Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MENGUNAKAN


MEDIA AUDIO VISUAL DAN LEMBAR BALIK TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN PENCEGAHAN STUNTING PADA IBU
HAMIL KEK DI PUSKESMAS SAWAH LEBAR
KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH :

OPTIMIS SOSCITA
NPM: 1926041001.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim
penguji Proposal Skripsi Program Studi Kebidanan Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Oleh
OPTIMIS SOSCITA
NPM: 1926041001.P

Bengkulu, 19 Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

( Mika Oktarina, SST., M.Kes) ( Ayu Kurnia Anggraeni, SST., M.Keb )

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Mika Oktarina, SST., M.Kes

LEMBAR PENGESAHAN

ii
Proposal Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan tim
penguji Proposal Skripsi Program Studi Kebidanan Sarjana
Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Oleh
OPTIMIS SOSCITA
NPM: 1926041001.P

Bengkulu, 19 Desember 2020

Ketua Dewan penguji Anggota Penguji 1

( Mika Oktarina, SST., M.Kes) ( Ayu Kurnia Anggraeni, SST., M.Keb )

Anggota Penguji 2 Anggota Penguji 3

( Dr. H. Buyung Keraman, M.Kes) ( Ruri Mayseptya, SST., M.Kes )

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Mika Oktarina, SST., M.Kes

PERNYATAAN

iii
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Optimis Socita
NPM : 1926041001.P
Program Studi : Kebidanan Program Sarjana terapan
Lembaga : STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan skripsi sendiri menggunakan
data sesuai keadaan di lapangan, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi
ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Bengkulu, September 2020


Yang membuat pernyataan

Optimis Socita

KATA PENGANTAR

iv
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “

Perbedaan Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan mengunakan Media

Audio Visual dan Lembar Balik Terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan

Stunting pada Ibu Hamil KEK di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu ”

” dapat penulis selesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan dan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. S. Effendi, MS, selaku ketua STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini tepat pada waktunya

2. Mika Oktarina, SST., M.Kes, selaku ketua prodi studi kebidanan Program

Sarjana terapan sekaligus pembimbing I yang telah memberikan dukungan

STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

3. Ayu Kurnia Anggraeni, SST., M.Keb selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan dukungan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan

Skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu atas pastisipasi

dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini.

5. Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian.

v
6. Responden yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu

mengisi kuesioner penelitian ini.

7. Keluarga, Orang Tua, dan Suami tercinta yang telah memberikan support dan

Kekuatan yang Luar Biasa.

8. Rekan sejawat, senasib dan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan

semangat.

Semoga segala hal yang diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala

dari Allah SWT dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat kondusif

demi penyempurnaan dimasa yang akan datang dan demi kebaikan kita semua dan

semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

Bengkulu, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

vi
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Rumusan Masalah.......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian teori
1. Pendidikan Kesehatan .........................................................
9
a.Definisi Pendidikan Kesehatan ..........................................
9
b.Manfaat dan Tujuan Pendidikan Kesehatan .....................
10
c. Proses Pendidikan Kesehatan ..........................................
11
d. Metode Pendidikan Kesehatan .........................................
11
2 Media Pendidikan Kesehatan ...............................................
13
a Definisi Media ....................................................................
13
b. Manfaat Media ...................................................................
13
c. Karakteristik Media ...........................................................
14
d. Jenis Media ........................................................................
15
3. Pengetahuan.............................................................................
17
a. Definisi Pengetahuan .........................................................
17
b. Tingkatan Pengetahuan .....................................................
17

vii
c. Pengukuran Pengetahuan ...................................................
19
d. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ..........
20
e. Katagori Hasil Ukur Pengetahuan .....................................
22
4. Stunting ...................................................................................
26
a. Definisi Stunting ................................................................
26
b. Etiologi Stunting ................................................................
27
c. Epidemiologi di Stunting ...................................................
27
d. Dampak Stunting ...............................................................
29
e. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Stunting ...................
30
f. Pencegahan Stunting ..........................................................
35

g. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan


Stunting dengan Kejadian Stunting ...................................
38
B. Kerangka Konsep ....................................................................
42
C. Definisi Operasional ...................................................................
43
D. Hipotesis......................................................................................
44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
45
B. Desain Penelitian ........................................................................
45
C. Populasi dan Sampel ...................................................................
46
1. Populasi .................................................................................
46
2. Sampel ..................................................................................
46
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
47
E. Teknik Pengolahan Data .............................................................
48

viii
1. Pengolahan data ......................................................................
40
2. Analisis Data ..........................................................................
50

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


53
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional .....................................................................


42

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teori..............................................................................


41

x
Bagan 2 Kerangka Konsep ..........................................................................
42

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (2017), kejadian balita pendek

atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang

dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar

150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Pada tahun 2017, lebih dari

setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari

sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,

proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling

sedikit di Asia Tengah (0,9%). Indonesia termasuk ke dalam Negara ketiga

dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia

Regional dengan persentase prevalensi sebesar adalah 36,4%.

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang

dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama

tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan

masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus dan gemuk. Prevalensi balita

pendek mengalami peningkatan 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita

pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia

terjadi peningkatan menjadi 29,9%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita

sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah Aceh,

sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah DKI Jakarta.

1
2

(Riskesdas, 2018). Provinsi Bengkulu Kabupaten Bengkulu Utara dengan

prevalensi stunting sebanyak 8.658 kasus, Kabupaten Kaur dengan prevalensi

stunting sebanyak 5.845 kasus. Kementerian Koordinator Bidang

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menetapkan 2 (dua) Kabupaten

tersebut menjadi Lokus untuk kasus stunting di Provinsi Bengkulu dengan

ditetapkannya Kabupaten Kaur dengan 15 kecamatan dan 195 Desa menjadi

100 kabupaten prioritas Tahap 1 untuk penanganan stunting (Bappenas, 2018).

Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan, serta

setelah persalinan mempengaruhi pertumbuhan janin dan risiko terjadinya

stunting. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu

(pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta

asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 97 tahun 2014 selain dari faktor empat terlalu yaitu terlalu

muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan terlalu dekat jarak kehamilan,

berat badan, tinggi badan serta status gizi termasuk faktor yang

mempengaruhi terjadinya stunting. Salah satu upaya pencegahan stunting

menurut Permenkes No 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yaitu intervensi pada

1000 hari pertama kehidupan dan menyelenggarakan konseling gizi dari

kehamilan hingga pelayanan KB (Kemenkes, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfarisi, dkk (2019) mengatakan

bahwa ibu hamil dengan KEK yang memiliki balita dengan stunting memiliki

makna ada hubungan antara status gizi ibu selama kehamilan dengan kejadian
3

stunting, serta dari hasil uji status gizi ibu selama kehamilannya mengalami

KEK mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar terjadinya balita stunting

dibandingkan dengan status gizi ibu selama kehamilannya yang memiliki

LILA normal.

Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai

pengaruh signifikan pada kejadian stunting. Pengetahuan yang baik akan

menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai

sesuai, maka akan muncul perilaku yang baik pula. Pengetahuan sendiri

didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal

maupun dari media (non formal), seperti radio, TV, internet, koran, majalah,

(Hestuningtyas, 2014). Sesuai dengan penelitian Narsikhah dan Margawati

(2017) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua

dengan kejadian stunting pada anak.

Upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan

pengetahuan sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan pada

anak, maka asupan makan anak juga dapat diperbaiki, yaitu dengan

pendidikan gizi (Ni’mah & Lailatul, 2015). Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Suryagustina, dkk (2018), terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki pengaruh

terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan stunting.

Notoadmodjo (2013) mengatakan bahwa sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini sejalan dengan penelitian

Dianna,dkk (2020) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan


4

responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan melalu

media video. Media audio visual memberikan rangsangan melalui mata dan

telinga. Perpaduan saluran informasi melalui mata yang mencapai 75% dan

telinga 13% akan memberikan rangsangan yang baik sehingga dapat

memberikan hasil optimal.

Hasil penelitian Fauziatin,dkk (2019), penelitian ini menggunakan

media lembar balik terbukti efektif digunakan pada kelompok besar (6-8

orang). Peningkatan pengetahuan dibuktikan dari hasil uji statistika didapat

nilai p=0,000 sehingga dinyatakan ada perbedaan Antara hasil pretest dan

posttest dalam pencegahan stunting. Penyuluhan terbukti efektif dalam

meningkatkan pengetahuan seseorang.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2018,

jumlah balita yang ditimbang tahun 2018 sebanyak 87,646 jiwa. Angka

Kejadian stunting di provinsi Bengkulu sebanyak 9.904 kasus Kabupaten

Bengkulu Utara dengan prevalensi stunting sebanyak 2.368 kasus, Kota

Bengkulu dengan prevalensi stunting sebanyak 590 kasus, kabupaten kaur

dengan prevalensi stunting sebanyak 355 kasus. (Dinkes Provinsi, 2018).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2018, jumlah seluruh

Balita yang diukur EPPGM sebanyak 17.388 jiwa. Angka kejadian stunting di

kota Bengkulu ada 86 kasus. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kampung Bali

dengan persentase tertinggi sebanyak 3,7%, dan tertinggi kedua di wilayah

kerja UPTD Kuala Lempuing dengan prevalensi stunting sebanyak 2%. Serta

tertinggi ke tiga wilayah kerja UPTD Bentiring sebanyak 0,9%


5

Berdasarkan data dari Dinas Kota Bengkulu tahun 2018, cakupan

kunjungan ibu hamil sebanyak 7,489 jiwa dan terdapat 433 ibu hamil KEK.

Dimana terdapat 3 puskesmas dengan angka kejadian KEK tertinggi yaitu

Puskesmas UPTD Sawah lebar 50 kasus, UPTD Puskesmas Pasar Ikan 41

kasus dan UPTD Puskesmas Jembatan kecil 40 kasus.

Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 30 Juli 2020 yang telah

dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar, pada data kohort

Ibu untuk sasaran ibu hamil per kelurahan, ibu hamil di kelurahan Sawah

Lebar berjumlah 179 orang, kelurahan Kebun Tebeng berjumlah 114 orang

dan kelurahan Sawah Lebar Baru berjumlah 161 orang, dengan kategori ibu

hamil resiko tinggi dengan LILA < 23,5 cm sebanyak 42 orang.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 4 orang ibu yang

ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar , 3 dari empat orang ibu

mengatakan tidak tahu apa itu stunting. Satu dari empat orang ibu mengatakan

mengetahui apa itu stunting tetapi tidak tahu bagaimana cara pencegahan

stunting. Tiga dari empat orang ibu mengatakan bahwa stunting itu tidak

mematikan, tidak ada hubungan antara asupan gizi anak dengan kejadian

stunting. Satu dari empat orang ibu mengatakan stunting itu penyakit yang

berbahaya tetapi ibu mengatakan tidak ada pengaruh asupan gizi terhadap

stunting. Ibu hamil di wilayah kerja UPTD Sawah Lebar tersebut sudah

terpapar mengenai stunting, namun belum mengetahui cara pencegahan dan

penyebab terjadinya stunting itu sendiri.


6

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka peneliti

tertarik untuk mengetahui Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan

Menggunakan Media Audio visual dan Lembar Balik Terhadap Tingkat

Pengetahuan Pencegahan Stunting pada Ibu Hamil KEK di UPTD Puskesmas

sawah lebar Kota Bengkulu Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Perbedaan

Efektifitas Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Audiovisual

dan Lembar Balik Terhadap Tingkat Pengetahuan Pencegahan Stunting pada

Ibu Hamil KEK di UPTD Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan efektifitas audio visual dan lembar balik terhadap

pengetahuan pencegahan stunting pada ibu hamil KEK di UPTD

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pencegahan stunting pada

ibu hamil KEK sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

dengan menggunakan media audio visual.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pencegahan stunting pada

ibu hamil KEK sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

dengan menggunakan lembar balik.


7

c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan

media audio visual terhadap tingkat pengetahuan tentang stunting pada

ibu hamil KEK .

d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan

media lembar balik terhadap pengetahuan pencegahan stunting pada ibu

hamil KEK.

e. Mengetahui perbedaan efektifitas pendidikan kesehatan dengan

menggunakan media audio visu

al dan lembar balik terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan

stunting pada ibu hamil KEK.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi UPTD Puskesmas Sawah Lebar.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membuat Standar

Operasional Prosedur (SOP) mengenai pencegahan stunting khususnya

pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar.

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan

bagi mahasiswa kebidanan khususnya seluruh mahasiswa Stikes Tri

Mandiri pada umumnya tentang media pendidikan kesehatan yang baik

digunakan untuk ibu hamil KEK terhadap pencegahan stunting.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan

referensi yang nantinya akan berguna bagi penelitian selanjutnya.


8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menolong individu,

kelompok masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilaku untuk

mencapai kesehatan secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat diartikan

sebagai suatu upaya kesehatan yang bertujuan untuk menjadikan

kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Pendidikan

kesehatan juga dapat menolong dan mendorong individu agar mampu

secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan dalam upayan

mencapai hidup sehat (Notoadmodjo, 2017).

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi

intervensi atau upaya dalam pelayanan keperawatan komunitas.

Pendidikan kesehatan mencakup pemberian informasi yang sesuai,

spesifik, diulang terus menerus, sehingga dapat memfasilitasi perubahan

perilaku kesehatan. Program pendidikan kesehatan digunakan untuk

meningkatkan kemampuan seseorang dalam merubah gaya hidupnya

menjadi positif, mendukung peningkatan kesehatan dan kualitas hidup

komunitas serta meningkatkan partisipasi seseorang dalam merawat

kesehatannya sendiri. Pendidikan kesehatan yang efektif dapat dilakukan

9
10

dengan mengkaji kebutuhan seseorang terhadap informasi,

mengidentifikasi hambatan seseoarang dalam belajar (Widyanto, F.C,

2014).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan

merupakan suatu upaya untuk memandirikan individu atau masyarakat

dalam meningkatkan derajat kesehatannya yang didukung dengan fasilitas

serta kebijakan publik (Notoadmodjo, 2017).

b. Manfaat dan Tujuan Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan akan memberikan manfaat dan tujuan dalam

meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk hidup sehat dan berperan aktif dalam upaya kesehatan.

Adapun tujuan dan manfaat dari pendidikan kesehatan, antara lain:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat

b. Menjadikan individu agar mampu secara mandiri/berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

c. Mendorong penngembangan dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang ada secara tepat

d. Agar klien mempelajari apa yang dapat dilakukan sendiri dan

bagaimana caranya tanpa meminta pertolongan kepada sarana

pelayanan kesehatan formal

e. Terciptanya suasana yang kondusif dimana individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat mengubah sikap dan tingkah lakunya

(Notoadmodjo, 2017).
11

c. Proses Pendidikan Kesehatan

Beberapa metode dapat diterapkan dalam pemberian pendidikan

kesehatan berupa pendekatan individu atau kelompok serta belajar atau

kerja individu maupun kelompok. Pembelajaran kelompok atau

perorangan dapat dilakukan dengan pemberian tugas, diskusi,

pemeriksaan hasil, demonstrasi, dan ceramah. Setelah pemberian

pendidikan kesehatan selesai maka tahap selanjutnya adalah melakukan

evaluasi baik psikomotorik, pembelajaran, serta intervensi yang telah

diberikan. Untuk penilaian kognitif dapat dilakukan observasi perilaku

serta memberikan tes atau pertanyaan kepada klien. Pertanyaan bisa

secara langsung maupun kuesioner (Notoadmodjo, 2017).

d. Metode Pendidikan Kesehatan

Pada pemberian pendidikan kesehatan terdapat tiga metode

berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, diantaranya:

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru.

Ada dua bentuk pendekatan perorangan yaitu :


12

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya

kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar

Apabila jumlah peserta lebih dari 15 orang metode yang

dapat digunakan antara lain :

a) Ceramah

b) Seminar

2) Kelompok kecil

Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang maka

metode yang dapat digunakan antara lain :

a) Diskusi Kelompok

b) Brain Storming

c) Snow Balling

d) Role Play

e) Simulation Game

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga


13

sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan

yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat ditangkap oleh massa (Notoadmodjo, 2017).

2. Media Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Media

Media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

materi. Media pendidikan lebih sering disebut sebagai alat peraga yang

berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses

pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat mempermudah penerima

dalam memahami pesan-pesan kesehatan yang disampaikan

(Notoadmodjo, 2017).

b. Manfaat Media

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi ,diantaranya :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Menumbuhkan motivasi belajar karena proses pembelajaran akan

lebih menarik

d. Penyampaian pesan melalui media akan lebih mudah dipahami

sehingga tujuan pembelajaran tercapai


14

e. Proses pembelajaran menjadi tidak membosankan

f. Memberikan kesempatan untuk mempelajari materi lebih efektif

karena tidak hanya mendengarkan saja namun juga dapat

mengamati, mendemonstrasikan dan lain-lain (Notoadmodjo, 2017).

c. Karakteristik Media

Media dalam pembelajaran terdapat beberapa macam.

Pengelompokan media berdasarkan jenis yang umum digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar diantaranya :

1. Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan

kemampuan suara saja, seperti radio, kaset, dan lain-lain.

2. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengangandalkan

kemampuan pada indra penglihatan. Media visual menampilkan

gambar diam seperti leaflet, slide, foto gambar atau lukisan, serta

cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar bergerak namun tidak

bersuara.

3. Media Audio-visual

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara

dan juga gambar, yang terbagi menjadi :

4. Audio-visual diam,

yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti

film bingkai suara, film rangkai suara, atau cetak suara.


15

5. Audio-visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur-

unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan kaset

video (Notoadmodjo, 2017).

d. Jenis Media

a. Media Cetak

1) Lembar Balik

Lembar balik merupakan media kesehatan yang berbentuk

lembar bolak-balik. Biasanya berbentuk seperti buku gambar,

yang tiap lembarnya diisi oleh gambar dan dibaliknya berisi

kalimat pesan atau informasi yang terkait dengan gambar

tersebut. Penggunaan media ini dapat menghemat waktu

penyuluh karena tidak perlu menulis di papan tulis. Bahan media

lembar balik biasanya berukuran seperti kertas plano yang

mudah dibolak-balik, mudah diisi, dan berwarna cerah

(Sjahmenan, 2011). Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fauziatin, dkk (2019) yang menyatakan bahwa

terdapat peningkatan rata-rata post-test sebesar 13,69 dari pre-

test 11,93.

2) Booklet

Booklet merupakan media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet

sebagai media, sarana dan sumber daya pendukung yang berisi


16

tentang materi yang telah disesuaikan dengan topik kesehatan

(Heri D.J Maulana , 2017).

3) Flip chart

Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau

informasi kesehatan dalam bentuk buku dimana dalam tiap

lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi

kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

(Notoadmodjo, 2017).

b. Media Elektronik

1) Video dan film strip

Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat

memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh

mata dan pikiran sasaran pendidikan, dapat memicu diskusi

mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang

jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali. Media video

dan fillm strip mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan

yang gelap pada saat pemutaran (lucie,2015) dalam yulianti,

(2018). Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh

Izka Sofiyya Wahyurin, dkk (2019) yang menyatakan bahwa

terdapat peningkatan rata-rata post-test sebesar 7,34 dari pre-test

sebesar 6,44.
17

2) Slide

Media slide dapat memberikan berbagai realita namun

terbatas, cocok digunakan untuk sasaran yang jumlahnya relatif

besar, dan pembuatannya relatif murah. Peralatan terkait cukup

mudah untuk digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang

gelap pada saat penayangan. Slide juga dapat digunakan untuk

pembelajaran mandiri karena materi dapat diulang kembali

( (lucie,2015) dalam yulianti (2018).

3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2017).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2017) menyatakan bahwa pengetahuan yang

tercangkup dalam domain kognitif yang dijabarkan dari tingkatan yang

paling rendah, yaitu :


18

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, dimana yang dimaksud dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Oleh karena itu, tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comperhention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi, rumus,

metode, prinsip-prinsip dan sebagainya dalam situasi atau konteks

yang lain.
19

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandingan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kurang gizi.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan

wawancara atau menyebarkan angket yang menanyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam
20

pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui kemudian disesuaikan

dengan tingkat-tingkatannya.

Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis,

yaitu: pertanyaan subjektif misalnya dalam bentuk essay dan pertanyaan

objektif misalnya dalam bentuk pilihan ganda, benar salah, dan

pertanyaan menjodohkan (Wawan dan Dewi, 2011).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2017) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa

faktor-faktor antara lain :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi

proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai

pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada

umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat


21

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

2. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor

eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : meliputi

lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi.

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan

sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering

dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat penghasilan dengan

pemanfaatan.

Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan

berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika pengalaman

terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis

akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap

positif dalam kehidupannya, lingkungan pekerjaan dapat

menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan,

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologi (mental). Pertumbuhan

fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu :


22

perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya bentuk lama, dan

timbulnya bentuk baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

4. Lingkungan

Lingkungan memberikan pengaruh kepada seseorang sehingga

dapat mempelajari hal-hal baik dan juga hal-hal yang buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Mariner dalam Wawan dan

Dewi (2017) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar dan dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan

perilaku seseorang.

5. Sosial budaya

Sosial budaya memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang,

suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena

hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh

suatu pengetahuan dari adat istiadat sosial budaya.

e. Kategori hasil Ukur Pengetahuan

Menurut Arikunto ( 2013), pengetahuan di bagi menjadi katagori, yaitu:

1. Baik, bila responden mampu menjawab dengan benar 76-100% dari

seluruh pertanyaan.

2. Cukup , bila responden mampu menjawab dengan benar 56-75% dari

seluruh pertanyaan.
23

3. Kurang, bila responden mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari

seluruh pertanyaan

4. Stunting

a. Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi

dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi

stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek

(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan

panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya

dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth

Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes,2010) adalah anak balita dengan

nilai Z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang

dari -3SD (severely stunted).

Berbagai ahli menurut Wamani et al., dalam Sandra Fikawati dkk

(2017) menyatakan bahwa stunting merupakan dampak dari berbagai

faktor seperti berat lahir yang rendah, stimulasi dan pengasuhan

anak kurang tepat, asupan nutrisi kurang, dan infeksi berulang serta

berbagai faktor lingkungan lainnya.

b. Etiologi Stunting
24

Pertumbuhan manusia merupakan hasil interaksi antara faktor

genetik, hormon, zat gizi, dan energi dengan faktor lingkungan. Proses

perumbuhan manusia merupakan fenomena yang kompleks yang

berlangsung selama kurang lebih 20 tahun lamanya, mulai dari

kandungan sampai remaja yang merupakan hasil interaksi antara

faktor genetik dan lingkungan. Pada anak-anak, penambahan tinggi

badan pada tahun pertama kehidupan merupakan yang paling cepat

dibandingkan periode waktu setelahnya. Pada usia 1 tahun, anak akan

mengalami peningkatan tinggi badan sampai 50% dari panjang badan

lahir. Kemudian tinggi badan tersebut akan meningkat 2 kali lipat pada

usia 4 tahun dan 3 kali lipat pada usia 13 tahun (Sandra Fikawati dkk,

2017).

Periode pertumbuhan paling cepat pada masa anak-anak juga

merupakan masa dimana anak berada pada tingkat kerentanan paling

tinggi. Kegagalan pertumbuhan dapat terjadi selama masa gestasi

(kehamilan) dan pada 2 tahun pertama kehidupan anak atau pada masa

1000 hari pertama kehidupan anak. Stunting merupakan indikator

akhir dari semua faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak pada 2 tahun pertama kehidupan yang selanjutnya

akan berdampak buruk pada perkembangan fisik dan kognitif anak

saat bertambah usia nantinya (Sandra Fikawati dkk, 2017).

Pertumbuhan yang cepat pada masa anak membuat gizi yang

memadai menjadi sangat penting. Buruknya gizi selama kehamilan,


25

masa pertumbuhan dan masa awal kehidupan anak dapat

menyebabkan anak menjadi stunting. Pada 1000 hari pertama

kehidupan anak, buruknya gizi memiliki konsekuensi yang permanen

(UNICEF, 2013). Faktor sebelum kelahiran seperti gizi ibu selama

kehamilan dan faktor setelah kelahiran seperti asupan gizi anak saat

masa pertumbuhan, sosial ekonomi, ASI eksklusif, penyakit infeksi,

pelayanan kesehatan dan berbagai faktor lainnya (Sandra Fikawati

dkk, 2017).

c. Epidemiologi Stunting

Diperkirakan dari 171 juta anak stunting di seluruh dunia, 167

juta anak (98%) hidup di negara berkembang. UNICEF menyatakan

bahwa pada tahun 2011, ada 1 dari 4 anak mengalami stunting.

Selanjutnya, diprediksi akan ada 127 juta anak di bawah 5 tahun yang

stunting pada tahun 2025 nanti jika tren sekarang terus berlanjut.

WHO memiliki target global untuk menurunkan angka stunting balita

sebesar 40% pada tahun 2025 (UNICEF, 2013).

Di Indonesia masih 30,8% (hampir 9 juta) anak balita mengalami

stunting (Riset Kesehatan Dasar/Riskesda, 2018) dan diseluruh dunia,

Indonesia adalah Negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.

Balita/Baduta (Bayi dibawah Usia Dua Tahun) yang mengalami

stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal,

menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan

dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya


26

secara luas stunting akan dapat menghambar pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan

(TNP2K, 2017). Di Indonesia, saat ini stunting masih menjadi

permasalahan kesehatan dengan prevalensi nasional sebesar 20,1%

(Pemantauan Status Gizi, 2017).

d. Dampak Stunting

Stunting merupakan malnutrisi kronis yang terjadi di dalam

rahim dan selama dua tahun pertama kehidupan anak dapat

mengakibatkan rendahnya intelegensi dan turunnya kapasitas fisik

yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas,

perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan.

Selain itu, stunting juga dapat berdampak pada sistem kekebalan

tubuh yang lemah dan kerentanan terhadap penyakit kronis seperti

diabetes, penyakit jantung, dan kanker serta gangguan reproduksi

maternal di masa dewasa. jantung, dan kanker serta gangguan

reproduksi maternal dimasa dewas. Proses stunting disebabkan oleh

asupan zat gizi yang kurang dan infeksi yang berulang yang berakibat

pada terlambatnya perkembangan fungsi kognitif dan kerusakan

kognitif permanen. Pada wanita, stunting dapat berdampak pada

perkembangan dan pertumbuhan janin saat kehamilan, terhambatnya

proses melahirkan serta meningkatkan risiko underweight dan stunting

pada anak yang dilahirkannya, yang nantinya juga dapat membawa


27

risiko kepada gangguan gangguan metabolisme dan penyakit kronis

saat anak tumbuh dewasa (Sandra, Fikawati 2017).

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stunting

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Secara lebih detail, beberapa faktor yang mempengaruhi

kejadian stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Faktor langsung

a. Faktor ibu

Faktor ibu dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama

prekonsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi

perawakan ibu seperti usia ibu terlalu muda atau terlalu tua,

pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan jiwa, BBLR,

IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat,

dan hipertensi (Sandra Fikawati dkk, 2017).

b. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil

proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di dalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan

pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,

umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang

(Narsikhah, 2012). Menurut Amigo et al., dalam Narsikhah


28

(2012) salah satu atau kedua orang tua yang pendek akibat

kondisi patologi (seperti defisiensi hormon pertumbuhan)

memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek

sehingga memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan

tumbuh menjadi stunting. Akan tetapi, bila orang tua pendek

akibat kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak

dapat tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut

tidak terpapar faktor resiko yang lain.

c. Asupan makanan

Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas

micronutrient yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan

pangan yang bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak

bergizi, dan rendahnya kandungan energi pada complementary

foods. Praktik pemberian makanan yang tidak memadai,

meliputi pemberian makan yang jarang, pemberian makan

yang tidak adekuat selama dan setelah sakit, konsistensi pangan

yang terlalu ringan, kuantitas pangan yang tidak mencukupi,

pemberian makan yang tidak berespon. Bukti menunjukkan

keragaman diet yang lebih bervariasi dan konsumsi makanan

dari sumber hewani terkait dengan perbaikan pertumbuhan

linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa rumah tangga yang

menerapkan diet yang beragam, termasuk diet yang diperkaya


29

nutrisi pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi dan

mengurangi risiko stunting (Sandra Fikawati dkk, 2017).

d. Pemberian ASI Eksklusif

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi

Delayed Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan

penghentian dini konsumsi ASI. Sebuah penelitian

membuktikan bahwa menunda inisiasi menyusu (Delayed

initiation) akan meningkatkan kematian bayi. ASI eksklusif

didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi

makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus,

ataupun susu selain ASI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah

enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat

sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Menyusui

yang berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi

signifikan terhadap asupan nutrisi penting pada bayi (Sandra

Fikawati dkk, 2017).


30

e. Faktor infeksi

Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi

enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga

disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria,

berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi, dan

inflamasi. Penyakit infeksi akan berdampak pada gangguan

masalah gizi. Infeksi klinis menyebabkan lambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan anak yang

memiliki riwayat penyakit infeksi memiliki peluang mengalami

stunting (Picauly & Toy, 2013).

2. Faktor Tidak Langsung

a. Faktor sosial ekonomi

Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak

yang signifikan terhadap kemungkinan anak menjadi kurus dan

pendek (UNICEF, 2013). Menurut Bishwakarma dalam

Khoirun dkk (2015), status ekonomi keluarga yang rendah akan

mempengaruhi pemilihan makanan yang dikonsumsinya

sehingga biasanya menjadi kurang bervariasi dan sedikit

jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk

pertumbuhan anak seperti sumber protein, vitamin, dan

mineral, sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.


31

b. Tingkat Pendidikan

Menurut Delmi Sulastri (2012), pendidikan ibu yang

rendah dapat mempengaruhi pola asuh dan perawatan anak.

Selain itu juga berpengaruh dalam pemilihan dan cara

penyajian makanan yang akan dikonsumsi oleh anaknya.

Penyediaan bahan dan menu makan yang tepat untuk balita

dalam upaya peningkatan status gizi akan dapat terwujud bila

ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi yang baik. Ibu dengan

pendidikan rendah antara lain akan sulit menyerap informasi

gizi sehingga anak dapat berisiko mengalami stunting.

c. Pengetahuan gizi ibu

Menurut Delmi Sulastri (2012) menjelaskan bahwa

pengetahuan gizi yang rendah dapat menghambat usaha

perbaikan gizi yang baik pada keluarga maupun masyarakat

sadar gizi artinya tidak hanya mengetahui gizi tetapi harus

mengerti dan mau berbuat. Tingkat pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang tentang kebutuhan akan zat-zat gizi

berpengaruh terhadap jumlah dan jenis bahan makanan yang

dikonsumsi. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor

yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan status

gizi. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan memperhatikan

kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal.
32

d. Faktor lingkungan

Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi dan

aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,

ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat,

rendahnya edukasi pengasuh. Anak-anak yang berasal dari

rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas air dan sanitasi yang

baik berisiko mengalami stunting (Putri dan Sukandar, 2012).

f. Preventif ( Pencegahan Stunting)

Preventif untuk menurunkan angka kejadian stunting

seharusnya dimulai sebelum kelahiran melalui perinatal care dan gizi

ibu, kemudian preventif tersebut dilanjutkan sampai anak berusia 2

tahun. Periode kritis dalam mencegah stunting dimulai sejak janin

sampai anak berusia 2 tahun yang biasa disebut dengan periode 1.000

hari pertama kehidupan. Intervensi berbasis evidence diperlukan untuk

menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia. Gizi maternal perlu

diperhatikan melalui monitoring status gizi ibu selama kehamilan

melalui ANC serta pemantauan dan perbaikan gizi anak setelah

kelahiran, juga diperlukan perhatian khusus terhadap gizi ibu

menyusui. Pencegahan kurang gizi pada ibu dan anak merupakan

investasi jangka panjang yang dapat memberi dampak baik pada

generasi sekarang dan generasi selanjutnya (Sandra Fikawati dkk,

2017).

Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam


33

gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN)

melalui perancangan dua kerangka besar intervensi stunting. Kerangka

Intervensi Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi

menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif

(TNP2K, 2017).

a. Kerangka intervensi gizi spesifik

Kerangka ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada

anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan

berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Kerangka kegiatan

intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor

kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana

hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang

idealnya dilakukan untuk melaksanakan intervensi gizi spesifik

dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari

masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita, sebagai berikut:

1) Intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil

Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan

tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan

energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan

asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi

kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari

Malaria.
34

2) Intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak

usia 0-6 bulan

Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang

mendorong inisiasi menyusui dini/IMD terutama melalui

pemberian ASI jolong/colostrum serta mendorong pemberian

ASI Eksklusif.

3) Intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak

usia 7-23 bulan

Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong

penerusan pemberian ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan.

Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi

oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing,

menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat

besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap

malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan

pencegahan dan pengobatan diare (TNP2K, 2017).

b. Kerangka intervensi gizi sensitive

Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan

pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70%

intervensi stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah

masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita

pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK (TNP2K, 2017). Ada

12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting


35

melalui intervensi gizi spesifik sebagai berikut:

1) Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.

2) Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.

3) Melakukan fortifikasi bahan pangan.

4) Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga

Berencana (KB).

5) Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

6) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).

7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.

8) Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.

9) Memberikan pendidikan gizi masyarakat.

10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta

gizi pada remaja.

11) Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga

miskin.

12) Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

g. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Stunting

Dengan Kejadian Stunting

Masa balita adalah masa periode perkembangan fisik dan mental

yang pesat. Pada masa ini otak balita telah siap menghadapi berbagai

stimulasi seperti belajar, berjalan dan berbicara lebih lancar. Dalam

tumbuh kembangnya, balita memerlukan asupan gizi yang seimbang untuk

menunjang tahap-tahap kehidupannya. Pengetahuan ibu tentang gizi balita


36

sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Makanan untuk balita hendaknya beragam untuk memenuhi kebutuhan

tubuh balita akan keenam zat gizi meliputi karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air. Ibu perlu bereksperimen dan memerhatikan

beberapa hal saat memberi makanan pada anak. Karena anak balita mulai

dapat menentukan sendiri makanan apa yang akan dimakan dan dapat

menolak makanan yang diberikan. Oleh karena itu, ibu harus mampu

membuat variasi makanan tanpa mengurangi kandungan gizi pada

makanan tersebut agar anak akan terus tertarik mencoba makanan beragam

dengan gizi tinggi sehingga dapat menunjang tumbuh kembang anak

sampai dewasa nanti . Anak yang mengalami kekurangan gizi pada masa

tumbuh kembangnya maka anak akan mengalami masalah gizi terutama

kejadian stunting pada anak. Stunting dapat menyebabkan dampak yang

buruk bagi anak seperti terlambatnya perkembangan fungsi kognitif

sehingga kerusakan kognitif permanen, sistem kekebalan tubuh melemah,

rentan terhadap penyakit infeksi. Stunting dapat dicegah sejak dini berawal

dari kesadaran keluarga terutama ibu balita. Ibu memiliki peran besar

terhadap kemajuan tumbuh kembang anak balitanya dari stimulasi dan

pengasuhan anak yang tepat, dan mengatur pola asupan gizi seimbang

untuk anak balitanya (Sandra Fikawati dkk, 2017).

Rendahnya pendidikan disertai dengan pengetahuan gizi juga sering

dihubungkan dengan kejadian malnutrusi pada balita seperti stunting

(Nashikhah, 2017). Pengetahuan ibu dalam upaya mengatur, mengetahui


37

dan merancang menu makanan yang bergizi bagi diri serta keluarga sangat

penting dalam upaya pemenuhan dan peningkatan mutu gizi anakyang

diperlukan oleh karena itu, pemahaman dan pengetahuan ibu tentang

pencegahan stunting merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kejadian stunting (Uliyanti, 2017).

Pengetahuan orang tua tentang gizi membantu memperbaiki status

gizi pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan. Pada anak

dengan stunting mudah timbul masalah kesehatan baik fisik maupun

psikis. Oleh karena itu, tidak semua anak dapat bertumbuh dan

berkembang sesuai dengan usianya, ada anak yang mengalami hambatan

dan kelainan (Gibney dkk, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Asyati, Arsi Mashita (2019) tentang

Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual dalam Pengetahuan Pencegahan

Stunting pada Ibu Hamil di Desa Cibatok 2 Cibungbulang menunjukkan

bahwa pengetahuan ibu hamil mengenai stunting cukup rendah, terlihat

dalam gambaran pola makan ibu hamil tidak bergizi. Edukasi audio visual

dan simulasi terbukti meningkatkan perubahan pengetahuan pencegahan

stunting, hal ini juga Sesuai dengan penelitian Narsikhah dan Margawati

(2017) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang

tua dengan kejadian stunting pada anak. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Khoirun dan Nadhiroh (2015) dimana

diketahui bahwa ibu balita stunting memiliki pengetahuan gizi yang lebih

rendah daripada ibu balita normal Hasil analisis menunjukkan bahwa


38

pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting pada balita.

Kejadian stunting bisa dicegah dengan pendidikan kesehatan guna

meningkatkan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting. Penelitian

yang dilakukan oleh Dianna, dkk (2020) menunjukkan bahwa ada perbedaan

pengetahuan ibu balita tentang stunting sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan melalui media video di Wilayah Kerja Puskesmas Saigon

Kecamatan Pontianak Timur. Video lebih efektif untuk meningkatkan

pengetahuan ibu balita tentang stunting dibandingkan dengan media leaflet di

wilayah kerja Puskesmas Saigon Kecamatan Pontianak Timur. Penelitian

tentang pendidikan kesehatan guna pencegahan stunting juga dilakukan

oleh Naila Fauziatin, dkk (2019) dengan media yang berbeda yaitu media

lembar balik. Hasil post-test tingkat pengetahuan ibu meningkat setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik.

b. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan materi dalam penelitian ini maka

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependen

Pendidikan Kesehatan Dengan


Media Audio Visual Pengetahuan
dan Lembar Balik

Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian


39

c. Definisi Oprasional

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


N Operasional Ukur
o
1 Variabel Pendidikan Kesehatan - Lembar 0 = diberikan Nominal
independent yang dimaksud dalam Check list edukasi dengan
penelitian ini adalah audio- Audio
Pendidikan pendidikan kesehatan visual
Kesehatan yang dilakukan dengan
menggunakan metode 1 = diberikan
audio visual dan lembar edukasi dengan
balik tentang 1000 hari lembar balik
petama kehidupan serta
pengertian stunting,ciri
–ciri anak stunting, cara
mencegah stunting,ibu
hamil yang mengalami
KEK bisa menyebabkan
stunting
2 variabel Pengetahuan yang Wawancara Lembar Skor pegetahuan Ordinal
Dependent dimaksud pada Kuesioner bila
penelitian ini adalah
Pengetahuan tentang pengertian 0: Kurang, (jika
stunting,ciri –ciri anak jumlah
stunting, cara mencegah jawaban
stunting,ibu hamil yang benar ≤55%
mengalami KEK bisa sebanyak≤ 8 )
menyebabkan stunting
1: Cukup, (jika
jumlah
jawaban
benar 56-
75%
sebanyak 9-
11)

2: Baik, (jika
jumlah
jawaban
benar 76-
100%
sebanyak 12-
15)
40

d. Hipotesis

Ha : Ada perbedaan antara ibu hamil KEK yang diberi pendidikan kesehatan

menggunakan media audio visual dengan ibu hamil KEK yang diberi

pendidikan kesehatan menggunakan lembar balik terhadap tingkat

pengetahuan pencegahan stunting.

H0 : Tidak Ada perbedaan antara ibu hamil KEK yang diberi pendidikan

kesehatan menggunakan akan media audio visual dengan ibu hamil

KEK yang diberi pendidikan kesehatan menggunakan lembar balik

terhadap tingkat pengetahuan pencegahan stunting.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitain

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sawah Lebar kota Bengkulu Pada

Bulan September - Oktober 2020.

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment. Desain

yang digunakan pada penelitian ini adalah two group pretest posttest design.

Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dilakukan melalui kegiatan pre-

test dan post-test. Dalam penelitian ini kelompok intervensi dibagi 2 (dua)

kelompok, satu kelompok intervensi diberi pendidikan kesehatan dengan

media audio visual, sedangkan satu kelompok intervensi diberi pendidikan

kesehatan dengan lembar balik.


Kelompok A
( Udio Visual)

posttest
pretest

Kelompok B
( Lembar Balik)
Bagan 3.1. Desain Penelitian

Kelompo : Kelompok intervensi 1 yang diberikan Pendidikan

kA Kesehatan dengan Menggunakan Media Audio visual


Kelompo : Kelompok inetrvensi 2 yang diberikan Pendidikan

41
42

kB Kesehatan dengan Menggunakan Lembar Balik


pretest : Mengukur pengetahuan sebelum perlakuan
posttest : Mengukur pengetahuan sesudah perlakuan

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan

KEK di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar dari bulan Januari

sampai dengan bulan juli 2020 sebanyak 42 orang .

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan KEK di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Sawah Lebar yang pengambilannya

dilakukan secara Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

ciri-ciri tertentu. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus

Lemeshow, yaitu :

n = 2σ2 (Z1-α/2+Z1-β)2

(μ₁-μ₂)2

n = 2 (1,76)2 (1,96+1,28)2

(7,38 – 3,21)2

n = 15,59 dibulatkan menjadi 16

Keterangan :

n : Minimal Besar sampel yang digunakan

s/σ : Standar deviasi (1 ,76)

Z1-α/2 : Derajat kemaknaan 95% (1,96)

Z1-β : Kekuatan Uji 90% (1,28)


43

μ₁ : Mean kelompok intervensi 1 penelitian sebelumnya (Izka Soffiya)

μ₂ : Mean pada kelompok intervensi 2 penelitian sebelumnya

(Fauziatin)

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan

dalam penelitian adalah 16 responden untuk setiap kelompok (16 kelompok

intervensi dan 16 kelompok kontrol). Jumlah keseluruhan sampel sebesar

32 responden dengan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Bersedia menjadi responden penelitian

b. Bersedia diajak komunikasi

c. Ibu dengan tingkat kesadaran compos menthis

d. Ibu hamil KEK dengan ukuran LILA < 23,5 cm

e. Usia Kehamilan trimester I dan II

f. Ibu hamil yang tinggal di wilayah Puskesmas Sawah Lebar

Kriteria ekslusi :

a. Tidak bisa membaca dan menulis

b. Responden pindah alamat

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tenik pengumpulan data menggunakan cara :

1. Data Primer

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang didapatkan melalui

kuesioner dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan

langsung di lapangan dengan Lembar kuesioner tentang pengetahuan dan


44

sikap pencegahan stuting pada ibu hamil KEK. Pembagian kuesioner

dilakukan dengan melakukan kelas ibu hamil dengan menerapkan prinsif

Physical distancing dan selalu sesui dengan protokol kesehatan

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari melihat

data register di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu

E. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang dikumpulkan akan dikelolah secara komputerisasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing pada proses ini peneliti mengecek kembali kuesioner yang

telah diisi responden dan memastikan semua kuesioner telah di isi

dengan benar sesuai petunjuk pengisian .

b. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan agar mudah dimengerti. Peneliti melakukan

coding dengan memberikan kode untuk masing-masing variabel yang

diteliti :

1) Kode untuk penkes dengan media audiovisual dan lembar balik

adalah untuk kelompok kontrol diberikan kode “0” dan kelompok

intervensi di berikan kode “1”


45

2) Kode untuk pengetahuan adalah kode “3” untuk pengetahuan baik,

kode “2” untuk pengetahuan cukup, dan kode “1” untuk

pengetahuan kurang.

3. Kode untuk sikap adalah sikap positif kode “2” dan sikap negatif

kode “1”

c. Entry

Entry adalah proses memasukan data primer yang telah dikumpulkan

dalam bentuk coding kedalam program computer. Tahap entry dimulai

dengan memasukkan coding dari variabel-variabel penelitian untuk di

analisis dengan menggunakan software statistik. Proses ini data yang

telah diberi kode di masukan dalam tabel pengkodean sesui dengan

kode yang telah di tentukan

d. Processing

Data yang telah dientry selanjutnya akan segera diolah dengan

program komputerisasi dengan megunakan rumus statistik dalam

program komputer.

e. Cleaning data

Proses perbaikan data dengan cara mengecek kembali kemungkinan

adanya kesalahan pada entry data. Jika di temukan kesalahan di

lakukan perbaikan.

2. Analisis data

a. Analisis univariat
46

Analisis univariat digunakan untuk menentukan rata-rata skor

dari variabel Independen (visual dan lembar balik) terhadap variabel

Dependen (pengetahuan) mengenai pencegahan stunting. Data di

analisis untuk menguji hipotesis dari sampel yang diberikan intervensi

dan melihat rata-rata skor yang didapatkan sebelum dan setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual serta rata-

rata skor yang didapatkan sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan dengan lembar balik.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan

tingkat pengetahuan pencegahan stunting di nilai dari hasil posttest

kuesioner pada kelompok intervensi (ibu hamil yang mendapatkan

pendidikan kesehatan menggunakan media visual) dan kelompok

intervensi (ibu hamil yang mendapatkan pendidikan kesehatan

menggunakan lembar balik). Sebelum melakukan uji bivariat, akan

dilakukan Uji homogenitas ini dilakukan untuk melihat kesetaraan

bagi seluruh variable perancu (counfounding) yang diduga dapat

mempengaruhi hubungan antara intervensi yang diberikan (exposure)

terhadap hasil penelitian (outcome) pada masing-masing kelompok

perlakuan dan uji normalitas data terlebih dahulu. Adapun ,uji

normalitas data yang digunakan adalah Saphiro Wilk.

Dengan menggunakan Uji paired t test untuk mengetahui adakah

perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok


47

berpasangan yang berskala data inerval/rasio tetapi berdistribusi

normal. Dan menggunakan Mann Whitney untuk mengukur

signifikansi perbedaan antara 2 kelompok data berpasangan berskala

ordinal tetapi berdistribusi tidak normal. Kriteria pengambilan

keputusan hasil Uji paired t test dengan menggunakan probabilistic

adalah:

1) Jika nilai p value ≤ 0,05 maka Ha diterima, artinya ada perbedaan

antara ibu hamil yang diberi pendidikan kesehatan menggunakan

media visual dengan ibu hamil yang diberi pendidikan kesehatan

menggunakan lembar balik terhadap tingkat pengetahuan

pencegahan stunting.

2) Jika nilai p value > 0,05 maka Ha ditolak, artinya tidak ada

perbedaan antara ibu hamil yang diberi pendidikan kesehatan

menggunakan media visual dengan ibu hamil yang diberi

pendidikan kesehatan menggunakan lembar balik terhadap tingkat

pengetahuan pencegahan stunting.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar,S. 2012. Sikap Manusia teori dan pengukuran nya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Arikunto,S. 2013. Prosedur penelitan suatu pemdekatan praktik. Jakarta : Rineka


Cipta.

Alfarisi, dkk. 2019. Status Gizi Ibu Hamil Dapat Menyebabkan Kejadian Stunting
pada Balita Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Lampung. Di akses
tanggal 23 Agustus 2020.

Asyati, Arsi Mashita. 2019. Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual dalam


Pengetahuan Pencegahan Stunting pada Ibu Hamil di Desa Cibatok 2
Cibungbulang. Bogor : Universitas Ibn Khaldun. Di akses tanggal 23 Agustus
2020.

Dianna,dkk. 2020. Perbedaan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah


diberikan penyuluhan tentang stunting melalui media video dan leaflet di
wilayah kerja puskesmas Saigon kecamatan Pontianak timur. Bogor :
Universitas Ibn Khaldun. Di akses tanggal 23 Agustus 2020.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2018. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2018.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. 2018. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2019.

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu


Tahun 2018.

Fauziatin,dkk. 2019. Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media lembar balik


tentang pencegahan stunting pada calon pengantin. Semarang : UNDIP. Di
akses tanggal 23 Agustus 2020.

Fikawati, Sandra, dkk. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.

Hestuningtyas, dkk. 2014. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan,


Sikap, Pratik Ibu Dalam Pemberian Makan Anak, dan Asupan Zat Gizi Anak
Stunting Usia 1-2 Tahun di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition
College, 3(1) : 17-25. Di akses tanggal 23 agustus 2020.

Heri D.J, Maulana. 2017. Promosi Kesehatan. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.

48
49

Infodatin. 2016. Balita Pendek. Jakarta : Pusat Data dan Informasi.

Izka Soffiya,dkk. 2019. Pengaruh edukasi Stunting Menggunakan metode


Brainstorming dan Audio Visual terhadap Pengetahuan Ibu dengan Anak
Stunting. Purwokerto : Universitas Jenderal Sudirman. Di akses tanggal 23
Agustus 2020.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Situasi Balita Pendek


(Stunting) di Indonesia. Jakarta.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 2018.


160 Kabupaten/Kota Prioritas Dengan masing-masing 10 Desa untuk
Penanganan Stunting. Jakarta.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.2018.


Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting). Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Intervensi Perubahan


Perilaku Kesehatan Keluarga Dalam Rangka Pencegahan Stunting. Jakarta.

Margaret Ursula Siregar. 2018. Pengaruh Pendidikan Gizi dan Pemberian


Makanan Tambahan Berbahan Ikan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan Ibu yang memiliki anak Stunting di Desa Pantai Labu Utara :
Poltekkes Medan. Di akses tanggal 23 Agustus 2020.

Meilonna, Ecia. 2014. Pengaruh Pendidikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan
terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 1 Secanggang
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2014.USU. Medan
Medan : USU. Di akses tanggal 23 Agustus 2020.
.
Ni’mah, Cholifatun skk. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu dengan Wasting dan Stunting Pada Balita
Keluarga Miskin, Jurnal Media Gizi Indonesia, 10(1), 84-90.. Di akses
tanggal 23 Agustus 2020.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,Soekidjo. 2017. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.
50

Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya.


Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Suryagustina, dkk. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan


Stunting Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu di Kelurahan Pahandut
Palangka Raya. Palangka Raya ; STIKES Eka.. Di akses tanggal 23 Agustus
2020.

Tiara,dkk. 2013. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktk


Ibu Dalam Pemberian Makan Anak Dan Asupan Gizi Anak Stunting Usia 1-2
Tahun Di Kecamatan Semarang Timur. Semarang : UNDIP. Di akses
tanggal 23 Agustus 2020.

UNICEF. 2017 . Levels and trends in child malnutrition. Geneva .

Widyanto, F.C. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO. 2018. World Health Statistics 2018. Retrieved from


http://apps.who.int/bookorders. Di akses tanggal 23 Agustus 2020.

Yulianti , R. 2018. Studi Deskriptif Paktek menyusui pada ibu post SC Setelah
Dilakukan Penkes Dengan Metode Demostrasi Dan Vidio Berbasis Android
di RSI Kendal. Semarang : UMB. Di akses tanggal 23 Agustus 2020.
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Perihal : Permohonan Menjadi Responden Bengkulu, .Nov. 2020


Kepada Yth.
....................
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa STIKES TMS Bengkulu.Sekarang sedang meyelesaikan
pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Optimis Soscita
NPM : 1926041001.P
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Efektifitas pendidikan kesehatan dengan mengunakan
media audiovisual dan lembar balik terghadap tingkat pengetahuan pencegahan
stunting pada ibu hamil KEK di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk dan merugikan
saudara sebagai responden. Semua kerahasian informasi yang diberikan akan
dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara menyetujui,
maka dengan ini saya memohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya ajukan dalam wawancara nantinya. Atas perhatian dan
kerjasama saudara saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya

OPTIMIS SOSCITA
NPM. 1926041001.P
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadia responden pada penelitian yang dilakukan

oleh mahasiswa Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu tentang “Efektifitas

pendidikan kesehtan dengan mengunakan media audiovisual dan lembar balik

terghadap tingkat pengetahuan pencegahan stunting pada ibu hamil KEK di

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu”.

Demikian surat pernyataan persetujuan menjadi responden pada penelitian ini

saya buat dengan sebenarnya dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun,

agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bengkulu, November 2020


Yang membuat pernyataan

(....................)
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO
VISUAL DAN LEMBAR BALIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENCEGAHAN
STUNTING PADA IBU HAMIL KEK DI KOTA BENGKULU TAHUN 2020

KUESIONER PENELITIAN

STATUS RESPONDEN : VIDEO / LEMBAR BALIK* (coret salah satu)

Nomor Responden : …………………………………..


Tanggal Wawancara ;……………………………………
Nama Pewawancara : …………………………………….

Petunjuk Pengisian:
Isi jawaban responden pada tempat yang tersedia
a. DATA RESPONDEN
1. Nama ibu :...................................................................................
2. Umur ibu : …………tahun
3. Alamat :...................................................................................
4. Nomor telepon :...................................................................................
5. Pendidikan terakhir ibu : *(silang salah satu pada kotak yang tersedia)
a. Tidak sekolah
b. Tamat SD /sederajat
c. Tamat SMP /sederajat
d. Tamat SMU /sederajat
e. Tamat akademi / Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan ibu : *(silang salah satu pada kotak yang tersedia)
b. Tidak bekerja
c. Pegawai Negeri
d. Pegawai Swasta
e. Wiraswasta
f. Lainnya. Sebutkan........................
A. PENGETAHUAN RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Anda paling benar.
1. Apa itu stunting....
a. Keadaan dimana tubuh anak tumbuh tidak normal
b. Keadaan dimana tubuh anak sangat pendek dilihat dengan standar baku
c. Keadaan dimana tubuh anak sangat kurus
2. Salah satu cara mencegah stunting adalah....
a. Mendapatkan makanan sehat dan seimbang dimulai darikehamilan
sampai usia anak 2 tahun
b. Memberikan anak susu kalsium dengan dosis tinggi
c. Memberikan anak makanan siap saji yang mahal
3. Apakah yang di maksud dari 1000 HPK?
a. Kehidupan mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun
b. Kehidupan mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 5 tahun
c. Kehidupan mulai dari umur 1 th sampai berusia 2 tahun
4. IMD ( inisiasi Menyusui dini ) dilakukan pada saat …
a. Bayi baru lahir
b. Bayi umur 1 tahun
c. Bayi umur 2 hari

5. Sampai usia berapa ASI Eksklusif diberikan ?


a. Sampai 6 bulan
b. Sampai 1 tahun
c. Sampai 2 tahun
6. Apakah pengertian dari ASI Ekskusif ?
a. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain sampai usia 4
Bulan
b. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain sampai usia 6
bulan
c. Bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain sampai usia 1
tahun
7. Berikut adalah yang bukan manfaat dari pemberian ASI Ekskusif?
a. ASI mengandung semua zat gizi
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
c. ASI menyebabkan bayi mudah sakit
8. Mengapa sampai usia 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja?
a. Karena ASI yang paling murah.
b. Karena ASI yang paling mudah.
c. Karena hanya ASI yang mampu dicerna dan diserap usus bayi.
9. Apakah pengertian dari MP-ASI itu?
a. Makanan pengganti yang diberikan setelah selesai pemberian ASI
b. Makanan yang menggantikan ASI.
c. Makanan tambahan dari usia 3bulan sampai 1 tahun
10. Usia berapa MP-ASI diberikan?
a. 0-6 bulan
b. 4-6 bulan
c. 6-24 bulan
11. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
MP-ASI?
a. Makanan tambahan mulai diberikan dari usia 3 bulan
b. Makanan bayi hanya mengandung beberapa zat gizi
c. Pada waktu berumur 2 tahun, bayi dapat mengkonsumsi makanan satu
porsi orang dewasa.
12. Berikut adalah syarat makanan pendamping ASI yang baik, yaitu..
a. Memiliki nilai lemak yang tinggi
b. Harganya relatif mahal
c. Memiliki nilai energi dan protein yang tinggi
13. Menurut ibu Pentinganya ke posyandu bertujuan untuk ?..
a. Untuk di bawah setiap kali penimbangan
b. Untuk memantau berat badan dan pertumbuhan
c. Untuk menulis timbangan apda saat posyandu
14. Berikut yang bukan menjadi dampak dari kekurangan gizi terhadap janin,
yaitu…
a. Keguguran , bayi lahir mati
b. cacat bawaan pada bayi
c. Berat bayi lahir normal
i. Berapa jam ASI dapat di simpan di suhu ruangan adalah
a. 6- 8 jam
b. 24 jam
c. 12 jam
Sumber . Triwahyuni,2015
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Optimis Soscita


NPM : 1926041001.P
Jurusan : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Jurusaan : Efektifitas pendidikan Kesehatan Dengan Mengunakan Media
Audio Visual dan Lembar Balik Terhadap Tingkat pegetahuan
Ibu Hamil KEK Di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu
Pembimbing I : Mika Oktarina, SST., M.Kes

Paraf
No Tanggal Materi (BAB) Ket
Pembimbing
20 - Perbaikan latar belakang
1 Agustus - Perbaikan data-data
2020
2 21 - Latar belakang
September- Pendahuluan
2020 - DO
- Populasi dan sampel
- Kuesioner
- Lampiran
3 11 - Latar belakang
November - PPT
2020 - kuesioner

Bengkulu, ………….. 2020


Pembimbing I

Mika Oktarina, SST., M.Kes


BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Optimis Soscita


NPM : 1926041001.P
Jurusan : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Jurusaan : Efektifitas pendidikan Kesehatan Dengan Mengunakan Media
Audio Visual dan Lembar Balik Terhadap Tingkat pegetahuan
Ibu Hamil KEK Di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu
Pembimbing II : Ayu Kurnia Anggraeni, SST., M.Keb

Paraf
No Tanggal Materi (BAB) Ket
Pembimbing
1. 25 - Perbaiki susunan latar belakang
Agustus - Perbaiki tujuan
2020 - Perbaiki penulisan sumber
- Perbaiki definisi operasional
2. 25 - Perbaikan penulisan teknik
September pengumpulan data
2020 - Perbaikan penulisan pada sampel
penelitian
- Tuliskan sumber kuesioner
3. 25 - Perbaiki lembar persetujuan
Oktober - Perbaiki daftar isi
2020 - Perbaiki kata pengantar
- Perbaiki alat ukur penelitian
4. 11 - Perbaiki penulisan
November - Perbaiki teknik sampling
2020 tambahkan kriteria ekslusi
- Perbaiki daftar pustaka
5.

6.

Bengkulu, ………….. 2020


Pembimbing II

Ayu Kurnia Anggraeni, SST., M.Keb

Anda mungkin juga menyukai