Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI


PADA IBU POSTPARTUM DIWILAYAH PUSKESMAS
BENCONGAN PERIODE MARET - MEI
TAHUN 2023

Oleh:
MUTIARA SANHAN LAILA
220403789536

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA

JAKARTA

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU


POST PARTUM DI WILAYAH PUSKESMAS BENCONGAN PERIODE
MARET – MEI TAHUN 2023

Oleh : Mutiara Sanhan Laila


220403789536

Telah Disetujui, diperiksa, dipertahankan dan siap dihadapkan sidang Tim


Penguji Proposal penelitian Program Studi Program Sarjana Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Pertiwi Indonesia

Jakarta, Mei 2023

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Bd.Hj.EllaNurlelawati, S.SiT.,SKM.,M.Kes) (Kenny Rukaini, SSiT, Bd.M.Kes)


NIDK.9990474198

Mengetahui
Ketua Program Studi kebidanan Program Sarjana

(Dian Reflisiani, S.ST., M.Kes)


NIDN. 0217118603

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuni-Nya,

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Hubungan Pijat Oksitosin

Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di wilayah Puskesmas Bencongan

Periode Maret-Mei 2023”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan

Program Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia. Bersama ini perkenankanlah

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus

kepada:

1. Dr. Bd. Hj. Lilik Susilowati, S.SiT, SKM, M.Kes, MARS selaku Ketua

Yayasan Bhakti Pertiwi Indonesia

2. Dr. Bd. Hj. Ella Nurlelawati, S.SiT.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKes

Bhakti Pertiwi Indonesia dan selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam

melakukan perbaikan-perbaikan dalam melakukan penulisan proposal

penelitian penulis.

3. Dian Reflisiani, S.ST., M.Kes Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia

4. Kenny Rukaini, SSiT, Bd.M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam

melakukan perbaikan-perbaikan dalam melakukan penulisan proposal

penelitian penulis.

iii
5. Kedua Orang tua Tercinta Muhammad Sibandan Ibu Hartati yang selalu

mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih saying serta

selalu member semangat kepada penulis.

6. Kakak-kakak tercinta juga selalu mendukung penulis selama pendidikan

7. Rekan-rekan semua, terimakasih atas bantuan, persahabatan dan

dukungannya selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih untuk persahabatan kita.

8. Untuk partner hidup yang selalu mendukung dan memberikan semangat

terhadap penulis.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan

datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan Program

studi Pendidikan Profesi Bidan khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, Mei 2023

Mutiara Sanhan Laila

iv
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
1.6 Keaslian Penelitian ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 8
2.1 Konsep Dasar Nifas .................................................................................. 8
2.2 ASI (Air Susu Ibu) ................................................................................. 12
2.3 Pijat Oksitosin ........................................................................................ 31
2.3.1 Definisi Pijat Oksitosin ................................................................... 31
2.3.2 Manfaat Pijat Oksitosin ................................................................... 32
2.3.3 Reflek Prolaktin .............................................................................. 33
2.3.4 Langkah-langkah dalam pijat oksitosin .......................................... 34
2.4 Kerangka Teori ....................................................................................... 35
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 36
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 36
3.2 Variabel dan Definisi Operasional ......................................................... 36
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 38
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 39
4.1 Desain Penelitian .................................................................................... 39
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 39
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 40

v
4.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 41
4.5 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 41

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jobsheet Pijat Oksitosin............................................................................. 34


Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pijat OksitosinTerhadap Proses
Pengaluaran ASI......................................................................................................... 37

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan tunggal dan terbaik yang

memenuhi semua kebutuhan tumbuh kembang bayi sampai berusia 6 bulan

serta makanan yang kaya akan gizi dan sangat penting untuk pertumbuhan

anak. ASI juga mengandung anti body dari ibu yang menjadi daya tahan

tubuhnya dan membantu memerangi penyakit. Oleh karenanya, ASI

merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi, karena

mengandung unsur-unsur gizi spesifik yang dibutuhkan oleh bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tidak ada cairan atau

makanan lain yang diperlukan bayi, selain dari pada ASI (Sugito, 2016).

Sedangkan menurut Anggraeni (2015) ASI adalah makanan alami yang

pertama untuk bayi.

Asi selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada

bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang dikandungnya. Berbagai

telaah ilmiah telah dilakukan oleh para ahli terhadap komposisi ASI dan

pengaruhnya terhadap kesehatan bayi. Pesan yang dapat disampaikan adalah

ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi walaupun ibu dalam

kondisi kurang gizi sekalipun.

Menurut badan kesehatan World health Organization dan United

Nation Internasional Children’s Emergency Fund merekomendasikan inisiasi

1
2

menyusui dini dalam waktu satu jam dari Air Susu Ibu (ASI) ekslusif selama

6 bulan pertama kehidupan, dan pemberian makanan (padat) pada 6 bulan

sebagai pengenalan nutrisi yang memadai dan aman bersama dengan terus

menyusui sampai 2 tahun atau lebih. Namun, banyak bayi dan anak-anak

tidak menerima makanan optimal, dimana hanya 36% dari bayi usia 0 sampai

6 bulan di seluruh dunia yang diberikan ASI ekslusisif selama periode tahun

2007 sampai tahun 2014 (WHO, 2016 dalam Iswari, 2018).

Pada analisis data dari United National Childrens Found ada 123

negara yang menunjukkan jika di seluruh dunia sebagian besar bayi pernah di

susui dalam kehidupan mereka, dengan cakupan 95% bayi pernah menerima

ASI, tetapi angka ini cukup bermacam-macam antara negara yang

berpenghasilan rendah dan menengahhanya sebesar 4% bayi yang

mendapatkan ASI, lalu di negara berpengehasilan tinggi sebesar 21% bayi

tidak pernah menerima ASI. Beberapa negara seperti Oman, Swedia dan

Uruguay hampir semua bayi di susui tetapi tidak di negara lain karena

angkanya jauh lebih rendah. Seperti yang direkomendasikan oleh UNICEF

dan WHO, kesenjangan terbesar berada di daerah Afrika Barat dan Tengah,

di mana sebesar 63% bayi di kelurga terkaya. Kemudian kesenjangan antara

kelompok kaya dan miskin paling kecil di Eropa Timur dan Asia Tengah, di

mana keluarga terkaya dan termiskin memiliki tingkat menyusi rendah yaitu

sebesar 23% dan 31% masing masing (UNICEF, 2018).

Hasil dari Survey Data dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

2017 menunjukan praktik pemberian ASI bayi berumur di bawah 6 bulan


3

adalah 52%. Presentase ASI Ekslusif menurun seiring dengan bertambahnya

umur bayi, dari 67% pada umur 0-1 bulan, menjadi 55% pada umur 2-3

bulan, dan 38% pada umur 4-5 bulan (SDKI, 2017). Cakupan bayi yang

mendapatkan ASI Ekslusif secara nasional sebesar 61,33%. Angka tersebut

sudah melampaui target Rencana Strategi (Renstra) pada beberapa provinsi

tahun 2017 yaitu 44% namun Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi

yang belum mencapai target renstra pada tahun 2017 dengan presentase

36,93% (Profil Kesehatan RI, 2017).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2019 persentase

pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di Provinsi Banten pada tahun

2018 sebesar 56,1%, sedikit terdapat peningkatan dibandingkan presentase

pemberian ASI ekslusif tahun 2017 yaitu 50,8%. Persentase pemberian ASI

ekslusif tertinggi tahun 2018 adalah Kabupaten Serang yaitu 68,5%, diikuti

Kabupaten Tangerang 64,5% dan Kabupaten Pandeglang 62,1%. Kabupaten

atau kota dengan persentase pemberian ASI ekslusif terendah adalah Kota

Cilegon 35,2%, diikuti Kota Serang 37,5%, dan Kabupaten Lebak 52,1%

(Profil Kesehatan Kota Tangerang, 2019).

Walau sudah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat,

vitamin dan mineral), angka cakupan perdaerahnya masih rendah dibanding

target Nasional (Sugito, 2016).


4

Upaya untuk memperlancar ASI pada ibu menyusui terdapat banyak

cara yaitu dengan merebus daun katuk, merebus kunyit lalu di perass arinya

untuk dijadikan jamu, atau dengan memakan berbagai macam jenis kedelai,

breastcare (pijat payudara), hypno-breastfeeding, pijat endorphin dan

pijatoksitosin (Yuventhia, 2018). Salah satu upaya untuk memperlancar

produksi ASI yaitu dengan melakukan pijat oksitosin, karena dengan cara

pijat oksitosin dapat merangsang sekresi hormon oksitosin sehingga dapat

merangsang produksi ASI sedini mungkin (Handayani & Rustiana, 2020).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurliza &Marsilia

(2020) terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu

nifas. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebra) sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yusari Asih,

2017) dalam (Arniayanti & Angraeni, 2020). Pijat oksitosin setelah

melahirkan dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dikirimkan ke otak

sehingga hormon oksitosin dikeluarkan dan mengalir kedalam darah,

kemudian masuk ke payudara ibu menyebabkan otot-otot disekitar alveoli

berkontraksi dan membuat ASI mengalir disaluran ASI (Manurung &

Sigalingging, 2020).

Berdasarkan uraian data di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pijat Oksitosin Terhadap

Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di Wilayah Puskesmas Bencongan

Periode Maret-Mei 2023”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat

dirumuskan adalah “apakah ada hubungan antara pijat oksitosin terhadap

produksi ASI?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan pijat oksitosin Terhadap Kelancaran Produksi

ASI Pada Ibu Post partum di Wilayah Puskesmas Bencongan Periode

Maret-Mei 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu post partum yang

tidak dilakukan pijat oksitosin di Wilayah Puskesmas Bencongan

pada periode Maret-Mei 2023.

2. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu post partum yang di

lakukan pijat oksitosin di Wilayah Puskesmas Bencongan pada

periode Maret-Mei 2023.

3. Menganalisis hubungan pijat oksitosin dengan Produksi ASI pada

ibu postpartum di Wilayah Puskesmas Bencongan periode Maret-

Mei 2023.
6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi untuk

melengkapi bahan Pustaka sebagai bahan masukan serta evaluasi

proses belajar mengajar.

1.4.2 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

khususnya pada pasien postpartum terhadap tindakan pijat oksitosin.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para

pembaca dan meningkatkan pengetahuan khususnya mahasiswa

kebidanan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pijat oksitosin

terhadap produksi ASI pada periode Maret-Mei 2023 di Wilayah Puskesmas

Bencongan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum

tahun 2023 di Wilayah Puskesmas Bencongan. Yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah hubungan pijat oksitosin terhadap produksi ASI di

Wilayah Puskesmas Bencongan 2023.

Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data yang telah

dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah-langkah yaitu pengeditan

(editing), pengkodean (coding), pemasukan data (entering) dan pembersihan


7

(cleaning). Hasil penelitian akan dianalisa dengan Analisa univariat dan

bivariat.

1.6 Keaslian Penelitian

Menurut Dewi Maritalia (2012), yang berjudul “Pengaruh Pijat

Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta”, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada efek pijat oksitosin

untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu pospartum di Puskesmas

Yogyakarta.

Menurut Musyrifatul Husniyah (2017), yang berjudul “Pengaruh Pijat

Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta”, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada efek pijat oksitosin

untuk meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Jetis Kota

Yogyakarta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium)

dimulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali

normal seperti sebelum hamil (Asih & Risneni, 2016).

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara

keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (GAVI, 2015).

2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Asih & Risneni (2016), asuhan yang diberikan kepada ibu nifas

bertujuan untuk:

1. Memulihkan kesehatan klien

a. Menyediakannutrisisesuaikebutuhan.

b. Mengatasi anemia.

c. Mencegahinfeksidenganmemperhatikankebersihan dan sterilisas

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot

(senam nifas) untuk memperlancar peredaran darah.

2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

8
9

3. Mencegah infeksi dan psikologis.

4. Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI.

5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai

masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi

dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2.1.3 Tahapan Masa Nifas

Menurut Walyani & Purwoastuti (2017) masa nifas dibagi dalam

3 tahap, yaitu:

1. Puerpenium dini(immediate puerperium)

Yaitu suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum).

2. Puerpenium intermedial (early puerperium)

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi secara

menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

3. Remote puerpenium(late puerperium)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna secara bertahap terutama jika selama masa

kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk

sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

2.1.4 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab

seorang bidan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara

komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun reproduksi


10

seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar,

salah satu asuhan berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa

nifas, menurut Asih & Risneni (2016) bidan mempunyai peran dan

tanggung jawab antara lain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatana

dministrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman.

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya

untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional.


11

2.1.5 Kunjungan Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa pemulihan organ reproduksi pasca

persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun bayi.

Masa nifas ini diperkirakan terjadi selama 6-8 minggu. Meskipun sudah

dinyatakan baik-baik saja dan diperbolehkan pulang namun ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu selama masa nifas.

Menurut Kemenkes R.I (2020) pelayanan nifas yang dapat diberikan

pada masa nifas yaitu:

1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada 6 jam sampai 2 hari

setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluardari vagina, pemeriksaan payudara

dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, pemberiankapsul vitamin A,

minum tablet tambah darah setiap hari.

2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari

ke-7 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang

keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan

payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, minum tablet

tambah darah setiap hari.

3. Kunjungan nifas ketiga (KF 3) pelayanan yang diberikan pada hari

ke-8 sampai ke-28 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang

diberikan sama dengan asuhan pada KF 2.


12

4. Kunjungan nifas keempat (KF 4) pelayanan yang dilakukan pada

hari ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan

yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3 yaitu pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara

dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, minum tablet tambah darah

setiap hari, KB pasca persalinan.

2.2 ASI (Air Susu Ibu)

2.2.1 Definisi Asi

Air susu ibu (ASI) adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar

payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan

berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013).

ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi

khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.

ASI berdasarkan definis diatas adalah sumber makanan bagi bayi yang

diproduksi oleh kelenjar payudara ibu yang mengandung unsur gizi

lengkap untuk memenuhi kebutuhan bayi secara optimal (Dinas

Kesehatan Kota Semarang, 2015).

Menurut, Astutik (2014) ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki

jenis dan kandungan yang berbeda beda, terdapat 3 jenis ASI yang di

produksi oleh ibu:


13

1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang diproduksi pada

hari pertama hingga keempat dengan kandungan protein dan zat anti

infeksi yang tinggi serta berfungsi sebagai pemenuh gizi dan proteksi

bayi baru lahir.

2. Transitional milk (ASI peralihan)

ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum, ASI

peralihan diproduksi 8-20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan

vitamin larut air yang lebih tinggi ,dan kadar protein, mineral lebih

rendah.

3. Mature milk (ASI matang)

ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari

setelah melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi

bayi dari 10% karbohidrat, protein, dan lemak untuk perkembangan

bayi (Widuri, 2013). Asi matang memiliki dua tipe yaitu foremilk

dan hildmilk. Foremilk diproduksi pada awal menyusui dengan

kandungan tinggi protein, laktosa dan nutrisi lainnya namun rendah

lemak, serta komposisi lebih encer. Sedangkan hindmilk diproduksi

menjelang akhir menyusui dengan kandungan tinggi lemak.

2.2.2 Manfaat ASI Esklusif

Menurut wulandari & iriana (2013) manfaat ASI ekslusif adalah

sebagai berikut:
14

1. Bagi bayi

a. Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena

mengandung zat gizi yang seimbang dan cukup serta diperlukan

untuk 6 bulan pertama.

b. Asi terutama kolostrum mengandung immunoglobu linyaitu

secretory IgA (SIgA), yang berguna untuk pertahanan tubuh

bayi. Melindungi terhadap penyakit diantaranya diare, gangguan

pernapasan dan alergi karena tidak mengandung zat yang dapat

menimbulkan alergi.

c. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi

ASI ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan.

d. Meningkatkan jalinan kasih sayang.

e. Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai serta mudah

dicerna dan zat gizi mudah diserap.

f. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6

bulan pertama, 87% ASI adalah air.

g. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan

otak sehingga bayi ASI ekslusif potensi lebih pandai.

h. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,

kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.

2. Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu antara lain:

a. Mengurangi kejadian kanker payudara


15

Pada saat menyusui hormone esterogen mengalami penurunan,

sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormone

esterogen tetap tinggi dan inilah yang menjadi salah satu pemicu

kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan hormon

esterogen dan progesteron.

b. Mencegah perdarahan pasca persalinan

Perangsangan pada payudara ibu oleh hisapan bayi akan

diteruskan ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan

merangsang terbentuknya hormon oksitosin. Oksitosin

membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah

terjadinya perdarahan paca persalinan.

c. Mempercepat pengecilan kandungan

Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan

kandungan berktraksi dan dengan demikian pengecilan

kandungan terasa lebih cepat .

d. Dapat digunakan sebagai metode KB sementara

Meyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Rata-

rata jarak kelahiran ibu yang meyusui adalah 24 bulan

sedangkan yang tidak menyusui adalah 11 bulan. Hormon yang

mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk

ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. ASI

yang digunakan sebagai metode KB sementara dengan syarat:


16

bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali dan ASI

diberikan secara eksklusif .

e. Mempercepat kembali keberat badan semula

Selama hamil, ibu meimbun lemak dibawak kulit. Lemak ini

akan terpakai utuk membetuk ASI, sehigga apabila ibu tidak

menyusui, lemak tersebut akan tetap tertimbun di dalam tubuh.

f. Steril, aman dari pencemaran kuman.

g. Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi .

h. Megandung antibody yang dapat menghambat pertumbuhan

virus.

i. Tidak ada bahaya alergi.

3. Manfaat ASI untuk keluarga:

a. Aspekekonomi .

b. Aspekpsikologis.

c. Aspekkemudahan.

4. Manfaat ASI bagi Negara :

a. Menurukan angka kesakitan dan kematian anak .

b. Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit .

c. Mengurangi devis auntuk membeli susu formula.

2.2.3 Refleks Yang Mempengaruhi Pembentukan ASI

Menurut Khasanah (2012) ada dua refleks yang mempengaruhi

pembentukan ASI antara lain sebagai berikut:


17

1. Refleks Prolaktin

Ketika bayi menyusu, terjadi rangsangan pada puting payudara dan

areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke kelenjar di otak yang

membantu produksi susu sehingga mengeluarkan hormon prolaktin,

lalu masuk ke peredaran darah, dan sampai pada kelenjar-kelenjar

pembuat ASI pada payudara. Kemudian, kelenjar tersebut akan

terangsang untuk memproduksi ASI.

2. Let Down Refleks

Let down refleks membuat ASI keluar. Let down refleks mudah

terganggu, misalnya pada saat ibu mengalami guncangan emosi,

tekanan jiwa, dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down

refleks mengakibatkan ASI tidak keluar sehingga bayi tidak cukup

mendapatkan ASI.

2.2.4 Kandungan Zat Gizi

ASI merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik dan kompleks

dengan komponen imunologis dan komponen pemicu pertumbuhan.

Berbagai komponen yang terkandung dalam ASI antara lain menurut

Haryono, (2014):

1. Protein

Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk

pertumbuhan bayi. ASI mengandung total protein lebih rendah tapi

lebih banyak protein yang halus, lembut dan mudah di cerna.


18

Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih lunak yang

mudah dicerna oleh bayi.

2. Lemak

Kadar lemak yang terdapat pada ASI dapat berubah-ubah kadar

yang di sesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang

tumbuh. ASI yang pertama kali keluar disebut susu mula

(foremilk). Cairan ini kira-kira mengandung 1-2% lemak dan

tampak encer. ASI berikutnya disebut susu belakang (hildmilk)

yang mengandung lemak paling sedikit tiga seperempat kali lebih

banyak dari pada susu formula.

3. Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI.

Kandungan laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan

susu sapi. Selain merupakan sumber energi yang mudah dicerna.

Beberapa laktosa diubah menjadi asam laktat, asam ini membantu

mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan

membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral lainnya.

4. Mineral

Asi mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar

kalsium, natrium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah

dibandingkan dengan susu sapi. Tetapi dengan jumlah itu sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.


19

5. Vitamin

Vitamin ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C cukup,

sedangkan golongan vitamin B kurang.

6. Zat besi

Dalam ASI hanya terdapat sedikit zat besi sekitar 0,5-1,0 mg/liter.

Zat besi berfungsi untuk mencegah anemia, dan zat besi lebih

mudah diserap.

7. Taurin

Taurin dalam ASI berupa asam amino yang berfungsi sebagai

neurotransmitter, berperan dalam kematangan otak bayi.

8. Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat

yang terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang

cukup besar juga bisa meredakan rasa haus pada bayi.

9. Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI sangat bermanfaat dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E-coli yang

menyebabkan diare pada bayi. lactobacillus mudah tumbuh secara

cepat dalam usus bayi yang mendapatkan ASI karena ASI

mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen yang

diperlukan untuk pertumbuhan lactobacillus bifidus.

10. Laktoferin

Laktoferin merupakan protein yang berikatan dengan zat besi.

Konsentrasi laktoferin dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml.


20

Laktoferin berfungsi dalam berkembangnya bakteri sehat.

Laktoferin banyak ditemukan dalam kolostrum. Laktoferin

mengikat zat besi dan mencegah pertumbuhan bakteri yang

membutuhkan zat besi, serta antibodi seperti imunoglobulin

terutama Ig A.

11. Lisozim

Lisozim berfungsi untuk menghancurkan bakteri berbahaya dan

menjaga keseimbangan bakteri dalam usus. Lisozim dalam ASI

jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan dengan lisozim

dalam susu sapi (Suryoprajogo, 2012).

2.2.5 Hormon Yang Mempengaruhi Pembentukan ASI

Menurut, Wiji & Mulyani (2013) hormon-hormon yang mempengaruhi

dalam pembentukan ASI adalah sebagai berikut:

1. Progesteron

Progesteron mempengaruhi dalam pertumbuhan dan ukuran

alveoli.payudara. Tingkat progesteron dan esterogen menurun

setelah melahirkan. Hal ini akan menstimulasi produksi ASI.

2. Esterogen

Esterogen menstimulasi saluran ASI untuk membesar. Tingkat

esterogen saat melahirkan akan menurun dan tetap rendah beberapa

bulan selama ibu tetap menyusui.


21

3. Prolaktin

Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli saat kehamilan.

Hormon ini berperan penting dalam memproduksi ASI. Kadar

prolaktin paling tinggi pada saat malam hari dan penghentian

pertama pemberian ASI sebaiknya dilakukan di malam hari.

4. Oksitosin

Setelah melahirkan, oksitosin akan mengencangkan otot halus

disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.

5. Human placental lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan HPL

berperan dalam pertumbuhan payudara, puting dan areola. Pada

bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi

ASI. Akan tetapi, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan

(induced lactation).

2.2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhui Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkatkan atau menurun tergantung stimulasi

pada kelenjar payudara. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi

ASI menurut Haryono dan Stianingsih (2014) antara lain:

1. Usia gestasi atau usia kehamilan saat melahirkan

Usia gentasi adalah usia kehamilan dengan rentang normal 37-42

minggu. Usia gentasi mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin di dalam kandungan. Faktor kurangnya usia

gentasi bayi pada saat bayi dilahirkan anak mempengaruhi refleks


22

hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi sepeti kurangnya kemampuan

bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat

struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing,

metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna

ASI, juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering

bayi menyusui dapat mempelancar produksi ASI. Bayi dengan

berat badan lahir rendah atau kurang dari 2.500 gram mempunyai

risiko dalam masalah menyusui dikarnakan oleh refleks hisap yang

lemah.

2. Usia ibu

Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu

yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak

memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya

lebih tua, tetapi ibu yang sangat muda (kurang dari 20 tahun)

produksi ASI nya juga kurang lebih dilihat dari tingkah

kedewasaanya, faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi Air

Susu Ibu adalah adanya kelainan endrokrin ibu, dan jaringan

hipoplastik. Menurut saraung (2017), yang melakukan penelitian

pada faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi ASI

menyimpulkan terdapat hubungan bentuk dan kondisi punting

susu, kecemasaan serta dukungan keluarga dengan produksi ASI.


23

3. Nutrisi

Produksi Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan

cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori

tambahan selama masa menyusui. Nutrisi pada ibu nifas dapat

diamati dari status gizi seorang ibu hamil yang normal salah

satunya dapat dinilai dari ukuran lingkar tengah atas (LILA) yaitu

lebi dari 23,5cm (Handayani, dkk, 2018).

4. Faktor psikologi/kecemasan

Ibu yang berada dalam keadaan cemas, stress, kacau, marah

dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta

pasangan kepada ibu dapat mempengaruhi kurangnya produksi

ASI. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASI nya tidak mencakupi

untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal

attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali

mempunyai bayi atau primipara. Ibu dengan muktipara juga dapat

mengalami kecemasann oleh karena perubahan peran menjadi

orang tua yang memiliki banyak tugas dan tanggung jawab dengan

bertambahnya jumlah anak dalam keluarga. Pengalaman memiliki

anak lebih dari satu juga belum di dapatkan serta dukungan dari

pasangan dan keluarga juga sangat mempengaruhi terhadap

munculnya rasa cemas pada ibu menyusui (Salat dkk, 2019).

Terdapat hubungan antara kondisi psikologi ibu dengan

kelancaran produksi ASI, keadaan psikologi ibu yang baik akan


24

memotivasi untuk menyusui bayinya sehingga hormon yang

berperan pada produksi ASI dimulai dari proses menyusui dan

akan merangsang produksi ASI (Kamariyah dkk, 2014).

Ibu yang cemas akan sedikit mengeluarkan ASI

dibandingkan ibu yang tidak cemas. Hubungan antara tingkat

kecemasan dengan kelancaran pengeluaran ASI ibu post partum

primipara. Upaya agar ASI tetap lancar yaitu mulai dari keinginan

ibu yang kuat untuk memberikan nutrisi terbaik yaitu ASI pada

bayinya. Motivasi yang kuat akan berpengaruh terhadap fisik dan

emosi ibu untuk mengahsilkan ASI (Febriana, 2012). Pada hasil

penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara ketenangan

jiwa dengan kelancaran produksi ASI (dewi, 2019).

5. Perawatan payudara

Perawatan payudara dapat dilakukan mulai dari kehamilan dan

samapi ibu memasuki masa nifas sebagai upaya untuk

meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI). Perawatan payudara

dapat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk

mengeluarkan hormon prolaktin (Sari, 2020). Pelaksanaan IMD

tidak ada pengaruh signifikan terhadap kelancaran produksi ASI,

sedangkan faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi ASI

adalah perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandung hormon estrogen dan keberadaan perokok pasif

(Safitri, 2016).
25

6. Paritas

Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan

pengalaman dalam memberikan ASI sehingga tidak ada lagi

masalah bagi ibu dalam memberikan ASI. Ibu yang baru pertama

kali melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali melahirkan anak

sering kali menemukan masalah dalam pemberian ASI. Masalah

yang sering muncul yaitu punting susu lecet akibat kurangnya

pengalaman yang dimiliki atau belum siap menyusui secara

fisiologi dan perubahan bentuk serta kondisi punting susu yang

tidak baik (Proverawati, 2019).

Hubungan nutrisi terhadap kelancaran produksi ASI, ada

hubungan istirahat terhadap kelancaran produksi ASI, ada

hubungan antara isapan bayi terhadap kelancaran produksi ASI,

ada hubungan anatara perawatan payudara terhadap kelancaran

produksi ASI, dan faktor yang paling berhubungan dengan

kelancaran produksi ASI adalah nutrisi.

2.2.7 Cara Menilai Produksi Air Susu

Air Susu Ibu diproduksi atas hasil kerja gabungan antara

hormon dan refleks. Selama masa kehamilan, terjadi perubahan

hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk

produksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang mulai pada

usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan hormon yang

menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Sewaktu bayi mulai


26

menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI

keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, yaitu

refleks pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin yang

dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengalir/pelepasan ASI

(let down reflex) (Sulistyawati, 2012).

Menurut, Sarigih (2015) penilaian produksi ASI terkatagorikan

menjadi lancar dan tidak lancar yang berdasarkan indikator ibu dan

indikator bayi. Kelancaran produksi ASI dari indikator bayi untuk

menilai kelancaran ASI meliputi:

1. Frekuensi buang air kecil (BAK), bayi baru lahir yang cukup

mendapatkan ASI maka buang air kecil selama 24 jam minimal 6-8

kali.

2. Karakteristik BAK, warna urin kuning jernih.

3. Frekuensi BAB, pola buang air besar 2-5 kali perhari.

4. Warna dan karakteristik BAB, pada 24 jam pertama bayi

mengeluarkan BAB yang berwarna hijau pekat, kental, dan

lengket, yang dinamakan dengan mekonium dan selanjutnya adalah

berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu

pekat.

5. Jumlah jam tidur bayi yang cukup ASI selama 2-4 jam.

6. Berat badan bayi

Pernurunan berat badan sebesar 8% merupakan batas aman

teratas untuk penurunan berat badan bayi baru lahir. Tanda kecukupan
27

ASI pada bayi yaitu berat badannya naik lebih dari 10% pada minggu

pertama. Produksi ASI di katakan lancar jika minimal 4 dari 6

indikator yang di observasi terdapat pada bayi. Apabila nilainya

kurang dari 4 dikatakan tidak lancar (Rini dkk, 2015).

Produksi ASI dari indikator ibu dikatakan lancar jika hasil

observasi terhadap responden menunjukkan minimal 5 indikator dari

10 indikator yang ada. Indikator itu meliputi :

1. Payudara yang tegang karena terisi ASI.

2. Ibu rileks.

3. Let down refleks baik.

4. Frekuensi menyusu > 8 kali sehari.

5. Ibu menggunakan kedua payudara bergantian.

6. Posisi perlekatan benar.

7. Puting tidak lecet.

8. Ibu menyusui bayi tampa jadwal.

9. Ibu terlihat memerah payudara karena payudara penuh.

10. 8Payudara kosong setelah bayi menyusui sampai kenyang dan

tertidur.

(Sarigih, 2015).

2.2.8 Anatomi Payudara

Menurut Walyani (2015), anatomi payudara ibu nifas adalah sebagai

berikut:
28

1. Posisi payudara

Payudara terletak vertikal antara rusuk kedua dan keempat, dan

horizontal dari tepi sternum garis aksila medial. Payudara terletak

di jaringan subkutan, tepat di antara jaringan subkutan superfisial

dan profunda yang menutupi m. pektoralis mayor.

2. Ukuran Payudara

Ukuran normal payudara adalah 10-12cm, berat ibu hamil 200gr,

berat badan cukup bulan 400-600gr, dan periode menyusui sekitar

600-800gr. Bentuk dan ukuran payudara dapat bervariasi

tergantung pada aktivitas fungsionalnya. Payudara menjadi lebih

besar selama kehamilan dan menyusui dan biasanya menyusut

setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh

pertumbuhan gondok dan akumulasi jaringan lemak.

3. Area payudara

Payudara terdiri dari bagian utama payudara, badan (body),

areola, putting, areola (area payudara) di sekitar puting Warna

lebih gelap karena penipisan kulit dan penumpukan pigmen. Warna

ini berubah tergantung pada warna kulit, zaitun akan berubah

menjadi oranye kemerahan, jika kulitnya hitam, warnanya akan

menjadi gelap dan kemudian mengendap. Puting susu terletak pada

tingkat ruang interkostal keempat, tetapi dapat bervariasi lokasinya

karena perubahan bentuk dan ukuran payudara. Di sini terdapat

lubang-lubang kecil yang merupakan muara saluran susu, ujung-


29

ujung serabut otot polos tersusun membentuk lingkaran, bila terjadi

kontraksi saluran susu menggumpal, membuat puting susu tegak,

dan serabut otot longitudinal berkontraksi. Tarik kembali puting.

Ada empat jenis bentuk puting: normal, pendek, panjang, dan

terbalik (terbalik).

Namun bentuk puting susu tidak banyak berpengaruh pada

proses laktasi, yang penting puting dan areola dapat ditarik

sehingga membentuk tonjolan atau dot kedalam mulut bayi.

Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada bentuk

puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi

dapat menyusu dengan baik.

2.2.9 Upaya Memperbanyak ASI

Cara terbaik agar ASI dapat keluar dengan baik dan lancar adalah

dengan cara mengusahakan agar setiap kali menyusui payudara benar-

benar telah menjadi kosong. Pengosongan pada payudara akan

merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak.

Selama menyusi ekslusif ibu harus mendapat 700 kalori pada 0-4 bulan

pertama, 500 kalori pada 6 bulan berikutnya, dan tahun kedua sebanyak

400 kalori.

1. Upaya memperbanyak ASI

Pada minggu pertama, ibu harus lebih sering menyusui guna

merangsang produksi ASI. Tingkatan frekuensi menyusui atau

memompa ASI. Jika bayi tidak mau menyusu karena masih


30

kenyang, maka pompalah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on

demand. Jika ibu semakin sering menyusui atau memompa ASI

maka makin banyak ASI yang di produksi.

2. Motivasi untuk pemberian ASI sedini mungkin yaitu 30 menit

segera setelah bayi lahir.

3. Membina ikatan batin antara ibu dan bayi dengan cara memberikan

bayi bersama ibunya segera setelah bayi lahir.

4. Bidan atau petugas kesehatan mengajari cara perawatan payudara

5. Berikan bayi kedua payudara setiap kali menyusui

6. Berikan bayi menghisap lama pada tiap payudarah

7. Jangan terburu-buru memberikan susu formula sebagai tambahan.

8. Ibu dianjurkan untuk banyak minum baik berupa susu maupun air

putih (8-10 gelas/hari) atau 1 liter susu perhari untuk meningkatkan

produksi ASI.

9. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas untuk

menunjang pertumbuhan bayi serta menjaga kesehatan bayi atau

ibu.

10. Ibu harus banyak istirahat dan istirahat yang cukup.

11. Bila jumlah ASI tidak cukup, ibu boleh mencoba menggunakan

tablet Moloco B12 atau obat sesuai petunjuk dokter.

12. Menghindari makanan yang menimbulkan kembung seperti ubi,

singkong, kol, sawi, dan daun bawang, makanan yang merangsang


31

seperti cabe, merica, jahe, kopi, alcohol, dan makanan yang banyak

mengandung lemak dan gula.

13. Ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi psikologi ibu menyusui

sangan menentukan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif.

14. Datangi klinik laktasi dan pijat oksitosin (Susanto, 2018).

2.2.10 Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Widuri (2013) mengungkapkan bahwa, bayi mendapatkan

cukup ASI, jika:

1. Bayi tampak tenang dan rileks setelah menyusu.

2. Bayi tidur dengan nyenyak.

3. Buang air kecil (BAK) 7-8 kali/hari.

4. Buang air besar (BAB) 1-2 kali/hari, tetapi ada juga bayi yang

buang air besarnya 4 hari 1 kali. Hal tersebut masih normal.

5. Terdengar suara “clup-clup” atau “glek-glek” saat bayi menyusu.

6. Bayi akan melepaskan puting susu ibu sendiri.

7. Bayi bersuara “hok” pada saat disendawakan.

8. Kenaikan berat badan bayi 110-200 gr dalam seminggu.

2.3 Pijat Oksitosin

2.3.1 Definisi Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah salah satu solusi untuk mengatasi ketidak

lancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-


32

keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormone prolaktin

dan oksitosin setelah melahirkan (Utami Roesli, 2014).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks Let

Down. Pijat oksitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah

punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan

dengan pemijatan ini ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah

melahirkan akan hilang. Jika ibu merasa nyaman, santai, dan tidak

kelelahan dapat membantu merangsang pengeluaran hormone

oksitosin. Pijat oksitosin dapat dilakukan sebelum memerah ASI

dilakukan oleh ibu (Wiji, 2013).

Pijat oksitosin yang sering dilakukan dalam rangka

meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat oksitosin.

Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat

oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex

let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat

oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi

bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika

ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2012).

2.3.2 Manfaat Pijat Oksitosin

Menurut Rahayu, 2016 manfaat pijat oksitosin adalah sebagai

berikut:

1. Membantu ibu secara psikologis, menenangkan,dan tidak stress.


33

2. Membangkitkan rasa percaya diri.

3. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang

bayinya.

4. Meningkatkan ASI.

5. Memperlancar ASI.

6. Melepas lelah.

7. Ekonomis.

8. Praktis.

Menurut (Suherni dkk, 2010 dalam Nahdiah 2015) Manfaat

pijat oksitosin bagi psikologis ibu, yaitu:

1. Membangkitkan rasa kepercayaan diri ibu.

2. Mengurangi sumber rasa sakit dan takut,

3. Membantu ibu agar memiliki pikiran dan perasaan yang baik

tentang bayinya.

2.3.3 Reflek Prolaktin

1. Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI.

2. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neuron

hormonal pada puting susu dan aerola ibu.

3. Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervus vagus, terus

kelobus anterior.

4. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormone prolaktin, masuk

keperedaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.

5. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilakn ASI


34

2.3.4 Langkah-langkah dalam pijat oksitosin

Tabel 2.1 Jobsheet Pijat Oksitosin

No Langkah Keja Key Point


1.
Pengertian

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)


sampaitulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon proklatin dan oxytocin setelah melahirkan.

2. Tujuan a. Membantu ibu secara psikologi, menenangkan, dan tidak stress.


b. Membangkitkan rasa percayadiri.
c. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang
bayinya.
d. Meningkatkan dan memperlancar ASI.

3. Bisa dilakukan dirumah dan prosedur ini membutuhkan kerjasama dengan


kebijakan suami ibu atau keluarga ibu menyusui (dalam memberi support pada ibu)

4. Persiapan a. Inform consent dengan ibu dan keluarga tentang pelaksanaaan pijat
Responden oksitosin.
b. Ruangan dan tempat melakukan pijat oksitosin tidak pengap dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik. Pijat oksitosin dilakukan yang
bersih dan nyaman

5.
Alat dan Bahan Kursi, bantal, handuk/ kain penutup ibu, handscoon, dan masker.

Sumber :Modifikasi Notoadmodjo, 2010 dan Anik Puji Rahayu (2016) dalam
(Oktarina, 2020).
35

2.4 Kerangka Teori

Tinjauan teori berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, variable

variabel yang akan diteliti. Dasar membuat kerangka konsep adalah

kerangkateori. Maka kerang kateori pada penelitian adalah sebagai berikut

Faktor Pemberian
ASI Ibu Post
Partum Penatalaksanaan
1. Faktor Tidak Pengeluaran ASI
langsung Pemberian 1. Farmakologi
a. Waktu ASI a. Domperidone
menyusui b. Metokloprami
b. umur
c. paritas Pemberian 2. Non Farmakologi
d. berat badan ASI a. PijatAkupresur

2. Faktor Langsung b. PijatOksitosin


a. perilakumen
yusui c. Teknik Marmet
b. psikologis d. Endorphin
c. fisiologis e. KompresHangat
d. giziibu f. Breast Care
e. Bayi

Sumber : Modifikasi dari (Baskoro, 2008) dan (Yogasmara, 2010) dalam


Murtiana (2011)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan

untuk menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan tinjauan pustaka dapat dikemukakan, kerangka konsep

yang penulis gunakan sebagai alur pikir dalam melaksanakan penelitian ini

dapat dilihat dalam kajian dibawah ini.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Produksi ASI
Pijat Oksitosin

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel

Dalam sebuah penelitian terdapat variabel yang harus

didefinisikan secara jelas agar tidak menimbulkan pengertian ganda.

Menurut Sugiyono (2019) mendefinisikan: “Variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang dapat ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari agar

mendapatkan informasi mengenai hal tersebut dan dapat disimpulkan.

36
37

”Berdasarkan dengan penelitian yang penulis pilih, variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independent yaitu pijat

oksitosin,dan variabel dependent yaitu pengeluaran ASI.

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah cara yang digunakan dalam penetapan

batas-batas terhadap variabel yang akan diteliti supaya variabel yang

akan diteliti bisa diukur dengan instrumen atau alat ukur variabel

tersebut (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1

Definisi Operasional Hubungan Pijat OksitosinTerhadap Proses

Pengaluaran ASI pada periode Maret-Mei 2023

Di Wilayah Puskesmas Bencongan

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Skala Ukur

Operasional ukur

Independen Pemijatan yang Panduan Mengguna Sesuai Ordinal


1. Pijat dilakukan pada
Prosedur Pijat kan SOP dengan
Oksitosin punggung
Oksitosin panduan
belakang ibu
yang dilakukan
1x/2 hari (6 kali
tindakan)
dengan durasi 5
menit
38

Dependen Banyaknya Tampungan Teknik Jumlah Interval


1. Meningkatk ASI ibu post ASI dengan marmet ASI (ml)
an Produksi partum yang metode teknik
ASI pada keluar, diukur Marmet
ibu denganmenggu
postpartum nakan metode
teknik marmet.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah peneliti

(Notoatmodjo,2018). Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Ada Hubungan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Di Wilayah

Puskesmas Bencongan Periode Maret-Mei 2023.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Quasi

Eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin

terhadap produksi ASI di Wilayah Puskesmas Bencongan periode Maret-Mei

2023.

Desain penelitian merupakan strategi rancangan yang digunakan

peneliti sebagai petunjuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk

menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam, 2020). Penelitian ini

menggunakan desain penelitian Quasi Experimental. Desain dengan one grup

pretest-posttest design.

Dalam desain penelitian hanya menggunakan satu kelompok subyek

untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Kelompok subyek dilakukan

pengukuran Produksi ASI sebelum dilakukan pijat oksitosin dan setelah

dilakukan pijat oksitosin diWilayah Puskesmas Bencongan periode Maret-

Mei 2023.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Bencongan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu bulan Maret-Mei 2023.

39
40

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Puskesmas Bencongan

sebanyak 30 ibu nifas.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan sebagai

subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2020). Pada penelitian

ini sampel nya adalah ibun ifas di Wilayah Kecamatan Panongan

sebanyak 15 ibu nifas.

Sampling adalah proses menyeleksi populasi sehingga dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai

dengan keseluruhan populasi (Nursalam, 2020). Cara pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling,

yaitu menetapkan sampel dengan memilih sampel diantara populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti berdasarkan karakteristik

yang mewakili populasi (Nursalam, 2020).

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Ibu postpartum yang datang ke PMB di Wilayah Bencongan

2. Ibu postpartum yangbersedian menjadi responden penelitian

3. Ibu postpartum yang memberikan ASI


41

Kriteria ekslusif dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ibu postpartum yang mengalami masalah pada payudara

2. Ibu postartumyan tidak bersedian menjadi responden penelitian

3. Ibu postpartum yang tidak memberikan ASI

4.4 Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari metode pengumpulan

data pada penelitian ini melalui lembar wawancara dan lembar observasi

untuk mengetahui banyaknya ASI pada saat menyusui bayi sebelum dan

sesudah diberi perlakuan.

observasi terhadap responden dengan menggunakan lembar prosedur dan

tindakan pijat oksitosinserta mengobservasi produksi ASI. Dengan

menjelaskan kepada responden manfaat dan tujuan dilakukannya pijat

oksitosin. Setelah responden yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk

menjadi responden dilakukan mengisi informed consent untuk kesedian

menjadi responden dalam penelitian.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengeditan (Editing)

Editing adalah proses yang dilakukan untuk menilai kelengkapan

data. Peneliti mengecek kuesioner yang telah diisi oleh responden

dan melihat kelengkapan, kejelasan jawaban dengan pertanyaan.


42

Apabila terdapat pertanyaan yang belum terisi atau jawaban yang

kurang jelas, peneliti kembali menanyakan langsung kepada

responden. Proses ini dilakukan ditempat pengumpulan data.

b. Pengkodean (Coding)

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah data diperoleh,

penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data.

c. Pemasukan data (Entering)

Pemasukan data merupakan proses memasukkan data kedalam

program pengolahan data untuk dilakukan analisis menggunakan

program statistik dengan komputer. Setelah dilakukan pengkodean,

peneliti memasukkan data untuk dilakukan proses pengolahan data.

d. Pembersihan (Cleaning)

Merupakan pemebersihan seluruh data supaya terhindar dari

kesalahan sebelum dilakukan proses analisis data. Peneliti

memeriksa kembali seluruh proses mulai dari pengkodean serta

memastikan bahwa data yang diinput tidak terdapat kesalahan

sehingga analisis dapat dilakukan dengan benar. Proses cleaning

dapat dilakukan dengan bantuan program analisis statistik

komputer.

4.5.2 Analisa Data

1. Analisis Univariat
43

Analisa Univariat dilakukan dengan menggunakan analisa

distribusi, frekuensi, dan statistik deskriptif untuk melihat

kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum yang dilakukan

pijat oksitosin dan tidak dilakukan pijat oksitosin.

2. Analisi Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji T. Uji T prinsipnya adalah

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat

(point time approach) artinya tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status

karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai