam belas
tahun, yang terjadi secara periodik (pada waktu tertentu) dan siklik
(berulang-ulang). Menurut Yusuf Tahun 2002 ada tiga aspek mengenai
kesiapan :
a. Aspek Pertama
Aspek pertama adalah pemahaman, yakni pengalaman seseorang
terhadap kejadian yang dialaminya. Ketika seseorang mengerti dan
mengetahui akan kejadian yang dialaminya, hal ini dapat membantu
dirinya untuk merasa siap dalam menghadapi hal-hal yang terjadi.
b. Aspek kedua
Aspek kedua adalah penghayatan. Aspek ini merupakan kondisi di
mana seseorang merasa siap bahwa segala hal yang terjadi secara alami
akan terjadi pada hampir semua orang. Hal ini juga merupakan sesuatu
yang wajar, normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Selain itu, individu
juga merasakan keyakinan yang tinggi, khususnya terkait pandangan
agama (Islam). Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan karunia kepada
perempuan berupa pengalaman menstruasi. Yusuf dkk. Tahun 2014
mengatakan bahwa seorang perempuan dikatakan baligh ketika tiba

21
22

menstruasi, yang berarti sudah memiliki kewajiban terhadap syari'at


agama. Seseorang yang berempati berarti dapat melakukan transferensi
perasaan positif terhadap seseorang yang mengalami kejadian yang
serupa dengannya.
c. Aspek ketiga
Aspek ketika adalah kesediaan, merupakan tindakan secara langsung
terhadap kesempatan yang hadir, sehingga menjadi bagian pengalaman
hidup. Perbandingan antara remaja perempuan yang bersiap dengan yang
tidak dalam menghadapi menstruasi pertama ditunjukan oleh sikap
positif (siap) dan negatif (tidak siap). Remaja perempuan yang bersikap
negatif cenderung merasakan kerepotan, kekotoran, ketidaknyamanan
sehingga aktivitas terbatas dan emosi fluktuatif. Banyak alasan yang
melatarbelakangi tidak siapnya remaja perempuan dalam menghadapi
menstruasi pertama. Seperti, orang tua minim pendidikan seks pada anak.
Pendidikan seks merupakan kewajiban orangtua modern, meskipun hal
ini mestinya dilakukan sejak dulu. Dengan begitu, anak perempuan tidak
akan merasa cemas dan lebih positif dalam menyikapi datangnya
menstruasi pertama yang berdampak pada perubahan fisik dan
psikologis. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan
menghadapi menarche adalah keadaan yang menunjuk-kan bahwa
seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu
datangnya menstruasi pertama (menarche) sebagai proses yang normal.
Aspek-aspek menstruasi pertama (menarche) antara lain: aspek
pemahaman,
(Hidayahaspek penghayatan
& Palila, 2018) dan aspek kesediaan.

3. Tanda Dan Gejala Menarce


Pengalaman pertama atau mendapatkan menstruasi pertama atau
menarce adalah merasa aneh dan tidak nyaman akan perubahan-
perubahan yang terjadi saat mereka mendapatkan menstruasi pertama
yaitu perubahan seperti :
a. Sakit kepala

22
23

b. Sakit perut dan nyeri perut


c. Pegal-pegal
d. Sakit pinggang
Serta perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perubahan
emosional seperti :
a. Mudah marah
b. Mudah tersinggung
c. Perasaan malu
d. Bingung dan gelisah. (Susanti et al., 2017)

4. Faktor-Faktor Pencetus Kejadian Menarche


a. Usia menarche
Ibu berpengaruh terhadap usia menarche anak berikutnya. Kejadian
menarche kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga
(Winkjosastro, 2007) penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2015)
menyatakan ada hubungan usia menarche denga usia menarche pada
ibu . ketidakseimbangan hormon disebabkan karena genetik sehingga
terjadi menarche
b. Status dan pola makan
Menurut Goldman dan Schafer (2015) mengatakan bahwa seseorang
mengalami menarche dapat dipengaruhi oleh nutrisi tersebut semakin
baik status nutrisi maka semakin cepat mengalami menarche. Nutrisi
yang baik akan mempercepat usia menarche (Winkjosastro, 2007),
pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Fildza
(2014) mengatakan anak status gizi gemuk berisiko akan mengalami
menarchedini dan pola makan yang buruk juga dapat mengakibatkan
menarche dini.
c. Ketepaparan Media
Ketetepaparan media dewasa dapat mempengaruhi kejadian
menarche dini. Penelitian dilakukan oleh Natalia (2015) menayatakan
bahwa anak yang sering terpapar media dewasa dapat menyebabkan

23
24

menarche dini. Media dewasa tersebut dalam penlitian yaitu


penggunaan handphone dan internet yang dapat mengakses flim yang
tidak sesuai umur sehingga dapat membuat reaksi seksual menjadi
meningkat dan kebiasaan menonton televisi lebih dari 3 jam sehingga
mengganggu produksi hormon melatonin yang berpengaruh pada
pelepasan hormon GnRH yang menyebabkan kadar melatonin lebih
rendah. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Brown (2005)
menyatakan bahwa peran media massa dapat menyebabakan
terjadinya menarche dini. Seorang perempuan yang sering nonton
televisi, mendengarkan radio, membaca majalah dapat mempercepat
terjadinya menarche dini. Faktor pencetus menarche lebih awal
disebabakan karena ada rangsangan audio visual, baik dari flim atau
pun internet yang berlabel dewasa dan mengambarkan sensualitas
merangsang terhadap sistem reproduksi lebih cepat matang
d. Lingkungan
Lingkunagn kota dan desa sangat berpengaruh terhadap kejadian
menarche dini. Fasilitas di kota yang sangat lengkap mislanya hiburan
bioskop dan pusat perbelanjaan yang mempengaruhi gaya hidup. Hal
ini didukung oleh penelitian wulandari (2012) menyatakan adanya
peberbedaan usia menarche diantaranya dikota rata-rata terjadi pada
usia 10 tahun dan didesa terjadi pada usia 11 tahun.
e. Aktivitas fisik
Menurut Goldman dan Schafer (2015) menyatakan bahwa aktivitas
fisik mislanya seperti olahraga dapat mempengaruhi menarche
dini. Penelitian yang dilakukan Natalia (2015) mengatakan aktivitas
olahraga ringan anak dapat mempengaruhi 0,8 kali akan mengalami
menarche dini, tapi aktivitas olahraga yang berat berdampak terhadap
kejadian menarche yang semakin lambat.
5. Faktor Resiko Psikologis Menarche
Faktor Resiko Psikologis Menacrhe misalnya:
a. Dukungan Sosial

24
25

1) Keluarga
Peran orang tua sangat penting dalam memberikan perhatian dan
informasi tentang menarche sehingga siswi dapat mengatasi dan
menerima permasalahan yang dialami pada saat menstruasi (Mardila,
2014). Penelitian di dukung oleh Rahmatika (2015) menyatakan
bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
menarche terhadap siswi karena keluarga dapat memeberikan salah
satu fungsi keluarga diantaranya fungsi afektif sebagai sumber
kekuatan dasar serta pemenuhan kebutuhan psikologis.

2) Dukungan Teman Sebaya


Teman sebaya yaitu interaksi awal bagi anak-anak dan remaja untuk
menganal lingkungan sekitarnya. Anak-anak dan remaja mulai belajar
berinteraksi dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga. (Santrock,
2012). Hali ini dilakukan agar mendapat pengakuan dan penerimaan dari
teman sebaya sehingga tercipta rasa aman (sulistioningsih, 2014).
Dukungan teman sebaya dapat memberikan informasi tentang mentruasi
awal dan bagaimana menjalani proses menstruasi.
3) Dukungan Sekolah
Guru bimbingan konseling (BK) mempunyai wewenang terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswinya terkait
pengembangan diri siswi seperti kebutuhan, bakat yang dimiliki, minat,
serta kepribadian siswi. Menurut penelitian oleh Rahayu (2012)
mengakatan bahwa dukungan sekolah Madrasah Tsanawiyah mengalami
penurunan kecemasan siswi menarche. Kurikulum pelajaran fiqih
membahas tentang masa pubertas dan mentrsuasi tetapi hanya sekilas.
Guru melakukan bimbingan terkait menstruasi bertujuan mengurangi
kecemasan saat menghadapi menarche sehingga meningkatkan
kepercayaan diri siswi pada saat menarche.
4) Usia

25
26

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat


kecemasan seorang perempuan ( Kartono, 2006 dalam sholihah 2013).
Penelitian ini didukung oleh Marva dan Veronica (2014) mengatakan
menarche pada usia kurang dari 12 tahun, menarche di usia 12 samapai 13
tahun, dan menarche diusia lebih dari 13 tahun menunjukkan adanya
tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada usia menarche kurang dari 12
tahun sebesar 43%. Kecemasan yang dialami mislanya khawatir, takut,
dan tidak ingin menceritakan kepada orang lain kalau sudah mesntruasi.
Seorang anak yang mengalami menstruasi usia 12 sampai 13 tahun akan
ditandai respon malu, bersemangat, dan menunjukkan awal menuju
dewasa. Anak yang mengalami menstruasi di usia 13 tahun akan
menunjukkan reaksi senang dan sedih.
5) Penerimaan
Menurut BKKBN (2012) mengatakan sebagian kecil seseorang akan
mengalami masa pubertas dengan menerima kenyataan bahwa dirinya
akan mengalami proses kedewasaan sehingga mereka tidak akan puas
dengan penampilan. Pentingnya penampilan, perempuan sering
menyalahkan menampilan sebagai hal yang tidak sesuai dengan
kehendaknya (harlock, 2014).
6) Pengetahuan
Penelitian oleh Sholihah (2013) mengatakan adanya perbedaan tingkat
kecemasan menghadapi menarche pada siswi yang pengetahuannya baik
dengan pengetahuan yang kurang. Siswi yang berpengetahuan baik
tentang menarche akan dapat memahami perubahan-perubahan fisiologis
yang akan menyebabkan ketidakstabilan terhadap kondisi psikologis,
sehingga anak akan mengantisipasi dan mengatasi kecemasan saat
menarche.
7) Kesiapan
Menurut BKKBN (2012) megatakan pada awal mentruasi pertama kali,
seorang anak harus memiliki kesiapan yang baik. Karena kurangnya
kesiapan dalam menghadapi masa pubertas akan menjadikan yang

26
27

traumatis. Hurlock (2004)) mengatakan kurangnya kesiapan saat


menghadpi masa pubertas akan berdampak ke psikologis yang lebih serius
terutama pada anak yang mengalami kematangan lebih awal. Dalam
penelitian marvan dan veronica (2014) mengatakan seorang perempuan
yang mengalami menarche di usia kurang dari 12 tahun akan memiliki
kesiapan yang buruk berjumlah sebesar 43% dari 652 responden,
menarche di usia 12 smapai 13 tahun akan memilki persiapan yang buruk
berjumlah sebesar 19% dari 625 responden dan menarche usia lebih dari
13 tahun akan memiliki persiapan yang buruk dengan jumlah sebesar 38%
dari 625 responden. Dari hasil penelitian tersebut akan menunjukkan
kesiapan buruk tertinggi pada uisa kurang dari 12 tahun.

C. Konsep Kecemasaan
1. Definisi Kecemasaan
Kecemasan adalah gangguan emosi yang paling umum di Negara
dan mungkin dunia. Diperkirakan bahwa tiga puluh tujuh juta orang
Amerika menderita kelainan kecemasan yang dapat didiagnosis dan bahwa
pada titik tertentu dalam hidup mereka, 25 persen populasi akan
mengalami gejala kecemasan yang akan mendapat maanfaat dari bantuan
professional menurut Foxman tahun 2004. Kecemasan adalah gangguan
alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu,
tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan sangat berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara objektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan adalah
respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kecemasan dapat
dipandang sebagai suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan
yang cepat. Koping dapat dipandang anatara orang dengan lingkungan.
(Kusnadi Jaya, 2015).

27
28

Menurut teori Kecemasan (Ansietas) adalah suatu perasaan takut


yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai
dengan gejala fisiologis Menurut Tomb Tahun 2003. Ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek yang spesifik. Ansietas berbeda dengan rasa takut yang
merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilain tersebut (Stuart, 2016).
Menurut Wati Tahun 2013 Kecemasan tidak dapat dihindari dari
kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas
seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal
Kecemasan dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche). (Sakinah
Ekawati Syarif dkk., 2020). Menurut Wati Tahun 2013 Kecemasan ringan
dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari - hari. Individu
masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas sedangkan
tingkat kecemasan sedang yaitu individu terfokus hanya pada pikiran yang
menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Sedangkan tingkat
kecemasan berat akan mengakibatkan Lapangan persepsi individu sangat
sempit. Pusat perhatiannya detail pada yang kecil (spesifik) dan tidak
dapat berpikir tentang hal - hal lain. (Sakinah Ekawati Syarif dkk., 2020).
Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan
perlu banyak perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain.
Sedangkan panik ialah Seseorang kehilangan kendali diri dan detail
perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan
persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara

28
29

efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. (Sakinah


Ekawati Syarif dkk., 2020).
2. Tanda dan Gejala Kecemasan
Kecemasan ditandai dengan oleh rasa ketakutan yang difus, tidak
menyenangkan dan samar-samar. Seringkali disertai dengan gejala
otonomik seperti :
a. Nyeri kepala
b. Berkeringat
c. Hipertensi
d. Gelisah
e. Tremor
f. Gangguan lambung diare
g. Takut akan pikirannya sendiri
h. Mudah tersinggung
i. Merasa tegang
j. Tidak tenang gangguan pola tidur
k. Gangguan konsentrasi
Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah seperti yang
dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama.
Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung
bervariasi dari ora ng ke orang (Kusnadi Jaya, 2015).
3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Ada beberapa Klasifikasi Tingkat Kecemasan yaitu:
a. Kecemasan Ringan
Ringan berhubungan dengan tekanan kehidupan sehari-hari, pada
tahap ini seseorang menjadi waspada dan lapangan persepsi
meningkat. Penglihatan, pendengaran, dan pemahaman melebihi
sebelumnya. Tipe kecemasan ini dapat memotivasi seseorang untuk
belajar dan tumbuh kreatif. Namun akan membawa dampak pada diri
individu yaitu pada kecemasan ini waspada akan terjadi, mampu

29
30

menghadapi situasi yang bermasalah, ingin tahu, mengulang


pertanyaan dan kurang tidur.(Kusnadi Jaya, 2015).
b. Kecemasan Sedang
Fokus perhatian pada yang dekat, meliputi lapangan persepsi
menyempit, lebih sempit dari penglihatan pendengaran dan
pemahaman orang lain. Dia mengalami hambatan dalam
memperhatikan hal-hal tertentu, tetapi dapat melakukan atau
memperhatikan hal-hal itu bila disuruh, cukup kesulitan
berkonsentrasi, kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisis
perubahan suara atau nada, pernapasan dan denyut nadi meningkat
serta tremor. (Kusnadi Jaya, 2015).
c. Kecemasan Berat
Lapangan pandang atau persepsi individu menurun, hanya
memfokuskan pada hal-hal yang khusus dan tidak mampu berpikir
lebih berat lagi, dan membutuhkan pengaturan atau suruhan untuk
memfokuskan pada hal-hal lain, tidak dapat lebih memperhatikan
meskipun diberi instruksi, pembelajaran sangat terganggu;
kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan fungsi; kesulitan
untuk memahami situasi yang dihadapi saat ini, kesulitan untuk
memahami dalam berkomunikasi ; seperti takikardi, sakit kepala, mual
dan pusing. (Kusnadi Jaya, 2015).
d. Panik
Berhubungan dengan ketakutan. Pada tahap ini hal-hal kecil
terabaikan dan tidak lagi dapat diatur atau disuruh. Terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, penyimpangan persepsi, tidak mampu mengintegrasikan
pengalaman; tidak focus pada saat ini, tidak mampu melihat dan
memahami situasi, kehilangan cara untuk mengungkapkan apa yang
dipikirkan. (Kusnadi Jaya, 2015).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasaan

30
31

Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasaan di pengaruhi oleh beberapa


faktor yang meliputi hal berikut :
a. Potensi stresor
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupam seseorang, sehingga orang
itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk
menanggulanginya.
b. Kematangan/Kesiapan
Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan
kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan
kecemasaan, sebab individu yang matang mempunyai daya apatasi
yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya individu yang
berkepribadian tidak matang akan bergantung dan peka terhadap
rangsangan sehingga sangat mudah mengalami gangguan kecemasaan.
Kesiapan anak dalam menghadapi menarche menurut Suryani dan
Widyasih (2008), yaitu semakin muda usia anak, maka akan semakin
ia belum siap menerima menarche karena menganggap hal itu sebagai
beban. Tetapi berbeda bagi mereka yang telah siap dalam menghadapi
menarche, mereka akan merasa senang dan bangga, dikarenakan
mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasaan dibanding
dengan mereka yang tingkat pendidikannya tinggi. Tingkat pendidikan
seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah
berpikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru (Sarwono,2000). Menurut
Kemendibud (2013), dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan di Indonesia di bagi

31
32

menjadi 2 tingkat yaitu tingkat pendidikan dasar 9 tahun (SD, SMP)


dan tingkat pendidikan tinggi (SMA, PT).
d. Status ekonomi
Status ekonommi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan
orang tersebut mudah mengalami kecemasaan dibanding dengan
mereka yang status ekonominya tinggi. Menurut Surat Keputusan
Guberner Jawa Tengah Nomor 560/60 Tahun 2013, tanggal 18
November 2013 tentang Upah Minumum Kaputen (UMK) di Provinsi
Jawa Tengah, dapat memberi gambaran tentang status ekonomi
masyarakat. Di Kabupaten Banyumas, UMK mengalami kenaikan dari
Rp 877,500,- pada tahun 2013 menjadi 1.000.000,- pada tahun 2014.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur tersebut, maka status ekonomi
masyarakat, dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Di bawah UMK (penghasilan ≤ Rp 1.000.0000)
b) Di atas UMK (penghasilan > Rp. 1.000.000)
e. Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan
orang tersebut mudah mengalami gangguan kecemasaan. pengetahuan
digunakan untuk mengatasi adanya kecemasan yang dialami seseorang
serta mengetahui ketidakpahaman tentang perubahan yang terjadi.
Seseorang akan merasakan cemas yang ringan atau bahkan tidak akan
cemas bila pengetahuannya baik dan seseorang akan mengalami
kecemasan bila pengetahuannya kurang.
Pengetahuan tentang menarche merupakan faktor yang
menentukan seseorang dapat menerima terjadinya menarche sebagai
perubahan yang wajar yang akan dialami setiap wanita dan tidak perlu
melakukan pengobatan atau harus menimbulkan rasa kecemasan
yang berlebihan. (Nadila & Fajariyah, 2023)
Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

32
33

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Cara mengukur pengetahuan dengan memberikan pertanyaan –
pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan
nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian
dikalikan 100% dan hasilnya prosentase kemudian digolongkan
menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (76 -100%), sedang atau cukup
(56 – 75%) dan kurang (<55%).
f. Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, penyakit
badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami kecemasaan.
Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik juga akan lebih
mudah mengalami kecemasaan
g. Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah mengalami
gangguan kecemasaan dari individu dengan kepribadian B. Adapun
ciri-ciri individu dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif,
ambisius, ingin serba sempurna, merasa buru-buru waktu, sangat setia
(berlebihan) terhadap pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat
tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung otot-otot
mudah tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B
mempunyai ciri-ciri yang berlawanan dengan individu kepribadian tipe
A
h. Dukungan Sosial
Cara hidup individu di masyarakat yang sangat
mempengaruhi padaa timbulnya kecemasaan. Individu yang
mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafah hidup
yang gejalas maka pada umumnya lebih sukar mengalami gangguan
kecemasaan.

33
34

Remaja dalam mempersiapkan datangnya menarche memerlukan


dukungan baik secara emosional, informasi, penghargaan dan
instrumental. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan
keluarga (orang tua), lingkungan sekolah (guru), lingkungan teman
sebaya, dan lingkungan masyarakat (sosial budaya dan media massa).
Dalam hal ini remaja putri yang merasa memperoleh dukungan sosial,
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya. (Laila Taufik et al., n.d.)
i. Lingkungan atau situasi
Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap asing akan
lebih mudah mengalami kecemasaan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati.
Penyebab kecemasan menghadapi menarche pada remaja adalah
faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan
pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya
pendidikan agama dan pendidikan dini yang diberikan orangtua
terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang yang diperoleh sang
anak dari orangtuanya, jika tidak, maka anak akan mencari tempat
pelarian di luar serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka.
Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi
pertumbuhan jiwanya. (Rahmawati & Yeni, n.d. 2014)
j. Usia
Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda mengalami
gangguan akibat dari kecemasaan dari pada usia tua, tetapi ada yang
berpendapat sebaliknya. Miller (1992) dalam Dariyono (2004)
menyatakan bahwa tahap dimana sesorang individu mulai
menunjukkan kematangan emosionalnya yaitu saat mulai memasuki
tahap usia dewasa. Dalam tahap ini, kemampuan kognitif dan
psikososialnya berkembang pesat sehingga mampu berpikir secara
abstrak, logis dan sisitematis terutama pada saat menghadapi suatu

34
35

masalah yang menimbulkan kecemasaan. Menurut Depkes RI (2009),


kategori usia dewasa dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Usia dewasa 26-45 tahun
b) Usia lanjut ≥ 46 tahun
k. Jenis kelamin
Menurut Sadock dan Sadock (2010), perempuan lebih cenderung
mengalami gangguan kecemasaan dari pada laki-laki. Tetapi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Nuralita dan Hadjam (2002),
menggemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecemasaan antara
pasien laki-laki dan perempuan yang sedang menjalani rawat inap di
rumah sakit
5. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasaan Dalam
Menghadapi Menarche
a. Faktor Kematangan/Kesiapan
Hasil penelitian yang didapat dari 36 responden di SD N Plalangan
01 Semarang, dengan ρ value (0,026) < 0,05. Hasil tidak siap dengan
cemas sedang sebanyak 15 siswi (41,7%), tidak siap dengan cemas
berat sebanyak 13 siswi (36,1%), dan dinyatakan siap dengan cemas
ringan sebanyak 3 siswi (8,3%), siap dengan cemas sedang sebanyak 5
siswi(13, 9%). Kesiapan anak dalam menghadapi menarche menurut
Suryani dan Widyasih (2008), yaitu semakin muda usia anak, maka
akan semakin ia belum siap menerima menarche karena menganggap
hal itu sebagai beban. Tetapi berbeda bagi mereka yang telah siap
dalam menghadapi menarche, mereka akan merasa senang dan bangga,
dikarenakan mereka menganggap dirinya sudah dewasa secara biologis.
Berdasarkan uji korelasi Rank Spearmen diperoleh nilai p value (0,026)
< 0,05 dan nilai koefisien ρ(rho) sebesar – 0,372, maka ada hubungan
kesiapan menghadapi menarche dengan tingkat kecemasan pada anak
usia sekolah di SD N Plalangan 01 Semarang. Nilai koefisien ρ (rho)
negatif dengan kekuatan lemah menunjukkan jika kesiapan menghadapi
menarche. (Retnaningsih et al., n.d. 2018)

35
36

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai signifikansi atau p


value sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dari 0,05 atau p value<0,05.
Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesiapan dan kecemasan
menghadapi menarche. Nilai koefisien korelasi yaitu -0,503 berarti
kekuatan korelasi cukup kuat. Angka koefisien korelasi pada hasil
diatas bernilai negatif, sehingga hubungan kedua variabel tersebut
bersifat berlawanan arah, dengan demikian dapat diartikan bahwa
apabila responden siap maka kecemasan menghadapi menarche akan
semakin menurun semakin tinggi maka tingkat
kecemasan semakin rendah. (Pramesti et al., n.d. 2021)
Hasil analisis statistik dengan uji spearman didapatkan nilai ρ-
value sebesar 0,004 yang bernilai ≤ α (0,05) sehingga terdapat nilai
signifikan antara kesiapan remaja dengan tingkat kecemasan dalam
menghadapi menarche. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Purnamasari dalam Utami (2008), yang mengatakan bahwa
sebelum mengalami menarche, remaja putri yang belum mendapatkan
persiapan sebelumnya akan mengalami perasaan negatif seperti takut,
panik, kaget, sedih, marah, bingung dan merasa direpotkan lebih
banyak ditampilkan dibandingkan dengan perasaan positif saat
memasuki menarche. Berdasarkan hasil penelitian aspek yang paling
besar yang mempengaruhi kesiapan remaja dalam menghadapi
menarche adalah aspek pemahaman dan kesediaan remaja itu sendiri.
Kesiapan remaja sedikit banyak mempengaruhi tingkat kecemasan
dalam menghadapi menarche pada remaja putri. Seorang remaja putri
yang sudah memiliki
kesiapan tentang menstruasi, akan merasa tenang dalam menghadpi
peristiwa menstruasi pertama. Sedangkan remaja purti yang memiliki
kesiapan kurang, maka akan mengalami kecemasan.
(Novia Dewi Kurnia. 2014)

36
37

b. Faktor Pengetahuan
Berdasarkan data hasil analisa uji chi- square nilai p value : 0,000
berarti P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kecemasan remaja putri
dalam menghadapi menarche. Pengetahuan tentang menarche
merupakan faktor yang menentukan seseorang dapat menerima
terjadinya menarche sebagai perubahan yang wajar yang akan dialami
setiap wanita dan tidak perlu melakukan pengobatan atau harus
menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan.
(Nadila & Fajariyah, 2023)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa


siswi dengan pengetahuan cukup terhadap tingkat kecemasan sedang
memilki hubungan yang erat dengan hasil nilai p-value 0,001, hal ini
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Andayani, 2019) bahwa
hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil p-value 0,001
bahwa pengetahuan memiliki pengaruh terhadap kecemasandalam
menghadapi menarche, penelitian yang dilakukan (Putra, 2020)
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan pemahaman seseorang
terhadap suatu hal yang dapat menentukan sejauh mana seseorang
dalam menanggapi suatu hal, seseorang dengan pengetahuan baik
biasanya memiliki tingkat kecemasan yang rendah karena seseoarang
lebih menguasai dan mampu menganggapi suatu hal apabila seseorang
tersebut paham dan menguasi terhadap suatu hal.
Hasil penelitian menyatakan koefisien hubungan pengetahuan
tentang menstruasi dengan kecemasan menghadapi menarche sebesar
0,308 dan nilai p-value sebesar 0,037 < 0,05. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan tentang menstruasi
dengan kecemasan menghadapi menarche. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastantri(2016), ketidaktahuan
anak tentang menstruasi dapat mengakibatkan anaksulit untuk

37
38

menerima menarche, dengan kata lain, adanya pemahaman yang


mendalam tentang proses menstruasi maka anak akan siap menerima
dan mengalami menstruasi pertama sebagai proses yang normal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan tentang menarche dan
menstruasi mempunyai peranan penting dalam mengatasi kecemasan
yang timbul saat mengalami menarche lebih mendalam agar remaja
mengalami kecemasan pada saat menarche. (Shilfia Ulfa Islami., 2017)

c. Faktor Dukungan sosial


Dukungan Sosial berpengaruh positif terhadap Kecemasan
Mengahadapi Menarche, hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif
0,239, sedangkan nilai T-Statistic sebesar 2,586 dan signifikan pada
α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).
Dukungan Sosial berpengaruh positif terhadap Aktifitas Fisik , hasil uji
menunjukkan ada pengaruh positif 0,387, sedangkan nilai T-Statistic
sebesar 5,493dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut
berada di atas nilai kritis (1,96). Hasil uji Koefisien parameter antara
Dukungan Sosial dan kecemasan terdapat pengaruh
langsung sebesar 12%. (Uci Ciptiasrini., 2015)
Dukungan sosial yang diberikan ibu terhadap kecemasan remaja
putri dalam menghadapi menarche dapat memberikan keuntungan
emosional dan berpengaruh terhadap tingkah laku penerimanya. Dalam
hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, emosional
merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Berdasarkan penelitian Mahfudah Lailatul (2023) tentang
hubungan dukungan sosial dengan kesiapan menghadapi menarche
didapatkan hasil bahwa dukungan sosial memberikan kontribusi
manfaat bagi kesehatan mental atau kesehataan fisik pada remaja putri.
Dukungan tersebut berasal dari orang tua, keluarga, sosial yang sangat
berpengaruh dalam kesiapan remaja putri menghadapi suatu keadaan

38
39

yaitu datangngnya menstruasi karena dukungan sosial tersebutlah yang


paling dekat dengan anak. (Masyarakat & Airlangga, n.d., 2023)
Berdasarkan penelitian Mukhoirotin dan Milda Laila Taufik (2016)
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan kecemasan menarche pada remaja putri hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,002 dan nilai koefisien korelasi
sebesar -0,538 menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan
kekuatan cukup. Remaja dalam mempersiapkan datangnya menarche
memerlukan dukungan baik secara emosional, informasi, penghargaan
dan instrumental. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan
keluarga (orang tua), lingkungan sekolah (guru), lingkungan teman
sebaya, dan lingkungan masyarakat (sosial budaya dan media massa).
Dalam hal ini remaja putri yang merasa memperoleh dukungan sosial,
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya. (Laila Taufik et al., n.d.)
d. Faktor Lingkungan
Berdasarkan data hasil analisa uji chi- square nilai p value : 0,000
berarti P < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hal ini
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kecemasan
Remaja Putri dalam menghadapi menarche dengan Lingkungan remaja
putri. Dari nilai OR didapatkan 21,000 yang berarti kecemasan
berpeluang 21,000 kali untuk menimbulkan kecemasan remaja putri
dalam menghadapi menarche. Peneliti sependapat dengan teori Kartini
Kartono 2011, penyebab kecemasan menghadapi menarche pada
remaja adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah
cukup tidaknya pendidikan agama dan pendidikan dini yang diberikan
orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih sayang yang
diperoleh sang anak dari orangtuanya, jika tidak, maka anak akan
mencari tempat pelarian di luar serta di tempat-tempat yang tidak

39
40

mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak


sehat bagi pertumbuhan jiwanya. (Rahmawati & Yeni, n.d. 2014)
Berdasarkan penelitian Uci Ciptiasrini (2015) Lingkungan
berpengaruh positif terhadap Kecemasan Mengahadapi Menarche,
hasil uji menunjukkan ada pengaruh positif 0,279, sedangkan nilai T-
Statistic sebesar 4,227 dan signifikan pada α=5%. Nilai T-Statistic
tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Lingkungan berpengaruh
positif terhadap Dukungan Sosial, hasil uji menunjukkan ada pengaruh
positif 0,480, sedangkan nilai T-Statistic sebesar 5,623 dan signifikan
pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada di atas nilai kritis (1,96).
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Kondisi psikologis yang baik, situasi politik negara yang stabil di mana
seseorang tinggal, kondisi kesehatan yang berasal dari pengaruh
lingkungan, serta jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam suatu
rumah merupakan bagian-bagian dari faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kecemasan menarche perempuan
(Uci Ciptiasrini., 2015)

Dari hasil meta analisis yang peneliti review melalui telaah jurnal
penelitian Annisa Maulina(2015) Lingkungan mempengaruhi
kecemasan menghadapi menarche sebanyak 60 %CI= 95% P Value =
0,001<a OR 4,396 dapat disimpulan bahwa lingkungan mempengaruhi
kecemasan mengadapi menarche. Lingkugan Sosial adalah interaksi
antara masyarakat dengan lingkungannya atau lingkungannya yang
terdiri dari mahluk sosial yaitu manusia. (Uci Ciptiasrini., 2015)

40
41

D. Kerangka Teori

Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasaan :


1. Potensi Stresor
2. Tingkat Pendidikan
3. Status Ekonomi
4. Keadaan Fisik
Kecemaasan Dalam
5. Tipe Kepribadian
Menghadapi
6. Usia
Menarchr Pada
7. Jenis Kelamin
Remaja Putri

8. Kematangan/ Kesiapan
9. Pengetahuan
10. Dukungan sosial
11. Lingkungan
41
42

Keterangan :
Tidak diteliti
Di teliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Stuart 2007 dalam Pakpahan (Dwi Windarwati, n.d.2020)

BAB III

KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

42
43

A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah gambaran penelitian yang akan dilakukan
nanti. Berdasarkan kerangka konseptual tertulis, prosedur dan apa yang akan
diselidiki selama penelitian telah dijelaskan. Menurut Masri Singarimbun
(dalam Mardalis, 1989: 45-47), konsep adalah generalisasi dari sekelompok
fenomena tertentu, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan fenomena
yang sama. Konsep sebenarnya dapat memiliki tingkat generalisasi yang
berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan kenyataan, semakin mudah untuk
mengukur dan menafsirkannya

Variable Independen Variable Dependen

Kecemasaan Dalam
1. Kematangan/ Menghadapi
Kesiapan Menarche Pada
2. Pengetahuan Remaja Putri
3. Dukungan
sosial
4. Lingkungan

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.

43
44

Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang


diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis.
(Permata Sari Bangun et al., 2022)

Tabel 3. 1 Definisi Operasinal

44
No Variabl Defenisi Alat Cara Hasil Ukur Skala
e Uku Ukur
45
r
Variabel Terikat
1. Kecema Kekhawatiran Kue Mengi 0. Cemas Ordin
saan remaja saat sion si 1. Tidak Cemas al
Menarc menghadapi er kuesio
he menarche ner
Variabel Bebas
2. Kemata Kesiapan anak Kue Mengi 0. kurang baik, Ordin
ngan/ dalam sion si jika hasil < al
Kesiapa menghadapi er kuesio mean atau
n menarche ner median
menurut 1. baik, jika hasil
Suryani dan ≥ mean atau
Widyasih median
(2008), yaitu
semakin muda
usia anak, maka
akan semakin ia
belum siap
menerima
menarche
karena
menganggap hal
itu sebagai
beban. Tetapi
berbeda bagi
mereka yang
telah siap dalam
menghadapi
menarche,
mereka akan
merasa senang
dan bangga,
dikarenakan
mereka
menganggap
45
dirinya sudah
dewasa secara
biologis.
46

C. Hipotesis
1. Ada hubungan kematangan/kesiapan terhadap kecemasaan dalam
menghadapi menarche pada remaja putri kelas IV dan V di SDN Sukasari
01
2. Ada hubungan pengetahuan terhadap kecemasaan dalam menghadapi
menarche pada remaja putri kelas IV dan V di SDN Sukasari 01
3. Ada hubungan dukungan sosial terhadap kecemasaan dalam menghadapi
menarche pada remaja putri kelas IV dan V di SDN Sukasari 01
4. Ada hubungan lingkungan terhadap kecemasaan dalam menghadapi
menarche pada remaja putri kelas IV dan V di SDN Sukasari

46
47

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasaan dalam menghadapi menarche (Ariska et al., n.d.).

B. Populasi dan Sempel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan di teliti Populasinya dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IV dan V di SD Negri Sukasari 01
Kecamatan Serang Kabupaten Bekasi
2. Sampel Penelitian
Menurut Notoatmodjo dalam penelitian Hajar (2018) sampel adalah
sebagian dari keseluruhan objek yang sudah mewakili populasi yang diteliti
(Rohmah, 2018).
Perkiraan besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus
slovin pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut :

N
n =
(1+ Ne ²)
keterangan :

47
48

n = jumlah sampel
N = total populasi
e = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel 0,05 (5%)

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah


N
n=
1+ Ne ²

154
n =
1+154 x (0 ,05)²

154
n=
1+154 x(0,0025)

154
n =
1+0,3875

154
n=
1,3875

n = 110,9 dibulatkan menjadi 111

C. Teknik Pengambilan Sampel


1. Simple Random Sampling
Teknik pengambilan sampel dari setiap kelas menggunakan simple
random sampling. Simple random sampling adalah teknik pemilihan
ukuran sampel dari keseluruhan populasi dan setiap anggota populasi
memiliki peluang yang sama (Sinambela P. Lijan, 2021).
2. Stratified Random Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random
sampling. Stratified random sampling adalah cara mengambil sampel
dengan memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasi agar semua

48
49

sifat dalam populasi dapat terwakili dan diambil secara acak (Fauzi, 2016).
Rumus untuk jumlah sampel masing-masing bagian dengan teknik
Proportionate Stratified Random Sampling adalah sebagai berikut :

jumlah subpopulasi
Jumlah sampel= x jumlah sampel
jumlah populasi

17
kelas 4 A= x 111=12 , 2 dibulatkan menjadi 12
154

19
kelas 4 B= x 111=13 , 6 dibulatkan menjadi 14
154

18
kelas 4 C= x 111=12 ,9 dibulatkan menjadi13
154

19
kelas 4 D= x 111=13 , 6 dibulatkan menjadi14
154

20
kelas 5 A= x 111=14 , 4 dibulatkan menjadi14
154

21
kelas 5 B= x 111=15 , 1 dibulatkanmenjadi 15
154

20
kelas 5 C= x 111=14 , 4 dibulatkan menjadi 14
154

20
kelas 5 D= x 111=14 , 4 dibulatkan menjadi15
154

Maka jumlah sample yang akan diambil dari populasi adalah 111.

a. Kriteria Inklusi
a. Siswa-siswi kelas IV dan V yang bersekolah di SDN Sukasari
01
b. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
a. Siswa-siswi yang tidak hadir selama waktu pengambilan data
b. Tidak bersedia menjadi responden

49
50

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Variabel Independent)
Menurut Notoatmodjo variabel Independent merupakan variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (terikat).
Sehingga variabel Independent dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi (Putri, 2022) . Variabel Independent dalam penelitian ini
adalah kematangan/kesiapan, pengetahuan, dukungan sosial dan lingkungan.

2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)


Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas)
(Putri, 2022)
. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kecemasaan dalam
menghadapi menarche

E. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2023.
2. Lokasi
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian ini adalah di SDN Sukasari
01

F. Prosedur Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner dengan pengisian soal
oleh responden yang sebelumnya sudah dijelaskan teknik pengisian
kuesioner. Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
1. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SDN Sukasari 01.
2. Peneliti melakukan pengambilan sampel yang sudah ditentukan dengan
didampingi guru atau wali kelas.

50
51

3. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia


menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent.
4. Setelah informed consent dikumpulkan, peneliti membagikan kuesioner
kepada responden yang sudah dipilih dan bersedia menjadi responden.
5. Responden harus mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner yang
telah diberikan, peneliti mendampingi dan jika telah selesai kuesioner
diserahkan kepada peneliti.
6. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan
data dan akan dikembalikan jika data belum lengkap.
7. Data yang sudah lengkap akan dikelompokkan, kemudian peneliti
melakukan analisis data.

G. Jenis dan Sumber Data


1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mengambil data
secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu
anak kelas IV dan V di SDN Sukasari 01.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung dari
responden. Seperti data jumlah anak kelas IV dan V di SDN Sukasari 01

H. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan dalam melakukan
penelitian. Instrument digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 bagian :
1. Kuesioner
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan berisi pertanyaan
atau penyataan tertulis kepada responden. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup supaya peneliti lebih mudah
mengarahkan responden dalam menjawab. Instrument ini terdiri dari
pertanyaan yang terdiri dari, variabel kematangan/kesiapan, pengetahuan,
dukungan sosial dan lingkungan

51
52

2. Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan ketepatan alat ukur
atau benar - benar mengukur apa yang diukur antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Untuk menguji validitas menggunakan korelasi product moment dengan
rumus :

rxy=n ¿ ¿

Keterangan :
rxy : koefisien validitas item yang dicari
n : jumlah sampel
X : skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y : skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
∑X : jumlah skor dalam variabel X
∑Y : jumlah skor dalam variabel Y
2
∑X : jumlah kuadrat masing-masing skor X
2
∑Y : jumlah kuadrat masing-masing skor Y
∑ XY : jumlah perkalian variabel XY

Uji validitas dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada orang-


orang diluar dari sampel didalam populasi yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan sampel. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman responden terhadap pertanyaan-
pertanyaan dalam kuesioner. Uji validitas ini akan dilaksanakan di SDN
Sukasari 01 pada anak kelas iv dan v.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana suatu alat ukur menunjukan
ketepatan, ketelitian atau keakuratan. Sehingga uji reliabilitas dapat

52
53

digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur jika pengukuran


tersebut diulang. Alat ukur dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil
yang sama meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali. Cronbach’s
Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument skala atau
kuesioner dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut :

[ ][ ∑σ
]
2
k
ri = 1− 2 b
k−1 σb

Keterangan
ri : reliabilitas instrumen
k : jumlah butir atau item pertanyaan yang sah
2
∑σ b : jumlah varian butir
2
σb : varian skor total
Perhitungan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha diterima,
apabila perhitungan r hitung > r tabel 5 %.

Tabel 4.1 Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas


0,00 s.d 0,19 Sangat Tidak Reliabel
> 0,20 s.d 0,39 Tidak Reliabel
> 0,40 s.d 0,59 Cukup Reliabel
> 0,60 s.d 0,79 Relibel
> 0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel

Keputusan uji :
1) Bila nilai cronbach’s alpha > konstanta (0,6) maka pertanyaan
reliabel

53
54

2) Bila nilai cronbach’s alpha < konstanta (0,6) maka pertanyaan


tidak reliabel
c. Hasil Uji Validiotas Dan Realibitas
Tabel 4.2 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment
Pearson
N Nilai “r” Taraf N Nilai “r” Taraf Signifikan
Signifikan

1. 0.997 16. 0.468

2. 0.950 17. 0.456

3. 0.878 18. 0.444

4. 0.811 19. 0.433

5. 0.754 20. 0.423

6. 0.707 21. 0.413

7. 0.666 22. 0.404

8. 0.632 23. 0.396

9. 0.602 24. 0.388

10. 0.576 25. 0.381

11. 0.553 26. 0.374

12. 0.532 27. 0.367

13. 0.514 28. 0.361

14. 0.497 29. 0.355

15. 0.482 30. 0.349

54
55

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji


validitas dan reliabilitas pada kuesioner masing-masing variabel.
Uji validitas dilakukan peneliti pada siswa-siswi yang kriterianya
sama dengan yang peneliti lakukan untuk penelitian kelas IV dan V
di SDN Sukasari 01.
Hasil dari pengujian validitas pada tabel dibawah,
kuesioner yang berisi dari 4 variabel independent telah diisi oleh 30
responden pada penelitian ini. Pada kuesioner variabel independent
kesiapan dalam menghadapi menarche terdapat 11 pertanyaan yang
dinyatakan valid dan 4 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid.
Pada kuesioner variabel independent pengetahuan terdapat 22
pertanyaan yang dinyatakan valid dan 4 pertanyaan yang
dinyatakan tidak valid. pada kuesioner variabel independent
dukungan sosial terdapat 8 pertanyaan yang dinyatakan valid dan 7
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid. variabel independent
lingkungan terdapat 10 pertanyaan yang dinyatakan valid dan 5
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Pertanyaan r r Kesimpulan Alpa Kesimpulan


hitun tabel Cronbach
g

A1 0.347 0.349 Tidak Valid

A2 0.297 0.349 Tidak Valid

A3 0.402 0.349 Valid

A4 0.317 0.349 Tidak valid


Kesiapan
A5 0.309 0.349 Tidak valid
Dalam
Menghadapi A6 0.378 0.349 Valid 0.924

55
56

Menarche A7 0.308 0.349 Tidak Valid Reliabel

A8 0.478 0.349 Valid

A9 0.414 0.349 Valid

A10 0.595 0.349 Valid

A11 0.382 0.349 Valid

A12 0.621 0.349 Valid

A13 0.434 0.349 Valid

A14 0.522 0.349 Valid

A15 0.403 0.349 Valid

Variabel Pertanyaan r r Kesimpulan Alpa Kesimpulan


hitun tabel Cronbach
g

B1 0.280 0.349 Tidak valid

B2 0.603 0.349 Valid

B3 0.571 0.349 Valid

B4 0.537 0.349 Valid

B5 0.462 0.349 Valid

B6 0.412 0.349 Valid

B7 0.312 0.349 Tidak Valid

B8 0.406 0.349 Valid

B9 0.282 0.349 Tidak Valid

B10 0.422 0.349 Valid

B11 0.587 0.349 Valid 0.924

56
57

Pengetahua B12 0.510 0.349 Valid Reliabel


n
B13 0.340 0.349 Tidak Valid

B14 0.282 0.349 Tidak Valid

B15 0.333 0.349 Tidak Valid

B16 0.466 0.349 Valid

B17 0.341 0.349 Tidak Valid

B18 0.476 0.349 Valid

B19 0.437 0.349 Valid

B20 0.340 0.349 Tidak Valid

B21 0.297 0.349 Tidak Valid

B22 0.376 0.349 Tidak Valid

B23 0.542 0.349 Valid

B24 0.492 0.349 Valid

B25 0.535 0.349 Valid

B26 0.510 0.349 Valid

Variabel Pertanyaan r r Kesimpulan Alpa Kesimpulan


hitun tabel Cronbach
g

C1 0.326 0.349 Tidak Valid

C2 0.404 0.349 Valid

Dukumgan C3 0.288 0.349 Tidak Valid

Sosial C4 0.461 0.349 Valid 0.924 Reliabel

C5 0.335 0.349 Tidak Valid

57
58

C6 0.449 0.349 Valid

C7 0.339 0.349 Tidak Valid

C8 0.542 0.349 Valid

C9 0.261 0.349 Tidak Valid

C10 0.446 0.349 Valid

C11 0.240 0.349 Tidak Valid

C12 0.343 0.349 Tidak Valid

C13 0.420 0.349 Valid

C14 0.384 0.349 Valid

C15 0.477 0.349 Valid

Variabel Pertanyaan r r Kesimpulan Alpa Kesimpulan


hitun tabel Cronbach
g

D1 0.282 0.349 Tidak Valid

D2 0.400 0.349 Valid

D3 0.034 0.349 Tidak Valid

D4 0.052 0.349 Tidak Valid

D5 0.384 0.349 Valid


Lingkungan 0.924 Reliabel
D6 0.376 0.349 Valid

D7 0.524 0.349 Valid

D8 0.411 0.349 Valid

D9 0.472 0.349 Valid

D10 0.414 0.349 Valid

58
59

D11 0.385 0.349 Valid

D12 0.414 0.349 Valid

D13 0.393 0.349 Valid

D14 0.329 0.349 Tidak Valid

D15 0.1 0.349 Tidak Valid

d. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
melihat normal atau tidaknya sebaran data yang akan di analisis.
Apabila data yang didapat berada pada rentan -2 sampai 2 artinya data
berdistribusi normal. Sehingga, cut of pointnya yang digunakan adalah
mean. Apabila data yang didapat < -2 atau >2 maka data berdistribusi
tidak normal. Sehingga cut of pointnya yang digunakan adalah mean.
Variabel yang diuji adalah variabel dependent (kecemasaan dalam
menghadapi menarche) dan independent (kematangan/kesiapan,
pengetahuan, dukungan sosial dan lingkungan).
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
NO Variabel Mean Median Min/Max Skewness/SE Kesimpulan

1. Kecemasaan 7,65 7,00 5/11 0,573/0,229 = Data Tidak


2,502 Berdistribusi
Normal

2. Kesiapaan 6,28 6.00 4/8 -241/0.229 = Data


-1,052 Berdristibusi

59
60

Normal
3. Pengetahuan 4,26 4,00 1/7 0,133/0.229 = Data
-0,580 Berdristibusi
Normal
4. Dukungan 5.56 6,00 1/8 -758/0.229 = Data Tidak
sosial -3,310 Berdristibusi
Normal
5. Lingkungan 4.73 5.00 0/10 0,341/0.229 = Data
1,489 Berdistribusi
Normal

I. Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah pemeriksaan lembar jawaban kuesioner yang telah
dibagikan ke responden untuk memastikan kembali kuesioner sudah terisi
lengkap dan jelas agar dapat dibaca dan tidak mengganggu dalam
pengolahan data.
2. Coding
Coding adalah memberikan kode – kode tertentu pada setiap data yang
sudah dikumpulkan dalam bentuk bilangan atau angka supaya
memudahkan dalam proses pengolahan data. Pemberian kode dalam
penelitian ini diberikan berdasarkan variabel dan kriteria., variabel
kematangan/kesiapan kode 0= tidak siap, kematangan/kesiapan 1= siap,
variabel pengetahuan 0= kurang baik, 1= baik, variabel dukungan sosial
kode 0= kurang baik, 1= baik, variabel lingkungan 0= kurang baik, 1= baik
variabel kecemasaan kode 0= cemas, 1= tidak cemas
3. Entry Data
Entry data adalah memasukan data dari jawaban kuesioner yang telah
dikumpulkan dan memproses data agar didapatkan hasil dari penelitian.

60
61

Data yang telah diberikan kode kemudian dimasukkan ke dalam komputer


dengan menggunakan program SPSS supaya mempermudah peneliti dalam
analisis data.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan memeriksa data, mengubah data,
membersihkan data dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi
untuk menghasilkan informasi. Analisa data yang dilakukan peneliti
dengan cara mencari distribusi frekuensi dan nilai chi square pada setiap
variabel.
5. Cleaning
Pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkkan untuk mengetahui
terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian data.

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menganalisa tiap variabel
independen tanpa dikaitkan dengan variabel dependen. Variabel independen
pada penelitian ini yaitu kematangan/kesiapan, pengetahuan, dukungan
sosial dan lingkungan (Julianti, 2019).

ƒ
P= ×100 %
n
Keterangan
P : Presentasi
f : Frekuensi
n : banyaknya responden
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui secara statistic hubungan
dua variabel, meliputi variabel dependent (kecemasaan dalam menghadapi
menarche) dan variabel independent (kematangan/kesiapan, pengetahuan,
dukungan sosial) (Wardani, 2018). Untuk mengetahui apakah ada hubungan

61
62

antara dua variabel dengan menggunakan uji chi square dengan software
SPSS.
a. Uji Chi Square
Uji chi square merupakan uji yang digunakan pada hipotesis
komparatif dengan data kategorik. Perhitungan secara komputerisasi
dengan intepretasi menggunakan p-value 0,05 dengan derajat kemaknaan
(α) 5% maka, dikatakan bermakna Jika p value ≤α = 0,05, berarti H0
ditolak dan Ha diterima. Jika p value >α = 0,05, berarti H0 diterima dan
Ha ditolak (Ratnahsari, 2017).
Hasil uji Chi Square dapat dianalisa sebagai berikut :
1) Jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara dua variabel yang diteliti.
2) Jika p value ≤ 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara dua
variabel yang artinya hipotesis penelitian diterima.
Dalam mengintepretasikan uji chi square ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain (Suyanto et al., 2018) :
1) Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari
5, maka yang digunakan adalah "Fisher's Exact Test"
2) Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya "Continuity Correction"
3) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb, maka
digunakan uji "Pearson Chi Square”

Perhitungan Chi Square :


( oi−Ei ) ²
X 2 =∑
Ei
Keterangan
X2 : nilai Chi Square
oi : nilai observasi
Ei : nilai ekspetasi atau harapan
b. Odd Rasio

62
63

Nilai Odds Ratio (OR) merupakan perbandingan dari peluang


terjadinya suatu kejadian dibandingkan dengan peluang tidak terjadinya
suatu kejadian sebagai pengaruh adanya variabel independent. Perubahan
suatu unit variabel independent akan menyebabkan perubahan sebesar
nilai OR pada variabel independent dan estimasi Confidence Interval
(CI), OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95% (Putri, 2022). Odds
Ratio dirumuskan sebagai berikut :
ad
¿=
bc
a. Bila nilai OR = 1 : bukan sebagai faktor resiko
b. Bila nilai OR < 1 : faktor pencegahan
c. Bila nilai OR > 1 : faktor risiko

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN Sukasari 01 yang
beralamatkan di Kp. Pasirandu Rt 005 Rw 003 Kecamatan Serang Baru
Kabupaten Bekasi provinsi Jawa Barat, dimana sekolah ini berada di
wilayah kerja Kecamatan Serang Baru.
SDN Sukasari 01 dengan SK pendirian 1955-10-10 memiliki luas
tanah sebesar 3.000 m2 , dari tenaga pengajar yaitu guru dengan jumlah
keseluruhan 24 orang dan jumlah keseluruhan murid ± 933 orang yang
terdiri dari siswi 465 orang dan siswa 468 orang. Terdapat ruang kelas
berjumlah 14 ruang kelas, 1 laboratorium, 1 perpustakaan, dan 4 tempat
sanitasi siswa - siswi.

63
64

B. Hasil Analisis Data


1. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan setiap variabel yang
diteliti untuk melihat distribusi frekuensi. Hasil analisis pada penelitian
ini terdiri kecemasaan dalam menghadapi menarche , kesiapan dalam
menghadapi menarche, pengetahuan, dukungan sosial, lingkungan.

a. Kecemasaan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Kecemasaan Menarche di SDN Sukasari 01

Kecemasaan Frekuensi Presentasi

Cemas 70 63,1%

Tidak Cemas 41 36,9%

Total 111 100%

Berdasarkan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi kecemasaan menarche


di SDN Sukasari 01. Berdasarkan tabel 5.1 menyajikan bahwa dari 111
responden, terdapat 70 (63,1%) siswi mengalami cemas dan terdapat 41
(36,9%) responden tidak mengalami cemas.

64
65

b. Kesiapan Menarche
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapaan
Menarche di SDN Sukasari 01

Kesiapaan Frekuensi Presentasi

Tidak Siap 63 56,8%

Siap 48 43,2%

Total 111 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi kesiapaan menarche di SDN


Sukasari 01. Berdasarkan tabel 5.2 menyajikan bahwa dari 111 responden,
terdapat 63 (56,8%) siswi yang tidak siap dalam menghadapi menarche dan
terdapat 48 (43,2%) siswi yang siap dalam menghadapi menarche.
c. Pengetahuan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Responden di SDN Sukasari 01

Pengetahuan Frekuensi Presentasi

Kurang Baik 70 63,1%

Baik 41 36,9%

Total 111 100%

Berdasarkan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi pengetahuan responden di


SDN Sukasari 01. Berdasarkan tabel 5.3 menyajikan bahwa dari 111
responden, terdapat 70 (63,1%) siswi yang memiliki pengetahuan kurang baik
dan terdapat 41 (36,9%) siswi yang memiliki pengetahuan baik.

d. Dukungan sosial

65
66

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan


Sosial di SDN Sukasari 01

Dukungan Sosial Frekuensi Presentasi

Kurang Baik 43 38,7%

Baik 68 61,3%

Total 111 100%

66
67

e. Lingkungan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan
di SDN Sukasari 01

Lingkungan Frekuensi Presentasi

Kurang Baik 54 48,6%

Baik 57 51,4%

Total 111 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi pengetahuan responden di


SDN Sukasari 01. Berdasarkan tabel 5.5 menyajikan bahwa dari 111
responden, terdapat 54 (48,6%) siswi yang memiliki lingkungan kurang baik
dan terdapat 57 (51,4%) siswi yang memiliki lingkungan baik.
2. Hasil Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
indipendent (kesiapaan menarche, pengetahuan, dukungan sosial dan
lingkungan)dengan variabel dependen (kecemasaan menarce) untuk
mengetahui hubungan antara variabel indipenden dengan dependen
dilakukan tabulasi silang. Hasil tabulasi dapat dilihat dibawah ini :

67
68

a. Hubungan kesiapaan menarche dengan kecemasaan menarche


pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01
Tabel 5.6 Hubungan kesiapaan menarche dengan kecemasaan
menarche pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01

P OR
Value (95%
Kecemasaan Menarche CI )
Kesiapaan Jumlah
Menarche

Cemas Tidak Cemas

N % N % N %

Tidak Siap 48 73% 17 27% 63 100% 2,706


0,013 (1,224-
Siap 24 50% 24 50% 48 100% 5,983)

Total 70 63,1% 41 36,9% 111 100%

Berdasarkan tabel 5.6 menjelaskan bahwa sebanyak 70 (63,1%) siswi


mengalami kecemasaan dan kesiapan menarche tidak siap 48 (73%). Dalam
tabel 5.6 p-value (0,013) yang berarti ada hubungan kesiapaan menarche
dengan kecemasaan menarche. Sedangkan nilai OR yang berarti siswi yang
memiliki kesiapaan yang tidak siap berpeluang 2,706 lebih besar di
bandingkan dengan siswi yang siap menghadapi menarche

68
69

b. Hubungan pengetahuan dengan kecemasaan menarche pada


anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan dengan kecemasaan
menarche pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01

P OR
Value (95% CI )
Kecemasaan Menarche
Pengetahua Jumlah
n

Cemas Tidak Cemas

N % N % N %

Kurang 69 98,6% 1 1,4% 70 100% 2,7060


Baik 0,000 (167,997-
Baik 1 2,4% 40 97,6% 41 100% 45343,695)

Total 70 63,1% 41 36,9% 111 100%

Berdasarkan tabel 5.7 menjelaskan bahwa sebanyak 70 (63,1%) siswi


mengalami kecemasaan dan pengetahuan kurang baik 69 (98,6%). Dalam
tabel 5.7 p-value (0,000) yang berarti ada hubungan pengetahuan dengan
kecemasaan menarche. Sedangkan nilai OR yang berarti siswi yang
memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 2,7060 lebih besar di
bandingkan dengan siswi berpengetahuan baik.

69
70

c. Hubungan dukungan sosial dengan kecemasaan menarche


pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01
Tabel 5.8 Hubungan dukungan sosial dengan kecemasaan
menarche pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01

P OR
Value (95% CI )
Kecemasaan Menarche
Dukungan Jumlah
Sosial

Cemas Tidak Cemas

N % N % N %
0,514
Kurang 23 53,5% 20 46,5% 43 100% (0,233-
Baik 0,144 1,132)
Baik 47 69,1% 21 30,9% 68 100%

Total 70 63,1% 41 36,9% 111 100%

Berdasarkan tabel 5.8 menjelaskan bahwa sebanyak 70 (63,1%) siswi


mengalami kecemasaan dan pengetahuan kurang baik 23 (53,5%). Dalam
tabel 5.8 p-value (0,144) yang berarti tidak ada hubungan dukungan sosial
dengan kecemasaan menarche. Sedangkan nilai OR yang berarti siswi yang
memiliki dukungan sosial kurang baik berpeluang 0,514 lebih besar di
bandingkan dengan siswi yang memiliki dukungan sosial yang baik

70
71

d. Hubungan lingkungan dengan kecemasaan menarche pada


anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01
Tabel 5.9 Hubungan lingkungan dengan kecemasaan
menarche pada anak kelas iv dan v di SDN Sukasari 01

P OR
Value (95% CI )
Kecemasaan Menarche
Lingkungan Jumlah

Cemas Tidak Cemas

N % N % N %

Kurang 46 85,2% 8 14,8% 54 100% 7,906


Baik 0,000 (3,162-
Baik 24 42,1% 33 57,9% 57 100% 19,772)

71
72

Total 70 63,1% 41 36,9% 111 100%

Berdasarkan tabel 5.9 menjelaskan bahwa sebanyak 70 (63,1%)


siswi mengalami kecemasaan dan lingkungan kurang baik 46 (85,2%).
Dalam tabel 5.9 p-value (0,000) yang berarti ada hubungan lingkungan
dengan kecemasaan menarche. Sedangkan nilai OR yang berarti siswi
yang memiliki lingkungan kurang baik berpeluang 7,906 lebih besar di
bandingkan dengan siswi yang memiliki lingkungan yang baik

72

Anda mungkin juga menyukai