Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN

KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST


PARTUM DI BPM MAS JUNAINI

PROPOSAL

Oleh
Resti Dapianita
21270038P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST
PARTUM DI BPM MAS JUNAINI

PROPOSAL

Oleh
Resti Dapianita
21270038P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN


KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST
PARTUM DI BPM MAS JUNAINI
PROPOSAL

Oleh
Resti Dapianita
21270038P

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Liya Lugita Sari, SST.,M.Kes Taufianie Rossita, SST.,M.KM


NIDN. 02-2709-8502 NIDN. 02-2597-9301

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana

Bd. Syami Yulianti, SST.,M.Keb


NIK. 1703235
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Proposal Skripsi ini, dengan judul “Hubungan Perawatan Payudara

Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum Di Bpm Mas Junaini”.

Proposal Skripsi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan atau merupakan

rangkaian kegiatan akademik yang merupakan syarat yang diwajibkan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan Strata-1 pada Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu .

Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu sehingga Proposal Skripsi ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih hususnya penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Husaini, SE.,M.Si.,AK, CA, CRP selaku Rektor

Universitas Dehasen Bengkulu

2. Ibu Dr. Ida Samidah, SKp.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Dehasen Bengkulu

3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep.,M.Kes, selaku Wakil Dekan I

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

5. Ibu Bd. Syami Yulianti, S.S.T.,M.Keb selaku Ketua Prodi Kebidanan

Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu

penulis dalam penyusunan Proposal Skripsi.


v

6. Bapak/Ibu selaku Dosen Pembimbing Utama Ibu Liya Lugita Sari,

SST.,M.Kes yang dengan sabar dan keprofesionalannya telah

memberikan saran, bimbingan, membantu, dorongan dan petunjuk yang

sangat berharga dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

7. Ibu/Bapak selaku Dosen Pembimbing Pendamping Ibu Taufianie

Rossita, SST.,M.KM yang juga dengan sabar dan keprofesionalannya

telah memberikan saran, bimbingan, membantu, dorongan dan petunjuk

yang sangat berharga dalam penyusunan Proposal Skripsi ini .

8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu yang telah

banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung demi

kelancaran dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

9. Kepala BPM Mas Junaini yang telah memberikan saya izin dan banyak

membantu dalam pengambilan data guna kemajuan proposal skripsi saya.

10. Rekan-rekan satu angkatan 2021 Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis selama pengerjaan penelitian ini.

12. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan Proposal Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan

kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

v
vi

dari pembaca demi kesempurnaan Proposal Skripsi ini sehingga akan

lebih bermanfaat.

Bengkulu, April 2023

Resti Dapianita

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................ iv

DAFTAR ISI............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 4

1. Tujuan Umum....................................................................... 4

2. Tujuan Khusus..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 5

1 Manfaat Teoritis................................................................... 5

2 Manfaat Praktis .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bendungan Asi

1 Pengertian Bendungan ASI ...................................................... 6

2 Etiologi ..................................................................................... 7

3 Patofisiologi............................................................................. 8

4 Pencegahan ............................................................................. 9
viii

B. Post Partum

1. Pengertian Post Partum ........................................................... 10

..................................................................................................

2 Perubahan fisik dan psikologis masa postpartum ................... 10

C. Proses Laktasi

1. Pengertian ................................................................................. 15

2. Tingkatan Laktasi .................................................................... 16

3. Proses Pembentukan Asi ......................................................... 18

4. Reflek yang mempengaruhi produksi asi ................................ 19

5. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran asi .......................... 21

D. Perawatan payudara pada ibu postpartum ............................... 22

E. Kerangka Teori ............................................................................ 28

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINI OPERASIONAL, HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep............................................................................. 29

B. Definisi Operasional........................................................................ 30

.......................................................................................................

C. Hipotesis ......................................................................................... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Desain Penelitian.................................................................... 33

B. Rencana Tempat dan Waktu........................................................... 33

C. Populasi dan Sampel...................................................................... 34

................................................................................................

viii
ix

D. Instrumen dan Bahan Penelitian ................................................... 34

E. Pengumpulan Data......................................................................... 35

F. Pengolahan Data ........................................................................... 36

G. Analisa Data .................................................................................. 37

H. Alur Penelitian .............................................................................. 38

I. Etika Penelitian ............................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


32 Definisi 30
Operasional

x
xi

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman


2.1 Kerangka Teori 28
3.1 Kerangka 29
Konsep
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Surat Pernyataan Setuju Menjadi Responden

Lampiran3 Kuesioner

Lampiran 4 Surat Pra Penelitian

Lampiran 5 Lembar Bimbingan


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut1data WHO terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat persentase

perempuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata mencapai 87,05

% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun 2074 ibu yang

mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang dan pada

tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 orang

dari 9.862 orang (WHO, 2017).

Menurut data ASEAN tahun 2017 disimpulkan bahwa presentase cakupan

kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2017

terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta

pada tahun 2018 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang.

Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan

pemberian ASI masih relatif rendah (Depkes RI, 2018).

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2019 hal yang

menghambat pemberian ASI Ekslusif yaitu diantaranya adalah karena rendahnya

pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar yaitu

sebesar 19,07%, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari

petugas kesehatan sebesar 15,23%, persepsi masyarakat yang salah kaprah

mengartikan tentang ASI sebesar 20,40%, prilaku bagi para ibu bekerja yang

tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,12%, dan pemasaran agresif oleh
2

perusahaan-perusahaan pembuat susu bayi yang tidak hanya mempengaruhi para

ibu, namun juga para petugas kesehatan sebesar 24,18% (Hipgrave et al, 2019).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Lebong Tahun 2020.

terdapat data ibu nifas fisiologis dan patologis sebanyak 3000 orang/KH, yaitu

dengan masalah antara lain : ibu nifas yang mengalami Atonia Uteri sebanyak

34 %, ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI 67%, ibu nifas yang mengalami

perdarahan 71 %, ibu nifas yang mengalami subinvolusi uteri 46 %, dan ibu

nifas yang mengalami mastitis 57 % (Dinkes Lebong, 2020).

Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari BPM Mas

Junaini. Jumlah ibu post partum pada bulan Januari s/d Februari 2023 sebanyak

14 orang ibu nifas, beberapa Ibu nifas yang tidak melakukan perawatan payudara

mengatakan ASI tidak lancar.

Perawatan payudara dan puting sangat penting dalam proses laktasi.

Kedua perawatan ini seringkali menjadi “penyelamat” bagi ibu dalam melewati

masa-masa awal menyusui yang kadang terasa sangat berat. Misalnya jika terjadi

puting lecet, seringkali lecetnya ringan saja. Awal yang baik niscaya membuat

proses selanjutnya berjalan dengan baik pula. Dari awal yang baik tersebut tidak

terlepas dari pengetahuan ibu sendiri dalam merawat payudaranya. Demikian

halnya dengan menyusui, ibu yang lebih tahu tentang perawatan payudara maka

cenderung mempunya.
3

Ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak

lancar, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan

payudara, kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari

petugas kesehatan, kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan

payudara.

Dampak dari tidak melakukannya perawatan payudara dapat

mengakibatkan beberapa dampak negatif yaitu puting susu tidak menonjol, anak

susah menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, payudara meradang,

payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulit payudara terutama puting akan

mudah lecet, pembekakan payudara atau bendungan ASI.

Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus

laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan

terjadinya pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting

susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada

hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan.Jika payudara masih membengkak,

nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis.Mastitis

merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada

nanah disebut abses.Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis.

Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan baik

dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin akan terjadi

selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara indah kembali,

perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat
4

menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama

menyusui.Agar lebih optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara

sejak masa kehamilan.

Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan

payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan perwatan payudara

setelah melahirkan dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi

dilahirkan. Perawatan tersebut lakuakan 2 kali sehari (Hullyana, 2017).

Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI

pada Ibu Postpartum di BPM Mas junaini”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian studi kasus ini yaitu “apakah ada

Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu

Postpartum di BPM Mas junaini?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Untuk mengetahui Hubungan Perawatan Payudara dengan

Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Postpartum di BPM Mas junaini?.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian bendungan ASI pada

ibu postpartum di BPM Mas junaini


5

b. Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu postpartum di Ruang

Kebidanan di BPM Mas junaini

c. Untuk menganalisis hubungan perawatan payudara dengan kejadian

bendungan ASI pada ibu postpartum di Ruang Kebidanan di BPM Mas

junaini

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai kejadian

bendungan ASI pada ibu postpartum.

2. Manfaat praktis

a. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau informasi pada

ibu postpartum mengenai bendungan ASI.

b. Bagi BPM

Sebagai bahan masukan bagi BPM mengenai kejadian bendungan ASI agar

dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan

anak dalam upaya menurunkan jumlah kasus bendungan ASI pada ibu

postpartum.
6

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti

mengenai hubungan perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI

pada ibu postpartum


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bendungan Asi

1. Pengertian Bendungan Asi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan ASI adalah

terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan

limfe sehingga menyebabkan bendungan air susu dan rasa nyeri disertai

kenaikan suhu badan (Winkjosastro, 2019).


8

2. Etiologi

Bendungan ASI disebabkan oleh penyempitan duktus laktiferus,

kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan

pada putting susu. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI,

yaitu:

1) Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang

produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai

menyusu & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di

dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat

menimbulkan bendungan ASI.

2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin

atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan

ASI.

3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.

Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
9

4) Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.

Karena bayi tidak dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak mau

menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

5) Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu

karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus

untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan

bendungan ASI ( Winkjosastro, 2019).

3. Patofisiologi

Sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI

secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat

fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh

bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun keadaan ini bisa menjadi

bendungan, pada bendungan payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan

cairan jaringan. Aliran vena dan limfotik tersumbat, aliran susu menjadi

terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara

yang terbendung membesar, membengkak, dan sangat nyeri. Payudara dapat

terlihat mengkilat dan edema di daerah eritema difus. Puting susu teregang

menjadi rata, ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut

untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam.


10

4. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:

1) Jangan bersihkan payudara dengan sabun

2) Gunakan teknik menyusui yang benar

3) Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui

4) Jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat

5. Penanganan bendungan ASI pada ibu postpartum

Adapun tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani bendungan

ASI pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:

1) Susukan payudara sesering mungkin

2) Kedua payudara disusukan

3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan

4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui

5) Sangga payudara menggunakan bra

6) Kompres dingin pada payudara diantara menyusui

7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg Peroral setiap 4 jam

(Winkjosastro 2019).

B. Post Partum
11

1. Pengertian Post Partum

Nifas/ post partum adalah masa pulihnya, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini 6-8

minggu (Mochtar R ,2011). Nifas adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6 minggu Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Winkjosastro , 2019).

2. Tahapan Postpartum

Tahapan masa nifas Menurut (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2019)

1) Puerperium dini adalah masa kepulihan yakni seorang ibu di perbolehkan

berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial adalah masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ genetalia kira-kira 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna apabila ibu selama hamil (persalinan mempunyai komplikasi),

berlangsung 3 bulan.

3. Perubahan fisik dan psikologis masa postpartum

1) Perubahan fisik

a) Perubahan uterus

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan,

setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul, setelah 2 minggu


12

kembali pada ukuran sebelum hamil) (Suherni, Widyasih, &

Rahmawati, 2019).

b) Lochea

Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Widyasih, & Rahmawati,

2019) :

(1) Lochea Rubra ( Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel

darah desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan

hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri

atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti

kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir),

dan mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas

getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau)

(2) Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada

hari ke 3-7 setelah persalinan.

(3) Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke

7-14 setelah persalinan.

(4) Lochea alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu setelah

persalinan.
13

c) Perubahan vagina dan perineum

(1) Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-

lipatan atau kerutan-kerutan) kembali

(2) Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum tidak

sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,

tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih

apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat pada dinding

lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

(3) Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas

apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih

kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul

dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia

suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka

bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan

perawatan dengan baik (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2019).


14

d) Perubahan pada sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak.

Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi),

kurang makan, hemorroid, dan laserasi jalan lahir. Supaya buang air

besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang

mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini

tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan

pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang

lain (Suherni, Widyasih, Rahmawati, 2019)

e) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu, tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya

partus kalla II yang dilalui, Bersarnya tekanan kepala yang menekan

pada saat persalinan (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2019).

f) Perubahan tanda – tanda vital

(1) Suhu badan

Sekitar hari ke empat setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik

sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan di sebabkan karena

ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada


15

hari ke dua sampai hari-hari berikutnya, harus di waspadai infeksi

atau sepsis nifas.

(2) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali permenit,

yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan

istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama

postpartum. Tekanan darah Tekanan darah <140/90 mmHg.

Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari sebelum persalinan

pada 1-3 hari postpartum.

(3) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. (Suherni,

Widyasih, & Rahmawati, 2019)

2) Perubahan psikis ibu nifas

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus

dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru

lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan

dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan,

ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni, Hesty Widyasih,

Anita Rahmawati, 2019).

a) Fase takin in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari

pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
16

berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali

menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai

akhir.

b) Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan

tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan

sangat sensitive mudah tersinggung dan gampang marah.

c) Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase

ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

C. Proses Laktasi

1. Pengertin

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia.Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI

eklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara

baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
17

2. Tingkatan laktasi

a) Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali diskresi oleh kelenjar payudara,

mengandung tissue dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan

duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.

Diskresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.

Kolostrum Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI

yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6

bulan. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI

matur. Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika

dibandingkan dengan susu matur. Total energi lebih rendah jika

dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 Kal/100 ml kolostrum. Vitamin

yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur,

sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih

rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.

PH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur. Lipidnya lebih banyak

mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur.

Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi

menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar

antibodi pada bayi. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam (Riskani, 2017).
18

b) Air susu masa pralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.

Diskresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula

pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu

ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein Asi peralihan makin

merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. Juga

volume akan makin meningkat.

c) Asi matur

Merupakan ASI yang di skresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi

relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5). Pada ibu

yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-

satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI

Matur Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari Garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang

terdapat didalamnya. Jika dipanaskan ASI Tidak menggumpal, terdapat

antimikrobial faktor antara lain :

(1) Antibodi terhadap bakteri dan virus

(2) Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T)

(3) Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase,fosfatase, amilase,

fosfodiesterase, alkalinfosfatase)

(4) Protein (laktoferin, B12binding protein)

(5) Resistance factor terhadap stafilokokus


19

(6) Komplemen

(7) Interferron producing cell

(8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya

faktor bifidus

(9) Hormon-hormon (Riskani, 2017).

3. Proses pembentukan ASI

a) Laktogenesis I

Pada fase akhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase

laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa

cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang

tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun hal ini bukan

merupakan masalah medis. Apabila ibu mengeluarkan kolostrum sebelum

bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya

produksi ASI sebenarnya nanti

b) Laktogenesis II

Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat

hormon progesteron, estrogen, dan HPL, secara tiba-tiba. Namun hormon

prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.

Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan

meningkat dan mencapai puncaknya pada periode 45 menit, kemudian

kembali ke level sebelumnya rangsangan 3 jam kemudian. Keluarnya

kadar hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk


20

memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI sendiri.

Penelitian mengindikasikan apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu

sekitar pkl 02.00 dini hari hingga pkl 06.00 pagi. Sedangkan jumlah

prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

c) Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi

ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila

ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan

banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering

payudara dikosongkan (Ransjo Arvidson, 20017).

4. Refleks yang mempengaruhi produksi ASI

Terdapat banyak releks yang mempengaruhi produksi ASI. Ada reflex

pada ibu dan refleks pada bayi, keduanya berperan besar dalam proses tubuh

untuk menghasilkan ASI. Refleks pada ibu ada tiga, yaitu:

a) Reflek prolaktin

Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung syaraf. Syaraf inilah

yang kemudian memerintahkan otak untuk mengeluarkan hormon, yaitu

hormon prolaktin. Prolaktin merangsang alveoli (sel kelenjar) untuk

menghasilkan lebih banyak air susu. Menyusui dengan sering adalah

cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.


21

b) Let – Down Reflex

Hormon oksitosin yang dikeluarkan tubuh menyebabkan sel-sel otot

disekitar alveoli berkontraksi sehingga mendorong air susu masuk ke

saluran penyimpanan dan akhirnya bayi dapat menghisapnya.

Terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh kondisi jiwa ibu. Melalui reflex

ini, terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan

mengurangi perdarahan. Oleh karena itu, bayi perlu disusui segera

mungkin. Semakin bayi menghisap, semakin banyak susu yang

dihasilkan.

c) Refleks Prolaktin dan Oksitosin

Sama seperti refleks pada ibu, refleks pada bayi yang berpengaruh

dalam proses menyusui pun ada tiga :

(1) Rooting Refleks atau Refleks Mencari Bayi baru lahir bila disentuh

pipinya akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang

atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha mencari

puting untuk menyusu. Refleks ini sangat penting selama proses

menyusui karena bayi akan menggunakan refleks ini untuk memulai

menyusu

(2) Refleks menghisap Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin

sering menghisap, produksi ASI pun akan semakin berlimpah.

Refleks ini akan terlihat bila ada sesuatu yang merangsang langit-

langit mulutnya, biasanya puting susu


22

(3) Refleks menelan Saat ada sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya,

dalam hal ini air susu, bayi sudah bisa menelanya (Adlecreutz,

2015).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI

a) Faktor anatomis buah dada

Produksi ASI akan menjadi dilobulus yang akan berkumpul menjadi

lobus. Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, jumlah lobulus

juga akan berkurang sehingga produksi ASI berkurang karena sel-sel

acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan

berkurang.

b) Faktor fisisologis

Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang

dikeluarkan oleh selalfa dari lobus anterior kelenjar hipophyse. Hormon

ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan

rangsanganl pada sel acini berkurang sehingga pembentukan ASI

berkurang.

c) Nutrisi

Apabila dalam makanan ibu terus menerus kekurangan gizi,

persediaan alam tubuh akan habis sehingga kualitas dan kuantitas ASI

menurun
23

d) Faktor istirahat

Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan tubuh, apabila

kurang istirahat akan mengalami kelelahan sehingga pembentukan dan

pengeluaran ASI berkurang

e) Faktor isapan anak

Isapan anak akan merangsang otot puting susu yang akhirnya

merangsang otot polos dalam payudara agar berkontraksi. Kontraksi

sangat penting untuk pembentukan dan pengeluaran ASI

f) Faktor obat

Obat yang dapat mempengaruhi adalah obat yang mengandung

hormon. Hormon akan mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat

penting mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. (Pillitteri.,A,

20109.

D. Tinjauan tentang Perawatan Payudara pada Ibu Postpartum

1. Pengertian

Perawatan payudara pada postpartum merupakan perawatan payudara

yang dilakukan pada ibu pasca melahirkan/ nifas untuk melancarkan sirkulasi

darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin,

yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan

payudara untuk ibu nifas yang menyusui merupakan salah satu upaya

dukungan terhadap pemberian ASI bagi bayi.


24

2. Tujuan Perawatan Payudara

1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi

2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet

3) Untuk menonjolkan puting susu

4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

6) Untuk memperbanyak produksi ASI

7) Untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara

3. Persapan alat

1) Baby oil secukupnya

2) Kapas secukupnya

3) Waslap 2 buah

4) Handuk bersih 2 buah

5) Bengkok

6) 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)

7) BH yang bersih dan terbuat dari katun

4. Persiapan ibu

a) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan

handuk

b) Baju ibu bagian depan dibuka

c) Pasang handuk
25

5. Pelaksanaan Perawatan Payudara

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan

payudara pasca persalinan, yaitu :

1) Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian

bersihkan dengan kapas minyak tadi.

2) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk

diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.

3) Penonjolan puting susu yaitu : Puting susu cukup ditarik sebanyak 20

kali, dirangsang dengan menggunakan ujung waslap, memakai pompa

puting susu

4) Pengurutan payudara:

(a) Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan. Peganglah

payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30 kali

(b) Sanggalah payudara kiri anda menggunakan tangan kiri. Lakukan

gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari
26

pangkal payudara dan berakhir pada daerah puting susu dengan

gerakan spiral.

(c) Buatlah gerakan melingkar sambil sedikit menekan dimulai dari

daerah pangkal payudara hingga ke puting susu di seluruh bagian

payudara. Lakakukan hal yang sama pada payudara berikutnya

(d) Letakkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara. Pijatlah

dari tengah-tengah antara payudara sambil sedikit mengangkat kedua

payudara dan lepaskan kedua secara perlahan. Dianjurkan

mengulangi gerakan ini hingga 30 kali.

(e) Gerakan lainnya adalah mengerakkan payudara kiri dengan kedua

tangan, ibu jari berada di atas puting, sementara keempat jari lain

berada di bawah. Dengan lembut, lakukan grakan memeras payudara

sambil meluncurkan kedua tangan ke depan (kearah puting). Lakukan

gerakan yang sama pada payudara lain.

(f) Kemudian, cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan

satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi

kelingking dari arah pangkal payudara kearah puting susu dengan

cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian

payudara terkena urutan. Semua gerakan pemijatan payudara ini

mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk melancarkan reflex

produksi meningkatkan volume ASI) dan pengeluaran ASI. Selain

itu, dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara


27

(g) Perangsangan payudara setelah selesai pengurutan, payudara disiram

dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air

hangat dahulu kemudian air dingin).

(h) Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga payudara.

Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum

maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung

dengan sempurna (Pilleteri A, 2010).

6. Pelaksanakan dan Frekuensi perawatan payudara

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini

mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan, hal itu dilakukan 2 kali

sehari. Adapun langkah-langkah perawatan payudara sebagai berikut :

1) Ibu mencuci tangan

2) Ibu meletakkan kain bersih pada kedua payudara

3) Ibu mengompres payudara dengan minyak/baby oil dengan

menggunakan kapas

4) Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua telapak tangan ibu.

5) Ibu mengurut dari atas ke arah puting susu

6) Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke arah puting susu.

7) Ibu melakukan pengurutan pada payudara dengan cara melingkar

dimulai dari atas, ke samping dan ke bawah.


28

8) Ibu melakukan kompres air hangat setelah melakukan pengurutan

dengan menggunakan washlap bergantian dengan menggunakan air

hangat dan air dingin.

9) Ibu kompres air hangat dan air dingin pada kedua payudara secara

bergantian.

10) Ibu mengeringkan payudara setelah.melakukan perawatan payudara

(Anggraini Yeti, 2019).


Faktor – faktor Penyempitan
penyebab duktus laktiferus
Kelenjar – kelenjar Perawatan payudara 29
bendungan ASI
payudara yang tidak
dikosongkan

Kelainan puting susu


Bendungan Asi
E. Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori Hubungan Perawatan Payudara dengan


Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum
Modifikasi dari Riskani (2017)
dan Winkjosastro (2019).
Perawatan payudara

Bendungan ASI

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka, kemudian beberapa faktor

yang mempengaruhi (Perawatan payudara) dengan kejadian bendungan ASI,

maka kerangka konsep dalam penelitian ini, digambarkan dalam skema berikut:

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Penjelasan :

= Variabel yang akan diteliti

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Defini Operasional


31

N Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


o Operasional Ukur Ukur
Variabel Independent

1 Bendungan ASI Kuesioner a. Baik : jika Nominal


Bendungan adalah jawaban responden ≥
ASI terjadinya 50%,
pembengkakan
pada payudara b. Kurang Baik :jika
karena jawaban responden <
peningkatan 50%
aliran vena dan (Saryono, 2011).
limfe yang
disertai dengan
rasa nyeri pada
payudara
Vaiabel Dependent

1 Perawatan Perawatan Kuesiner a. Baik : jika Nominal


Payudara payudara pada jawaban responden
postpartum
merupakan b. Kurang Baik :jika
perawatan jawaban responden <
payudara yang 50%
dilakukan pada
ibu pasca
melahirkan/
nifas untuk
melancarkan
sirkulasi darah
dan mencegah
tersumbatnya
saluran susu
sehingga
memperlancar
pengeluaran ASI
.

C. Hipotesis
32

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masuh harus dibuktikan kebenarannya.

Ha: Ada Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada

Ibu Post Partum di BPM Mas junaini

Ho: Tidak Ada Hubungan Perawatan Payudara dengan Kejadian Bendungan

ASI pada Ibu Post Partum di BPM Mas junaini


33
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelatif yaitu

penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan

itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena

(Notoatmodjo, 2016). Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

artinya semua variabel yang termasuk efek akan diteliti dan kumpulkan pada

waktu yang bersamaan.

B. Rencana Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini akan direncanakan dan dilakukan di BPM Mas junaini

2. Waktu

Penelitan ini akan direncanakan dan dilakukan pada bulan Mei – Juni 2023

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pada penelitian diwajibkan adanya populasi untuk menjadi responden dan

menjadi acuan dalam pengambilan data peneliti. Populasi penelitian dapat

diartikan sebagai subjek (manusia atau klien) yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian

ini adalah ibu post partum berjumlah 128 ibu.


35

2. Sampel

Sampel dalam penelitian didapatkan dari penyaringan sebagian populasi yang

terjangkau, yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui

sampling. Sampling sendiri merupakan proses menyeleksi subjek penelitian

dari populasi yang telah ditetapkan. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

hamil yang melakukan pemeriksaan di BPM Mas Junaini Pengambilan

sampel dengan metode Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

accidental sampling yaitu sebanyak 32 orang,

Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

1. Ibu postpartum yang bersedia menjadi responden

2. Ibu post partum yang melakukan pemeriksaan di BPM Mas junaini

Kriteria Ekslusi :

1. Ibu postpartum yang tidak bersedia menjadi responden

D. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah

(Arikunto,2014).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penelitian

dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari dua, yakni kuesioner tentang Perawatan

Payudara dan Kuesioner tentang Bendungan ASI. Pada kuesioner tentang


36

Perawatan Payudara memuat mengenai pernyataan tentang tata cara perawatan

payudara yang baik dan benar dengan pilihan jawaban Benar dan Salah.

Sementara kuesioner tentang Bendungan ASI memuat pertanyaan tentang

aktifitas menyusui dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak.

Penentuan skor diperoleh dari presentase jawaban dari responden

menggunakan skala Guttman. Adapun rumus umum menurut skala Gutman

yaitu:

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi - skor terendah = 100 - 0 = 100%

Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun Pada kriteria objektif

suatu variabel, kategori yaitu Baik dan Kurang Baik Interval (I) = 100 / 2 = 50%

Kriteria penilaian = skor tertinggi - interval = 100 - 50 = 50%, sehingga, Baik =

jika skor ≥ 50%, Kurang Baik = jika skor < 50% (Saryono, 2011)

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan data primer dan data skunder. Data primer

yaitu data yang didapatkan langsung dari seluruh responden penelitian dengan

menggunakan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti. Pengambilan data

terlebih dahulu menyeleksi sampel dari seluruh populasi yang akan digunakan

dengan teknik simple random sampling, dan data dikumpulkan melalui kuesioner.

Sedangkan data sekunder didapatkan dari studi pendahulan yang didapatkan dari

BPM Mas junaini.

F. Pengolahan Data
37

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan komputer, melalui

beberapa tahap antara lain.

a. Editing (Pemeriksaan data)

Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner. Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. kegiatan untuk melakukan

pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah disi dengan lengkap, jelas

jawaban dari responden,relevan jawaban dengan pertanyaan, konsisten.

b. Coding (Pengolahan data)

Merupakan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka /

bilangan. Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjut nya dilakukan

peng”kodean “ atau “coding “.

c. Entry

Memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan koding tersebut kedalam

komputer yaitu untuk memastikan apakah semua data sudah siap dianalisis.

d. Cleaning (Pembersihan data)

Untuk memastikan apakah data sudah siap dianalisis.Apabila semua data dari

setiap sumber data atau responden selesai dimasukan,perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan sebagainya.

e. Pengolahan data
38

Pada penelitian ini pengolahan data dengan menggunakan perangkat

komputerisasi SPSS (Nursalam.2016).

G. Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan :

1. Analisis Univariat

Analisa data yang dapat dilakukan adalah analisa data univariat yang dilakukan

untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masing – masing variabel

penelitian, baik variabel independen maupun variabel dependen dengan

menggunakan rumus persentase :

Keterangan :

P : Jumlah persentasi yang ingin dicari.

F : Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif jawaban.

n : Jumlah populasi.

Dari rumus diatas nilai proporsi yang didapatkan dalam bentuk persentase dapat

diinterprestasikan dengan menggunakan data :

0% : Tidak satupun dari responden.

1% - 25% : Sebagian kecil dari responden.

26% - 49% : Hampir sebagian dari responden.

50% : Setengah dari responden.

51%-75% : Sebagian besar dari responden.


39

76%-99% : Hampir seluruh dari responden

100% : Seluruh responden. (Saryono, 2011)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan Uji chi

square (x2) dengan menggunakan α= 0,1 dan Confidence Interval (CI) sebesar

90% (Notoadmodjo, 2014).

Aturan pengambilan keputusan:

Jika P value ≤ α (0,05) maka Ha diterima, jadi ada Hubungan Perawatan

Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di BPM Mas

junaini

Jika P value ≥ α (0,05) maka Ha ditolak, jadi tidak ada Hubungan Perawatan

Payudara dengan Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Post Partum di BPM Mas

junaini

H. Alur Penelitian

Alur penelitian terdiri dari dua tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada

tahap persiapan meliputi kegiatan konsultasi dengan pembimbing, studi pustaka

dan melakukan survey awal untuk menentukan masalah penelitian dan

menyiapkan instrument/alat pengumpul data. Pada tahap pelaksaan dimulai

dengan menggunakan data.

I. Etika Penelitian
40

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi tempat

penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden ,

tetapi lembar tersebut diberikan kode

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian


41
DAFTAR PUSTAKA

Adlercreutz, H., Bannwart, C., Wahalasnm, K., et al. (2015). Inhibition of human
aromatase by mammalian lignans and isoflavonoid and phytoestrogen. J
Steroid Biochem Mol Biol; 44: 147-53..
Anggraini Yeti. (2019). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: ECG.
Haeriaty Nita. (2019). Hubungan Perawatan Payudara dengan Produksi ASI pada Ibu
Nifas di RSUD Sinjai. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. UIN Alauddin
Makassar.
Hipgrave, D. B., Assefa, F., Winoto, A. & Sukotjo, S., (2019). Donated breast milk
substitutes and incidence of diarrhoea among infants and young children after
the May 2006 earthquake in Yogyakarta and Central Java. Public Health
Nutrition
Hullyana. (2017). Produksi ASI dan Faktor Yang Mempengaruhinya.
http://www.dinkesjateng.org/profil2005/bab5.htm.
Justin, Sheilla. (2018). A breast that is inflamed suggests that the teste of the milk.
http://Pubmed.com.
Manuaba, IBG. (2016). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Meihartati Tuti. (2017). Hubungan antara Perawatan Payudara dengan kejadian
Bendungan ASI (engorment) pada Ibu Nifas. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan
Mochtar, R. (2018). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Nurhayati (2018). Kepuasan
Pasien Terhadap Pelayanan Kebidanan di Bidan Praktik Swasta Pare, Kediri.
Pillitteri, A. (2019). Buku Saku Asuhan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.
Safitri, Hanum Dwi. (2019). Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian
bendungan ASI di BPS Amalia Sidoarjo”. University of Nahdlatul Ulama
Surabaya. Jurnal
Saryono. (2017). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Nuha Medika:
Jogjakarta.
Soetjiningsih. (2017). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC : Jakarta.
Suherni., Widyasih., Rahmawati. (2019). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya.
Winkjosastro. (2018). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo..
L

N
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
..................
Di-
Tempat
Dengan Hormat,

Saya adalah mahasiswa yang sedang menyelesaikan Pendidikan Sarjana


Kebidanan di Universitas Dehasen Bengkulu. Sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan Pendidikan sarjana kebidanan setiap mahasiswa diwajibkan
untuk melakukan penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Perawatan Payudara Dengan
Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu Post Partum Di Bpm Mas
Junaini”Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat buruk dan merugikan
saudara/saudari sebagai responden. Semua kerahasiaan informasi yang
diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
saudara/saudari menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan
saudara/saudari untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan.
Atas perhatian dan kerjasama saudara/i saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Resti Dapianita
Lampiran 2

PERNYATAAN SETUJU MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :

Menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam


penelitian yang dilakukan mahasiswi Universitas Dehasen Bengkulu tentang
“Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada
Ibu Post Partum Di Bpm Mas Junaini”” sebagai responden saya akan
memberikan informasi yang jujur dan sebenar-benarnya serta tanpa paksaan.
Saya mengetahui bahwa keterangan yang saya berikan akan bermanfaat bagi
penelitian ini.

Lebong, ..../… /2023


Yang membuat pernyataan

(..................................)
Lampiran 3

KUESIONER
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU
POST PARTUM DI BPM MASJUNAINI

I. Biodata Responden
A. Nama :.....................................
B. Umur : th
I. Kuesioner
Petunjuk pengisian kuesioner :
A. Pilihlah jawaban dengan Y = Ya, T = Tidak
B. Pilih salah salah satu jawaban yang saudara
anggap paling sesuai dengan pendapat saudara
seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan
yang tersedia.
C. Berilah tanda (  ) pada salah satu kolom jawaban
yang sesuai dengan pilihan jawaban.
1. Kuesioner Perawatan Payudara

No. Pernyataan Perawatan Payudara yang Ya Tidak


Dilakukan oleh Ibu Post Partum
1. Ibu mencuci tangan.
2. Ibu meletakkan kain bersih pada kedua
payudara.
3. Ibu mengompres payudara dengan
minyak/baby oil dengan menggunakan
kapas.
4. Ibu mengolesi minyak/baby oil pada kedua
telapak tangan ibu.
5. Ibu mengurut dari atas ke arah puting
susu.
6. Ibu mengurut dari atas ke samping dan ke arah
puting susu.
7. Ibu melakukan pengurutan pada payudara
dengan cara melingkar dimulai dari atas,
ke samping dan ke bawah.
8. Ibu melakukan kompres air hangat setelah
melakukan pengurutan dengan menggunakan
washlap bergantian dengan
menggunakan air hangat dan air dingin.
9. Ibu kompres air hangat dan air dingin pada
kedua payudara secara bergantian.
10Ibu mengeringkan payudara
setelah.melakukan perawatan payudara.

2. Kuesioner Bendungan ASI


No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah ibu merasakan ada
pembengkakan pada payudara
2. Jika jawaban “Ya”, apakah disertai rasa
nyeri?
3. Apakah ibu memiliki kesulitan dalam
menyusui?
Lampiran 4

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No.43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu
38228 Telp( 736) 21977 Fax. (0736)
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Resti Dapianita

NPM : 21270038P

Pembimbing Utama : Liya Lugita Sari, SST.,M.Kes

Judul Proposal Skripsi : Hubungan Perawatan Payudara Dengan

Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post

Partum Di BPM Mas Junaini

Tanggal Komentar Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jalan Merapi Raya No.43 Kebun Tebeng Kota Bengkulu
38228 Telp( 736) 21977 Fax. (0736)
KARTU BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Resti Dapianita

NPM : 21270038P

Pembimbing Pendamping : Taufianie Rossita, SST.,M.KM

Judul Proposal Skripsi : Hubungan Perawatan Payudara Dengan

Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post

Partum Di BPM Mas Junaini

Tanggal Komentar Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai