Anda di halaman 1dari 55

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU USIA MUDA

DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SOPO BATU


KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA
KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2023

PROPOSAL

OLEH

NUR ASIAH
NPM : 22.222.380

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal : Hubunga Pengetahuan dengan Perilaku Ibu Usia Muda


Dalam Pemberian Asi Eksklusif di Desa Sopo Batu
Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing
Natal Tahun 2023.
Nama Mahasiswa : NUR ASIAH
NPM : 22.222.380
Fakultas : Kebidanan
Program Studi : Kebidanan Program Sarjana

Menyetujui
Pembimbing,

Bd. G.F.Gustina, SST, M. Kes


NPP. 19880808.201109.2.001

Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua


Fakultas Kebidanan
Dekan,

Bd. Peny Ariani, SST., M.Keb


NPP. 19890614.201008.2.001

Tanggal Sidang Proposal :

i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Telah diuji
Pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI SEMINAR PROPOSAL PROPOSAL


Ketua :

Anggota : 1.

2.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas

karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul

“ Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Usia Muda Dalam Pemberian Asi

Eksklusif” di Desa Sopo Batu Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing Natal

Tahun 2023”

Peneliti menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Proposal ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan

dalam menyelesaikan Proposal ini. Dengan segala penuh rasa hormat peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Terulin S. Meliala, Amd. Keb. SKM. M. Kes selaku ketua Yayasan

RSU Sembiring Delitua yang telah memberikan fasilitas pendidikan.

2. Bapak Drs. Johannes Sembiring, M.Pd. M. Kes, selaku Rektor Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

3. Ibu Bd. Peny Ariani, SST. M. Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan

Institut Deli Husada Deli Tua

4. Ibu Bd. Putri Ayu Yessy Ariescha, SST. M. Kes selaku ketua jurusan

fakultas kebidanan, Program Studi kebidanan institut kesehatan deli

husada deli tua.

5. Bd. GF. Gustina Siregar, SST. M. Kes, selaku dosen pembimbing saya

yang telah memberikan kritik dan saran bimbingan maupun arahan yang

sangat berguna dalam penyusunan proposal ini.

iii
6. Ibu Bd. Vitrilina Hutabarat, SST. M. Keb, dan Bd. Mutiara Dwi Yanti,

SST. M. Keb selaku Wali Tingkat Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Non Reguler yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

menyusun Proposal.

7. Seluruh Bapak/ Ibu dosen dan staf di lindungan Institut Kesehatan Deli

Husada Deli Tua

8. Terkhusus kepada Ibunda “Badariah” dan ayahanda “Juhri NST” yang

telah mendidik, merawat, dan memotivasi penulis sampai detik ini serta

kasih sayang dan do’a yang tak terhingga.

9. Terimakasih kepada Kakak, Abang, dan adik adik yang telah memberi

semangat dan dukungan kepada penulis.

10. Kepada teman seperjuangan Program Sarjana Kebidanan Yang berjuang

bersama-sama dalam menyelesaikan pendidikan

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan peneliti berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan

Panyabungan, 2023

NUR ASIAH
22.222.380

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Nur Asiah

Tempat/ Tanggal/ Lahir : Gunung Tua Tonga, 24 Mei 1999

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 5 dari 5 bersaudara

Nama Ayah : Juhri NST

Nama Ibu : Badariah

Alamat : Gunung Tua Tonga, Kec. Panyabungan,

Kab. Mandailing Natal.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 2006-2012 : SD Negeri 094, Gunung Tua Lumban Pasir

2. Tahun 2012-2015 : SMP Negeri 2 Panyabungan

3. Tahun 2015-2018 : SMA Negeri 1 Panyabungan

4. Tahun 2018-2021 : Pendidikan D-III Kebidanan di STIKes

Namira Madina Panyabungan

5. Tahun 2022-2023 :Sedang Menjalani Pendidikan Program

Sarjana Kebidanan di INSTITUT

KESEHATAN DELI HUSADA.

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI........................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6


2.1 ASI Eksklusif....................................................................... 6
2.2 Ibu Usia Remaja................................................................... 19
2.3 Konsep Pengetahuan............................................................ 23
2.4 Konsep Perilaku................................................................... 26
2.5 Kerangka Teori .................................................................... 31
2.6 Kerangka Konsep................................................................. 31
2.7 Hipotesis............................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 33


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................. 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 33

vi
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................... 34
3.4 Variabel dan Definisi Operasional....................................... 36
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................. 37
3.6 Alat Ukur/Instrumen Penelitian ........................................... 37
3.7 Analisa Data ........................................................................ 38
3.8 Kode Etika Penelitian .......................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 40

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasiol .................................................36

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori ........................................................................... 31

Gambor 2.2 Kerangka Gambar......................................................................... 31

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi

bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna

makanan padat (Nirwana, 2014). Air susu ibu diproduksi karena pengaruh

hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi (Sardjito, 2019).

Menurut WHO (World Health Organization) ASI adalah makanan yang

ideal untuk bayi dimana pada ASI sendiri jelas aman, bersih dan mengandung

antibodi seperti DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin, protein, laktobasius, vitamin

A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and lisozim yang semuanya dalam

takaran dan komposisi yang pas untuk bayi. Oleh karenanya, ASI sangat penting

dalam membentuk sistim imun pada bayi dimana dapat membantu melindungi

anak dari banyak penyakit umum. Dalam ASI sendiri terkandung semua energi

dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya, dan

ASI terus menyediakan kebutuhan nutrisi sang anak. Pemberian ASI eksklusif

sangat dianjurkan dilakukan selama 6 bulan usia bayi, setelah 6 bulan bayi dapat

diberikan makanan pendamping ASI sesuai usia sambil tetap diberi ASI sampai

usia 2 tahun (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2021).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi dari usia 0-6 bulan secara

eksklusif tanpa tambahan makanan atau minuman lain. ASI Eksklusif

memberikan banyak manfaat baik bagi bayi maupun ibu. Beberapa manfaat ASI

1
2

eksklusif bagi bayi yakni meningkatkan ketahanan tubuh atau antibodi bayi

terhadap serangan penyakit dan membantu perkembangan otak dan fisik bayi.

Selain memberikan manfaat bagi bayi, ASI juga memberikan manfaat bagi ibu

yakni mengatasi rasa trauma persalinan, mencegah kanker payudara dan sebagai

kontrasepsi alamiah (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Berdasarkan data milik Kementerian Kesehatan pada Tahun 2020,

disebutkan bahwa jumlah angka kematian bayi sebanyak 28.158 kasus dan

72 persen kasus atau 20.266 kematian terjadi pada usia 0-28 hari.

Sementara Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara mecatat kasus

kematian bayi sebanyak 299 kasus hingga juli 2021. Hal ini menunjukkan

masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Menurut Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia salah satu cara untuk menekan angka kematian

bayi adalah dengan memberikan makanan terbaik, yaitu air susu ibu (ASI).

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi hingga 13 persen

angka kematian balita.

Pada tahun 2020 WHO memaparkan data berupa angka pemberian ASI

eksklusif secara global, walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak

meningkat cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 6-24 bulan di seluruh

dunia yang mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target

pemberian ASI eksklusif menurut WHO. Masih rendahnya pemberian ASI

eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya hidup generasi penerus. Secara

global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta diperkirakan

kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (WHO, 2020).
3

Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2018, cakupan bayi pada tingkat

provinsi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah sebanyak 68,74%

(Profil kesehatan Indonesia tahun 2018).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Tahun 2019 dari 186.460 bayi usia <6

bulan, dilaporkan hanya 75.820 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif (40,66%),

capaian ini masih jauh dari target yang ditentukan di Renstra Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 yaitu sebesar 53%. Untuk wilayah

Puskesmas Gunung Tua persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya

51,3 %. Dari data-data tersebut dapat dilihat masih kurangnya pemberian ASI

eksklusif terhadap bayi.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI secara

eksklusif, salah satunya adalah ibu usia muda. Kehamilan dikalangan remaja

disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian yang dilakukan Raj et al (2010)

menyebutkan bahwa faktor sosial ekonomi, rendahnya pencapaian pendidikan,

stuktur budaya dan keluarga semuanya secara konsisten diidentifikasi sebagai

faktor resiko kehamilan usia muda. Penelitian lain yang meneliti tentang faktor

kehamilan remaja dilakukan oleh Honig (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul teen pregnancy menyatakan bahwa penggambaran media mempengaruhi

perilaku seksual usia muda. Tayangan televisi dan majalah yang memiliki konten

pornografi akan mendorong remaja yang untuk terlibat aktifitas seksual.

Data WHO tahun 2014 secara global menyatakan bahwa sekitar 16 juta anak

perempuan di dunia berusia antara 15 sampai 19 tahun dan sekitar 1 juta anak

perempuan dibawah usia 15 tahun melahirkan setiap tahun. Bayi yang lahir dari
4

ibu yang masih remaja memiliki resiko kematian yang jauh lebih tinggi dari pada

yang lahir dari wanita berusia 20 sampai 24 tahun (WHO, 2014).

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Sejak tahun 2001, WHO menetapkan

kebijakan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan. Ibu

menyusui usia muda adalah kelompok yg membutuhkan perhatian khusus untuk

memastikan keberhasilan proses menyusui. Ibu menyusui usia muda memiliki

resiko yang lebih besar untuk mengalami kegagagalan pemberian ASI eksklusif.

Dari pemaparan data data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut terkait faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

pada ibu usia muda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan

dengan perilaku ibu usia muda dalam pemberian asi eksklusif di Desa Sopo Batu

Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing Natal.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Apakah ada Kaitan atau Hubungan Pengetahuan dengan

perilaku ibu usia muda dalam pemberian asi eksklusif di Desa Sopo Batu Kec.

Panyabungan Kota Kab. Mandailing Natal.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui persentase pemberian ASI eksklusif pada ibu usia muda di Desa

Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan


5

2. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi usia ibu dan usia

bayi di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan.

3. Mengetahuai Hubungan Pengetahuan Ibu Usia Muda dalam Pemberian Asi

Eksklusif di Desa Sopo Batu Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing

Natal.

4. Mengetahui Hubungan Perilaku Ibu Usia Muda dalam Pemberian Asi

Eksklusif di Desa Sopo Batu Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing

Natal

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Diri Sendiri

Untuk menambah pengetahuan tentang hubungan pengetahuan dengan

perilaku ibu usia muda dalam pemberian asi eksklusif

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif,

dengan mengetahui dan mengubah perilaku ibu usia muda dalam pemberian asi

eksklusif

1.4.3 Bagi Institut Pendidikan

Sebagai bahan masukan atau bacaan yang dapat di gunakan bagi institusi

baik dosen maupun mahasiswa Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

1.4.4 Bagi Pasien

Untuk menambah pengetahuan dan kesadaran pasien tentang pentingnya

pengetahuan dan mengubah perilaku ibu dalam pemberian asi eksklusif


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu

(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012). ASI ialah suatu emulsi dalam

larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu pasca melahirkan dan berguna sebagai makanan bayi.

ASI merupakan cairan alamiah yang mudah didapat dan fleksibel dapat diminum

tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayinya serta

bebas dari kontaminasi bakteri sehingga mengurangi resiko gangguan intestinal

(Kristiyansari, 2009). Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia ASI adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat

ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan

sampai 6 bulan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan

selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan

atau minuman lain (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Menurut

WHO (World Health Organization) ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja

pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI

eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan lain pada bayi

berumur nol sampai 6 bulan (Depkes RI, 2005).

6
7

Menurut Suharyono (1990), ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan

oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai

komponen gizi dan non gizi. Hal lain yang dikemukakan oleh WHO bahwa Air

susu ibu (ASI) merupakan pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih

sampai bayi berumur 6 bulan (WHO 2001). Selain itu UNICEF juga

menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan makanan

dan minuman lain. Dalam pemberian ASI eksklusif banyak kendala yang muncul

selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Perlunya motivasi yang kuat dari Ibu dan

dukungan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif

(Depkes , 2012).

WHO dan UNICEF merekomendasikan para ibu, bila memungkinkan

memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan dengan menerapkan :

a. Inisiasi menyusui dini selama kurang 1 jam segera setelah bayi

lahir.

b. ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa

makanan tambahan atau minuman.

c. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi ,

setiap hari selama 24 jam.

d. ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol cangkir ,

ataupun dot.
8

2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif

ASI banyak mengandung manfaat diantaranya adalah :

1. Bagi bayi

a. Dapat memulai kehidupannya dengan baik

Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang

mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah

lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi

kemungkinan obesitas (Elisabeth,2017)

b. Mengandung antibody

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan imunoglobin (zat

kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi

kadar zat tersebut dengan cepat menurun segera setelah kelahirannya.

Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobin

secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar

immunoglobin bawaan dari ibu menurun dan dibentuk sendiri oleh

tubuh bayi belum mencukupi , terjadilah suatu periode kesenjangan

immunoglobin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dialihkan

dikurangi dengan pemberian ASI. Air susu ibu merupakan cairan yang

mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi

pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.

11 Mekanisme pembentukan antibody pada bayi adalah sebagai beriku

: apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk

antibody yang disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibody


9

dipayidara disebut mammae associated immunocompetent lymphoid

tissue ( MALT ). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan

yang di transfer disebut Bronchus associated immunocompetent

lymphoid tissue ( BALT ) dan untuk penyakit saluran pencernaan di

transfer melalui Gut Assocoited Immunocompetent lymphoid Tissue

(Nina,2013)

c. ASI mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu

terdiri dari proporsi yang seimbang clan cukup kuantitas semua zat

gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama

(Elisabeth,2017)

d. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara

ibu dan bayi

Hubungan antara fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan

bayi, kontak kulit ibu kekulit bayi yang mengakibatkan perkembangan

psikomotor maupun social ynag lebih baik. Hormon yang terdapat

dalam ASI juga dapat meberikan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal ini

dapat emmbantu menenagkan bayi dan membuat bayi tertidur 12

dengan pulas. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan

meningkatkan ikatan dnegan ibu. Dapat dicontohkan jika seseorang

ibu sedang membaca atau duduk didepan komputer saat menyusui,

bayi etetap mendapat manfaat dari kahangtan dan keamanan karena

meringkuk di tubuh ibunya (Nina,2013).


10

e. Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian susu

formula akan merangsang aktivasi system ini dapat menimbulkan

alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang

ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi

(Nina,2013)

f. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel

otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI ekslusif akan

tumbuh oktimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga

menjadikan anak lebih ceradas dan terhindar dari kerusakan sel-sel

saraf. Menyusui juga membantu perkembangan otak. Bayi yang diberi

ASI rata-rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandngkan dengan

bayi yang diberi susu formula(Nina,2013)

g. Mengurangi kejadian karies dentis Insiden

karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih

tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui

dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan

gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam

yang terbentuk akan merusak gigi (Elisabeth,2017)

2. Bagi ibu

a. Aspek kontrasepsi
11

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf

sensorik sehingga post anterior hipofase mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur , menekan produksi esterogen

akibatnya tidak terjadinya ovulasi.Menjarangkan

kehamilan ,pemberian ASI memberikan 98% metoda kontrasepsi

efesien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan

hanya ASI saja dan belum terjadi menstruasi kembali (Elisabeth,2017)

b. Memudahkan involusi uterus dan mencegah terjadnya pendarahan

pasca persalinan

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus

dan mencegah terjadnya pendarahan pasca persalinan. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevelensi

anemia defisiensi besi. Kejadian 14 karsinoma mammae pada ibu

yang menyusi lebih rendah dibandingakan yang tidak menyusui.

Selain itu mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui

anaknya secara ekslusif . penelitian membuktikan bahwa ibu yang

memberikan ASI secara ekslusif memiliki resiko terkena kanker

payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil daripada yang tidak

menyusui secara ekslusif (Elisabeth.2017)

c. Menurunkan berat

badan Ibu yang menyusi secara ekslusif ternyata lebih mudah dan

lebih cepat kembali keberat badan semula seperti belum hamil. Pada
12

saat hamil , badan bertambah besar, selain karena ada janin juga

karena penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebenarnya

memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.

Dengaan menyusi tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi

sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga

akan terpakai. Menyusui juga membakar ekstra kalori sebanyak 200-

500 kalori per hari. Jumlah kalori ini hampir sama dengan jumlah

kalori yang dibuang seseorang jika ia berenang selama bebrapa jam

atau naik sepeda selama satu jam (Elisabeth ,2017) 15

d. Ungkapan kasih sayang

Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang nyata dari ibu

kepada bayinya. Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat

karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan

langsung antar kulit. Bayi juga bisa mendengarkan detak jantung ibu,

merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu

(Elisabeth ,2017)

e. Ibu sehat, cantik, dan ceria

Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oxytoxinnya akan

bertambah, sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar

setelah melahirkan. Kandungan dan perut bawah juga lebih cepat

menyusut kembali ke bentuk normalnya. Ibu yang menyusui bisa

menguras kalori lebih banyak maka akan lebih cepat pulih keberat

tubuh sebelum hamil. Ketika menyusui pengeluaran hormon muda


13

bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada

kerepotan terhadap masalah menstruasi, pada masa ini tidak ada

kerepotan terhadap masalah menstruasi. Pada masa ini juga

mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan diluar rencana.

Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan

kepadatan tulang. Mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis

setelah masa menopouse. Menurut statistik , meyusui juga 16

mengurangi kemungkinan terkena kanker indung telur dan kanker

payudara dalam masa menoupose (Nina,2013)

3. Bagi Keluarga

a. Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dan yang seharusnya digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk kebutuhan lain

(Elisabeth ,2017)

b. Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan

kapan saja. Keluarga tidak repot menyiapka air masak, boto, dan dot,

yang harus dibersihkan serta minta pertolongan lain (Elisabeth ,2017)

17

2.1.3 Jenis ASI berdasarkan faktor produksi

a. Kolesterum
14

Kolestrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai

hari ketiga setelah bayi lahir. Kolesterum merupakan cairan yang agak

kental berwarna kekuning-kuningan lebih kuning dbanding ASI mature.

Bentuknya agak kasar mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel

(Elisabeth,2017)

b. Air susu masa peralihan ( masa transisi)

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari

kesepuluh. Pada masa ini susu transisi mengandung lemak dan kalori

yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah dibandng kolesterum

(Elisabeth, 2017)

c. ASI mature ASI mature

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke 10 sampai

seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah

disesuaikan dengan perkembnagan bayi sampao usia 19 enam bulan.

ASI ini berwarna ke biru-biruan dan mengandung lebih banyak kalori

daripada suus kolesterum ataupun transisi (Nina, 2013)

Jika ditinjau dari segi ekonomi, menyusui secara eksklusif sangat praktis,

mudah diberikan dan akan menghemat pengeluaran rumah tangga karena ibu tidak

membutuhkan biaya tambahan.


15

5. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI menurut (Nina,2013) adalah

sebagai berikut:

a. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu 20 makan cukup

akan gizi dan pola makan yang teratur , maka produksi ASI akan

berjalan dengan lancar.

b. Ketenangan jiwa dan fikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik maka kondisi kejiwaan dan

fikiran harus tenang, keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

c. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan

agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi adalah

kondom, ius, pil khusus menyusui, ataupun suntik hormonal3 bulan.

d. Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin.

e. Anatomi payudara
16

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu juga perlu diperhatikan bentuk anatomis papila atau puting susu

ibu.

f. Faktor fisiologi

Asi terbentuk karena pengaruh dari hormon prolaktin yang

menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu. 21

g. Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek , kurang istirahat maka ASI jugsa

berkurang.

h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu , maka produksi

ASI semakin banyak. Akan tetapi frekuensi penyusuan pada bayi

prematur dan cukup bulan berbeda.

i. Berat lahir bayi Bblr

mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah

dibanding berat lahir normal.

j. Umur kehamilan saat melahirkan

Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak

mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah

daripada bayi yang cukp bulan.


17

k. Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI kerena akan menganggu

hormon prolaktin dan oksitosin. Merokok akan menstimulasi pelepasan

adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin

begitupun dengan etanol.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif menurut

(Nurhayati et al., 2015)

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmodjo, 2015) 25

b. Pendidikan

Pendidikan berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif,

dikarenakan pendidikan menjadi salah satu pondasi untuk sarana

mencerna informasi dan pengetahuan. Responden yang memiliki

pendidikan tinggi dan memiliki pekerjaan serta cukup banyak

mendapatkaninformasibiasanyamemberikan ASI eksklusif hal ini

tidak lepas dari dukungan tempatkerja dan keluarga (evy dkk,2020)

Tingkat Pendidikan ibu dan Perilaku ibu dapat mendukung

keberhasilan ASI Eksklusif pada bayi, semakin tinggi tingkat


18

pendidikan ibu semakin banyak pengetahuan ibu yang dapat

mengembangkan Perilaku ibu terhadap keberhasilan ASI

Eksklusif. Banyak (Suci, 2018)

c. Perilaku

Perilaku adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau objek tertentu , yang sudah melibatkan faktor pendapat

dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-

tidak setuju, baik- tidak baik, dan sebagainya ) . Perilaku

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmodjo 2010).

d. Pekerjaan

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI

secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin

sampai 6 bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga

26 dapat membantu ibu untuk dapat memberikan ASI

eksklusif, ditambah dengan pengetahuan yang benar tentang

menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik dan

dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat

tetap memberika ASI dengan pengetahuan yang benar tentang

menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik dan

dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat

tetap memberikan ASI secara eksklusif

e. Budaya
19

Mitos tentang pemberian ASI bagi bayi, misal ibu yang

menyusui anaknya bisa menurunkan kondisi fisik dirinya

merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat.

Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap

bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan

bayi, yang akhirnya ibu mencari alternatif lain dengan memberi

susu pendamping/tambahan (Haines et al et al., 2019)

2.2 Ibu Usia Remaja

2.2.1 Definisi remaja

Masa remaja merupakan salah satu periode dan perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak – kanak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan

perubahan sosial,. Disebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatmodjo,2007).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan disebutkan bahwa batasan usia menikah pada perempuan

adalah 16 tahun. Meskipun usia tersebut sudah sah menurut undang-undang, tetapi

usia tersebut menjadi usia berisiko untuk hamil dan melahirkan. Selain itu usia

tersebut masih dalam kategori usia remaja dan mempunyai tugas perkembangan

yang harus diselesaikan.

2.2.2 Perkembangan Usia Remaja

Sebelum menjadi individu dewasa yang matang anak-anak harus

melakukan tugas perkembangan pada masa remaja. Tugas-tugas ini bervariasi


20

sesuai budaya, individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas

perkembangan remaja terdiri dari: menerima citra tubuh, menerima identitas

seksual, mengembangkan sistem nilai personal, membuat persiapan untuk hidup

mandiri, menjadi mandiri /bebas dari orangtua, mengembangkan keterampilan

mengambil keputusan, mengembangkan identitas seorang yang dewasa. Masa

remaja ditandai dengan awitan perubahan fisik pada masa pubertas dan

perkembangan psikososial ego, yang membantu individu memahami diri sendiri

(Bobak et al, 2005).

Periode masa remaja menurut Hurlock yaitu awal masa remaja yakni

berlangsug kira – kira dari 13-16 tahun atau 17 tahun dan akhir masa remaja

bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara

hukum ( Ruta Eka izzaty,dkk, 2008 ).

Kehamilan yang terjadi pada usia muda akan menempatkan dalam risiko

kesehatan yang lebih besar. Berdasarkan sebuah studi penelitian di Latin Amerika

menyatakan bahwa perempuan yang melahirkan di bawah usia 16 tahun empat

kali berisiko untuk mengalami kematian dibandingkan perempuan yang berusia

20 tahun ke atas. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan juga menjadi

penyebab kematia perempuan usia 15-19 tahun (UNICEF, 2011).

Beberapa komplikasi atau masalah yang terjadi akibat kehamilan di usia

muda diantaranya terjadinya anemia kehamilan, hipertensi kehamilan, abortus,

persalinan preterm, kelahiran bayi berat lahir rendah, termasuk kematian ibu dan

bayi (Yasmin, Kumar, dan Parihar, 2014). Selain komplikasi selama kehamilan

maupun persalinan, ibu usia muda juga cenderung mempunyai perilaku kesehatan
21

yang kurang baik. Mereka biasanya jarang melakukan pemeriksaan antenatal

karena malu ataupun ketidaktahuan mereka, tidak mengkonsumsi asam folat

selama kehamilan dan mempunyai cakupan yang rendah dalam pemberian ASI

(Kingston, Heaman, dan Chalmers, 2012).

2.2.3 Menjadi orang tua saat usia Muda

Menjadi orang tua mungkin sulit bagi orangtua yang masih muda. Tugas-

tugas perkembangan orang tua seringkali diperburuk oleh kebutuhan dan tugas

perkembangan remaja yang belum dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan

dalam menerima perubahan citra diri dan menyesuaikan peran-peran baru yang

berhubungan dengan tanggang jawab merawat bayi (Bobak et al, 2005).

Tugas perkembangan menjadi orang tua yang harus dijalani oleh ibu usia

muda antara lain: menyatukan gambaran anak yang dibayangkan dengan

sesungguhnya, terampil dalam aktivitas merawat anak, menyadari kebutuhan bayi,

dan menyatukan bayi dalam keluarga. Sifat dan karakteristik ibu usia muda yang

egosentris dapat menjadi penghambat kemampuan ibu dalam berperan sebagai

orang tua yang efektif, sehingga dukungan dari orang terdekat dan keluarga serta

masyarakat sangat membenatu ibu usia muda dalam pencapaian peran menjadi

orang tua (Bobak et al, 2005).

2.2.4 Masalah Menyusui pada Ibu Usia Muda

A’yuni (2012) menyebutkan ada lima aspek yang berkaitan dengan

pengalaman menyusui pada ibu usia muda. Aspek pertama adalah perasaan

diawasi dan dihakimi. Ada perasaan bahwa orang - orang yang lebih tua

mengawasi dan menghakimi karena mereka adalah ibu muda. Meyusui di depan
22

umum atau teman-teman membuat mereka malu karena harus memperlihatkan

payudaranya. Ibu muda merespon hal tersebut dengan menghindari keluar rumah

dan hanya menyusui saat berada di rumah.

Aspek kedua yaitu kurang percaya diri. Mereka terkadang tidak yakin

terhadap kemampuannya untuk dapat menyusui secara efektif. Mereka meragukan

bahwa mereka mampu memproduksi secara efektif. Mereka meragukan bahwa

mereka mampu memproduksi cukup ASI. Ini berkaitan dengan perasaan bahwa

jumlah ASI tidak dapat ditukar seperti susu formula yang dapat dilihat dan

dipastikan jumlahnya untuk konsumsi bayi mereka.

Aspek ketiga adalah kelelahan. Beberapa ibu muda merasa bahwa

kelelahan dan kurangnya tidur adalah masalah khusus bagi mereka. Hal ini

berkaitan degan kesibukan sebagai new mother serta menyusui, tetapi kondisi ini

kemudian menyebabkan perasaan tidak mampu dan terbantu dengan penggunaan

susu botol, meskipun sebagian.

Aspek keempat adalah kenyamanan. Kelelahan disertai ketidaknyamanan

seperti nyeri payudara atau puting susu sering menjadi alasan ibu usia muda

berhenti menyusui bayinya.

Aspek kelima yaitu dukungan orang terdekat. Ketiga aspek di atas

berkontribusi pada keinginan untuk berbagi tugas dengan pasangan. Hal ini

berhubungan dengan keinginan untuk melibatkan pasangan dan menurunkan

perasaan tidak mampu. Kondisi ini cenderung mengarahkan ibu untuk menyusui

parsial dari pada eksklusif karena usaha pasangan mereka untuk mengurangi

kelelahan sang ibu adalah dengan memberikan susu botol pada bayinya.
23

2.3 Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan melalui

proses belajar dan disimpan dalam ingatan, akan digali pada saat dibutuhkan

melalui bentuk ingatan, pengetahuan diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai sumber (Sarwono, 1993 dalam Nurrahman, 2018).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan

terhadap subyek tertentu, yang berasal dari pendengaran dan penglihatan.

Notoadmodjo (2007) mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari atau

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek);

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Di

sini sikap subyek sudah mulai terbentuk;

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya

stimulus;

4. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus;

5. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Menurut

Notoadmodjo (2007), pengetahuan mempunyai enam tingkatan:


24

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikannya secara benar.

3. Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5. Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada. Sintesis menunjuk kepada

suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1.Pendidikan
25

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal untuk dipahami. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah mereka

paham dalam 12 menerima berbagai sumber informasi sehingga

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat pendidikan seseorangmaka akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan

informasi baru yang diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman serta wawasan tambahan baik secara

langsung maupun tak langsung.

3. Umur

Bertambahnya umur seseorang akan mengakibatkan

perubahan pada aspek psikologis dan mental taraf berpikir

seseorang akan semakin matang dan dewasa.

4. Pengalaman

Pengalaman ialah sesuatu yang terjadi sebelumnya pernah

dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Pengalaman ini akan mempengaruhi gaya berpikir seseorang,

dimana pengalaman baik yang bersifat menyenangkan secara

psikologis akan menimbulkan kesan yang membekas dalam emosi

sehingga menimbulkan sikap posotif dan begitu pula sebaliknya.

5.Kebudayaan
26

Kebudayaan yang dimaksud ialah lingkungan sekitar.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai kebudayaan atau

keyakinan untuk menjaga 13 kebersihan lingkungan , maka sangat

mungkin masyarakat sekitar mempunyai sikap selalu menjaga

kebersihan lingkungan.

6. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap suatu keinginan menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni hal baru yang pada akhirnya akan

membantunya memperoleh pengetahuan baru dan lebih dalam.

7.informasi

Kemudahan mencari informasi dapat membantu seseorang

untuk lebih cepat memperoleh pengetahuan baru. (Mubarok, 2007

dalam Nurrahman, 2018)

2.4 Konsep Perilaku

Perilaku diartikan sebagai suatu bentuk kecenderungan untuk

bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai bentuk respon evaluatif,

yaitu suatu respon yang sudah ada dalam pertimbangan individu yang

bersangkutan, Perilaku bukanlah suatu tindakan, tetapi merupakan suatu

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. (Soemarno, 1994 dalam

Nurrahman, 2018)

Untuk mengetahui perilaku seseorang dalam penerimaan suatu

masalah dapat dibagi menurut tingkatannya yaitu:


27

1. Tingkat penerimaan (receiving), diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).

2. Tingkat penjawaban (responding), memberikan jawaban bila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Tingkat pemberian nilai (valuing), mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap sesuatu

masalah.

4. Tingkat pengorganisasian (organization), siap bertanggung

jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipolihnya denga resiko

(Ngatimin, 2003 dalam Nurrahman, 2018)

Hubungan pengetahuan dan Perilaku ibu Usia Muda dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi

Menurut bloom, perilaku merupakan faktor terbesar setelah faktor lingkungan

yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Sementara

menurut Larence Green dalam Notoatmodjo (2007),

perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahua, tradisi dan

kepercayaan masyarakat, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pekerjaan), faktor

pendukung (adanya fasilitas kesehatan), faktor penguat (tenaga kesehatan dan

dukungan atasan kerja).

Selain ketiga faktor tersebut, lingkungan juga merupakan penyebab yang

dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku spesifik. Hal ini meliputi faktor-faktor

individu mauoun kolektif namun mempunyai pengaruh dalammasalah kesehatan.


28

Faktor ini seperti genetik, umur, jenis kelamin, penyakit bawaan, tempat kerja,

atau tempat tinggal. (Green dan Kreuter, 1991 dalam Nur rahman, 2018).

Pemberian ASI pada bayi khususnya ASI eksklusif, dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain :

1. faktor ibu

2.faktor pengetahuan

3. faktor peluang

4. faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan

5. faktor eksternal seperti :

a. Keluarga, Medis,perilaku, budaya, dan norma-norma.

b. Keadaan demografi, ekonomi

c. Tekanan komersil

d. Kebijakan internasional dan nasional serta norma-norma yang berlaku

setempat.

Faktor ibu yang paling pertama menentukan keputusan untuk memberikan

ASI pada setiap bayi yang dilahirkan ialah ibu dari bayi itu sendiri. Seorang ibu

yang baru melahirkan bayinya, maka secara naluri berkecenderungan untuk

memberikan ASI kepada bayi tersebut sebagai naluri keibuan serta amanat dan

tanggung jawab terhadap dirinya. Namun tidaklah semudah yang diperkiran oleh

seorang ibu karena selain sebagai ibu dari bayi yang baru dilahirkan, ibu juga
29

dikelilingi oleh faktor lain yang ada disekitarnya sehingga keputusan yang diambil

untuk memberi ASI pada bayinya mengalami hambatan.

Faktor Peluang. Meskipun ide untuk memberikan ASI pada bayi yang baru

dilahirkan telah ada pada seorang ibu, namun ide tersebut masih perlu

dipertimbangkan karena keputusan yang diambil tersebut tidaklah serta merta

dapat dilakukan, namun harus menunggu beberapa pandangan orang yang ada

disekitarnya, sehingga ia sangat di tentukan oleh peluang yang ada pada ibu

tersebut.

Faktor informasi dan dukungan fisik selama kehamilan. Dua faktor penting

yang termasuk dalam kelompok ini ialah faktor informasi dan 16 dukungan fisik.

Faktor informasi menyangkut sejauh mana seorang ibu yang sedang hamil

memeroleh penjelasan mengenai kehamilan serta pasca persalinan yang akan

dialaminya. Faktor tersebut lebih banyak diperankan oleh pemanfaatan pelayanan

kesehatan yang tersedia seperti pelayanan antenatal selama kehamilannya.

Apabila selama hamil ibu secara aktif mengunjungi pusat peyanan kehamilan

(ANC), maka dengan sendirinya akan memeroleh secara maksimal tentang

informasi mengenai kehamilannya, terutama persiapan melahirkan dan menyusui

bayinya setelah lahir. Sedangkan faktor dukungan fisik selama kehamilan juga

cukup penting perannya dalam menentukan pemberian ASI setelah kelahiran bayi

karena apabila fisik ibu terjamin secara maksimal, atau mengalami kesakitan,

maka sulit baginya untuk melakukan perawatan payudara, serta mempersiapkan

diri menghadapi masa menyusui serta persalinannya, semua hal tersebut sangat

ditentukan oleh pemanfaatan secara maksimal pelayanan antenatal yang tersedia


30

ditempat. Faktor eksternal. Faktor determinan yang menjadi target analisis dalam

penelitian termasuk ruang lingkup ini.

Untuk faktor keluarga, dukungan suami, serta nilai budaya yang berlaku ini

masih cukup menentukan pemberian ASI esklusif, demikian pula dengan budaya

setempat, termasuk di dalamnya adanya pantangan selama kehamilan, serta

pemberian makanan tertentu (air tajin, madu, air teh) setelah bayi dilahirkan.

Sedangkan Keadaan demografi, dan keadaan ekonomi bersangkut paut dengan

jumlah anak yang dimiliki, serta bentuk keluarga dari ibu menyusui (termasuk

keluarga inti atau tidak). Semuanya sangat menentukan pemberian 17 ASI pada

bayi yang baru dilahirkan. Sejalan dengan itu maka faktor ekonomi keluarga juga

sangat menentukan terhadap pemberian ASI pada bayi. Untuk Tekanan komersil,

maka salah satu variabel yang juga menjadi target penelitian ialah promosi susu

formula yang sekarang sangat gencar melakukan perannya, serta memasuki semua

media massa, bahkan sampai kepada tempat-tempat pelayanan ibu hamil, tempat

persalinan, mulai dari tingkat rendah sampai dengan tingkat yang termasuk tinggi.
31

2.5 Kerangka Teori

Faktor Mempengaruhi :

1. Faktor Ibu

2.Pengetahuan

3. Faktor Peluang

4. Faktor Informasi dan


dukungan
Pemberian Asi Esklusif

5.Faktor Eksternal

-Keluarga

- Perilaku

-Budaya & Ekonimi

Gambar 3.1. Kerangka Teori

2.6 Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

-Pengetahuan
Pemberian Asi Esklusif
-Perilaku

Gambar 3.2 Kerangka Konsep


32

II.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap teori yang belum terbukti

dalam data, penelitian hipotesis ini akan menggunakan uji statistik, sehingga dapat

disimpulkan benar atau salah (Masturah dan Agata, 2018). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia

muda di Desa Sopo Batu Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing Natal

2. Ada hubungan perilaku dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia muda di

Desa Sopo Batu Kec. Panyabungan Kota Kab. Mandailing Natal


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jeni Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian survey atau non eksperimen

untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku dalam Pemberian ASI

eksklusif pada ibu usia Muda di Desa Sopo Batu, Kecamatan Panyabungan,

Kabupaten Mandailing Natal tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain

penelitian analitik dengan metode cross sectional. Cross sectional merupakan

suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen)

dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran

variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Dalam penelitian cross

sectional setiap responden hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran

variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti

tidak melakukan tindak lanjut (Riyanto, 2017).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Desa Sopo Batu, Kecamatan

Panyabungan, Kabupaten Mandailing natal. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

berdasarkan pertimbangan bahwa di Desa Sopo Batu merupakan salah satu Desa

yang memiliki populasi ibu usia Muda yang menyusui, sehingga memungkinkan

terpenuhinya jumlah minimal sampel yang diinginkan sesuai kriteria inklusi.

Selain itu, lokasi penelitian terjangkau dan memudahkan akses peneliti dalam

menyelesaikan keperluan administrasi yang dibutuhkan selama proses penelitian.

33
34

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari. Jadi dapat ditarik kesimpulannya,

Maka populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu usia muda yang menyusui

bayinya yang berusia 0-6 bulan di Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan

Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Februari – April tahun 2023 berjumlah

36 reponden

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan dilakukan penelitian,

sampel ini bertujuan mempelajari sifat sifat tertentu responden yang akan

dideteksi karena peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian semua

populasi (Hidayat, 2017). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagian ibu usia muda yang menyusui bayinya yang berusia 0-6 bulan di Desa

Sopo Batu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal sampai dengan

Agustus 2023 berjumlah 26 Responden.


35

3.3.3 Besar Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini di temukan dengan rumus slovin

(Umar 2015:108), sebagai berikut :

N
n=
Ne2

Dimana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Persen tingkat kesalahan yang dapat ditolerir, yaitu 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel (n) yang

diperoleh adalah :

N
n = 2
Ne

36
= 2
1+36(0,1)

36
=
1+36(0,01)

36
=
1,36

=26,47 dibulatkan menjadi 26 responden

Maka sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 26 responden

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional


36

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala

Operasional Ukur Ukur

Variabel Segala Formulir Quesioner 1. Kurang Rasio

Independen: sesuatu Quisioner 2.Cukup

Pengetahua yang di 3.Baik

n ketahui

mengenai

ASI

Eksklusif

Variabel Suatu Formulir Quesioner 1.Kurang Rasio

Independen: kondisi Quisioner 2.Cukup

Perilaku untuk 3.Baik

merespon

dan bertidak

dalam

memberikan

Asi

Eksklusif

Variabel Pemberian Formulir Quisioner 1. ASI Nominal

Dependen: ASI saja Quisioner eksklusif

Pemberian sampai usia 2.Tidak

ASI 0-6 bulan ASI

EKsklusif eksklusif

3.1 Tabel Variabel dan Defenisi Operasional


37

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh dari hasil pengisian Quisioner oleh responden dengan

menggunakan formulir quisioner yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia Muda.

3.5.2 Data Skunder

Dalam Sugiono (2017), data skunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti). Data skunder dalam

penelitian ini diambil langsung dari Puskesmas Gunung Tua, Panyabungan,

Kabupaten Mandailing Natal. Meliputi data ibu menyusui yang memiliki bayi usia

6 bulan dan juga dari sumber lainnya seperti jurnal yang berkaitan dengan judul

penelitian.

3.6 Alat Ukur/Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

disusun secara tertutup serta berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden.

Kuesioner adalah salah satu instrumen dalam penelitian dimana didalamnya berisi

kumpulan pertanyaan (Riyanto, 2017). Kuesioner yang dibagikan terdiri dari

pertanyaan mengenai pemberian ASI Ekslusif, pendidikan, pekerjaan, dan status

kehamilan.

3.7 Analisa Data

3.7.1 Analisa univariat


38

Analisa univariat untuk mendeskripsikan karakter setiap variabel

penelitian, pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoadmojo, 2010). Analisis univariat

dilakukan untuk mendapatkan distribusi dan frekuensi atau besarnya proporsi dari

variabel independen dan variabel dependen sehingga dapat diketahui distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel. Tabel distribusi frekuensi ini

menggambarkan jumlah dan presentasi dari variabel yang ada. Variabel yang

disajikan meliputi pemberian ASI Eksklusif, pendidikan, pekerjaan, dan status

kehamilan.

3.7.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada ibu usia remaja yaitu pemberian

ASI Eksklusif, pendidikan, pekerjaan dan status kehamilan dengan keberhasilan

ASI eksklusif pada ibu usia remaja menggunakan uji statistic Chi Square yang

diawali dengan uji normalitas data yang apabila data normal maka

menggunakan uji f atau ANOVA test dan apabila data tidak normal menggunakan

uji statistic Chi Square.

3.8 Kode Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak yang diteliti (subjek penelitian)

dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika

dalam penelitian akan merujuk pada prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan

penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2016). Penelitian ini adalah penelitian yang akan menggunakan


39

manusia sebagi responden yang akan diteliti serta menimbulkan hubungan timbal

balik yang lebih intensif antara peneliti dan orang yang diteliti karena akan terlibat

dalam waktu yang relatif lama.

Sebelum melakukan pengambilan data kepada responden maka peneliti

wajib memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan dan meminta

persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini akan tercipta hak dan kewajiban yang harus diakui

dan dihargai oleh masing-masing pihak. Hak dan kewajiban responden yaitu hak

untuk dihargai privasinya, hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan, hak

memperoleh jaminan keamanan dan keselamatan serta berhak mendapatkan

kompensasi yang diiringi dengan kewajiban responden untuk memberikan

informasi yang diperlukan oleh peneliti selama responden telah mendapatkan

lembar penjelasan sebagai calon subjek penelitian dan menandatangani inform

concent. Sebaliknya peneliti memiliki hak memperoleh informasi yang diperlukan

sejujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden serta berkewajiban menjaga

privasi responden dan menjaga kerahasiaan yang telah diberitahukan oleh

responden.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal. 2019. Propil Kesehatan


Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2019. MADINA: Dinkes Madina.
(diakses 12 April 2021)

Elisabeth. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :


Pustaka Baru Press

Hidayat. 2017. Metode Peneitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

IDAI. 2013.Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Dalam Berbagai Situasi Dan Kondisi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Nina, S (2013) ASI (2013) Asi Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Notoadmodjo, (2010) Metode penelitian jenis Laporan Kebidanan. Jakarta Rineka
(2015). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhayati, Ilyas, H., & Murhan, A. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Pemberian Asi Eksklusif DI Desa Candimas. Jurnal
Keperawatan, XI(1), 86–95.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun. Tentang Pemberian


ASI Eksklusif. 1 Maret 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5291. Jakarta.

. 2017. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2017.Medan:


Kementrian Kesehatan RI.
. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

40
. 2019. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2019.Medan:
Kementrian Kesehatan RI.

Suci, T. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu terhadap


Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sambi, Kecamatan Sambi, Kabupaten
Boyolai. Jurnal

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung

World Health Organization (WHO). 2020. ‘’Angka Pemberian Asi Eksklusif ’’


KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU
USIA MUDA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Isilah kuesioner di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak
jawaban yang anda pilih.

A. INDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Ibu :

2. Umur Ibu saat ini:

3. Pendidikan Terakhir :

a. Tidak Tamat SD

b. SD

c. SMP

d. SMU

e. Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan Ibu :

a. IRT

b. Wiraswasta

c. Petani / pekebun

d. Tenaga Honorer

B. PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI

NO PERTANYAAN SETUJU TIDAK


SETUJU
1 Air susu ibu adalah jenis makanan yang
mencukupi semua seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik,psikologis,sosial,maupun spritual
2 Asi dan kolestrum merupakan air susu yang
pertama kali keluar dan berwarna kekuningan
3 Asi merupakan makanan alamiah untuk
bayi ,praktis,ekonomis,mudah dicerna dan d
serap oleh usus bayi
4 Pemberian ASI pasca persalinan dapat
mengurangi resiko perdarahan
5 Asi mengandung anti infeksi yang dapat
mencegah penyakit yang terjadi pada bayi
seperti diare dan infeksi saluran pernapasan
6 Ibu yang selalu gelisah dan kurang percaya diri
tertekan mungkin akan gagal dalam pemberian
ASI
7 Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap
saat bayi membutuhkan
8 Asi yang sudah beku dapat dihangatkan dengan
menggunakan air panas yang ada didalam
mangkok atau berupa wadah untuk dihangatkan
9 Ibu yang memberikan ASI dianjurkan
menambah suplai makanan seperti ikan,
telur,dan kacang kacangan
10 Memberikan ASI saja membuat tidak dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal pada
bayi.
11 Asi dapat diperah dengan menggunakan tangan
dan pompa
12 Asi dapat memperkuat ikatan batin ibu dan anak
13 Menyusui bayi tidak hanya pada satu payudara
melainkan keduanya secara seimbang
14 Sebelum ibu bekerja ASI diperah dulu dan
diberikan oleh pembantu atau orang yang
menjaga dengan menggunakan sendok

C. PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI

NO PERTANYAAN SETUJU TIDAK


SETUJU
1 Bila ibu lelah pada malam hari lebih baik suami
memberi susu formula pada bayi
2 Susu formula yang mahal saat kandungannya
dengan air sus ibu
3 Bila dalam perjalnaan sebaiknya ibu menyusui
bayinya
4 Saya lebih mementingkan pekerjaan daripada
memberika susu bayi
5 Bagi wanita pekerja yang menyusui anaknya
tidak perlu ada ruangan pojok ASI karna ada
suus formula
6 Ibu harus memberikan kolestrum pada bayinya
dari hari pertama sampai hari ketiga

D. KUISHONER PEMBERIAN ASI EKLSUSIF

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah ibu memberikan ASI eksklusif selama 6
bulan

Anda mungkin juga menyukai