Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


PERILAKU REMAJA PUTRI TERHADAP VULVA
HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI
DI SMP NEGERI 1 TAROWANG
KABUPATEN JENEPONTO
PROV. SUL-SEL

Disusun Oleh :

EKA AULIYA
A1C219121

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PERILAKU REMAJA PUTRI TERHADAP VULVA
HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI
DI SMP NEGERI 1 TAROWANG
KABUPATEN JENEPONTO
PROV. SUL – SEL

SKRIPSI

Disusun dan diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Megarezky Makassar

Disusun Oleh :

EKA AULIYA
A1C219121

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada Hari ini ……………. Tanggal …. Bulan ……… Tahun ……….., bertempat
di Ruang………… Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Megarezky, telah dilaksanakan Ujian Skripsi sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Keperawatan terhadap
mahasiswa atas nama:

Nama : Eka Auliya


NIM : A1C219121
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenjang : Strata 1
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Remaja Putri terhadap Vulva Hygiene pada saat
Menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang

Yang telah diuji oleh Tim Penguji Skripsi, sebagai berikut:

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Alfyan Rahim, S.Kep.,Ns.,MSN (.................................)

2. Ayu Lestari, S.Kp.,M.Kep (.................................)

3. Tut Handayani, S.Kep.,Ns.,M.Kes (.................................)

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Keb. Syaiful, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN. 0927047301 NIDN. 0911128602

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Alhamdulillaahi rabbil’alamin, tiada kata-kata manis yang dpat terucap
selain puji dan syukur kehadirat Allah SWT yng telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya shingga pnulis dapat mnyelesaikan penyusunan skripsi
ini dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Remaja
Putri Terhadap Vulva Hygiene Pada Saat Menstruasi Di SMP Negeri 1 Tarowang.
Penulis menyadari bhwa penulisan skripsi ini tdak mungkin terselesaikan,
namun berkat pertolongan-Mu Ya Allah dan tnpa adanya dukungan, bimbingan,
bantuan dan nasehat dari beberapa pihak selama penyusunan skripsi ini. untuk itu
pda kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebear-besarnya
kepada semua pihak yang telah membntu dan mendorong terwuudnya skripsi ini.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih khususnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH.,MH.,M.Kes selaku Pembina Yayasan
Pendidikan Islam Megarezky.
2. Ibu Hj. Suryani, SH.,MH selaku Ketuaa Yaasan Pendidikan Islam
Megarezky.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD.,SP.JP (K) seaku Rektor
Universitas Megarezky Makassar.
4. Dr. syamsuriyati, S.ST.,SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakltas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Megarezky Makassar.
5. Syaiful, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S1 Keperawatan Universitas
Megarezky Makassar.
6. Ayu Lestari, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing I, terima kasih karena sudah
meluangkan waktunya serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar
kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.
7. Tut Handayani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II, teriama kasih
telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar
kepada saya selama proses pembuatan skripsi ini.

iv
8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Nursalim dan Ibu Nur Asrabiyah yang
telah mendidik, memberikan dorongan baik materil maupun do’a dan selalu
memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.
9. Sahabat-sahabat saya tersayang, yang senantiasa berbagi suka duka, canda
tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran kuliah maupun
dalam proses kegiatan lainnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT
senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Penulis menyadari
kelemhan pada diri sendiri dalam penulisan skripsi ini yang masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu membuka diri dengan sgala kerendahan
hati terhadap semua krtik dan saran yang membangun kesepurnaan skripsi
ini. Sangat besar harapan penulis, skripsi ini bermanfaat bagi penulis
maupun yang membacanya. Smoga kita smua senantiasa dberikan
petunjuk, limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah dari Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Makassar, Agustus 2021
Penulis

v
ABSTRAK
EKA AULIYA (A1C219121) : Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Remaja Putri terhadap Vulva Hygiene pada Saat Menstruasi di SMP
Negeri 1 Tarowang. (dibimbing oleh Ayu Lestari dan Tut Handayani).
Latar Belakang: Vulva hygiene saat menstruasi adalah suatu tindakan
memelihara kebersihan dan kesehatan kewanitaan seseorang pada saat menstruasi
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian
ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku remaja
putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang.
Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dilaksanakan di SMP Negeri 1
Tarowang Kabupaten Jeneponto. Hasil Penelitian: Dari penelitian ini
menunjukkan lebih banyak responden pengetahuan baik dengan perilaku baik
sebanyak 17 responden dengan nilai ρ = 0.001 yang berarti ρ < α = 0.05.
Penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden sikap positif dengan perilaku
sebanyak 15 responden dengan nilai ρ = 0.010 yang berarti ρ < α = 0.05.
Kesimpulan: dari penelitian ini adalah ada hubungan dan sikap dengan perilaku
remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi. Disarankan untuk
peneliti selanjutnya agar meneliti variabel lain yang belum diteliti dengan sampel
yang lebih banyak.
Kata Kunci: Perilaku Vulva Hygiene pada saat Menstruasi, Pengetahuan, Sikap
Kepustakaan: 40 (2002-2020)

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iii

KATA PENGANTAR........................................................................................iv

ABSTRAK..........................................................................................................v

ABSTRACT.......................................................................................................vi

DAFTAR ISI.....................................................................................................vii

DAFTAR TABEL............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.....................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................7

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................7

D. Manfaat Penelitian...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan.....................................................................9

2. Tingkatan Pengetahuan...................................................................10

vii
3. Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan.............................................11

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan.............................12

5. Pengukuran Pengetahuan.................................................................14

B. Konsep Teori Sikap

1. Pengertian Sikap..............................................................................14

2. Komponen Sikap.............................................................................15

3. Tingkatan Sikap...............................................................................16

4. Faktor yang Mempengaruhi Sikap..................................................17

5. Cara Pengukuran Sikap...................................................................19

C. Konsep Teori Perilaku

1. Pengertian Perilaku..........................................................................20

2. Proses Terjadinya Perilaku..............................................................21

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku....................................23

4. Perilaku Personal Hygiene Organ Reproduksi Wanita...................23

5. Akibat tidak menjaga Kebersihan Organ Reproduksi pada Wanita 25

D. Konsep Teori Vulva Hygiene

1. Pengertian Vulva Hygiene...............................................................26

2. Manfaat Vulva Hygiene..................................................................27

3. Tujuan Vulva Hygiene....................................................................27

4. Dampak Kurangnya Vulva Hygiene...............................................27

5. Frekuensi Perawatan Vulva Hygiene..............................................28

6. Kesalahan Pemakaiann Pembalut....................................................31

viii
E. Konsep Teori Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi.....................................................................32

2. Prosedur terjadinya Menstruasi.......................................................32

3. Siklus Menstruasi............................................................................33

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menstruasi...............................35

5. Gangguan Menstruasi......................................................................36

F. Konsep Teori Remaja

1. Pengertian Remaja...........................................................................40

2. Klasifikasi Remaja...........................................................................40

3. Karakteristik Remaja berdasarkan Umur........................................41

4. Perubahan Fisik pada Remaja.........................................................42

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Remaja............44

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual............................................................................46

B. Hipotesis Penelitian...............................................................................47

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...................................................................................48

B. Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................48

C. Variable Penelitian................................................................................49

D. Defenisi Operasional.............................................................................49

E. Lokasi Penelitian...................................................................................51

F. Waktu Penelitian...................................................................................51

G. Instrument Penelitian.............................................................................51

ix
H. Validitas dan Reliabiitas........................................................................53

I. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................55

J. Tekhnik Analisa Data............................................................................56

K. Etika Penelitian......................................................................................56

L. Alur Penelitian.......................................................................................58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian......................................................................................59

B. Pembahasan...........................................................................................66

C. Keterbatasan Penelitian.........................................................................76

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................78

B. Saran......................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa.remaja.merupakan.masa dimana remaja mengalami masa pubertas

dan pematangan seksual dengan cepat karena perubahan hormonal (Sharma,

2013).

Oleh karena itu,.menurut.Prawirohardjo (2009), kebanyakan remaja

biasanya mengabaikan kebersihan alat kelamin saat menstruasi..Pada saat

yang sama, saat menstruasi darah menepel pada vulva, seingga menyebabkan

darah genital menjadi lembab. Kelembaban.pada.area genital ini

memungkinkan cepatnya pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat

menyebabkan gatal atau infeksi pada area genetalia (Indriastuti, 2009 dalam

Maidartati 2016). Sangat pnting untuk menjaga kbersihan diri dan mnjaga

kesehatan organ reprodusi, karna pembuluh darah di rhim sangat senstif pada

saat menstruasi, ketka kuman masuk ke rogga rahim, mudah terinfeksi dan

menyebabkan penyakt rongga rahim. Organ reprodusi, (Rosyida, 2019) remaja

putri yg tidak melakkan personal hygene yang baik pada saat menstruasi dapat

menyebabkan ganggguan pda saluran reprodusi (uretra), kanker serviks, dan

secret vagina (nugroho, 2013)

Salah.satu.upaya..yang.dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

kurangnya pengetahuan remaja putri pada saat menstruasi adalah dengan

melakukan penyuluhan tentang..pentingnya kesehatan reproduksi dan

1
2

bagaimana cara merawat diri pada saat menstruasi..Selain itu upaya untuk

mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu melakukan personal hygiene

yang baik..Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengurangi gangguan

kesehatan reproduksi yang dialami oleh remaja. Salah satu upaya yang dpat

dlakukan remaja putri untuk mengatasi kurangnya pengetahun saat menstruasi

adalah dengan berkonsultasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan cra

merawat diri saat menstruasi. Selain itu, upaya untuk mengurangi gangguan

saat menstruasi antara lain menjaga kebersihan dri. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengurngi hambtan kesehatan reproduksi yng dialamin oleh

remaja. Menurut Indriastuti (2009) dalam Maidartati

(2016),.personal.hygiene.merupakan tema yang perlu dibahas secara

mendalam karena berdasarkan pada kajian teoritis yang ada, salah satu upaya

untuk mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri

dengan personal hygiene. Menurut indriastuti (2009) dari Maidartati (2016),

personal hygiene merpakan tpik yang perlu dibahas scara mendalam, karna

menurut penelitian teoritiss yng ada, slah satu upaya untuk mengurangi

gangguan saat menstruasi adalah dengan membiasakan personal hygene.

Personal.hygiene adalah.slah satu.faktor eksternal dpat merubah

keseimbangan.personal hygiene vagina yang ditandai dengan menggunakan

celana dlam yang trlalu ketat mupun.perilaku personal hygiene yang buruk

(Dewi A.L, 2014). Dampak. .yang bisa terjadi ketika seseorang kurang

perhatikan kebersihan alat kelaminnnya pada saat menstruasi dalam waktu

dkat akan mudah mngalami demam, radang pada permukaan vagina, gatal-
3

gatal pada kulit vagina, .keputihan, .rasa panas atau sakit pada bagian bawah

prut (Yuni, 2015). Dan.juga terdapat dampak yang bisa timbul ketika

memiliki PH yang buruk yaitu terkena kanker leher rahim karna kesalahan

dlam arah mmbersihkan genetalia saat selesai air kecil maupun buang air

besar.

Data.survey yang dilakukan. WHO (World Health Organization) di

berbagai negara, pada remaja putri yang berusia 10-14 thun mempunyai

problem terhadap organ reproduksinya. Sedangkan statistik di Indonesia

trdapat 43,3 juta jiwa remaja putri yang brusia 10-14 tahun yng memiliki

perilaku hygiene sngat buruk (yasnani, 2016). Menurut WHO (World Health

Organization) berbagai.negara.remaja putri yng berusia 10-14

tahun.mempunyai masalah pada organ reproduksinya. Angka kejadian ISR

tertinggi didunia adalah usia remaja.(36%-42%),, dewasa muda.(28%-33%),

dan.jumlah prevalensi candidiasis.(26%-50%), trichomoniasis.(5%-15%), dan

bacterial vaginosis.(20%-40%).. Sedangkan statistic di Indonesia 2012 dari

43,3 juta jiwa remaja putri yang brusia 10-14 tahun yang memiliki perilaku

hygiene sngat buruk. Indonesia memiliki cuaca yang panas dan

lembab,.sehingga wanita di Indonesia lebih mudah/rentang mengalami. ISR.

(Infeksi Saluran Reproduksi)..(Zulfuziastuti dan Satriyandari, 2017).

Pengetahuan pada.remaja.putri terhadap kesehatan organ reproduksi,

masih sangat rendah. Survey. SKRRI (Kesehatan Reproduksi Indonesia)

(2002-2003) menunjukkan bahwa 22% perempuan dan 29% laki-laki tidak

mengetahui tanda prubahan fisik apapun dari lawan


4

jenisya..Kurangnya.pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja bisa

mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan

dengan tubuh mereka. Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi tentang

vulva hygiene pada remaja putri yang diperoleh dari orangtua atau sekolah,

menyebabkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri terhadap vulva

hygene sangat kurang. Sehingga masih ada remaja putri yang belum

mengetahui cara vulva hygiene yang baik dan bnar, belum mengetahui kapan

harus mengganti pembalut, dan cara mencuci pembalut. Memiliki perilaku

yang kurang dari perawatan hygiene pada saat menstruasi adalah adanya rasa

malas dalam mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah muncul

pada wanita adalah infeksi jamur dan bakteri. Kondisi seperti ini biasanya

terjadi pada saat wanita dalam masa menstruasi karena salah satu

penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang dalam pembalut.

Angka kejadian ISR (Infeksi Saluran Reproduksi) tertinggi di dunia adalah

pada usia remaja 35%-42% dan dewasa muda 27%-33%. Penyebab utama

penyakit Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) yaitu imun dalam tubuhnya lemah

10%, memiliki perilaku kurang hygiene pada saat menstruasi 30%, lingkungan

yang tidak bersih dan penggunaan pembalut yang krang sehat pada saat

mestruasi 50%. Prevalensi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) pada remaja di

dunia tahun 2006 yaitu kandidiasis 25%-50%, vaginosis bacterial 20%-40%,

dan trikomoniasis 5%-15% (Sari, 2013).

Menurut..Egan (2007), terdapat 90% wanita.di dunia menderita vaginitis,

40-50% di sebabkan karena bacterial vaginosis, 20-50% disebabkan karena


5

kandidiasis vagina, 15-20% disebabkan karena trikomoniasis. Sedangkan

menurut Elistyawati (2006), di Indonesia sendiri tahun 2004 sebanyak 75%

wanita mengalami yang keputihan minimal sekali seumur hidup dan 45%

yang mengalami dua kali atau lebih dari itu. Dari Data Badan Kordinasi

Keluarga Bencana Nasional (BKKBN, 2009), di Indonesia sebanyak 75%

diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih kejadian

keputihan banyak disebabkan oleh bakteri candidiasis vulvavagenitis..(sartje,

2014).

Statistik Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 43,3 juta

remaja berusia 15-24 tahun di Indonesia yang memiliki perilaku tidak sehat.

Sehingga pada usia remaja, mereka harus memperoleh informasi terkait

kesehatan reproduksi remaja untuk mendukung perilaku vulva hygiene

mereka. Informasi ini berasal dari orang tua, teman sebaya, pendidikan, ajaran

agama, dan juga media massa. (Dahlan, 2010).

Berdasarkan..statistik.di Indonesia terdapat 69.4 juta jiwa remaja yang ada

di Indonesia terdapat sebanyak 63 juta remaja berperilaku hygiene sangat

buruk. Memiliki.perilaku.yang.kurang dalam merawat area kewanitaan

sejumlah 30% yang diakibatkan karena lingkungan yang buruk atau tidak

sehat dan 70% di akibatkan karena penggunaan pembalut yang kurang tepat

pada saat menstruasi. (Riskesdas, 2016)..Dan berdasarkan.data. Kementrian

Kesehatan (2017),.Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 5,2 juta rmaja

putri mengalami keluhan setelah menstruasi akibat tidak menjaga


6

kebersihannya yaitu pruritus vulvae yang ditandai dengan adanya sensasi gatal

pada alat reproduksi wanita..(Kemenkes RI, 2017).

Statistik Dinkes (dinas.kesehatan) bahwa jumlah remaja putri yang

mengalami hygiene menstruasi buruk ialah DKI Jakarta 30,3 %,. Yogyakarta

13,2 %,.NTB (Nusa Tenggara Barat) 12,1 %,.Nusa tenggara Timur (NTT) 8,9

%, dan Bengkulu 2.0%..Sedangkan,. survei BKKBN tentang hygiene pada

saaat menstruasi bahwa kota Yogyakarta 7%,.Bantul 31 %,.Kulon Progo 27

%,.Gunung kidul 34 % dan Sleman 52% dan di Sleman memiliki hygiene

menstruasi yang sangat buruk dan dapt menunjukan bahwa 83% remaja tidak

tahu tentang konsep personal hygiene pada saat menstruasi yang benar, 61,8%

tidak tahu persoalan sekitar masa subur dan masalah haid,.40,6% tidak thau

resiko kehamilan remaja, dan 42,4% tidak tahu dengan resiko PMS. (Dinas

Kesehatan, 2018).

Informasi dari kesehatan Sulawesi Selatan, pada tahun 2010 jumlah

penduduk 0-14 tahun sebesar 30,81%, sedangkan tahun 2011 sebesar 31,51%.

Berdasarkan informasi dari badan pengukuran Sulawesi Selatan pada tahun

2012, usia muda 13-15 tahun terdiri dari 23.905 pemuda laki-laki dan terdapat

21.686 remaja putri, sedangkan berdasarkan informasi dari BKKBN Sul-Sel

penduduk usia 7-15 tahun terdiri dari 67.936 usia muda. Pria dan 66.664

wanita muda. Luasnya populasi kaum mjda yang meluas merupakan penanda

bahwa sudah terjadi ekspansi kritis dalam tingkat kelahiran. Pertumbuhan

keganasan serviks sebesar 151 sebagian besar disebabkan karena tidak adanya

informasi tentang kesejahteraan konsepsi, khususnya pada siklus kewanitaan,


7

sehingga dapat menimbulkan kontaminasi (profil Dinas Kesehatan Sulawesi

Selatan 2011).

Berdasarkan data yang di dapatkan dari Puskesmas Tarowang tahun 2019

sampai tahun 2021 terdapat 1 remaja perempuan terinfeksi HIV/AIDS,

HBsAg reaktif sebanyak 10 orang dan Pruritus Vulvae sebanyak 30 orang.

B. Rumusan Masalah

Brdasarkan latar belakang yang tlah diuraikan diatas maka prmasalahan

yang akan dteliti adalah msih ada remaja putri yng tdak mnjaga organ

reproduksinya dngan baik pada saat menstruasi, sedangkan pertanyaan

penelitian ini bagaimanakah “Hubungan pengetahuan dan sikap dengan

perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi di SMP

Negeri 1 Tarowang”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku remaja

putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 1

Tarowang.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene

pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang.

b. Diketahui gambaran sikap remaja putri tentang vulvahygiene pada saat

menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang.


8

c. Diketahui gambaran perilaku remaja putri dalam menjaga vulva

hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

informasi bagi mahasiswa mengenai hubungan dengan perilaku remaja

dalam menjaga kesehatan organ reproduksi dan sebagai sumber bacaan

yang berhubungan dengan kesehatan organ reproduksi. Untuk hasil

penelitian ini juga diharapkan digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian serupa yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan

perilaku remaja putri dalam menjaga kesehatan organ reproduksi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi UNIMERZ Makassar

Untuk hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan

kepada UNIMERZ Makassar dalam meningkatkan pengetahuan

mahasiswi dalam menjaga kesehatan reproduksi pada remaja, serta

dapat ikut serta dalam mempromosikan ksehatan reproduksi pada

remaja.

b. Bagi SMP Negeri 1 Tarowang

Untuk hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran

kepada penyelenggara pendidikan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi sehingga

penyelenggara pendidikan dapat memberikan kebijakan untuk


9

menyusun program tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

Dan untuk hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan

bagi tenaga kesehatan dalam mempromosikan masalah kesehatan

reproduksi pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan.merupakan.kesan dalam pikiran manusia sebagai

hasil dalam penggunaan panca indranya..Pengetahuan ini sangat berbeda

dengan takhayul (superstition),. kepercayaan (biliefs),. dan penerangan-

pnerangan yang keliru (misinformation)..Pengetahuan merupakan semua

yng diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia

(Mubarak, 2012).

Menurut.Notoatmodjo.(2010), pengetahuan merupakan hasil

pengindraan manusia,.atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indra yang dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran

(telinga) dan indra penglihatan (mata).

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan sesuatu yang dialami, yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

atau keadaan yang timbul karena adanya pengalaman.

9
11

2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan-tingkatan.pengetahuan.menurut Notoatmodjo (2010),

antara lain sebagai berikut::

a. Tahu (Know)

Tahu;diartikan;hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Mengamati.sesuatu:objek bukan sekedar tahu objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi;ini.diartikan apabila orang yang memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis’yaitu;kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui.
12

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis.menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi;berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi penilaian terhadap objek tertentu.

3. Proses Penyerapan Ilmu Pengetahuan

Menurut.Mubarak.(2012),;sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Kesadaran (Awareness),.merupakan suatu subjek menyadari atau

mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus.

b. Ketertarikan (Interest).merupakan subjek merasa tertarik terhadap

stimulus atau objek tersebut.

c. Evaluasi (Evaluation),.merupakan subjek mempertimbangkan baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini menunjukkan

kemampuan sikap responden.

d. Percobaan (Trial).merupakan subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (Adoption).merupakan dimana subjek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


13

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada tujuh faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,

menurut Mubarak (2012) yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan;adalah.bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak

dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseoarang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang

tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan;pekerjaan.dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung.

c. Umur

Dengan;bertambahnya.umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan

fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan

ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya

ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
14

psikologis dan mental, taraf berpikir seseorang semakin matang dan

dewasa.

d. Minat

Minat.merupakan.kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman.yaitu.suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan

pengalaman yang kurang baik seseoarang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

f. Kebudayaan

Kebudayaan.ini.akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat

secara langsung. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Kemudahan.memperoleh.informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.


15

5. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo,.(2010)..Pengukuran pengetahuan ini dapat

dilakukan dengan wawancara terbuka atau dengan menggunakan

instrument (alat pengukuran/pengumpulan data) kuisioner atau dapat juga

dilakukan dengan menggunakan angket tertutup atau terbuka istrumen atau

alat ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan

lewat tulisan. Data yang.bersifat kualitatis di gambarkan dengan kata-kata,

sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil

perhitungan atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase,

setelah dipersentasekan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat

kualitatif yaitu: (wawan, 2010).

a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharpkan

b. Kategori cukup baik yaitu menjawab benar 56%-75% dari yang

diharpkan

c. Kategori kurang jika menjawab benar <56% dari yang diharapkan

B. Konsep Teori Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap.yaitu.suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan memihak (favorable)

maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Secara lebih spesifik sikap dapat juga di artikan sebagai derajat efek

positif atau efek negative terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2013).
16

Sikap.merupakan.reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup (Andani, 2011).

Sikap merupakan..respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik

dan sebagainya). Dapat dikatakan juga bahwa sikap itu suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain

(Notoatmodjo, 2010).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan

kepribadian.diri kita yang dapat di niai oleh orang lain dengan baik

ataupun tidak baik pula dan sikap itu bukan sesuatu yang permanen karena

sikap itu bisa di rubah.

2. Komponen Sikap

Terdapat 3 komponen sikap menurut Azwar (2013), sebagai berikut:

a. Komponen kognitif:

Komponen..kognitif..merupakan aspek intelektual yang berkaitan

dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif berisi

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar dari objek sikap.


17

b. Komponen afektif:

Komponen afektif..ini menyangkut masalah emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun

pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujutannya

bila dikaitkan dengan sikap.

c. Komponen konatif:

Komponen konatif..dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

3. Tingkatan Sikap

Tingkat..sikap menurut Notoatmodjo (2011), sebagai berikut:

a. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau meperhatikan

stimulasi yang diberikan objek..

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila sedang ditanya, mengerjakan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.


18

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas semua yang telah dipilih dengan segala

resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

4. Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menjelaskan factor yang mempengaruhi sikap, Azwar (2013) sebagai

berikut:

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman yang telah dan sedang kita alami akan membentuk dan

mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan tersebut

membentuk sikap negative atau positif.

Menurut Azwar (2013), faktor-faktor pembentuk sikap adalah

pengalaman yang kuat,

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang dianggap penting merupakan salah satu diantara

komponen social yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang

dianggap penting akan banyak mempengaruhi terbentuknya sikap

seseorang terhadap sesuatu.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan diamana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila seseorang hidup


19

dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan

heteroseksual sangat mungkin seseorang tersebut akan mempunyai

sikap yang mendukung terhadap pergaulan heteroseksual.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi sebagai bentuk media massa seperti

radio, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya, mempunyai pengaruh

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Pemahaman akan baik dan buruknya garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f. Factor emosional

Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang, sesuatu bentuk sikap merupakan

penghayatan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi

dapat merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.


20

5. Cara Pengukuran Sikap

Dalam penyusunan pengukuran sikap sebagai istrumen

pengungkapan sikap individu maupun sikap kelompok ternyata bukanlah

suatu hal yang mudah. Kendatipun sudah melalui prosedur dan langkah-

langkah yang sesuai dengan kriteria, suatu pengukuran sikap ternayata

masih tetap memiliki kelemahan, sehingga tujuan pengungkapan sikap

yang siinginkan tidak seluruhnya dapat tercapai. Oleh karena itu dalam

penyusunan pengukuran sikap beberapa hal yang perlu dikuasai sebelum

sampai pada table spesifikasi adalah pengertian dan komponen sikap dan

pengetahuan mengenai obyek sikap yang hendak diukur. (Azwar, 2013).

Sebagai landasan utama dari pengukuran sikap yaitu pendefinisian

sikap terhadap suatu obek. Dimana sikap terhadap suatu obyek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang

tidakmendukung atau tidak memihak (unfavorabel) terhadap objek

tersebut (Wawan, 2010).

Dalam sikap digunakan skala model Likert yaitu skor T:

Rumus:

T =¿ ¿

Keterangan :

X = skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah menjadi skor T

X = Mean skor pada kelompok

SD = Standar Deviasi
21

Hasil akan diolah pada tiap butir pertanyaan.,,Pernyataan positif

atau mendukung untuk kategorii sangat setuju, setuju,.ragu-ragu,.tidak

setuju, sangat tidak setuju, diberi rentang nilai 4,3,2,1,0,..sedangkan

pernyataan negative atau tidak mendukung untuk kategori sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju,.sangat tidak setuju, diberikan rentang nilai

0,1,2,3,4, selanjutnya hasil skor responden dibandingkan dengan mean

skor kelompok lalu dikategorikan sesuai dengan pertimbangan penelitian.

(Azwar, 2013).

Skor T ≥ mean T : favourable

Skor T < mean T : unfavourable

C. Konsep Teori Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku..adalah,,seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam

melakukan repons terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan

karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri

dari atas komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotor). (Mubarak, 2012).

Perilaku;;yaitu tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja,kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2010).
22

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

2. Proses Terjadinya Perilaku

Menurut Skinner, dalam Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorangterhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena ini terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori skinner ini disebut teori “S-O-R”

atau Stimulus-Organisme-Respon. Proses ini membedakan adanya dua

respons:

a. Respondent response atau reflexive

Yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

(stimulus) tertentu yang disebut electing stimuli. Misalnya: makanan

yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent response

juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita

musibah atau menimbulkan rasa sedih, mendengar berita suka atau

gembira, akan menimbulkan rasa suka cita.

b. Operant response atau instrumental response

Yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya


23

apabila seorang pekerja melaksanakan tugasnya dengan baik adalah

sebagai respons terhadap gajinya yang cukup. Kemudian karena kerja

baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Sehingga pekerjaan baik tersebut sebagai reinforce untuk memperoleh

promosi pekerjaan.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup merupakan respons seseorang terhadap stimulus

dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010).


24

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green dalam (Mubarak, 2012) faktor-faktor yang

mempengaruhi penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini adalah faktor yang anteseden terhadap perilaku yang

menjadi dasar atau motivasi bagi pelaku. Faktor ini meliputi

pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan lain sebagainya.

b. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin yaitu faktor yang anteseden terhadap perilaku

yang termasuk dalam faktor pemungkin adalah keterampilan, sumber

daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan,

keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

c. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini

terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lainnya yang merupakan kelompok referensi masyarakat.

4. Perilaku Personal Hygiene Organ Reproduksi Wanita

Kebiasaan..menjaga kebersihan, termasuk organ-organ seksual atau

reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga keseshatan tubuh secara

umum. Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal

jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya (Kissanti,

2009).
25

Menurut Kissanti (2009)..secara umum menjaga kesehatan berawal

dari menjaga kebersihan. Hal ini berlaku bagi kesehatan organ-organ

seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan vagina:

a. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

b. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara vulva

(bibir vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang

lembut (mail) setiap buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi.

Seandainya alergi dengan sabun lembut sekalipun, anda bias

membasuhnya dengan air hangat, yang penting adalah membersihkan

bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva diluar vagina.

c. Cara membasuh yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke

belakang (anus), jangan terbalik, karena akan menyebabkan bakteri

yang ada disekitar anus terbawa masuk ke vagina. Setelah itu, sebelum

apakai celana lagi, keringkan dlu menggunakan handuk atau tisu yang

tidak berparfum. Penggunaan deodorant, sabun antiseptic yang keras,

atau cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau di daerah alat

kelamin bukanlah tindakan yang biaksana, bahkan malah bias

berbahaya untuk kesehatan.

d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bias dijaga dengan sering

mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali disaat mandi,

apalagi pada wanita yang aktif dan mudah berkeringat untuk menjaga

vagina dari kelembaban yang berlebihan.


26

e. Menggunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katum

(100%). Bahan lain misalnya nilon dan polyester akan membuat gerah

dan panas sehinggga vagina menjadi lembab. Kondisi ini sangat

disukai bakteri dan jamur untuk berkembangbiak.

f. Hindari juga mengguanakan handuk atau waslap orang lain untuk

mengeringkan vagina.

g. Memotong sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari

kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.

5. Akibat tidak Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi Pada Wanita

Di daerah..yang cukup panas membuat tubuh sering berkeringat,

keringat ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama sekali pada

organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri

mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu sehingga

menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ekosistem vagina adalah

lingkaran kehidupan yang ada di vagina dan di pengaruhi oleh dua factor

utama yaitu: Estrogen dan Laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan

ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri pathogen akan

tumbuh sehingga tubuh akan renta terhadap infeksi. Dalam keadaan

normal, vagina mampu mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi

dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperrti bau yang tidak sedap,

menyengat dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya.

Jika infeksi di vagina ini dibiarkan bias masuk sampai kedalam Rahim

(Baradero, 2007).
27

Dalam menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya

agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana yang

terlalu ketat. Menjaga kebersihan pada saat menstruasi gunakan pembalut

berbahan yang lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan

yang bias membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan melekat dengan

baik pada celana dalam. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4-5 kali dalam

sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembangbiak pada

pembalut tersebut kedalam vagina (Baradero, 2007).

D. Konsep Teori Vulva Hygiene

1. Pengertian Vulva Hygiene

Vulva..hygiene..merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi. Jika para wanita tidak

mengetahui cara membersihkan organ genetalia yang benar, berbagai

masalah akan muncul seperti keputihan, gangguan pada daerah organ

genetalia, masalah penyakit saluran kemih, bau tidak sedap dan infeksi

pada vagina area (vaginitis) (Cristine, 2014)

Vulva hygiene atau perawatan organ genetalia eksternal

merupakan;perawatan diri pada organ eksternal yang terdiri dari mons

veneris yang terletak di bagian depan, labia mayora dua lipatan besar yang

berbentuk vulva, labia minora dua lipatan kecil diatas labia mayora,

klitoris sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki, dan
28

juga bagian yang terkait disekitar seperti uretra, perineum, vagina, dan

anus.

2. Manfaat vulva Hygiene

Perawatan vagina memiliki beberapa manfaat menurut Siswono

(2012) antara lain:

a. Menjaga genetalia dan area sekitarnya agar tetap bersih dan nyaman.

b. Mencegah adanya keputihan, bau tidak sedap dan gatal-gatal.

c. Menjaga afar kebersihan vagina tetap normal (3,5 – 4,5)

3. Tujuan vulva hygiene

Menurut Siswono (2011), tujuan vulva hygiene yaitu menjaga

kebersihan vagina sekaligus menjaga kesehatan, membersihkan bekas

keringat dan bakteri yang terdapat disekitar genetalia di luar vagina,

mempertahankan personal hygiene derajat keasaman vagina normal (3,5-

4,5), mencegah tumbuhnya jamur, bakteri dan protozoa, dan mencegah

adanya keputihan dan virus.

4. Dampak kurangnya vulva hygiene

Dampak kurangnya vulva hygiene (pribakti, 2012) yaitu:

a. Bau yang tidak enak pada organ intim

b. Keputihan yang normal dan abnormal

c. Infeksi pada vagina

d. Kanker Rahim
29

5. Frekuensi perawatan vulva hygiene

Dilakukan 2 kali sehari dan waktu yang lebih bagus adalah pagi

dan sore hari sebelum dan sesudah mandi (potter, 2005).

a. Cara perawatan Vulva Hygiene

Menjaga kesehatan berarti menjaga kebersihan. Hal tersebut

berlaku bagi kesehatan organ seksual. Cara memelihara organ intim

tanpa kuman, dilakukan stiap hari mulai dari bangun tidur dan mandi

pagi. Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat

menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak merawat

kebersihan vagina. Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan

dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan,

pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina

dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa

timbul karena pengobatan abnormal, celana yang tidak menyerap

keringat, dan penyakit menular seksual (Kusmiran, 2011).

Beberapa cara merawat organ reproduksi remaja putri adalah

sebagai berikut:

1) Membasuh tangan sebelum dan sesudah menyentuh area

kewanitaan.

2) Hiindari penggunaan sabun mandi pada alat reproduksi karena bisa

menyebabkan kering dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan

pembersih kewanitaan yang menggunakan Ph balance 3,5 untuk

menghindari iritasi.
30

3) Mengeringkan area sekitar vagina sebelum berpakaian karena jika

tidak dikeringkan terlebih dahulu maka akan menyebabkan celana

dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak

nyaman dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang

bakteri dan jamur.

4) Tidak diperbolehkan menaburkan bedak pada vagina dan area

disekitarnya, karena kemungkinan bedak akan menggumpal disela-

sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan

dan akan mengundang kuman.

5) Sediakan celana dalam ganti di dalam tas kemana pun pergi, untuk

menghindari kemungkinan celana dalam kita basah.

6) Pakai celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap

keringat dengan sempurna.

7) Hindari pemakaian celana dalam dati setin atau yang memiliki

bahan panas dan lembab.

8) Bersihkan vagina dengan air yang mengalir dan sebaiknya juga

dilakukan dengan menggunakan shower toilet. Semprotlah

permukaan luar vagina dengan pelan dan menggosoknya dengan

tangan.

9) Ganti celana dalam dua sampai tiga kali sehari.

10) Ketika menggunakan pantyliner sebaiknya digunakan dua sampai

tiga jam. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat

mengakibatkan infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada


31

daerah genetalia. Ini terjadi karena pantyliner membuat daerah

kewanitaan makin lembab. Meskipun lapisan atas pantyliner

memiliki daya serap untuk menjaga higienitas daerah kewanitaan,

akan tetapi bagian dasar dari pantyliner ini terbuat dari plastic,

sehingga kulit tidak bisa bernafas lega karena kurangnya sirkulasi

udara. Jadi sebaiknya jangan menggunakan pantyliner terlalu

sering.

11) Seharusnyaa tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon,

jeans dan kulit.

12) Ketika cebok setelah BAB dan BAK, bilas/cuci dari arah depan

kebelakang.

13) Mencukur rambut kemaluan sebelum panjang.

14) Pakai handuk khusus untuk mengeringkan area kemaluan.

15) Apabila menggunakan toilet umum, seharusnya sebelum duduk

siram dulu toiletnya terlebih dahulu, baru gunakan.

16) Jangan menggaruk organ intim segatal apapun. Bilas dengan air

hangat tidak disarankan, justru dengan cara itu bisa membuat kulit

disekitar Mrs.V bertambah merah dan membuat semakin gatal.

Sebaiknya kompres vagina dengan menggunakan air es sehingga

pembuluh darah di area organ intim tersebut menciut, warna

merahanya berkurang, dan rasa gatal menghilang. Dan juga bisa

basuh vagina dengan rebusan air sirih yang sudah didinginkan.


32

17) Membersihkan vagina setiap buang air besar (BAB) dan buang air

kecil (BAK). Air yang baik digunakan untuk membasuh harus

yang bersih, air mengalir yang langsung dari kerannya.

18) Pilih pembalut yang berbahan lembut yang dapat menyerap dengan

baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi dan merekat

dengan baik pada pakaian dalam.

6. Kesalahan pemakaian pembalut

Terdapat 5 kesalahan pemakaian pembalut (Psycologymania, 2012).

a. Buka dan pasang pembalut tanpa membasuh tangan terlebih dahulu

b. Menyimpan pembalut area yang lembab.

c. Menggunakan pembalut yang sudah tidak berlaku.

d. Mengabaikan pilihan kualitas pembalut

e. Memakai pembalut yang berisi bahan-bahan penghilang bau.

E. Konsep Teori Menstruasi

1. Pengertian menstruasi

Menstruasi atau haid dapat mengacu kepada perdarahan secara

periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding

Rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menunjukkan

kemampuan seorang wanita untuk hamil (Maulana, 2009). Menstruasi

merupakan proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi

adalah pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ

kandungan telah matang. Umumnya remaja mengalami menarche pada

usia 12 sampai dengan usia 16 tahun (Kusmiran, 2011).


33

Menurut Azzam (2012). Menstruasi merupakan proses alamiah

yang dialami oleh setiap wanita normal. Haid pertama (menarche)

biasanya terjadi pada usia 10-13 tahun. Namun, karna pengaruh sebagai

faktor, seperti gizi dan lingkungan sosial, usia menarche bisa terjadi lebih

cepat, misalnya 9 tahun.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi

diakibatkan siklus bulanan alami pada tubuh wanita.

2. Proses terjadinya menstruasi

Menurut Azzam (2012). Pada masa remaja wanita, hormon khas

perempuan, estrogen dan progesterone meningkat sangat pesat. Hormone

ini memiliki fungsi utama dalam sistem reproduksi untuk memerintahkan

otak melakukan berbagai macam perubahan seperti kapan mulai kapan

stop haid. Ketika seorang wanita setelah mengalami haid, itu berarti organ

utama yang berperan disini adalah kedua ovarium (indung telur), kiri dan

kanan. Ovarium ini memproduksi dan menyimpan ovum (sel telur) yang

berjumlah sekitar 200.000-400.000 pada masing-masing ovarium. Satu

bulan sekali atau pada satu siklus tertentu, ovarium melepaskan sebuah

atau beberapa buah sel telur matang kedalam salah satu tuba pallopi.

Proses ini disebut ovulusi. Sel telur matang ini siap dibuahi oleh sperma.

Itu artinya, wanita yang telah haid mengalami kehamilan bila memang ada

sel sperma yang membuahinya.


34

Saat sel telur yang keluar dari ovarium, kemudian ada sel sperma

yang membuahinya di tuba pallopi maka sel telur yang ini akan bergerak

menuju Rahim dan menempel pada dinding Rahim. Nah, disinilah proses

kehamilan seterusnya terjadi. Sel telur tadi berubah menjadi embrio, dan

terus berkembang sampai 9 bulan kemudian membentuk organ-organ

tubuh manusia. Namun, apabila sel telur tadi tidak dibuahi, ia akan mati

dan tidak menempel pada dinding Rahim. Persiapan yang dilakukan

dinding rahum untuk menerima sel telur tadi pun berhenti, lalu lapisan

didnding tadi meluruhkan diri hingga menimbulkan pendarahan yang

mengalir menuju vagina, pendarahan inilah yang disebut proses

menstruasi atau haid (Azzam, 2012).

3. Siklus menstruasi

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara priodik setiap 28 hari

(ada pula setiap 21 dan 30 hari), yaitu pada hari 1-14 terjadi pertumbuhan

dan perkembangan folikel, primer yang dirangsang oleh hormone FSH.

Pada saat tersebut, sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan

ovum haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de graaf yang

masak, folikel ini juga menghasilkan hormone estrogen yang merangsang

keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang

perbaikan dinding uterus, yaitu endometrium, yang habis terkelupas saat

menstruasi. Selain itu, estrogen menghambat pembentukan FSH dan

memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang

folikel de graaf yang masak mengadakan evolusi disebut fase estrus.


35

Selain itu, LH akan merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah

menjadi badan kuning (corpus Iuteum), badan kuning menghasilkan

hormone progesterone yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium

yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya

embrio. Periode ini disebut fase luteal. Selain itu, progesterone juga

berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus

leteneum mengecil dan menghilang. Pembentukan progesteon berhasil

sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti. Endometrium

menjadi mongering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah

pendarahan (menstruasi), pada hari ke 28. Fase ini disebut fase pendarahan

atau menstruasi. Oleh karena tidak ada progesterone, maka FSH mulai

terbentuk lagi dan terjadilah oogenesis kembali (Kusmiran, 2011).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Kusmiran (2011), faktor yang memegang peranan dalam hal

menstruasi adalah:

a. Faktor Hormon

Hormone-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada

seseorang wanita yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang

dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium,

luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta

progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.


36

b. Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium

merusakkan sel yang berperan dalam sintesis protein, yang

mengganggu metabolism sehingga mengakibatkan regresi

endometrium dan perdarahan.

c. Faktor vascular

Pada fase poliferasi ini terjadi pembentukan sistem

vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Dengan

regresi endometrium timbul statis dalam vena-vena serta saluran-

saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya

terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom,

baik dari arteri maupun dari vena.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium ini mengandung banyak prostaglandin E2

dan F2. Dengan disentegrasi endometrium, prostaglandin terlepas

dan menyebabkan berkontraksinya myometrium sebagai suatu

faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

5. Gangguan Menstruasi

Menurut Manuaba (2009), gangguan menstruasi antara lain sebagai

berikut:

a. Gangguan jumlah darah dan lama haid

Jumlah darah haid normal berkisar 30-40 mililiter (ml).

hipermenorea (menoragia), merupakan bentuk gangguan siklus


37

menstruasi tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak

dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan

darahnya, penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat

mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium atau hyperplasia

endometrium (penebalan dinding rahim). Diagnosis kelainan ini dapat

ditetapkan dengan pemeriksaan dalam, ultrasonografi (USG), dan

pemeriksaan terhadap kerokan.

kelainan kedua adalah hipomenorea, pada kelamin ini siklus

menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi,jumlahnya

sedikit, dengan kenyataan, tidak banyak berdarah, penyebabnya

kemungkinana gangguan hormonal, kondisi wanita kekurangan gizi,

atau wanita dengan penyakit tertentu.

b. Kelamin siklus menstruasi

Mencakup bentuk kelainan sebagai berikut polimenorea yaitu

menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea siklus

menstruasi melebihi 35 hari jumlah pendarahan mungkin sama,

penyebabnya adalah gangguan hormonal.

Amenorea merupakan keterlambatan menstruasi lebih dari 3

bulan berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai umur

18 tahun. Amenorea primer terjadi ketika seorang wanita tidak

mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan anatomis alat

kelamin (tidak terbentuknya Rahim, tidak ada liang vagina atau

gangguan hormonal).amenorea fisiologis (normal), yaitu seorang


38

wanita sejak lahir sampai menarche, terjadi pada kelamin dan

menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid. Amenorea

sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti

lebih dari 3 bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan

metabolism, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau

terdapat penyakit menahumn.

c. Pendarahan diluar haid disebut juga metroragia

Pendarahan diluar haid disebut juga metroragia. Perdarahan ini

dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan anatomis.

Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros, hipotalamus-hipofise,

ovarium (induk telur), rangsangan estrogen dan progsteron dengan

bentuk perdarahan yang terjadi diluar menstruasi bentuknya bercak

dan terus menerus dan perdarahan menstruasi berkepanjangan.

Pengobatan terhadap kelainan ini pada remaja (gadis), dengan

pengaturan secara hormonal, sedangkan untuk wanita menikah atau

mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin dan bila perlu

dilakukan kuretase, dan pemeriksaan patologi untuk memastikannya.

Untuk menegakkan kepastian dan mengurangi keluhan, sebaiknya

dilakukan konsultasi kedokter ahli. Bentuk gambaran klinis gangguan

hormonal dengan pendarahan yaitu rahim menyimpan,

menometroragia (pendarahan banyak dan berkelanjutan dengan

menstruasi), atau metroragia (pendarahan diluar menstruasi).


39

Pada kelainan anatomis, terjadi perdarahan karena adanya

gangguan pada alat-alat kelamin, diantaranya pada mulut Rahim

(keganasan, perlukaan atau polp). Pada badan Rahim (mioma uteri,

polip pada lapisan dalam Rahim, keguguran, atau penyakit

tropoblast,keganasan), sedangkan pada saluran telur, kelainan dapat

berupa kehamilan tuba (diluar kandungan), radang saluran telur, atau

tumor tuba sampai keganasan tuba. Setiap perdarahan abnormal yang

terjadi bersamaan atau diluar menstruasi sebagainya melakukan

konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

d. Keadaan Patologis Terkait Menstruasi

Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum haid

(premenstrual tension), terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu

sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena ketidakseimbanagan

estrogen dan progesterone menjelang menstruasi. Adapun bentuk

keluhan terkait menstruasi seperti, emosional, mudah tersinggung,

gelisah, sukar tidur, sakit kepala, perut kembung, gangguan berat

seperti depresi rasa takut dan gangguan konsentrasi.

Ketegangan sebelum haid ini terjadi pada wanita umur sekitar

30-40 tahun dan pengobatannya tergantung pada keadaan dan

memerlukan konsultasi dengan ahli. Bentuk gangguan sebelum

menstruasi lainnya adalah mastodinia (mostalgia) yaitu terasa

pembengkakan dan pembesaran payudara sebelum menstruasi, ni

disebakan oleh peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan


40

garam. Tetapi perlu diperhatikan kemungkinan adanya radang

payudara atau tumor payudara, karenanya disarankan untuk melakukan

pemeriksaan rutin. Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum haid

adalah nittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi, ini terjadi karena

pecahnya volikel graaf, adapat disertai pendarahan, lamanya sekitar

beberapa jam sampai 2-3 hari, ini adalah waktu yang tepat untuk

hubungan sek yang memungkinkan terjadinya kehamilan.

Sedangkan gangguan yang berkenan dengan masa haid berupa

dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada saat haid

dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi

gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan ini ada 2 bentuk yaitu

dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer yaitu nyeri haid

yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin.

Dismenorea sekunder yaitu nyeri haid yang berhubungan dengan

kelainan anatomis yang jekas, kelainan anatomis ini kemungkinana

adalah haid disertai infeksi endometriosis, mioma uteri, polip endo

metrial, polip serviks. Pemakai IUD atau AKDR (alat kontrapersi

dalam ahli kandungan dengan pengobatana yang tepat.

F. Konsep Teori Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja.berasal..dari bahasa latin (adolescere) yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa..Istilah adolescere seperti yang dipergunakan


41

saat ini mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik..(Piaget, 121 dalam Hurlock, 2006).

Remaja..adalah;suatu masa kehidupan individu dimana terjadi

eksplorasi untuk menemukan identitas diri (Kusmiran, 2012). Masa remaja

adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Suryati, 2011).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu

yang sedang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa dan nuga ditandai dengan perkembangan sangat cepat.

2. Klasifikasi remaja

Terdapat 3 klasifikasi remaja (Kusmiran, 2012) yaitu:

a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO): Periode usia antara 10-19

tahun.

b. Menurut Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi

(BKKKBN): 10-21 tahun.

c. Menurut The Health resources and Services Administration Guidelines

Amerika Serikat: Remaja awal (10-14 tahun), Remaja pertengahan

(14-17 tahun) dan masa remaja akhir (17-19 tahun).

3. Karakteristik remaja berdasarkan umur

Berdasarkan sifat atau ciri perkembanagannya, masa (rentang waktu)

remaja ada tiga tahap, yaitu (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).


42

a. Remaja awal (10-12 tahun)

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

4) Mulai berfikir abstrak

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

1) Mencari identitas diri

2) Timbul keinginan untunk berkencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (16-21 tahun)

1) Pengungkapan kebebasan diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

4. Perubahan fisik pada remaja

Menurut Hurlock, (2006: 211). Perubahan..fisik masih jauh dari

sempurna pada masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya

sempurna pada akhir masa awal remaja. Terdapat penurunan dalam laju

pertumbuhan dan perkembangan unternal lebih menonjol daripada

perkembangan eksternal. Hal ini tidak mudah diamati dan diketahui


43

sebagaimana halnya pertumbuhan tinggi dan berat tubuh atau seperti

perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

a. Perubahan eksternal

1) Tinggi

Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang

antara usia 17 dan 18 tahun, dan rata-rata anak laki-laki kira-kira

setahun sesudahnya.

2) Berat

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan

perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar kebagian-

bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak atau

tidak mengandung lemak sama sekali.

3) Porsi tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai

perbandingan tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan

memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu

panjang.

4) Organ seks

Baik organ seks pria maupun organ seks wanita mencapai

ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya

belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

5) Ciri-ciri seks sekunder


44

Ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat

perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

b. Perubahan internal

1) Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau

berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-

otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan

lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah

panjang.

2) Sistem peredaran darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, usia 17 atau 18

tahun beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal

dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat

kematangan bila mana jantung sudah matang.

3) Sistem pernafasan

Kapasitas paru-paru anak perempuan hamper matang pada

usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan

beberapa tahun kemudian.

4) Sistem endokrin

Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber

menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem

endokrin pada awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks


45

berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai

ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

5) Jaringan tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata-rata usia 18 tahun.

Jaringan selain tulang terus berkembang sampai tulang mencapai

ukuran matang. Khususnya bagi perkembangan jaringan otot.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja

Ada tiga yang mempengaruhi perkembangan anak remaja antara lain

(Syamsu, 2011).

a. Keberfungsian keluarga

Keluarga fungsional (normal) ditandai oleh karakteristik:

1) Saling memperhatikan dan mencintai

2) Saling terbuka dan jujur

3) Orangtua mau mendengarkan anak

4) Ada sharing maalah atau pendapat antara anggota keluarga

5) Mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya

6) Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi

7) Komunikasi nyata anggota keluarga berlangsung dengan baik

8) Memenuhi kebutuhan psikososial anak

9) Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi

b. Pola hubungan orangtua dengan anak (sikap atau perlakuan orangtua

terhadap anak)
46

Terhadap beberapa pola sikap atau perlakuan orangtua terhadap

anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap

kepribadian anak.

c. Kelas sosial atau status ekonomi

Adapun pengaruh status ekonomi terhadap kepribadian remaja

adalah dari orangtua dengan status ekonomi rendah cenderung lebih

menekankan kepatuhan pada figure-figure yang mempunyai otoritas,

kelas mencegah dan kelas atas kecenderungan lebih menekankan

kepada pembangun inisiatif, keingintahuan kreatifitas anak.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka..konseptual..merupakan suatu hubungan/kaitan antara konsep

atau terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti (hubungan variable

yang ingin diteliti) atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan

gambaran sederhana (ringkas) dan jelas mengenai keterkaitan satu konsep

dengan konsep yang lainnya atau menggambarkan pengaruh atau hubungan

antara suatu kejadian (fenomena) dengan kejadian (fenomena) lainnya

(Sibagaring, 2010).

Berdasarkan latar belakang dan teori pada bab sebelumnya, peneliti

menetapkan pemikiran sebagai berikut: hubungan pengetahuan dan sikap

dengan perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi.

Maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen

Pengetahuan Variabel dependen


remaja putri
Perilaku remaja putri
dalam menjaga vulva
hygiene pada saat
Sikap remaja menstruasi
putri

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

46
48

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Pengaruh variabel yang diteliti

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis..adalah..suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian (Sugiyono, 2017). Berdasarkan kerangka konsep dan

teori-teori pendukung yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesa

sebagai berikut:

Ha: Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku remaja putri tentang

vulva hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang, Kec.

Tarowang, Kab. Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021.

Ha: Ada hubungan antara sikap dengan perilaku remaja putri tentang vulva

hygiene pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang, Kec. Tarowang,

Kab. Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2021.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, penelitian yang

menghasilkan data penelitian berupa angka-angka yang kemudian diolah dan

dianalisis mengguanakan statistic untuk diambil kesimpulan (Ainy, 2015).

Metode penelitian ini menggunakan analitik dengan menggunakan desain

cross-sectional. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan kuesioner agar dapat melihat sejauh mana pengetahuan

dan sikap dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri.

Dimana pada variable independen (Pengetahuan dan Sikap) dan pada variable

dependen (Perilaku vulva hygiene saat menstruasi) dikumpulkan dalam waktu

bersamaan.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian yaitu keseluruhan subjek penelitian yang

akan diteliti, (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswi dikelas IX.A dan IX.B SMP Negeri 1 Tarowang tahun 2021

sebanyak 35 orang, untuk kelas IX.A jumlah sample sebanyak 17 orang

dan kelas IX.B sebanyak 18 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik

48
50

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah dengan

menggunakan teknik total sampling dimana seluruh sampel dijadikan

sampel. Sehingga jumlah sampel sebanyak 35 responden. Sampel

penelitian ini diambil berdasarkan pada kriteria inklusi yaitu: Siswi kelas

IX.A dan kelas IX.B, bersedia menjadi responden, tidak sedang sakit/izin,

sedangkan kriteria ekslusi yaitu: siswi yang belum menstruasi, tidak

bersedia menjadi responden.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variable independen disebut juga variable bebas. Variable

independen merupakan variable yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variable lain (Setiadi, 2013). Adapun variable independen

dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja putri.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variable dependen disebut juga variable terkait. Variable dependen

merupakan variable yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variable

yang lain (Setiadi, 2013). Adapun variable dependen pada penelitian ini

adalah perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah

yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut.
51

Cara
Definisi Hasil Skala
Variabel ukur/alat
operasional ukur/kategori ukur
ukur
Independent
Pengetahuan Segala sesuatu Kuisioner Dikatakan baik Ordinal
yang diketahui jika skornya ≥8
dan dipahami Dan dikatakan
responden kurang baik
tentang vulva jika skornya
hygiene pada <8
saat menstruasi
meliputi:
pengertian, cara
membersihkan
alat kelamin,
penggunaan
pembalut,
menjaga
kebersihan saat
BAB dan BAK.
Sikap Hal-hal yang Kuesioner Dikatakan Ordinal
menggambarkan positif jika
kesiapan atau skornya <25
kesedaan dan dikatakan
responden untuk negatif jika
bertindak dalam skornya ≥25
vulva hygiene
saat menstruasi:
perawatan tubuh
dan menjaga
kebersihan
kewanitaan, dan
sebaiknya pilih
pembalut yang
berbahan lembut,
dapat menyerap
dengan baik,
tidak
mengandung
bahan yang
membuat alergi.
Dependent
Perilaku Perilaku vulva Kuesioner/ Dikatakan baik Ordinal
remaja putri hygiene wawancara jika skornya
terhadap merupakan ≥30
vulva respon atau Dan dikatakan
52

hygiene pada reaksi seseorang kurang baik


saat terhadap jika skornya
menstruasi stimulus <30
(rangsangan dari
luar) mengenai
vulva hygiene.
Tabel 4.1 Definisi Operasional

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tarowang, Kec. Tarowang, Kab.

Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 29 Juli – 7 Agustus 2021

G. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu lembar

kuesioner (Adaptasi dari peneliti sebelumnya).,,Lembar kuesioner dalam

penelitian terdiri dari pernyataan mengenai pengetahuan dan sikap dengan

perilaku menjaga vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri yang

dibagikan langsung oleh peneliti kepada responden ataupun dengan

wawancara antara peneliti dan responden.

1. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner yang gunakan adalah skala gutman. Skala ini bertujuan

untuk mengetahui pengetahuan responden tentang vulva hygiene pada saat

menstruasi. Kuesioner ini terdiri dari 16 pernyataan, terbagi atas 2 pilihan

jawaban dengan skor tertinggi yaitu 1 dan skor terendah yaitu 0. Dikatakan

1 jika menjawab benar dan dikatakan 0 jika menjawab Salah.

Dibuktikan dengan rumus :


53

(jumlah pertanyaan x skor terendah) + (jumlah pertanyaan x skor tertinggi)


2

(16 x 0) + (16 x 1) = 0 + 16 = 16 = 8
2 2 2

Sehingga dikatakan baik jika skor ≥8 dan dikatakan kurang baik jika skor

<8.

2. Kuesioner Sikap

Kuesioner yang digunakan adalah skala likert. Skala ini bertujuan

untuk mengetahui sikap responden terhadap vulva hygiene pada saat

menstruasi. Kuesioner ini terdiri dari 11 pernyataan, terbagi atas 4 pilihan

jawaban sangat tidak setuju (1), Sangat tidak setuju (2), Tidak Setuju (3)

setuju (4), sangat setuju.

Dibuktikan dengan rumus:

(jumlah pertanyaan x skor terendah) + (jumlah pertanyaan x skor tertinggi)


2

(10 x 1) + (10 x 4) = 10 + 40 = 50 = 25
2 2 2

Sehingga dikatakan positif jika skor <25 dan dikatakan negatif jika skor

≥25.

3. Kuesioner Perilaku

Kuesioner ini menggunakan skala likert. Skala ini bertujuan untuk

mengetahui perilaku responden terhadap vulva hygiene pada saat

menstruasi. Kuesioner ini terdiri dari 10 pernyataan, terbagi atas 5 pilihan


54

jawaban dengan skor tertinggi selalu (5), sering (4), kadang-kadang (3),

pernah (2), tidak pernah (1).

Dibuktikan dengan rumus :

(jumlah pertanyaan x skor terendah) + (jumlah pertanyaan x skor tertinggi)


2

(10 x 1) + (10 x 5) = 10 + 50 = 60 = 30
2 2 2

Sehingga dikatakan baik jika skor ≥30 dan dikatakan kurang baik jika skor

<30.

H. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi

(content) dari suatu instrument, dengan tujuan untuk mengukur ketetapan

instrument yang digunakan dalam suatu penelitian. Pertanyaan yang tidak

valid dilakukan validitas isi dengan cara memperbaiki pertanyaan yang tidak

jelas dengan membuat kalimat yang singkat dan jelas sesuai dengan isi atau

makna pertanyaan (Ainy, 2015).

Reliabilitas suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur

dimanamengukur gejala yang sama. Setiap alat ukur seharusnya memiliki

kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Uji

reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir

pertanyaan untuk lebih dari satu variable, namu sebaiknya uji reliabilitas

dilakukan pada masing-masing variabel pada lembal kerja yang berbeda

sehingga dapat dilakukan konstruk variabel mana yang tidak reliable.

Reliabilitas menyangkut ketetapan ukur. Suatu instrument yang reliabel


55

merupakan instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan hasil yang sama (Ainy, 2015).

Uji validitas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tarowang. Kuesioner

diberikan kepada 35 responden diuji dengan program komputerisasi (Mc.

Excel). Berdasarkan hasil perhitungan variabel pengetahuan vulva hygiene

pada saat menstruasi dengan 16 pertanyaan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Vulva Hygiene pada saat Menstruasi

Nilai Corrected Item


Butir Rtabel Kriteria
Total Correlation / Rhitung
1. 0,528 0,334 Valid
2. 0,472 0,334 Valid
3. 0,413 0,334 Valid
4. 0,583 0,334 Valid
5. 0,435 0,334 Valid
6. 0,378 0,334 Valid
7. 0,550 0,334 Valid
8. 0,390 0,334 Valid
9. 0,450 0,334 Valid
10. 0,351 0,334 Valid
11. 0,501 0,334 Valid
12. 0,403 0,334 Valid
13. 0,337 0,334 Valid
14. 0,429 0,334 Valid
15. 0,450 0,334 Valid
16. 0,630 0,334 Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk

variabel pengetahuan memiliki status valid, karena nilai Rtabel <0,334

berdasarkan uji correlation.


56

Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel Ralpha Kriteria


1. Pengetahuan 0.75 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.3 uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan

yang dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban terhadap pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien reliabilitas

instrument pengetahuan vulva hygiene adalah 0,75 ternyata memiliki nilai

“Alpha Cronbach” lebih besar dari 0,6 yang berarti keempat instrument

dinyatakan reliable atau memenuhi persyaratan.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara wawancara atau

membagikan kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data tentang

pengetahuan dan sikap dengan perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene

pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang. Prosedur pengumpulan data

yang dilakukan adalah: mengajukan surat permohonan izin penelitian pada

institusi pendidikan Program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan

Kebidanan dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada

kepala sekolah SMP Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto, setelah

mendapat izin maka selanjutnya meminta persetujuan responden menjadi

responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed consent), menjelaskan cara

pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk

mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.
57

Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner, lembar kuesioner

diisi oleh responden dengan waktu 26 menit, kemudian peneliti memeriksa

kelengkapan data.

J. Tekhnik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Pada analisa ini digunakan tabel distribusi frekuensi dari tiap variable

yang dianggap terikat dengan tujuan penelitian. (Hastono, 2016). Bentuk

analisa univariat tergantung dari jenis datanya, untuk data numeric

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis Bivariate

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian dan

menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya hubungan variable

dependen dengan menggunakan uji Chi-Square dengan nilai kemaknaan

(α = 0,05). Setelah uji hipotesa dilakukan dengan taraf kesalahan (alpha)

yang digunakan yaitu 5% atau 0,05 maka penelitian hipotesa yaitu: apabila

p≤α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) diterima yang berarti ada

hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Sedangkan bila

p≥α=0,05, maka Ha (hipotesis penelitian) ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara variable terikat (Hastono, 2016).

K. Etika Penelitian
58

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dalam hal ini diajukan kepada Kepala Sekolah yang

bersangkutan. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian

dengan melakukan masalah etika penelitian meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian. Lembar persetujuan diberikan kepada responden

dengan memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang

akan dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh bila

bersedia menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui dampak

yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia menjadi

responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden

sehingga identitas responden tidak diketahui public.

3. Kerahasiaan (Confidential)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.


59

L. Alur Penelitian

Pengajuan judul

Mengurus surat proposal

Mengambil data di sekolah

Pembuatan proposal

ACC proposal

Ujian proposal

Revisi proposal setelah ujian


oleh pembimbing dan penguji

Melakukan penelitian di SMP


Negeri 1 Tarowang

Analisis hasil penelitian

Persentasi hasil

Pembuatan skripsi

ACC Skripsi
60
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tarowang, Kabupaten

Jeneponto. Jenis penelitian yang digunakan analitik dengan pendekatan cross-

sectional. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan sikap dengan perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene

pada saat menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IX.A dan IX.B

SMP Negeri 1 Tarowang sebanyak 35 orang dengan pengambilan sampel

menggunakan teknik Total Sampling. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan membagikan kuesioner

siswi kelas IX.A dan IX.B untuk mendapatkan data tentang pengetahuan vulva

hygiene, sikap siswi terhadap vulva hygiene saat menstruasi dan perilaku

remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi. Pengumpulan data

dilakukan mulai tanggal 29 Juli sampai dengan 7 Agustus 2021. Data yang

diperoleh selanjutnya, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis

univariat dan analisis bivariat.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitia yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tarowang

maka diperoleh data terkait karakteristik responden yaitu umur, jenis

kelamin, kelas, dan sumber informasi tentang vulva hygiene pada saat

menstruasi sebagai berikut :

59
62

a. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Umur n %
13 Tahun 27 77,1
14 Tahun 8 22,9
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi

diperoleh data dari responden umur 13 tahun memiliki distribusi

sebanyak 27 responden (77,1%), umur 14 tahun memiliki distribusi

sebanyak 8 responden (22,9%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Jenis Kelamin n %
Perempuan 35 100
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat distribusi frekuensi

diperoleh data dari responden berjenis kelamin perempuan memiliki

distribusi sebanyak 35 responden (100%).


63

c. Distribusi frekuensi berdasarkan kelas responden

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Kelas N %
IX.A 17 48,6
IX.B 18 51,4
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data dari responden yang dari

kelas IX.A memiliki distribusi sebanyak 17 responden (48,6%) dan

kelas IX.B memiliki distribusi sebanyak 18 responden (51,4%).

d. Distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi tentang vulva

hygiene pada saat menstruasi

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi tentang
Vulva Hygiene pada saat Menstruasi
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Sumber Informasi tentang Vulva Hygiene n %


Media 3 8,6
Tenaga Kesehatan 32 91,4
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh data dari responden yang

sumber informasinya dari media memiliki distribusi sebanyak 3

responden (8,6%), dan dari tenaga kesehatan memiliki distribusi

sebanyak 32 responden (91,4%).


64

2. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable yang diteliti. Pada analisa

univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah

data persentase setiap kelompok.

a. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan remaja putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 responden,

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik (jika

responden menjawab ≥8 jawaban benar) dan kurang baik (jika

responden menjawab <8 jawaban benar). Hasil analisis univariat dari

variabel pengetauan remaja putri dapat dilihat dari tabel dibawah.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Pengetahuan n %
Baik 24 68,6
Kurang Baik 11 31,4
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan remaja putri

didapatkan data dari 35 responden. Responden yang pengetahuannya

baik sebanyak 24 responden (68,6%) sedangkan responden yang

pengetahuannya kurang baik sebanyak 11 responden (31,4%).


65

b. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap remaja putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 responden,

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu positif

(jika skor ≥ mean) dan negatif (jika skor <mean). Hasil analisis

univariat dari variabel sikap remaja putri dapat dilihat dari tabel

dibawah.

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Sikap N %
Positif 22 62,9
Negatif 13 37,1
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sikap remaja putri didapatkan

data dari 35 responden. Responden yang memiliki sikap positif

sebanyak 22 responden (62,9%) sedangkan responden yang memiliki

sikap negatif sebanyak 13 responden (37,1%).

c. Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku remaja putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 35 responden,

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik (jika

responden menjawab ≥30 jawaban benar) dan kurang (jika responden

mejawab <30 jawaban benar).


66

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Responden
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Perilaku n %
Baik 18 51,4
Kurang Baik 17 48,6
Total 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi perilaku remaja putri

didapatkan data dari 35 responden. Responden yang memiliki perilaku

baik sebanyak 18 responden (51,4%) sedangkan responden yang

memiliki perilaku kurang baik sebanyak 17 responden (48,6%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independent (Pengetahuan dan Sikap) dan variabel dependent

(Perilaku remaja Putri) dengan uji statistic, dengan menggunakan uji

Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

a. Hubungan pengetahuan remaja putri dengan perilaku terhadap vulva

hygiene pada saat menstruasi

Tabel 5.8
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Remaja Putri terhadap
Vulva Hygiene pada saat Menstruasi
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Perilaku Total
p-
Pengetahuan Kurang value
Baik n %
Baik
n % N %
67

Kurang Baik 10 28,6 1 2,9 11 31,4


Baik 7 20 17 48,6 24 68,6 0.001
Total 17 48,6 18 51,4 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 35 responden yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 responden (68,6%), sebagian

besar memiliki perilaku baik sebanyak 17 responden (48,6%) dan

perilaku kurang baik sebanyak 7 responden (20%). Sedangkan

responden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 11

responden (31,4%), sebagian memiliki perilaku baik sebanyak 1

responden (2,9%) dan perilaku kurang baik sebanyak 10 responden

(28,6%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistic dengan menggunakan uji

Chi-Square dengan nilai ρ value = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

perilaku remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi.

b. Hubungan sikap remaja putri dengan perilaku terhadap vulva hygiene

pada saat menstruasi

Tabel 5.9
Hubungan Sikap dengan Perilaku Remaja Putri terhadap Vulva
Hygiene pada saat Menstruasi
Di SMP Negeri 1 Tarowang

Perilaku Total
p-
Sikap Kurang Baik value
n %
Baik
N % N %
68

Negatif 10 28,6 3 8,6 13 37,1


Positif 7 20 15 42,9 22 62,9 0.010
Total 17 48,6 18 51,4 35 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 35 responden remaja

putri yang memiliki sikap positif sebanyak 22 responden (62,9%),

sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak 15 responden (48,6%)

dan perilaku kurang baik sebanyak 7 responden (20%). Sedangkan

responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 responden

(37,1%), sebagian memiliki perilaku baik sebanyak 3 responden

(8,6%) dan perilaku kurang baik sebanyak 10 responden (28,6%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistikdengan menggunakan uji

Chi-Square dengan nilai ρ value = 0,010. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

dalam penelitian ini terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku

remaja putri terhadap vulva hygiene pada saat menstruasi.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35

responden didapatkan 24 responden (68,6%) memiliki pengetahuan

baik sedangkan 11 responden (31,4%) memiliki pengetahuan kurang

baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desvi

Dwi Permata (2019), dimana dari 46 responden, 33 responden (71,7%)


69

memiliki pengetahuan baik sedangkan 13 responden (28,3%) memiliki

pengetahuan kurang baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Durisah (2016), dimana dari 36 responden, hampir sebagian responden

(47,2%) mempunyai pengetahuan kurang tentang kesehatan organ

reproduksi pada saat menstruasi, dan responden (30,6%) memiliki

pengetahuan cukup, sedangkan responden (22,2%) memiliki

pengetahuan baik tentang kesehatan organ reproduksi pada saat

menstruasi.

Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, umur, minat,

pengalaman, kebudayaan dan informasi.

Menurut pernyataan Yasnani (2016), bahwa dengan pengetahuan

yang baik tentang menstruasi, remaja akan merasa tenang, lalu siap

menghadapi dan mengatasi masalah yang terjadi saat menstruasi

berlangsung. Jika ada peristiwa menstruasi yang tidak disertai dengan

pengetahuan dan informasi yang benar, maka akan timbul macam-

macam problem psikis. Hal ini sesuai juga dengan teori yang

menyebutkan bahwa semakin terbunya remaja putri dalam menggali

informasi mengenai organ reproduksinya, maka akan semakin luas

wawasan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dan beberapa

teori yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat


70

pengetahuan siswa tentang vulva hygiene pada saat menstruasi sangat

penting diketahui pada remaja putri dan sangat dibutuhkan dalam

menjaga vulva hygiene pada saat menstruasi karena yang memiliki

pengetahuan yang baik lebih terjaga kebersihan organ reproduksinya

dibanding dengan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik.

Pengetahuan siswi tentang vulva hygiene pada saat menstruasi sangat

penting dimiliki bagi remaja karena dengan pengetahuan tersebut dapat

menjadi dasar bagi seorang remaja dalam melakukan tindakan yang

baik dalam menjaga kesehatan reproduksinya saat menstruasi. Maka

dari itu dalam menghadapi menstruasi tersebut para remaja diharapkan

mengetahui tentang menstruasi yang normal. Dimana tidak sedikit para

remaja yang belum mengetahui tentang menstruasi, sehingga akan

berpengaruh terhadap perilaku remaja dalam menjaga kesehatan

reproduksinya terutama saat menstruasi.

b. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35

responden didapatkan 22 responden (62,9%) memiliki sikap positif

sedangkan 13 responden (37,1) memiliki sikap negatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Desvi Dwi Permata (2019),

hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Beringin dimana

dari 46 responden, 29 responden (63%) memiliki sikap positif

sedangkan 17 responden (37%) memiliki sikap negatif.


71

Hasil penelitian ini sejalan dengan Durisah (2016), hasil

penelitian ini dilakukan di SMP Pesantren Pancasila dimana dari 36

responden diketahui bahwa setengah responden (50,0%) mempunyai

sikap yang unfavorable terhadap kesehatan organ reproduksinya

pada saat menstruasi.

Menurut Azwar (2013), faktor-faktor pembentuk sikap adalah

pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, lembaga

agama, dan pengaruh faktor emosional.

Menurut pernyataan dari Izzati (2014), bahwa sikap remaja putri

sangat oenting dalam menjaga vulva hygiene pada saat menstruasi,

karena pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat

mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih

dijaga karena dapat menimbulkan berbagai penyakit pada alat

reproduksi.

Menurut pernyataan dari Maulina (2017), bahwa sikap remaja

putri berhubungan dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi

terdapat banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang terlihat

secara fisik karena tidak terpeliharanya kebersihan organ reproduksi

perorangan dengan baik.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan diatas peneliti berpendapat

bahwa sikap positif yang diberikan sangat berpengaruh terhadap


72

remaja putri karena sikap yang baik dalam menjaga kesehatan organ

reproduksi akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesehatan

organ reproduksinya. Responden yang memiliki sikap baik sebagian

besar memiliki perilaku vulva hygiene saat menstruasi yang baik

pula. Sehingga dengan selalu menjaga kebersihan organ reproduksi

diharapkan akan terhindar dari berbagai macam bakteri yang dapat

menyebabkan penyakit organ kewanitaan seperti keputihan.

c. Perilaku

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35

responden didapatkan 18 responden (51,4%) memiliki perilaku baik

sedangkan 17 responden (48,6%) memiliki perilaku kurang baik.

Penelitian ini sejalan Desvi Dwi Permata (2019), dimana dari 46

responden, 35 responden (76,1%) memiliki perilaku baik sedangkan 11

responden (23,9%) memiliki perilaku kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Durisah (2016), hasil penelitian

ini dilakukan di SMP Pesantren Pancasila dimana dari 36 responden

diketahui bahwa lebih dari setengah responden (52,8%), mempunyai

perilaku kurang baik dalam menjaga kebersihan organ reproduksi pada

saat menstruasi.

Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

penyebab perilaku adalah karena faktor predisposisi, faktor

pemungkin, dan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak yaitu (faktor penguat).


73

Menurut pernyataan dari Kissanti (2009), yang terpenting dalam

menjaga perilaku kebersihan organ reproduksi adalah membersihkan

bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir vagina. Untuk

menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah membasuh

secara teratur bagian vulva (bibir vagina) secara hati-hati

menggunakan air bersih atau menggunakan sabun yang lembut. Dan

apabila kebersihan organ reproduksi wanita tidak dijaga dengan baik

saat menstruasi dapat menyebabkan tumbuhnya jamur atau cepatnya

berkembang bakteri yang dapat menimbulkan beberapa masalah

seperti keputihan, timbulnya gatal dan penyakit kulit lainnya.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku manusia pada dasaranya terdiri atas komponen pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Jika menstruasi disertai dengan pengetahuan

yang benar, maka remaja putri akan merespon menstruasi dengan hal-

hal atau perilaku positif.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Remaja Putri terhadap

Vulva Hygiene pada Saat Menstruasi

Berdasarkan analisis bivariate didapatkan dari 24 responden yang

berpengetahuan baik sebagian besar memiliki perilaku vulva hygiene

saat menstruasinya baik yaitu sebanyak 17 responden (48,6%),

sedangkan dari 11 responden yang berpengetahuan kurang baik


74

sebagian besar memiliki perilaku vulva hygiene saat menstruasinya

kurang baik yaitu sebanyak 10 responden (28,6%).

Dari hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0,001 < α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

remaja putri dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi di

SMP Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi

Selatan tahun 2021.

Tingkat pengetahuan remaja putri SMP Negeri 1 Tarowang

Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan bahwa

dari 35 responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki

perilaku baik, ini dikarenakan responden dalam penelitian ini

mayoritas berpengetahuan baik dikarenakan kebanyakan responden

mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sehingga kemampuan

serta pemahamannya tergolong baik dan mudah untuk berfikir dalam

mendapatkan informasi. Namun tidak banyak juga responden dengan

mendapatkan informasi dari media memiliki pengetahuan yang baik,

itu dikarenakan pengetahuan tidak hanya didapatkan dari tenaga

kesehatan melainkan juga didapatkan dari media seperti didapatkan

dari media elektronik. Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, pekerjaan,

umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desvi

Dwi Permata (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan


75

perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMP N 01

Pulau Beringin Sumatera Selatan. Terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan perilaku vulva hyguene dengan ρ value =

0.006 < α (0,05) maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan antara

pengetahuan remaja putri dengan perilaku vulva hygiene saat

menstruasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Durisah (2016), yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap dengan perilaku remaja putri tentang kebersihan organ

reproduksi pada saat menstruasi di SMP Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan perilaku remaja putri tentang organ reproduksi dengan ρ value

= 0.020 < α (0,05) maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan

antara pengetahuan remaja putri dengan remaja putri tentang organ

reproduksi pada saat menstruasi.

Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan antara pengetahuan

remaja putri dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi.

Pengetahuan yang baik tentang vulva hygiene akan memiliki perilaku

vulva hygiene saat menstruasi yang baik pula. Hal tersebut

dikarenakan siswi kelas IX.A dan IX.B di SMP Negeri 1 Tarowang

telah mendapatkan pengetahuan seputar menstruasi dan cara menjaga

kebersihan vulva hygiene baik dari tenaga kesehatan dan dari media.

Memiliki wawasan dan pemahaman yang baik tentang vulva hygiene


76

akan semakin mudah merespon semua informasi yang diterimanya.

Selain itu semakin banyak informasi yang diterima oleh remaja putri

tentang vulva hygiene maka akan sebaik pula respon remaja putri

dalam menjaga kesehatan organ reproduksinya saat menstruasi serta

mengetahui bahaya jika tidak melakukan vulva hygiene.

b. Hubungan Sikap dengan Perilaku Remaja Putri terhadap Vulva

Hygiene pada Saat Menstruasi

Berdasarkan analisis bivariate didapatkan dari 22 responden yang

memiliki sikap positif sebagian besar memiliki perilaku vulva hygiene

saat menstruasinya baik yaitu sebanyak 15 responden (42,9%),

sedangkan dari 13 responden yang memiliki sikap negatif sebagian

besar memiliki perilaku vulva hygiene saat menstruasinya kurang baik

yaitu sebanyak 10 responden (28,6%).

Dari hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0,010 < α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap remaja

putri dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi di SMP

Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan

tahun 2021.

Sikap remaja putri SMP Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto

Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan bahwa dari 35 responden yang

memiliki sikap positif dengan perilaku baik dan memiliki sikap

negative dengan perilaku baik, ini dikarenakan responden dalam

penelitian ini mayoritas berpengetahuan baik dikarenakan kebanyakan


77

responden mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sehingga

kemampuan serta pemahamannya tergolong baik dan mudah untuk

berfikir dalam mendapatkan informasi. Namun tidak banyak juga

responden dengan mendapatkan informasi dari media memiliki

pengetahuan yang baik, itu dikarenakan pengetahuan tidak hanya

didapatkan dari tenaga kesehatan melainkan juga didapatkan dari

media. Menurut Azwar (2013), faktor-faktor pembentuk sikap adalah

pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting,

pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, lembaga

agama, dan pengaruh faktor emosional.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desvi

Dwi Permata (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan

perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMP N 01

Pulau Beringin Sumatera Selatan. Terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap dengan perilaku vulva hyguene dengan ρ value = 0.001 <

α (0,05) maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan antara sikap

remaja putri dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Durisah (2016), yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan dan

sikap dengan perilaku remaja putri tentang kebersihan organ

reproduksi pada saat menstruasi di SMP Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan

perilaku remaja putri tentang organ reproduksi dengan ρ value = 0.007


78

< α (0,05) maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan antara sikap

remaja putri dengan remaja putri tentang organ reproduksi pada saat

menstruasi.

Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan keterkaitan antara

sikap remaja putri dengan perilaku vulva hygiene pada saat menstruasi.

Remaja putri yang mempunyai sikap unfavorable akan lebih cenderung

tidak menjaga kebersihan organ reproduksinya dengan baik pada saat

menstruasi. Hal ini terjadi karena dengan sikap yang positif akan

memberikan dorongan yang positif terhadap perilaku yang baik juga.

Namu tidak semua sikap yang positif akan selalu menimbulkan

perilaku seseorang yang baik juga, hal ini ditunjukkan dari hasil

penelitian ini yang masih ada sebagian responden yang mempunyai

sikap favorable yang tidak berperilaku dengan baik juga. Hal ini bisa

saja karena faktor lain seperti kurangnya motif pendorong baik dari

luar maupun dari dalam diri remaja, atau juga dapat disebabkan karena

kurang baiknya pemahaman yang secara menyeluruh terhadap obhjek

perilaku tersebut.

C. Keterbatasan Penelitian

Saat penelitian ini dilaksanakan peneliti mengalami beberapa keterbatasan dan

hambatan yaitu :

1. Usia yang baru memasuki remaja membuat siswi masih bersifat kekanak-

kanakan seperti ribut ketika peneliti menjelaskan tujuan penelitian, cara


79

mengisi kuesioner dan ketika sedang menjelaskan tentang vulva hygiene

pada saat menstruasi.

2. Pada saat penelitian responden ada yang tidak mengerti dengan pengisian

kuesioner sehingga peneliti memberikan penjelasan kepada responden

tentang cara pengisian kuesioner.

3. Peneliti menyadari kurangnya pengalaman dalam melakukan penelitian

tentu hasilnya kurang sempurna dan banyak kekurangan.

4. Keterbatasan tersebut diantaranya karena penelitian ini menggunakan data

primer yang didapat dari kuesioner yang diberikan secara langsung kepada

responden, sehingga data yang didapat dalam penelitian ini tergantung

pada jawaban informan yang terbatas kepada pilihan jawaban yang telah

disediakan.
80
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 35 responden

menunjukkan bahwa yang berperilaku vulva hygiene baik pada saat

menstruasi sebanyak 51,4%. Distribusi frekuensi responden yang

pengetahuannya baik sebanyak 68,6%, dan distribusi frekuensi yang memiliki

sikap positif sebanyak 62,9%. Adanya hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap perilaku vulva hygiene pada saat

menstruasi di SMP Negeri 1 Tarowang Kabupaten Jeneponto Provinsi

Sulawesi Selatan tahun 2021. Dan nilai OR yang tertinggi dalam perilaku

vulva hygiene pada saat menstruasi adalah sikap 7,143 atau 7 kali berpeluang

dibandingkan dengan pengetahuan.

B. Saran

1. Bagi SMP Negeri 1 Tarowang

Kepada pihak institusi pendidikan SMP Negeri 1 Tarowang

diharapkan dapat memberikan lebih banyak informasi untuk meningkatkan

pengetahuan siswi tentang vulva hygiene pada saat menstruasi dan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas sekolah seperti melaksanakan kegiatan

penyuluhan dengan mendatangkan tenaga kesehatan untuk berdiskusi

tentang kesehatan reproduksi khususnya pelaksanaan vulva hygiene saat

menstruasi.

78
82

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan menggunakan variabel lain yang berbeda dan dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif, sehingga penelitian tentang

vulva hygiene pada saat menstruasi dapat lebih berpariasi.


DAFTAR PUSTAKA

Andani. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika: Yogyakarta


Andhyantoro dan Kumalasari. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika
Ardani (2011). Perilaku Remaja Dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin
Pada Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan
Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan
Ardiati, Anggita Nandya (2019) Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di Smp Negeri 2
Ponorogo. Skripsi (S1) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Diambil dari http://eprints.umpo.ac.id/5405/. diterbitkan 2020-08-06.

Aziz Alimul H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia I, Jakarta: Salemba Medika.


Azwar. 2013. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta
Azzam. 2012. La Tahzan Untuk Wanita Haid. Qultummedia: Jakarta.
Baradero. 2007. Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. EGC: Jakarta.
B, Suryati. 2011 “Perilaku Kebersihan Remaja Saat Menstruasi”.
https://www.google.co.id/webhp?
ie=utf8&oe=utf8&gws_rd=cr&ei=_gb7Vpy_FdDVuQSdzbyYDw#q=Peril
aku+Kebersihan+Remaja+Saat+Menstruasi. Jurnal Kesehatan Vol. 3 No.
1.
Depi Lestari. 2018. Hubungan Pengetahan tentang Hygiene dengan Sikap
Personal Hygiene saat Menstruasi pada Santriwati di Pondok Pesantren
Al-Qodirika.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/87634/DEPI
%20LESTARI-142310101106.pdf?sequence=1
Desvi Dwi Permata, 2019. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Vulva Hygiene saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMP N 01 Beringin
Sumatera Selatan. http://repository.unas.ac.id/636/1/Desvi%20Dwi
%20Permata.pdf
Durisah, 2016. Hubungan Tngkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perlaku Remaja
Putri tentang Kebersihan Organ Reproduksi pada saat Menstruasi di SMP
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
htp://repsitory.unived.ac.id/43//DURISAH%20NPM.122426014.SM.pdf
Egan, ME. (2007). Kesehatan Reproduksi.
http://www.Kesehatan.Info/?q:node/315.
Handayani, Sri (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene
Dengan Perilaku Vulva Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri Di
Ponpes Al_Ghifari Gamping Sleman Yogyakarta. Diambil dari
https://stikes-yogyakarta.e-journal.id/JKSI/article/view/44 diterbitkan
2020-01-30

Hidayat dan Uliyah. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik:


Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, Elizabeth B. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Husni, Pauzan Efendi. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Remaja Putri.
https://jurnal.poltekkeskemenkesbengkulu.ac.id/index.php/jmk/article/
download/309/174
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kissanti. 2009. Buku Pintar
Wanita. Araska: Jakarta
Kissanti. 2009. Buku Pintar Wanita. Araska: Jakarta.

Kusmiran. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika:


Jakarta.
Kusmiran, Eny. 2012. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Lingkan G.E.K. Pandelaki, Sefti Rompas, Hendro Bidjuni. 2020. Hubungan
Personal Hygiene Saat Menstruasi Dengan Kejadian Pruritus Vulvae
Pada Remaja Di Sma Negeri 7 Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/28413/27782
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi. EGC: Jakarta
Maulana. 2009. Tanya Jawab Dan Praktis Seputar Reproduksi Kehamilan Dan
Merawat Anak Secara Medis Dan Psikologis. Tunas Publishing.
Yogyakarta.

Mubarak. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta.


Mukarramah, M. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri
Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi. Jurnal Kesehatan
Luwu Raya, 7(1), 88-95. Diambil dari
http://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/33 diterbitkan
2020-08-17
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta
Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Remiyanti. 2019. Pengaruh PenyuluhanPersonal Hygiene terhadap Perilaku
Remaja Putri pada saat Menstruasi di kelas x SMA Negeri 1 Kaway XVI.
http://repository.helvetia.ac.id/2359/7/SKRIPSI%20REMIYANTI
%20%281801032240%29.pdf

Roper Nancy. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika

Setiadi. 2013. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Simanjuntak, Jane Mona Lisa; Siagian, Nurhayati (2020). Pengetahuan Sikap Dan
Perilaku Remaja Putri Terhadap Personal Hygine Pada Saat Menstruasi
Di Smp Negeri 3 Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Diambil dari
http://ejournal.unklab.ac.id/index.php/nutrix/article/view/425 diterbitkan
2020-04-28
Sibagaring dkk. 2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa
Diploma Kesehatan. Trans Info Media: Jakarta.

Susi Amenta PA. 2019. Jurnal Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
tentang Personal Hygiene pada saat Menstruasi Di SMP Negeri 6 Desa
Sijarango 1. Diambil dari SAP Angin - Journal of Midwifery Senior, 2019
- midwifery.jurnalsenior.com

Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan


Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yuha Medika: Yogyakarta
Zulfuziastuti, N, 2017, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap
Sikap Personal Hygiene saat Menstruasi di SMPN 2 Gamping, Skripsi,
Program Studi Bidan Pendidik Universitas Aisyiyah, Yogyakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perrilaku Remaja Putri


terhadap Vulva Hygiene pada saat Menstruasi di SMP Negeri 1
Tarowang.
Peneliti : Eka Auliya
Nim : A1C219121
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Megarezky Makassar

Saya adalah mahasiswi S1 Keperawatan Universitas Megarezky Makassar,


akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Remaja Putri terhadap Vulva Hygiene pada saat Menstruasi di SMP
Negeri 1 Tarowang”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Program
Studi S1 Keperawatan Universitas Megarezky Makassar.
Untuk itu, saya mohon kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Kemudian, saya mohon kesediaan adik-adik untuk mengisi
kuesioner ini dengan tulus dan jujur. Jika anda bersedia, jika tidak terlalu
merepotkan, silahkan menandatangi lembar persetujuan ini sebagai bukti
kesediaan adik-adik.

Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela. Identitas


pribadi adik-adik dan semua informasi yang diberikan dijaga kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Jika ada hal-hal yang
kurang dipahami dapat ditanyakan langsung kepada peneliti dan peneliti akan
dengan senang hati memberikan penjelasan.

Demikian permohonan ini disampaikan dan saya sangat berterima kasih atas
partisipasi adik-adik dalam penelitian ini.

Jeneponto, 29 Juli 2021

Peneliti Responden
( Eka Auliya ) ( )

KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI
TERHADAP VULVA HYGIENE
PADA SAAT MENSTRUASI
DI SMPN 1 TAROWANG
KAB. JENEPONTO
TAHUN 2021

Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Kelas :
Sumber Informasi : Orang tua/Keluarga
Tentang Vulva Hygiene Media
Pada saat Menstruasi Tenaga Kesehatan
Teman

A. Kuesioner Pengetahuan
B : Benar
S : Salah

No. Pernyataan B S
Yang dimaksud vulva hygiene, suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan organ kewanitaan bagian luar
1.
(vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah infeksi.
Yang diamaksud dengan vulva hygiene saat menstruasi,
suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
2.
kewanitaan seseorang pada saat menstruasi untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
3. Tujuan dari menjaga kebersihan organ kewanitaan pada saat
menstruasi, untuk menghambat pengeluaran darah haid
yang akan keluar.
Membasuh alat kelamin tidak perlu membasuh tangan
4.
terlebih dahulu.
Pembalut wanita itu perangkat yang digunakan oleh wanita
5. disaat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari
vagina agar tidak meleber kemana-mana.
Jenis pembalut yang sebaiknya digunakan pada saat
6.
menstruasi yaitu pembalut tradisional/kain.
Bahan pembalut yang sebaiknya digunakan pada saat
7. menstruasi yaitu pembalut dengan bahan yang lembut dan
menyerap.
Mengganti pembalut dalam sehari saat menstruasi
8.
seharusnya 2x sehari waktu mandi.
Saat menstruasi, sangat dianjurkan untuk menjaga
9. kebersihan tubuh dengan cara mandi teratur sebanyak 3x
sehari.
Sering mengganti pembalut saat menstruasi menyebabkan
10. bakteri tidak mudah berkembangbiak ke dalam vagina dan
tidak menyebabkan infeksi.
Dampak pembalut bagi kesehatan dapat menyebabkan
11.
Infeksi Saluran Reproduksi dan gatal-gatal.
Penggunaan sabun anntiseptik yang keras, atau cairan
pewangi (parfum) untuk menghilangkan bau didaerah alat
12.
kelamin merupakan tindakan yang baik untuk membunuh
bakteri/kuman dan menghilangkan bau.
Jika menggunakan pembalut dapat membahayakan
13. kesehatan, penyakit yang dapat timbul akibat kebiasaan
menggunkan pembalut yaitu keputihan.
14. Jika alat kelamin lembab akan mengakibatkan pertumbuhan
bakteri dan jamur.
Kita harus menjaga kebersihan pada saat menstruasi karena
15.
darah haid membuat tidak nyaman dan tidak percaya diri.
Cara membasuh kemaluan yang benar dari belakang
16.
kedepan.

(Sumber: Desvi Dwi Permata, 2019)


B. Kuesioner Sikap
Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√)
pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RTS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS


Sebelum membasuh alat kelamin sebaiknya
1.
mencuci tangan terlebih dahulu
Menggunakan pembalut saat menstruasi
2. sebaiknya yang mengandung anti septic agar
tidak ada kuman berkembangbiak.
Jika tidak sering mengganti pembalut pada
3. saat menstruasi bakteri mudah
berkembangbiak ke dalam vagina
Cara membersihkan/membasuh alat kelamin
4. wanita yang benar adalah dari belakang (anus)
kearah depan (vagina).
Penggunaan sabun antiseptic yang keras, atau
cairan pewangi (parfum) untuk menghilangkan
5. bau didaerah alat kelamin merupakan tindakan
yang tidak baik, bahkan bisa berbahaya untuk
kesehatan.
Saat menstruasi minimal 1x dalam sehari
6. seharusnya mengganti pakaian dalam (celana
dalam).
Celana dalam yang baik adalah yang terbuat
7.
dari bahan katun dan tidak ketat
Untuk menghindari kelembapan pada alat
8. kelamin sebaiknya membasuh organ
reproduksi dengan menggunakan antiseptic.
Jika alergi dengan sabun yang lembut saat
9. membasuh alat kelamin sebaiknya
membasuhnya dengan air hangat/air bersih
Pengguanaan handuk atau washlap milik orang
lain/bersama-sama untuk mengeringkan alat
10.
kelamin tidak akan berdampak pada kesehatan
organ reproduksi

(Sumber: Durisah, 2016)


C. Kuesioner Perilaku Menjaga Vulva Hygiene
Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√)
pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat anda.
SL : Selalu
SR : Sering
KD: Kadang-Kadang
P : Pernah
TP : Tidak pernah

No. Pernyataan SL SR KD P TP
Apakah saudara mengganti pembalut pada
1.
saat menstruasi 4 jam sekali dalam sehari
Apakah anda membasuh vagina dengan
2. cara dari arah belakang (anus) ke depan
(vagina)
Apakah saudara mencuci tangan sebelum
3.
menyentuh vagina
Apakah saudara menggunakan sabun
antiseptic yang keras, atau cairan pewangi
4.
(parfum) untuk menghilangkan bau
didaerah kewanitaan pada saat menstruasi
Apakah saudara membersihkan vagina
menggunakan air bersih dan sabun yang
5.
lembut setiap buang air kecil, buang air
besar dan ketika mandi
Apakah saudara mengganti pakaian dalam
6.
ketika lembab/basah
7. Apakah saudara mencukur sebagian dari
rambut kemaluan untuk menghindari
kelembaban yang berlebihan di daerah
vagina
Apakah saudara menggunakan pakaian
8. dalam yang bersih dan terbuat dari bahan
nylon/polyester
Apakah saudara menggunakan handuk
9. atau washlap orang lain untuk
mengeringkan vagina
Apakah saudara mencuci tangan saat
10.
membuka dan memasang pembalut

(Sumber: Durisah, 2016)

Anda mungkin juga menyukai