Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN AKTIVITAS FITIK DENGAN KADAR GULA

DARAH LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEREMPA
TAHUN 2022

PROPOSAL

APRIYANTI
NIM. 616080721066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
TAHUN 2023
HUBUNGAN AKTIVITAS FITIK DENGAN KADAR GULA
DARAH LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEREMPA
TAHUN 2022

PROPOSAL

Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk


Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan

APRIYANTI
NIM. 616080721066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
TAHUN 2023
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Apriyanti
Nim : 616080721066
Judul : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah
Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarempa Tahun 2022
Program Studi : Pendidikan S1 Keperawatan
Institut : Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Penelitian yang saya tulis
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Penelitian


ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Batam, Februari 2023


Pembuat pernyataan

Apriyanti

Mengetahui,

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Resi Novia, M.Kep Anisya Selvia, SST, M.Keb


PERNYATAAN PERSETUJUAN

JUDUL RISET : HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN


KADAR GULA DARAH LANSIA
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TAREMPA TAHUN 2022
NAMA MAHASISWA : APRIYANT
NIM : 616080721066

Proposal penelitian ini telah diperiksa, disetujui dan akan dipertahankan


dihadapan tim penguji Proposal Penelitian Institut Kesehatan Mitra

Batam, Februari 2022

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Resi Novia, M.Kep Anisya Selvia, SST, M.Keb

Mengetahui,
Prodi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan SI Keperawatan
Ketua,

Ns. Savitri Gemini, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-

Nya, penyusunan Proposal yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan

Kadar Gula Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarempa Tahun 2022” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Proposal ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama serta dukungan

dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi.

Terselesaikannya Proposal ini tidak terlepas dari banyak pihak, oleh sebab itu,

disini penulis sampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Hj. Gusnawati, M.K.M, selaku Ketua Yayasan Harapan Bunda Batam.

2. Bapak dr. H. Mawardi Badar, MM, selaku Ketua Rektor Institut Kesehatan

Mitra Bunda Batam.

3. Ibu Ns. Savitri Gemini, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners.

4. Ibu Ns. Resi Novia, M.Kep, selaku Pembimbing I, yang telah membantu dan

membimbing dalam penyusunan Proposal ini hingga selesai. Ibu Anisya

Selvia, SST, M.Keb, selaku Pembimbing II, yang telah membantu dan

membimbing dalam penyusunan Proposal ini hingga selesai.

5. Seluruh Dosen dan Staff Institut Kesehatan Mitra Bunda Batam.

6. Bapak/Ibu Dinas Kesehatan Kesehatan kabupaten Kepulauan Anambas yang

telah membantu dalam memperoleh data untuk penelitian.


7. Kepada Kepala Puskesmas Tarempa Kabupaten Kepulauan Anambas beserta

staff yang telah membantu memperoleh data dalam penyusunan Proposal ini.

8. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan yang

telah berjuang bersama-sama selama proses perkuliahan dan dalam

penyusunan Proposal.

9. Terkhusus kepada orang tua : Ibu serta Suami saya yang selalu menjadi

support sistem serta memberikan doa selama menempuh pendidikan sampai

akhir dalam penyusunan Proposal ini.

10. Terimakasih untuk sahabat saya yang telah membantu dan mendukung saya

dalam penyusunan proposal ini.

11. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian Proposal ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Tarempa, Februari 2023


Peneliti

Apriyanti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR……………………………………………... i
HALAMAN SAMPUL DALAM…………………………………………... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………... iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………….............. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………..... v
DATAR ISI…………………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... ix
DAFTAR SKEMA………………………………………………………...... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………... 8
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 8
D. Manfaat Penelitian………………………………………….. 9
E. Keaslian Penelitian…………………………………………. 10
F. Sistematika Penelitian………………………………………. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Konsep Lansia........................................................................

13
2. Definisi..........................................................................

13
2. Ciri Ciri Lansia ……………………………………….

14
2. Klasifikasi Lanjut Usia………………………………..

15
2. Karakteristik Lansia…………………………………… 15
3. Perubahan Lansia……………………………………… 15
2. Diabetes Melitus.....................................................................

18
2. Definisi………………………………………………..

18
2. Etiologi…………………………..................................

19
2. Kalsifikasi……………………………………………..

19
2. Diagnosa Diabetes Melitus…... ………………………

25
2. Faktor…………. ……………………………………...

25
2. Menifestasi……………………………………............

26
2. Komplikasi…...…………………………………….....

29
3. Penatalaksanan.…………………………………….....

29
2. Aktivitas Fisik…...................................................................

30
2. Definisi………………………………………………..

31
2. Jenis Aktivitas Fisik……………………………………

31
2. Manfaat Aktivitas Fisik …………………………….

32
2. Pelaksanaan Aktivitas………………………………….

33
2. Pengukuran Aktivitas……………………………………

34
2. Glukosa Darah ……………………………….……………….

35
2. Kerangka Konseptual…………………………………………

41
2. Hipotesis Penelitian…………………………………………..

42

BAB III METODE PENELITIAN


3. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................ .

43
3. Populasi dan Sampel………………………………………. .

43
3. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………

46
3. Variabel Penelitian………………………………………...

46
3. Kerangka Kerja…………………………………………….

48
3. Prosedur Penelitian………………………………………...

49
3. Pengumpulan Data…………………………………………

49
3. Pengolahan Data dan Anlisa Data………………………….

67
3. Etika Penelitian……………………………………………. .

71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kadar Gula Darah Lansia ………………………………………... 60


DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Konsep……………………………………….............. 41

Skema 2.2 Kerangka Kerja............................................................................... 48


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penjelasan Penelitian Untuk Responden di Puskesmas


Tarempa …....................................................................................74

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden………………………………….


76

Lampiran 3 Surat Penjelasan Penelitian Responden….................................... 78

Lampiran 4 Kuisioner IPAQ………………………………..…...................... 78


1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diseluruh dunia manusia bisa hidup lebih lama, diperkirakan ada sekitar

dua miliar penduduk lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050,

sekitar 80% dari seluruh lanjut usia (lansia) akan hidup di negara berpendapatan

rendah dan menengah World Health Organization (WHO). Peningkatan taraf

hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH)

merupakan keberhasilan pembangunan dan cita – cita suatu bangsa. Walaupun

demikian, peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi

epidemiologi yang menyebabkan meningkatnya jumlah angka kesakitan karena

penyakit degeneratif (yenni ferawati sitanggang, Sanny frisca, 2021).

Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas. Menua bukanlah sebuah penyakit akan tetapi sebuah proses yang

berangsur mengakibatkan perubahan kumulatif yang merupakan proses

menurunya daya tahan tubuh dalam menanggapi rangsangan dari dalam dan luar

tubuh. (yenni ferawati sitanggang, Sanny frisca, 2021). Perubahan fisiologis pada

lansia terkait dengan proses penuaan menjadi penyebab yang tidak dapat dihindari

dari menurunnya fungsi dari sistem anatomi dan fisiologi pada lansia. Perubahan

tersebut dapat menjadi salah satu faktor dari terjadinya berbagai masalah

kesehatan yang terjadi pada lansia. Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia

yaitu masalah kardiovaskuler, masalah respirasi, masalah di bagaian saluran


2

pencernaan, masalah musculoskeletal, masalah psikologis, dan diabetes mellitus

(yenni ferawati sitanggang, Sanny frisca, 2021).

Diabetes Mellitus adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan

metabolik yang di tandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.

Nilai batas normal Diabetes mellitus dengan kriteria glukosa darah puasa adalah

<100mg/dl dan Glukosa Flasma 2 jam setelah TTGD <140mg/dl. Penyebab

kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan pengelompokan jenis

Diabetes yaitu : Diabetes Mellitus Tipe 1 adalah diabetes yang di sebabkan

kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pancreas sehingga produksi

insulin tidak ada sama sekali, Diabetes Tipe 2 adalah Diabetes yang disebabkan

kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar

pangkreas dan Diabetes Mellitus tipe gastasional adalah diabetes yang ditandai

dengan kenaikan gula darah selama masa kehamilan. Gangguan ini biasanya

terjadi pada minggu ke–24 kehamilan dan kadar gula darah akan kembali normal

setelah persalinan (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020).

Secara garis besar kejadian diabetes melitus dipengaruhi oleh kurangnya

berolahraga atau beraktivitas. Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap keseimbangan energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama

yang dapat diubah yang melalui faktor-faktor tersebut banyak kekuatan luar yang

memicu pertambahan berat badan itu bekerja. Latihan fisik pada penderita DM

memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam

darah, saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh
3

otot yang aktif sehingga secara langsung menyebabkan penurunan glukosa darah

(Fikri Amrullah, 2020).

International Diabetes Federation menyatakan bahwa pada tahun 2021

tercatat 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) menderita diabetes. Jumlah ini

diprediksi akan mengalami peningkatan menjadi 643 juta pada tahun 2030 dan

784 juta pada tahun 2045. Pasifik Barat berada dalam peringkat ke 1 dari 10

negara di dunia dengan penderita Diabetes Mellitus terbesar dengan prevalansi

206 juta kasus (International Diabetes Federation, 2021). Indonesia berada di

peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu

sebesar 10,7 juta kasus (Kemenkes RI, 2020).

Data di Kepulauan Riau penyakit diabetes mellitus menururt hasil

Riskesdas 2018, permasalahan kesehatan pada usia produktif terjadi penurunan

penyakit menular dari tahun 2013 ke tahun 2018 di Kepulauan Riau Diabetes

Mellitus meningkat dari 1,5% menjadi 2% (Riau, 2021). Dan Hasil capaian

indicator kinerja UKM 2022 di Puskesmas Tarempa tercatat sebanyak 291 lansia

mederita Diabetes Mellitus dengan prevalensi sebanyak 101,75%. (Capaian

Indikator Kinerja UKM 2022, n.d.).

Menurut hasil penelitian Jahidul Fikri Amrulah. (2020) yang berjudul

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Lansia

Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Babakan Sari Kota

Bandung menunjukan hasil chi-square bahwa ada hubungan aktivitas Fisik

dengan gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Babakan

Sari Kota Bandung, nilai P= 0.008 maka keputusanya Ha diterima Ho ditolak.


4

Hasil diatas menunjukan bahwa frekuensi usia menunjukkan bahwa sebagian

besar responden beruusia 60-69 tahun (Fikri Amrullah, 2020).

Sejalan dengan hasil penelitian baihaqi., dkk.(2020) yang berjudul

Hubungan Aktivitas Sehari – hari dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada lansia

Data diperoleh degan cara observasi dan gluco test. Analisis secara statistic

menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistic di dapatkan aktivitas seharihari

lansia di Desa Jungjang Wetan blok 02 dan blok 03 Wilayah Kerja Puskesmas

Tegal gubug sebagian besar berada pada kategori ringan (45,7%). Distribusi gula

darah sewaktu responden yang paling banyak berada pada kategori normal yaitu

25 lansia ( 71,4 % ).Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Chi Kuadrat (X2)

hitung 4,126dan nilai sig. (p-Value) 0,042 berarti ada hubungan antara aktifitas

sehari-hari dengan kadar gula darah lansia (Baihaqi et al., 2020).

Akan tetapi tidak sejalan dengan hasil penelitian Widana Ketut., dkk.

(2018) yang berjudul Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah

Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke Poli Klinik Penyakit Dalam

Rumah Sakit M. Djamil Padang yang terdapat hasil penelitian diolah dengan

rumus Chi-square sehingga nilai p=0.602 (p>0.05). Simpulan studi ini ialah tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar glukosa

darah puasa pada pasien diabetes melititus yang datang ke poliklinik rumah sakit

M. Jamil Padang (Azitha et al., 2018).

Dampak dari Diabetes Mellitus adalah Selain penyakit kardiovaskuler,

Diabetes Mellitus juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal dan

kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga amputasi (Marshall dan
5

Flyvbjerg, 2006 dalam Hill, 2011). Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab

terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga

kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan hidup

sebesar 5-10 tahun (Goldberg, 2007 dalam Garnita, 2012 dalam (Diabetes, n.d.).

Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018, dan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 4 tahun 2019 telah menetapkan bahwa upaya pengendalian diabetes

melitus, merupakan salah satu pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh

pemerintah daerah. Setiap penderita diabetes melitus akan menerima pelayanan

sesuai standar minimal satu kali sebulan yang meliputi pengukuran kadar gula

darah, edukasi, dan terapi farmakologi serta rujukan jika diperlukan. Dengan

adanya jaminan ini diharapkan semua penderita diabetes melitus bisa terkontrol

dan menerima tatalaksana dengan baik guna menghindari komplikasi dan

kematian dini serta bisa menurunkan beban biaya akibat diabetes melitus dan

komplikasinya (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020).

Selain itu, adanya Impres No 1 tahun 2017 tentang Germas juga membantu

mendorong pembudayaan perilaku hidup sehat bagi seluruh masyarakat termasuk

orang dengan faktor risiko PTM dan penderita diabetes melitus. Keterlibatan

semua sektor terkait dalam mendukung perwujudan Germas diharapkan dapat

menurunkan prevalensi diabetes melitus dan faktor risikonya. Penggunaan obat

dalam pengelolaan diabetes melitus akan efektif bila disertai dengan modifikasi

gaya hidup yang lebih sehat terutama yang berkaitan dengan faktor risiko yang

dimiliki (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020).


6

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 September

2022. Melihat uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul tentang

“Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Lansia Penderita Diabetes

Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa Tahun 2022”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus?”

3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah

Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa Tahun

2023

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Aktivitas Fisik dalam menjaga Kesehatan Lansia.

b. Mendidentifikasi Diabetes Mellitus Tipe pada lansia.

c. Melihat Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Lansia

Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa

Tahun 2022.

4. Manfaat Penelitian

1. Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberi pengetahuan bagi profesi

keperawatan tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula


7

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarempa Tahun 2022.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas

Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi bagi Dinas

Kesehatan setempat dalam membuat kebijakan mengenai program

Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Lansia Penderita

Diabetes Mellitus.

3. Institusi Kesehatan (Puskesmas)

Penelitian ini diharapkan agar pihak Puskesmas Tarempa dapat

memberikan edukasi kepada semua perawat dan pengunjung di

puskesmas agar dapat menghilangkan kejadian persepsi negatif

dalam menangani penderita Diabetes Mellitus pada Lansia.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi

dasar untuk penelitian lanjutan yang berhubungan Aktivitas Fisik

Dengan Kadar Gula Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa Tahun 2022.

5. Keaslian Penelitian

1. Menurut Jahidul Fikri Amrulah. (2020) yang berjudul Hubungan

Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Lansia

Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja UPT Puskesmas


8

Babakan Sari Kota Bandung menunjukan hasil chi-square bahwa ada

hubungan aktivitas Fisik dengan gula darah sewaktu pada pasien

diabetes melitus di Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung, nilai P=

0.008 maka keputusanya Ha diterima Ho ditolak. Hasil diatas

menunjukan bahwa frekuensi usia menunjukkan bahwa sebagian

besar responden beruusia 60-69 tahun (Fikri Amrullah, 2020).

2. Menurut baihaqi., dkk.(2020) yang berjudul Hubungan Aktivitas

Sehari-hari dengan Kadar Gula Darah Sewaktu pada lansia Data

diperoleh degan cara observasi dan gluco test. Analisis secara

statistic menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistic di dapatkan

aktivitas seharihari lansia di Desa Jungjang Wetan blok 02 dan blok

03 Wilayah Kerja Puskesmas Tegalgubug sebagian besar berada

pada kategori ringan (45,7%). Distribusi gula darah sewaktu

responden yang paling banyak berada pada kategori normal yaitu 25

lansia ( 71,4 % ).Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Chi

Kuadrat (X2) hitung 4,126 dan nilai sig. (p-Value) 0,042 berarti ada

hu bungan antara aktifitas sehari-hari dengan kadar gula darah

lansia (Baihaqi et al., 2020).

3. Menurut Via Anggraeni., dkk. (2018) yang berjudul Tidak terdapat

hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada lanjut

usia di panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 di dapatkan hasil

dari uji korelasi Spearman antara aktivitas fisik dengan kadar gula

darah puasa diperoleh nilai korelasi Spearman sebesar p=0.220,


9

dimana nilai p>alpha 0,05 maka Ho di terima, dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dan

kadar gula darah puasa pada lansi di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 2 (Anggraeni & Rachmawati, 2018).

6. Sistematika Penulisan

Proposal ini terdiri dari tiga BAB, yaitu BAB I (satu), BAB II (dua) dan

BAB III (tiga).

1. BAB I Pendahuluan

Berisi mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat

penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Menguraikan tinjaun teoritis atau konsep teori yang mendukung

penelitian meliputi : (Konsep dasar Diabetes Mellitus, konsep dasar

Aktivitas Fisik), kerangka teori menurut ahli atau beberapa ahli yang telah

dimodifikasi), kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian.

3. BAB III Metodologi Penelitian

Menjelaskan jenis dan rancangan penelitian, populasi dan sampel

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka konsep penelitian,

prosedur penelitian, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,

defenisi operasional, etika penelitian, dan keterbatasan penelitian.


10
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Lansia

2.1.1. Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. lansia

adalah bagian siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang, yang

dapat berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. Agar dapat berdaya

guna Lansia harus sehat dan dipersiapkan sedini mungkin, serta berada di

lingkungan yang mendukung potensi yang dimilikinya (Kemenkes RI, 2019).

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia

yang di mulai dari usia 60 tahun hingga hampir mencapai 120 atau 125 tahun.

Adapun lanjut usia dapat diklasifikasikan yaitu lansia awal yaitu usia 65 hingga

74 tahun, lansia menengah usia 75 tahun atau lebih, dan lansia akhir usia 85 tahun

atau lebih (W Festi, 2018).

Artinya proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau memperlambat

kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur (Friska et al.,

2020).
12

2.1.2. Ciri – ciri Lansia

Menurut (Oktora & Purnawan, 2018) ciri - ciri dari lansia yaitu :

a. Lansia merupakan periode kemunduran pada lansia sebagian datang

dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga motivasi memiliki

peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia

yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka

akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga

lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik

pada lansia akan lebih lama terjadi.

b. Penyesuaian yang buruk pada lansia prilaku yang buruk terhadap

lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang

buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.

Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia

menjadi buruk juga. Contohnya lansia yang tinggal bersama keluarga

sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap

pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik

diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri

yang rendah.

2.1.3. Klasifikasi Lansia


13

Menurut WHO dalam Setiyorini (2018) lansia terbagi menjadi empat

tahap, yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) pada 45-59 tahun.

2) lanjut usia (elderly) pada 60-74 tahun.

3) lanjut usia tua (old) pada 75-90 tahun dan,

4) usia sangat tua (very old) pada >90 tahun

2.1.4. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki tiga karakteristik menurut (Setiyorini, 2018) yaitu :

1) Berusia lebih dari 60 tahun

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat hingga

sakit, dari kebutuhan biopsikososial dan spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptive

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.5. Perubahan yang terjadi pada lansia

Masalah kesehatan pada lansia terutama di Indonesia, membutuhkan

kesigapan dan kesiapan masyarakat. Masalah kesehatan menjadi salah satu

masalah yang perlu segera ditangani. Kelambanan dalam mengantisipasi

perubahan yang terjadi pada lansia dikarenakan masyarakat belum memperoleh

informasi yang cukup terkait kemunduran kognitif yang terjadi pada lansia,

seperti mudah lupa dan demesia. Di Indonesia sendiri, masyarakat maupun

pemerintah belum mempunyai badan atau lembaga khusus serta perangkat


14

evaluasi untuk menangani masalah tersebut. Masalah kesehatan yang terjadi pada

lansia juga berkaitan dengan berbagai perubahan yang dialami oleh lansia.

Adapun perubahan yang terjadi pada usia lanjut yaitu aspek fisik, psikologis,

religius, dan mental (Sudargo et al., 2021).

a) Aspek fisik

Perubahan yang terjadi dalam aspek fisik terdiri atas perubahan

penampilan, bagian dalam tubuh, perubahan fisiologis, perubahan sistem

saraf, perubahan pancaindra, perubahan seksual, perubahan kelakuan, dan

perubahan kemampuan motorik. Adanya faktor kejiwaan, sosial, ekonomi,

dan medis memengaruhi te.jadinya perubahan-perubahan yang umumnya

terjadi pada fisik lansia. Perubahan penampilan yang terjadi pada lansia

antara lain bentuk mulut berubah karena gigi mulai hilang, mata terlihat

sayu dan pudar, bahu membungkuk, terjadi penimbunan lemak di perut

dan panggul, kulit mengendur, serta persendian tidak kokoh lagi.

Perubahan lain yang terjadi dalam tubuh yaitu tulang mengapur dan mudah

keropos sehingga berisiko menderita osteoporosis dan fraktur.

b) Aspek psikologis

Sebagian lansia yang akan mengalami hal ini dikarenakan berbagai

masalah hidup ataupun yang kali ini dikarenakan umur seperti:


15

· Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal

terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti

menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan

sensorik terutama pendengaran.

· Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan

cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari

dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit

medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian

mendadak dari suatu obat.

· Gangguan tidur

Dikenal sebagai penyebab morbilitas yang signifikan. Ada

beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya

mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori,

mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak

semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka

sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama

tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila

dibandingkan. dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam


16

per hari. Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi

menjadi empat kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan

tidur akibat gangguan mental lain, gangguan tidur akibat kondisi

medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat.

c) Aspek Mental

Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental, yaitu perubahan

fisik, kesehatan, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan. Perubahan

mental yang terjadi pada lansia adalah memori (kenangan) dan intelegensi

(IQ). Adapun informasi matematika dan perkataan verbal tidak berubah.

Seiring bertambahnya usia, perubahan mental akan mengalami penurunan

yang merupakan bagian dari proses penuaan.

2.2. Diabetes Melitus

2.2.1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan

metabolik yang di tandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal

(Kemenkes RI, 2020). Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (PERKENI, 2021).

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur trigleserida atau glukosa),

atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya (WHO, 2016).


17

2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Adapun klasifikasi dari Diabetes Melitus adalah, sebagai berikut:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus Tipe 1 adalah Destruksi sel beta pankreas,

umumnya berhubungan dengan defisiensi insulin absolut yaitu

Autoimun dan Idiopatik (PERKENI, 2021). Diabetes Melitus Tipe 1

adalah diabetes yang di sebabkan oleh kenaikan kadar gula darah

karena keursakan sel beta pangkreas sehingga insulin tidak ada sama

sekali. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh keturunan (Kemenkes

RI, 2020).

Diabetes Melitus Tipe 1 biasanya muncul di usia anak-anak

atau remaja dan bisa terjadi pada pria maupun wanita. Gejala diabetes

tipe 1 timbul secara mendadak dan bisa bersifat berat sampai

menimbulkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan

insulin. Persentase penderita diabetes tipe 1 adalah sebesar 5-10% dari

seluruh penderita diabetes. Di Indonesia, data statistik mengenai

Diabetes tipe I belum ada, namun diperkirakan jumlahnya hanya

sekitar 2 - 3%. Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui atau tidak

terdiagnosisnya penyakit pada kasus (Tandra, 2018).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang


18

dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin (PERKENI,

2021).

Diabetes tipe 2 atau yang sering disebut Diabetes Non Insulin-

Dependent merupakan Diabetes yang resistensi terhadap insulin.

Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara

optimal sehingga menyebabkan kadar glukosa darah tinggi di dalam

tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada kasus

DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin

absolut. Pengidap Diabetes tipe 2 lebih banyak dijumpai. Pengidap

penyakit Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun,

tetapi bisa timbul pada usia 20 tahun. Sekitar 90-95% kasus Diabetes

Mellitus merupakan Diabetes Mellitus tipe 2 (Tandra, 2018).

c. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes yang di diagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak di dapatkan Diabetes

Mellitus (PERKENI, 2021).

Diabetes melitus gestasional biasanya muncul pada saat

kehamilan. Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon

pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin. Ibu hamil yang

mengalami Diabetes Melitus gestasional akan terdeteksi pada saat

kehamilan berumur 4 bulan keatas, dan glukosa darah akan kembali

normal pada saat ibu telah melahirkan (Tandra, 2018).


19

d. Diabetes tipe lain

1) Defek genetik fungsi sel beta (maturity onset diabetes of

the young dan DNA mitokondria).

2) Defek genetic kerja insulin

3) Penyakit eksokrin pankreas (pankreatitis, tumor atau

pankreatektomi, dan pankreatopati fibrokalkulus).

4) Infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus).

2.2.3. Etiologi Diabetes Melitus

a. Diabetes Melitus tipe 1 (diabetes melitus tergantung insulin)

Diabetes Melitus yang disebabkan oleh kerusakan sel Beta pankreas.

Penyebab kerusakan sel B pada diabetes tipe I tidak diketahui. Beberapa

kasus diabetes tipe 1 akibat infeksi virus. Virus penyebab diabetes tipe 1

adalah virus coxsakie atau virus mumps.

Autoimunitas diyakini sebagai mekanisme utama yang terlibat.

Autoantibodi sel islet hadir dalam serum 90% dari kasus DM tipe 1 di

diagnosis awal. Antibodi tersebut menyerang beberapa komponen sel,

termasuk sitoplasma dan membran antigen atau terhadap insulin itu sendiri

(IgG dan IgE antibodi). Aktifitas Limfosit T juga menyerang sel Beta, ini

telah ditunjukkan pada beberapa pasien diabet tipe 1 (Manis, 2020).


20

b. Diabetes Melitus tipe 2

Menurut (Haryono & Dwi, 2019), etiologi diabetes melitus tipe 2

tidak terlepas dari peran penting hormon insulin dan reseptornya yang ada

disel tubuh manusia. Ada dua etiologi yang berperan pada kejadian

diabetes melitus tipe 2. Hal pertama terjadi karena ada penurunan

sensitivitas dari insulin (resistensi terhadap insulin). Artinya meskipun

insulin cukup jumlahnya namun tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya

untuk menurunkan kadar glukosa darah akibat kerusakan pada reseptor

insulin di sel. Hal kedua karena penurunan produksi insulin oleh sel beta

pankreas. Penyebab yang melatar belakangi seseorang mengalami diabetes

melitus tipe 2 hingga saat ini belum diketahui secara jelas. Namun ada

beberapa faktor tertentu yang meningkatkan resiko seseorang mengidap

penyakit diabetes mellitus tipe 2. Faktor-faktor inilah yang diduga kuat

menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan kegagalan sel beta pankreas

dalam memproduksi insulin sehingga terjadi hiperglikemia yang tidak

terkontrol oleh insulin dari dalam tubuh. Faktor-faktor tersebut antara

lain :

1. Usia

Resiko terkena diabetes tipe 2 dapat meningkat seiring

bertambah usia , terutama pada orang yang menginjak usia 45

tahun keatas cenderung tidak atau kurang rutinitas berolahraga

atau kurang melakukan aktivitas fisik, kehilangan masa otot


21

dan adanya peningkatan pada berat badan seiring

bertambahnya usia.

2. Ras

Meskipun tidak memiliki alas an yang jelas mengapa ras

termasuk kedalam penyakit ini, orang-orang dari ras tertentu

seperti orang dengan kulit hitam,hispanik, Indian Amerika dan

orang Asia Amerika,lebih cenderung mudah untuk menderita

penyakit diabetes tipe 2 daripada orang berkulit putih.

3. Riwayat Keluarga

Risiko diabetes tipe 2 menjadi meningkat jika orang tua atau

saudara sedarah mempunya riwayat penyakit diabetes tipe 2.

4. Distribusi Lemak

Jika tubuh menyimpan lemak terutama diperut,resiko diabetes

tipe 2 lebih besar daripada jika tubuh menyimpan lemak

ditempat lain seperti pinggul dan paha.

5. Kurang Melakukan Aktivitas Fisik

Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki

kecenderungan lebih besar untuk terserang penyakit diabetes

tipe 2, karena apapun aktivitas fisik yang melibatkan fisik akan

membantu tubuh dalam mengendalikan berat badan ,dan


22

menggunakan glukosa sebagai energi serta membuat sel lebih

sensitif terhadap insulin.

6. Obesitas

Kelebihan berat badan merupakan faktir resiko utama dari

adanya diabetes tipe 2. Dengan semakin banyaknya jaringan

lemak yang dimiliki seseorang, maka semakin banyak juga

reseptor insulin yang mengalami gangguan yang menyebabkan

terjadinya resistensi insuli.

7. Prediabetes

Prediabetes merupakan suatu kondisi dimana tingkat

trigleserida menjadi lebih tinggi dari kadar normal, akan tetapi

tidak cukup tinggi untuk dapat diklasifikasikan menjadi

diabetes. Prediabetes akan berkembang menjadi diabetes tipe 2

apabila prediabetes tidak ditangani dengan baik dan segera.

8. Diabetes Gestasional

Wanita yang sedang hamil akan mengalami perubahan pada

hormonnya dan hal ini yang dapat menyebabkan trigleserida

dalam tubuhnya mengalami peningkatan. Jika seorang wanita

yang sedang hamil tidak menjaga pola makan dengan baik,

maka kemungkinan besar untuk terserang diabetes gestasional

dan hal tersebut juga akan berdampak pada tubuhnya


23

dikemudian hari untuk terkena penyakit diabetes melitus tipe

2.

9. Sindrom Ovarium Polikistik

Bagi wanita, mempunyai sindrom ovarium polikistik

merupakan kondisi umum yang biasa menyerang para wanita.

Biasanya sindrom ini ditandai dengan menstruasi yang tidak

teratur, pertumbuhan rambut berlebih dan bertambahnya berat

badan hingga obesitas yang dapat meningkatkan risiko

diabetes.

2.2.4. Diagnosa Diabetes Melitus

Diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar

glukosa darah dan HbA1c. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.

Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer. Diagnosis

tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat

ditemukan pada pasien Diabetes Melitus. Kecurigaan adanya Diabetes Melitus

perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:

a) Keluhan klasik Diabetes Melitus : Poliuria, polidipsia, polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.


24

b) Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita

(PERKENI, 2021).

2.2.5. Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus

a. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah menurut (P2PTM Kemenkes RI,

2019):

1) Usia ≥40 tahun.

2) Mempunyai riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus.

3) Kehamilan dengan gula darah tinggi.

4) Ibu dengan riwayat melahirkan bayi dengan (Berat Badan

Lahir) >4 kg.

5) Bayi yang memiliki Berat Badan Lahir (BBL) < 2,5 kg.

b. Faktor Yang Tidak Dapat Diubah menurut (P2PTM Kemenkes RI,

2019):

1) Kegemukan (berat badan lebih/IMT >23 kg/m2 ) dan lingkar

perut (pria >90 cm dan perempuan >80 cm).

2) Kurang aktivitas fisik.

3) Hipertensi atau tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg).


25

4) Dislipidemia (kolestrol HDL laki-laki ≤35 mg/dL dan

perempuan ≤45, trigliserida ≥250 mg/dL).

5) Riwayat penyakit jantung

6) Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah

serat).

2.2.6. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Menurut (P2PTM Kemenkes RI, 2019) Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

yaitu :

1) Meningkatnya frekuensi buang air kecil

Karena sel-sel di dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal

mencoba mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya,

penderita jadi lebih sering kencing daripada orang normal dan

mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing sehari. Ini berlanjut bahkan di

malam hari. Penderita terbangun beberapa kali untuk buang air kecil. Itu

pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa ekstra dalam darah.

2) Rasa haus berlebihan


26

Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil,

penderita merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang

berlebihan berarti tubuh sedang mencoba mengisi kembali cairan yang

hilang.

3) Penurunan berat badan

Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan

berat badan yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan

glukosa untuk sel, yang digunakan sebagai energi, tubuh memecah

protein dari otot sebagai sumber alternatif bahan bakar.

4) Kelaparan

Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya.

Ketika kadar gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan

lebih menginginkan glukosa yang dibutuhkan sel.

5) Kulit jadi bermasalah

Kulit gatal dan kulit kering seringkali bisa menjadi tanda peringatan

diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di

sekitar daerah leher atau ketiak.

6) Penyembuhan lambat

Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat

merupakan tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena


27

pembuluh darah mengalami kerusakan akibat glukosa dalam jumlah

berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah dan arteri.

7) Infeksi jamur

Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi. Hal itu berarti

meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi, seperti infeksi

jamur candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh

subur di lingkungan yang kaya akan gula.

8) Iritasi genital

Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital

jadi seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan

gatal.

9) Keletihan dan mudah tersinggung

Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa

lama sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan.

Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari

membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah

tersinggung.

10) Pandangan kabur

Penglihatan kabur atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan

akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda
28

tidak terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan

permanen, bahkan mungkin kebutaan.

11) Kesemutan atau mati rasa

Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan

rasa sakit yang membakar atau bengkak adalah tanda bahwa saraf

sedang dirusak oleh diabetes. kadar gula darah yang dibiarkan

merajalela terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan saraf dan bisa

menjadi permanen.

2.2.7. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes berkembang secara bertahap, dari ketika terlalu

banyak gula menetap dalam aliran darah dalam waktu yang lama, hal ini dapat

mempengaruhi pada retinopatik diabetic yaitu gangguan mata atau penglihatan,

penyakit kardiovaskular yaitu penyakit jantung dan pembulu darah, nefropati

diabetic yaitu gangguan pada ginjal, dan neuropati diabetic yaitu gangguan saraf

yang menyebabkan luka amputasi pada kaki (Kemenkes RI, 2019a).

2.2.8. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

a. Penatalaksanaan secara umum

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan

kualitas hidup pasien diabetes. Tujuan penatalaksanaan umum

meliputi :
29

1) Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM,

memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko

komplikasi akut.

2) Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat

progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan

mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat

badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara

komprehensif (PERKENI, 2021).

b. Penatalaksanaan secara Khusus

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dimulai dengan menerapkan

pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan

dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara

oral dan atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan

sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan

dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat

badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria, harus segera

dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder atau tersier. Pengetahuan

tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang


30

pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah mendapat

pelatihan khusus (PERKENI, 2021).

2.3. Konsep Dasar Aktivitas Fisik

2.3.1. Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran energi. Untuk mendapatkan manfaat kesehatan aktivitas fisik

sebaiknya dilakukan 30 menit perhari (150 menit per minggu) dalam intensitas

sedang. Secara umum aktivitas fisik dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan

intensitas dan besaran kalori yang digunakan yaitu : aktivitas fisik ringan,

aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat (Kemenkes, 2017).

2.3.2. Jenis Aktivitas Fisik

Jenis Aktivitas Fisik Menurut Kemenkes (2018) secara umum jenis

aktvitas fisik dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas fisik harian, latihan fisik dan

olahraga, yaitu:

1) Aktivitas fisik harian

Jenis aktivitas yang ada di kehidupan sehari-hari seperti mengurus

rumah yang bisa membantu dalam membakar kalori yang diperoleh dari

makanan yang dikonsumsi, kegiatan tersebut seperti mencuci baju,

mengepel, jalan kaki, menyetrika, bermain dengan anak, dan sebagainya.

Kalori yang akan terbakar 50-200 kkal/kegiatan.

2) Latihan fisik
31

Latihan fisik adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terstruktur

dan terencana. Contoh kegiatan dalam latihan fisik adalah jalan kaki,

jogging, peregangan, senam aerbik, bersepeda, dan sebagainya. Dilihat

dari kegiatanya, latihan fisik memang sering dikatakan sebagai kategori

olahraga.

2.3.3. Manfaat Aktivitas Fisik

Manfaat Aktivitas Fisik Menurut Kemenkes (2018), yaitu :

1) Mengendalikan berat badan

2) Mengontrol tekanan darah

3) Menurunkan resiko tulang keropos pada wanita

4) Mencegah penyakit diabetes melitus

5) Membantu mengendalikan kadar kolesterol dalam darah

6) Meningkatkan dan menguatkan sistem kekebalan tubuh

7) Menjaga dan memperbaiki kelenturan sendi dan otot

8) Memperbaki postur tubuh

9) Mengendalikan stres dan mengurangi kecemasan

Menurut CDC (2021), aktivtas fisik yang dilakukan secara teratur

merupakan suatu hal penting bagi kesehatan. Aktivitas fisik bermanfaat dapat

mencegah risiko penyakit kronis (jantung, diabetes mellitus, kanker), memperkuat


32

tulang dan otot, mengurangi risiko depresi/ atau kecemasan, meningkatkan

kualitas tidur, mencegah kejadian jatuh, dan meningkatkan kualitas hidup

terutama bagi lansia.

2.3.4. Pelaksanaan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat di lakukan di berbagai situasi dan tempat, yaitu:

1. Aktif Bergerak di Rumah

a. Hindari menggunakan remote kontrol TV

b. Melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri seperti mengepel

dan menyapu lantai, mencuci pakaian dan lain lain.

c. Berkebun/ membersihkan halaman.

d. Bermain aktif bersama anak di dalam atau diluar rumah seperti

petak umpet, kuda-kudaan, lompat tali dan bersepeda.

e. Mengasuh anak dirumah seperti menggendong anak,

mendorong kreta bayi dan berjalan di taman.

2. Aktif bergerak di Tempat kerja

a. Memilih menggunakan tangga dari pada lift.

b. Mengikuti kegiatan senam bersama di kantor seperti senam

kesegaran jasmani, senam jantung sehat, senam osteoporosis,

senam diabetes, senam lansia dll.


33

c. Manfaatkan waktu menunggu berkurangnya kepadatan lalu

lintas sebelum pulang kantor dengan melakukan aktivitas fisik

atau latihan fisik.

d. Mengisi kegiatan rapat dengan selingan senam seperti senam

cerdik, chicken dance, senam penguin.

3. Aktif bergerak di tempat-tempat umum

a. Tetap berusaha berjalan di eskalator Perbanyak berjalan

dibanding duduk.

b. Manfaatkan taman kota dengan aktivitas fisik

c. Perbanyak bermain di ruang terbuka (kegiatan outdoor seperti

flying fox, monkey bar, futsal, basket, bola volley, bulu

tangkis, bersepeda).

4. Melakukan peregangan

Peregangan dapat dilaklukan di tempat kerja, di rumah, atau

saat dalam perjalanan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan

peregangan adalah:

a. Tentukan bagian tubuh yang akan diregang sesuai keadaan dan

kebutuhan

b. Posisi tubuh rileks, tegak dan perut ditahan ke dalam.


34

c. Bernapas perlahan, ritmis dan teratur, jangan menahan napas.

d. Lakukan dalam batas nyaman, jangan sampai pada titik nyeri.

e. Tidak tergesa-gesa untuk hasil yang maksimal.

f. Tidak membandingkan dengan kemampuan orang lain

(Kemenkes, 2017).

2.3.5. Pengukuran aktivitas fisik

Pengukuran aktivitas fisik menggukan International Physical Activity

Quesionnaire (IPAQ). International Physical Activity Quesionnaire adalah suatu

kuesioner yang berisikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas

fisik seseorang, pertanyaan tersebut meliputi jenis, durasi, dan frekuensi seseorang

dalam 14 melakukan aktivitas fisik. Kuesioner ini memliliki dua versi, versi

panjang dan pendek. Terdapat tiga tingkatan aktitvitas fisik didalam IPAQ, yaitu :

tingkat aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat.

Aktivitas fisik dalam IPAQ terdri dari 5 bagian, yaitu: aktivitas fisik yang

berkaitan dengan pekerjaan di luar rumah, aktivitas fisik yang berkaitan dengan

transportasi, aktvitas fisik berkaitan dengan pekerjaan dan perawatan rumah,

aktivitas fisik yang berkaitan dengan waktu luang (rekreasi/olahraga), dan

aktivitas fisik berkaitan dengan waktu dihabiskan untuk duduk.

Pengukuran dengan metode IPAQ ini mempunyai kelebihan yaitu

mempunyai ketelitian yang tinggi dan mudah digunakan untuk responden,

khususnya untuk responden yang sudah berusia lanjut. Pengukuran aktivitas ini
35

dilakukan dengan cara mengukkur jumlah energi yang keluar setiap menit.

Standar yang digunakan adalah jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam

keadaan istirahat, yang ditetapkan dalam satuan Metabolic Equivalen Task

(METs).

Rumus yang digunakan untuk mengetahui skor aktivitas fisik dalam IPAQ

adalah

METs/minggu = METs level (jenis aktivitas) × jumlah menit


aktivtas × jumlah hari/minggu.

Klasifikasi IPAQ :

a) Ringan (3000 MET menit/minggu)

b) Sedang (600-3000 MET menit/minggu)

c) Berat (>3000 MET menit/minggu).

2.4. Konsep Dasar Kadar Glukosa Darah

2.4.1. Definisi Glukosa Darah

Glukosa merupakan sumber energi utama pada organisme hidup. Glukosa

darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa

di dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan

ketat di dalam tubuh. Glukosa darah atau kadar gula darah adalah suatu gula

monosa-karida, karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga

utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua


36

karbohidrat lain didalam tubuh seperti glikogen, ribose, deoxiribose dalam asam

nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, glikolipid, glikoprotein dan proteoglikan

(Fahmi et al., 2020).

Glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme

homeostatik yang dalam keadaan sehat. Glukosa merupakan salah satu

karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa terbentuk

dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot

rangka. Insulin dan glucagon adalah dua hormon yang berasal dari pankreas yang

dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Insulin diperlukan untuk permeabilitas

membran sel terhadap glukosa dan untuk transportasi glukosa ke dalam sel. Tanpa

insulin glukosa tidak dapat memasuki sel. Penurunan kadar glukosa darah

(hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah

terlalu banyak mengandung insulin. Jika terjadi peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak mencukupi. Kondisi ini disebut

sebagai diabetes melitus. Penentuan kadar glukosa darah digunakan untuk

menegakkan diagnosis atau skrining diabetes (Ferdhyanti, 2021).

Glukosa darah berasal dari makanan, glukoneogensis, dan glukogenolisis.

Karbohidrat dalam makanan yang dapat dicerna akan menghasilkan glukosa,

galaktosa, dan fruktosa. Galaktosa dan fruktosa cepat diubah menjadi glukosa di

hati dan glukosa merupakan salah satu analit yang paling sering diukur dalam

laboratorium (Ferdhyanti, 2021).


37

2.4.2. Metabolisme Glukosa

Glukosa darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran

darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi

menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam

sel tubuh yang memerlukannya. Kadar glukosa dalam tubuh dikendalikan oleh

suatu hormon yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari

kebutuhan, maka glukosa darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga

glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa darah ini meninggi hingga melebihi

ambang ginjal maka glukosa darah akan keluar bersama urin (Ferdhyanti, 2021).

2.4.3. Jenis Tes Glukosa Darah

Beberapa jenis tes menurut (Ferdhyanti, 2021) yang berhubungan dengan

tes glukosa darah seperti tes kadar glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu

dan glukosa sesudah makan. Macam- macam tes glukosa darah adalah sebagai

berikut :

a. Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

Tes gula darah sewaktu adalah tes yang dilakukan seketika

waktu itu dan dilakukan kapan saja tanpa ada persiapan puasa.

Nilai kadar glukosa darah sewaktu adalah 70 – 125 mg/dl. Hanya

saja tes glukosa darah sewaktu kurang bisa mengdiagnosis dengan

tepat pada seseorang berpenyakit diabetes melitus karena pada tes

ini banyak faktor yang berpengaruh seperti makanan, minuman

dan aktifitas tubuh.


38

b. Gula Darah Puasa

Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang

dalam mengatur kadar glukosa darah supaya dapat terkontrol

secara baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien di sarankan

agar puasa terlebih dahulu selam 8 – 10 jam. Nilai normal glukosa

darah puasa menurut ADA adalah 100mg/dL (5,6 mmol/L) sampai

125 mh/dl (6,9 mmol/L). Glukosa darah puasa didefinisikan

sebagai tidak ada asupan kalori setidaknya 8 jam

c. Glukosa Darah Dua Jam Post Prandial (GD2JPP)

Tes ini merupakan tes penyaring untuk mengetahui

kemampuan seseorang dalam menghilangkan beban glukosa yang

ada di dalam tubuh. Setelah melakukan puasa selama 8 – 10 jam

kemudian pasien diminta untuk puasa kembali selama 2 jam. Nilai

normal glukosa dua jam post prandial adalah 140 – 199 mg/dl (7.8

- 11.0 mmol/L) selama TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral). Tes

hatus dilakukan seperti yang dijelaskan oleh WHO dengan beban

glukosa yang berisi dengan 75g glukosa anhidrat dilarutkan dalam

air.

2.4.4. Penyebab Perubahan Kadar Glukosa Darah Naik dan Turun


39

Penyebab terjadinya perubahan kadar glukosa darah naik dan turun

menurut (Heidyana, 2020) yaitu konsumsi makanan atau minuman secara

berlebihan, dehidrasi, pola diet yang salah, olahraga berlebihan dan konsumsi

alkohol.

a. Konsumsi Makanan atau Minuman Secara Berlebih

Makanan dan minuman yang dikonsumsi sangat

menentukan naik turunnya gula darah. Sebagai contoh

mengonsumsi karbohidrat dan minuman yang mengandung

pemanis buatan secara berlebihan tentunya akan meningkatkan

kadar gula darah, dibandingkan dengan konsumsi makanan yang

mengandung protein dan serat.

b. Dehidrasi

Kekurangan cairan tubuh akan menyebabkan peningkatan

sirkulasi gula, sehingga dapat membuat kadar gula darah

meningkat. Jadi Pastikan untuk selalu mencukupi kebutuhan

cairan harian dengan minum air putih setidaknya 2 liter agar

terhindar dari dehidrasi.

c. Pola Diet yang Salah

Melewatkan waktu makan untuk mengontrol gula darah

sekaligus menurunkan berat badan dan ini menyebabkan kadar

gula darah tidak stabil. Risiko terjadinya hipoglikemia (kadar gula


40

darah di bawah normal) dan hiperglikemia (kadar gula darah

diatas normal) akan lebih tinggi akibat kurangnya asupan

makanan.

d. Olahraga Berlebihan

Olahraga memang sangat dianjurkan untuk diabetesi, tetapi

tetap tak boleh berlebihan. Berkeringat dan denyut jantung secara

berlebih akan membuat gula darah jadi tidak stabil.

e. Konsumsi Alkohol

Minuman beralkohol, apa pun jenisnya, bisa bikin kadar

gula darah turun naik. Minuman ini bias meningkatkan produksi

insulin yang membuat gula darah menjadi rendah Selain itu,

kandungan karbohidrat dan pemanis buatan yang terkandung

dalam alkohol dapat meningkatkan kadar gula darah.


41

2.5. Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi : Usia,Ras, Riwayat


1.
Keluarga, Distribusi Lemak, Jarang
Faktor Predisposisi : Genetik, melakukan aktivitas fisik,Obesitas dan
infeksi virus,imunologi Prediabetes.

Dm tipe 1 Dm Tipe 2

Kerusakan Sel ß Produksi Insulin tidak


pankreas cukup / resitensi insulin

Insufisiemsi insulin

( ketidakmampuan kerja fungsi Aktivitas fisik


Dampak : insulin)
1. Hipoglikemia

2. Hiperglikemia Metabolisme karbohidrat 1. Terkontrol


(≤200mg/dl)
3. Ketoasidosis diabetik
Glikogensis
2.Tidak Terkontrol
4. Koma laktoasidosis
(≥200 mg/dl)
5. Hyperosmolar non
Gkukosa Darah
ketotik

6. Stroke Hiperglikemia
7. Serangan Jantung (PJK)
DM
8. Mati rasa (neuropati)
Skema 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : (WHO, 2016), (Bustan, 2015), (Lestari, 2013), (Dewi, 2016).

2.6. Hipotesis Penelitian


42

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variable (Nursalam, 2013). Setelah melalui pembuktian dari hasil

penelitian, maka hipotesis dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak, data

terbukti atau tidak terbukti. Dalam penelitian ini hipotesis yang di rumusan yaitu :

1. Ho

Tidak ada hubungan antara Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tarempa.

2. Ha

Ada hubungan antara Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah

Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tarempa.
43

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

deskriptif survei. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian

yang meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang (Nazir M, 2014).

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran, deskripsi, atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta, sifat, serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir M, 2014). Rancangan penelitian

yang digunakan padapenelitian ini adalah non-eksperimental dengan

menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang bersifat

deskriptif dimana subyek penelitian diamati, diukur dan dimintai jawabannya

untuk satu kali saja (Wibowo, 2014). Desain penelitian ini akan menjelaskan

tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Lansia Penderita

Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa.

3.2. Sampel dan Teknik Besar Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulan

(Sugiyono, 2013). Pembagian populasi meliputi populasi target


44

dan populasi terjangkau (Asmoro & Ismail, 1995 dalam

Nursalam, 2016) :

a. Populasi target Populasi target adalah populasi yang

memenuhi kriteria samplingdan menjadi sasaran akhir

penelitian (Nursalam, 2016). Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus

tipe 2 di wilayah kerja puskesmas tarempa.

b. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah

populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan

biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari

kelompoknya (Nursalam, 2016). Populasi terjangkau

pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2

di wilayah kerja puskesmas tarempa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2016). Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua

bagian sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi
45

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

1. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang telah

didiagnosis oleh dokter

2. Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan

3. Rentang usia 40 –65tahun

4. Mampu melakukan aktivitas secara mandiri

5. Dapat berkomunikasi dengan baik

6. Bersedia menjadi responden dalam

penelitian dengan menandatangi formpersetujuan.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi

dari studi karena berbagai sebab yang bisa

mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil

(Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu :


46

1. Responden yang menderita penyakit lain atau

penyakit penyerta atau menderita komplikasi

diabetes mellitus yang tidak bisa melakukan

aktivitas secara mandiriseperti stroke, neuropati

diabetik (terutama pada kaki).

3. Besar Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti (Arikunto,

2006). Pada penelitian ini jumah populasi kurang dari 10.000

oleh karena itu menentukan besarnya sampel adalah dengan

menggunakan rumus Slovin. Besar sampel diperoleh dengan

rumus Slovin :

n= N
N (d2) + 1
Keterangan :

N : jumlah populasi
d2: presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)
n : jumlah sampel
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
47

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal .. Maret 2023.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sebuah karakteristik yang ada pada individu atau

pada benda yang menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai atau kondisi yang

dimiliki (Mulyatiningsih, 2013). Pada penelitian ini variabel dibagi menjadi

dua kelompok, variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat(dependent variable). Duakelompok tersebut adalah :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah

variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2016). Suatu kegiatan stimulus

yang dimanipulasi oleh peneliti sehingga menciptakan

suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2016).

Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya

terhadap variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel

independen pada penelitian ini yaitu aktivitas fisik pada

pasien diabetes mellitus tipe 2.

2. Variabel Dependen
48

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel lain(Nursalam, 2016). Variabel ini

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen pada

penelitian ini yaitu kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus tipe 2.
49

3.5. Kerangka Kerja

Frame work adalah pentahapan atau langkah – langkah dalam aktivitas

ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal – akhir

penelitian) (Nursalam, 2013).


Variabel independent Variabel dependent

Aktivitas Fisik Kadar Gula Darah Lansia


Penderita Diabetes
Mellitus

Skema 2.2 : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah


Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarempa.
50

3.6. Prosedur Penelitian

1. Mengajukan surat izin penelitian pada Rektor Institut Kesehatan Mitra

Bunda, kemudian surat izin tersebut ditujukan kepada Kepala

Puskesmas Tarempa.

2. Setelah mendapatkan izin penelitian dari Kepala Puskesmas Taremapa,

selanjutnya menyiapkan dan menyediakan instrumen penelitian, berupa

lembar kuesioner. Lembar kuesioner dalam penelitian ini berbentuk

tertutup, berisi tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tarempa.

3. Selanjutnya kuesioner yang telah valid dan realibel diberikan dan

dinilai langsung pada responden hingga tercapai jumlah sampel

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

3.7. Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari data

primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data primer dari penelitian ini diperoleh dari instrumen

kuesioner yang diberikan pada responden, untuk

mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula


51

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarempa.

b. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini ialah kepustakaan baik

dari media cetak ataupun elektronik berupa teori-teori yang

terkait dengan penelitian ini.

c. Studi Lapangan

1) Observasi

Observasi pada penelitian kali ini untuk mengetahui

karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Tarempa.

2) Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Pada penelitian ini, peneliti melakukan

wawancara terhadap pihak puskesmas yaitu kepala

bagian tata usaha puskesmas, kepala puskesmas dan

pihak rekam medis puskesmas serta pasien diabetes

mellitus tipe 2.
52

3) Dokumentasi

Metode dokumenter merupakan alat, pengumpulan

datanya disebut form pencatatan dokumen, dan

sumber datanya berupa catatan atau dokumen. Pada

penelitian ini, dokumen diperoleh melalui catatan

medis pasien diabetes mellitus tipe 2 melalui pihak

rekam medis Puskesmas Tarempa.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati. Pada instrumen penelitian sebaiknya harus memiliki

alat ukur yang baik (Sugiyono, 2013). Jenis instrumen penelitian

ilmu keperawatan yang dapat digunakan diklasifikasikan

menjadi lima bagian, yang meliputi pengukuran

biofisiologis, observasi, wawancara, kuisioner, dan skala

(Nursalam, 2016).

Beberapa instrumen penelitian yang digunakan

padapenelitian ini antara lain :


53

a. Glukocheck atau Glukometer Suatu alat yang berfungsi

untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah (King,

Polonsky, & Early, 2010). Glukometri (autocheck) adalah

teknik untuk mendapatkan nilai konsentrasi glukosa dalam

darah perifer atau sentral(King, Polonsky, & Early, 2010). Nilai

pengukuran tersebut dinyatakan dalam mg/dL atau mmol.

Glukometri memiliki nilai klinis yang penting untuk

mengetahui adanya gangguan metabolisme seperti diabetes

mellitus, denutrisi, dan beberapa gangguan lain seperti

koma hiperosmolar, sindrom malabrobsi dan hipoglikemia

(King, Polonsky, & Early, 2010).

b. Spesifikasi Instrumen nama produk blood glucose monitor

one touch. Volume sampel 1 μ dan opsi tetes ulang.

Rentang pengukuran 10 –600 mg/dL. Waktu test 5 detik.

Sistem kalibrasi menggunakan kode chip

c. Validasi Instrumen

Validasi instrumen pada penelitian harus disesuaikan

dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2013).

Pada penelitian ini alat yang digunakan masih baru, telah

dilakukan uji validitas oleh pabrik. Penggunaan alat

untuk pemeriksaan gula darah lebih dari 50 kali atau


54

minimal 3 bulan sekali dilakukan uji validitas dengan

menggunakan alat khusus yang digunakan dengan Quality

Control (QC).

3. Kuisioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

Pada tahun 1996, M.L.Booth berinisiatif untuk

mengembangkan instrument antarbangsa, yang kemudian

ditindaklanjuti oleh International Consensus Group (ICG) pada

tahun 1998 untuk menyusun IPAQ. Pada tahun 2002 IPAQ

diluncurkan di Genewa. Kuisioner ini disusun dengan maksud

untuk mempermudah assessmen terhadap aktivitas jasmani

byang bersifat global, sehingga dapat dibandingkan status

aktivitas jasmani di antara populasi suatu bangsa.

Ada dua versi yang disusun para ahli yaitu IPAQ-

Bentuk Pendek (IPAQ-Short Form) dan IPAQ Bentuk Panjang

(IPAQ-Long Form). Kuisioner IPAQ telah divalidasi di 14

pusat di 12 negara. Validasi IPAQ menggunalan

accelerometer sebagai kriteria eksternal, dan ditemukan

median koefisien validitas yang cukup besar (r=0,30). Di

beberapa Negara IPAQ sudah diterapkan melalui adaptasi, dan

memang dianjurkan untuk diterjemahkan dari bahasa inggris ke

bahasa nasional masing-masing. Hal ini seperti di Arab


55

Saudi (Al-Hazza, 2007; Awaladalla, 2014), Taiwan (Chen,

2007) Cina (Wang, 2013), dan Swedia (Ekeleund, 2006).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

adaptasi dari versi singkat dari International Physical Activity

Questionnair (IPAQ-short form). Proses adaptasi melalui

penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia,

dan mengikuti petunjuk untuk menggunakan IPAQ. IPAQ-

Bentuk Pendekdigunakan dengan alasan lebih praktis dan tidak

memberatkan peserta dibandingkan menggunakan IPAQ-

Bentuk. Pada tahun 1996, M.L.Booth berinisiatif untuk

mengembangkan instrument antarbangsa, yang kemudian

ditindaklanjuti oleh International Consensus Group (ICG) pada

tahun 1998 untuk menyusun IPAQ. Pada tahun 2002 IPAQ

diluncurkan di Genewa. Kuisioner ini disusun dengan maksud

untuk mempermudah assessmen terhadap aktivitas jasmani

yang bersifat global, sehingga dapat dibandingkan status

aktivitas jasmani di antara populasi suatu bangsa. Ada dua

versi yang disusun para ahli yaitu IPAQ-Bentuk Pendek

(IPAQ-Short Form) dan IPAQ Bentuk Panjang (IPAQ-Long

Form).Kuisioner IPAQ telah divalidasi di 14 pusat di 12

negara. Validasi IPAQ menggunalan accelerometer sebagai

kriteria eksternal, dan ditemukan median koefisien validitas

yang cukup besar (r=0,30). Di beberapa Negara IPAQ sudah


56

diterapkan melalui adaptasi, dan memang dianjurkan untuk

diterjemahkan dari bahasa inggris ke bahasa nasional masing-

masing. Hal ini seperti di Arab Saudi (Al-Hazza, 2007;

Awaladalla, 2014), Taiwan (Chen, 2007) Cina (Wang,

2013), dan Swedia (Ekeleund, 2006). Instrument yang

digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari versi

singkat dari International Physical Activity Questionnair (IPAQ-

short form). Proses adaptasi melalui penerjemahan dari bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia, dan mengikuti petunjuk

untuk menggunakan IPAQ. IPAQ-Bentuk Pendekdigunakan

dengan alasan lebih praktis dan tidak memberatkan peserta

dibandingkan menggunakan IPAQ-Bentuk 41 Panjang. Para

responden mengisi sendiri kuisioner selama waktu yang cukup

sehingga mereka leluasa untuk melaporkan aktivitas jasmani yang

dilakukannya, sekurangnya selama 10 menit pada 7 hari terakhir.

Sebelum kuisioner diisi, kepada responden dijelaskan

terutama pengertian dan contoh aktivitas jasmani yang termasuk

berat (vigorous), moderat (moderate), dan ringan (berjalan kaki).

Para responden itu ditanya berapa lama waktu yang

dicurahkannya dalam aktivitas jasmani selama waktu luang,

seperti di tempat bekerjadi rumah tangga, dan bepergian dari

satu tempat ke tempat lain intensitas, mencakup berjalan

(walking), moderat (moderate), dan berat (vigorous).


57

Sebagai contoh, intensitas aktivitas jasmani yang

mencerminkan aktivitas berat seperti mengangkat beban berat,

latihan aerobic atau bersepeda tempo cepat. Terdapat dua cara

untuk menilai aktivitas jasmani yaitu dengan skor kategori dan

skor kontinus. Meskipun yang akan digunakan untuk analisis

adalah skor kontinus, tetapi perlu dijelaskan prosedur atau teknik

skoring masing-masing sebagai berikut :

a. Skor Kategori

Teknik skoring dan analisis berdasarkan kategori, membagi

kategori : (1) tidak aktif, (2) aktif minimal, dan (3) aktif

HEPA (Health Related Physical Activity).

Kategori I (tidak aktif) merupakan aktivitas jasmani

tingkat rendah. Seseorang yang tidk memenuhi kategori II atau

kategori III dianggap “tidak aktif”.

Kategori II merupakan pola minimum aktivitas yang bisa

diklasifikasi sebagai aktivitas yang cukup. Salah satu

kriterianya sebagai berikut :


58

1) 3 hari atau lebih aktivitas jasmani sekurangnya 20 menit per

hari, atau

2) 5 hari atau lebih aktivitas jasmani intensitas

moderat atau berjalan sekurangnya 30 menit per hari;

atau3)5 hari atau lebih dari kombinasi berjalan,

aktivitas intensitas moderat atau intensitas berat yang

mencapai minimal MET-menit/minggu.

Kategori III yaitu kategori lebih aktif yang

direkomendasikan untuk kesehatan public minimum.

Para ahli penyusun IPAQ mengajukan batas minimum

yang setara dengan 1,5 hingga 2 jam aktivitas per hari.

Ambang batas aktivitas jasmani untuk aktivitas jasmni

yang berorientasi kesehatan sebagai berikut :

1) Aktivitas jasmani intensitas berat atau

sekuarngnya 3hari pencapaian minimal dari

sekurangnya 1500 MET-menit/minggu, atau

2) 7 hari atau lebih dari aneka kombinasi berjalan,

aktivitas jasmani moderat mencapai minimal

dari sekurangnya 3000 MET-menit/minggu.

b. Skor Kontinus
59

Data yang dikumpulkan dengan IPAQ dilaporkan

berupa MET-menit, mecakup skor berjalan atau walk (W),

aktivitas jasmani moderat (M) dan aktivitas jasmani berat

atau vigorus (V) dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :Nilai MET dan rumus untuk menghitung MET-menit :

1. MET-menit jalan kaki/minggu = 3,3* menit jalan* hari

jalan

2. MET-menit moderat/minggu = 4,0* menit

aktivitas jasmani moderat *hari intensitas moderat

3. MET-menitberat/minggu = 8,0* menit aktivitas

jasmani berat* hari intensitas berat

Jadi derajat intensitas aktivitas jasmani dinyatakan

dalam MET-menit per minggu, atau dalam rumus: MET

level x menit aktivitas jasmani x even per minggu.

Contoh perhitungan untuk MET-menit/minggu untuk

30 menit episode, dan 5 kali per minggu:

1. Berjalan (walking) = 3,3 MET: 3,3*30*5= 495 MET-

menit/minggu

2. Intensitas sedang= 4,0 MET: 4,0*30*5= 600 MET-

menit/minggu
60

3. Intensitas berat = 8,0 MET: 8,0*30*5= 1.200

MET-menit/minggu

Total= 2.295 MET-menit/minggu

Jadi untuk menghitung total skor digunakan rumus :

Total MET-menit/minggu = (Walk METs*min*days) +

(Mod METs*min*days) + (Vig METs*min*days).

Dengan demikian total skor dalam contoh di atas sebesar

2.295 MET-menit/minggu yang berupa data kontinus.

Para ahli IPAQ juga telah menetapkan metode

standar atau protokol untuk mengolah data, dengan

petunjuk sebagai berikut :

1. Waktu diubah dari jam dan menit ke menit untuk

menjamin bahwa respons dalam menit tidak

dimassukkan ke dalam kolom jam akibat kekeliruan

ketika responden mengisi data sendiri atau selama

proses memasukkan data

2. Waktu harus diubah ke waktu hari (biasanya

dilaporkan sebagai waktu hari)

3. Waktu diubah menjadi MET-menit


61

Harus diingat jumlah hari untuk variabel hari dan

untuk variabel waktu, baik waktu harimaupun

mingguan. Jika dijawan “tidak tahu” atau datanya

memang tidak ada untuk berjalan kaki, dari

intensitas 44moderat dan intensitas berat, maka

untuk kasus tersebut dinyatakan dihapus dari analisis.

Tabel 1.1
Definisi operasional Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula
Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarempa.

No Variable Definisi operasional Parameter Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Has
il
Uk
ur
62

1 Aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah Diberikan Kuesioner Formulir Ordinal Kriteria :
(variable setiap gerakan tubuh latihan IPAQ 1. Ringan
bebas) yang dihasilkan aktivitas jalan (Internatio jika METs-
oleh otot rangka kaki selama 30 nal min/minggu
yang memerlukan menit sesuai Physical < 600
energy penderita dengan Activity 2. Sedang, jika
diabetes mellitus tipe Tahapan pada Questionna METs-
2 agar kadar glukosa SOP ire) yang min/minggu
dalam darah berada terdiri dari <600 dan
dalam rentang normal 7pertanyaa >1500
(Sectiola, 2016). n yang 3. Berat,
terdiri dari jika METs-
aktivitas min/minggu
fisik berat, ≥ 1500
aktivitas (Petterson,
fisik 2010).
sedang, Cara
aktivitas perhitungan
berjalan aktivitas fisik
kaki dan menurut
aktivitas Petterson
duduk (2010) : METs
menit/minggu
berjalan = 3,3
x durasi
berjalan/hari
(menit) x
frekuensi
berjalan/mingg
u (hari).

METs
menit/minggu
aktivitas fisik
sedang = 4
x durasi
aktivitas
sedang/hari
(menit) x
frekuensi
aktivitas
sedang/minggu
(hari).

METs
menit/minggu
aktivitas berat
=8 x
frekuensi
aktivitas
berat/minggu
63

2 Kadar Glukosa Kadar gula darah Kriteria : Diukur Glukomete Nominal 1. Terkontrol
Darah adalah gula yang Terkontrol dengan r dan (≤200mg/dl)
(Variable berada didalam darah (≤200mg/dl) glukometer lembar
Terikat) yang terbentuk dari Tidak digital observasi 2.Tidak
karbohidrat dalam terkontrol dengan Terkontrol
makanan dan (≥200 mg/dl) melakukan (≥200 mg/dl)
disimpan sebagai pengambilan
glikogen dihati dan sampel
otot. Konsentrasi darah
terhadap gula darah dengan
atau peningkatan menggunaka
glukosa serum diatur n lancet.
secara ketat didalam Letakkan
tubuh. Glukosa setetes darah
dialirkan melalui pada strip
darah merupakan tetes dan
sumber utama energy tungggu
untuk sel-sel tubuh hasilnya
( Putri, 2014).

4. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan

alat ukur itu benar-benar mampu untuk mengukur apa yang

diukur (Notoatmodjo, 2012). Untuk mengetahui alat pengumpul

data yang kita susun tersebut mampu untuk mengukur apa

yang diukur, maka perlu diuji dengan korelasi antara skor

(nilai) tiap-tiap item dengan skor total alat pengumpulan data

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Reliabilitas adalah sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan pengukuran

berulang dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).


64

Uji validitas dan uji reliabilitas memerlukan jumlah responden

minimal sebanyak 20 orang untuk memperoleh distribusi nilai

hasil pengukuran yang mendekati normal (Notoatmodjo, 2012).

Kuisioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire)

telah digunakan secara luas di banyak negara. Sejaktahun

2000, 12 negara mengumpulkan data uji validitas dan reabilitas

IPAQ dan secara keseluruhan data yang dihasilkan reliable dengan

Spearman’s rho sekitar 0,8 (Craig et al, 2003). Kuisioner ini

sudahdiuji validitas dan reabilitasnya oleh Hasturi pada tahun

2013 dalam penelitiannya. Hasil yang diperoleh signifikan

dengan korelasi antara pretest dan posttest IPAQ adalah r =

0,950 dan 0,952 (p≤0,001) yang menunjukkan kuisioner valid

dan memiliki reabilitas yang baik (Hastuti, 2013). Uji validitas

dan reabilitas juga pernah dilakukan oleh Wirayudha pada

tahun 2013 dengan cara pengujian isi tes melalui

professional judgement dan hasilnya kuisioner IPAQ terbukti

valid dan reliable (Wirayudha, 2013).

3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu ringkasan data atau

proses memperoleh data penelitian dengan menggunakan rumus

tertentu berdasarkan kelompok data mentah untuk


65

memperoleh informasi yang diperlukan. Proses pengolahan

data pada penelitian ini adalah :

a. Editing

Editing merupakan upaya yang digunakan untuk

memeriksa kembali kebenaran data yang dikumpulkan atau

diperoleh. Editingdilakukan saat tahap pengumpulan data

atau juga dapat dilakukan pada saat data telah terkumpul.

Peneliti melakukan editing dengan cara memeriksa satu

per satu kuisioner dengan tujuan untuk mengetahui

kelengkapan data yang diberikan reponden. Jika data

belum lengkap maka dapat langsung diklarifikasi kepada

responden ataukuisioner dapat dikeluarkan.

b. Coding

Coding merupakan aktivitas yang dilakukan dengan

cara mengkategorikan data dengan cara memberikan kode

numerik/angka menjadi beberapa kategori. Saat

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer,

pemberian kode inisangat penting dilakukan. Selain itu

dalam pemberian kode juga dibuat daftar kode untuk

memudahkan meninjau kembali melihat suatu kode dari

variabel.

Kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


66

1. Responden

Pada penelitian ini peneliti memberikan kode responden

seperti berikut ini :

Responden 1= R1

Responden 2= R2

Responden n = Rn

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini peneliti memberikan kode jenis

kelamin sebagai berikut :

Laki –laki= J1

Perempuan= J2

3. Usia

45 –50 tahun= U1

51 –55tahun= U2

56–60 tahun= U3

61 –55 tahun= U4

4. Lama menderita DM (tahun)


67

<1 tahun= L1

1 –5 tahun= L2

6 –10 tahun= L3

11 –15 tahun= L4

>15 tahun= L5

5. Pekerjaan

PNS= P1

Petani= P2

6. Aktivitas fisik

Ringan= F1

Sedang= F2

Berat= F3

c. Entri Data

Data entri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan cara memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam database komputer atau master tabel, kemudian

membuat tabel kontingensi atau dapat juga membuat tabel

distribusi frekuensi sederhana. Data dari responden yang


68

telah terkumpul selanjutnya dimasukkan ke dalam program

pengolahan komputer.

d. Cleaning

Data celaning merupakan aktivitas untuk memastikan data

yang telah masuk ke dalam mesin pengolah data/ komputer

adalah sudah sesuai yang sebenarnya. Peneliti memerlukan

adanya ketelitian dan akurasi data. Pada tahap ini peneliti

melakukan pemeriksaan pada data-data yang telah

dimasukkan.

e. Tabulasi

Tabulasi merupakan suatu bentuk untuk menyajikan data,

terutamadalam pengolahan data yang akan menjerumus ke

analisis kauntitatif. Pada umumnya pengolahan data dengan

cara tabulasi menggunakan media tabel, baik berupa tabel

distribusi frekuensi maupun tabel silang. Data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel oleh peneliti.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses analisis yang digunakan

secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan.


69

Peneliti mengolah data yang terkumpul dan melakukan

penelitian pada kuisioner dengan memberikan nilai pada

masing-masing pertanyaan.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang

menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi (Nursalam, 2017). Pada umumnya

dalam analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase tiap variabel-variabel(Nursalam, 2017). Tujuan dari

analisis univariat adalah untuk mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti(Nursalam,

2017). Pendeskripsian tersebut dapat dilihat pada gambaran

distribusi frekuensi dari variabel independen (aktivitas fisik)

dan variabel dependen (kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan

untuk menganalisis dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Peneliti akan melihat

apakah ada hubungan antara aktivitas fisikdengan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.


70

Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan

menggunakan ujikorelasipearson.Penelitian korelasi biasanya

ditujukan untuk menguji hubungan antara variabel X (variabel

bebas) dengan variabel Y atau variabelterikat atau menguji

hubungan atau korelasi antara variabel independent atau

variabek bebas dengan variabel dependent atau variabel

terikat (Rian, 2016).

Uji statistic untuk melihat hubungan antara dua

variabel numeric adalah uji “uji korelasi”. Koefisien korelasi

ini dilambangkan dengan “r” kecil atau “R” kapital dengan

nilai berkisar antara 0.0 yang berarti tidak ada korelasi,

sampai dengan 1.0 yang berarti adanya korelasi yang

sempurna. Semakin kecil nilai “r” semakin lemah korelasi,

sebaliknya semakin besar nilai “r” semakin kuat korelasi(Rian,

2016).Jika uji korelasi menunjukkan adanya hubungan

secara bermakna secara statistik, bisa dianalisis secara lebih

lanjut untuk memprediksi atau memperkirakan nilai (y) jika

nilai (x) diketahui. Prediksi tersebut dapat dilakukan jika

mempunyai persamaan garis lurus yang biasanya disebut

dengan istilah “regresi linier” dengan persamaan matematis “y

= a + bx”. Besaran nilai “b” menggambarkan besarnya

perubahan (peningkatan/penurunan) pada nilai y untuk

setiap kenaikan nilai x sebesar satu satuan. (Rian, 2016).


71

Sebelum dilakukan uji Korelasi Pearsontersebut, ada

beberapa persyaratan sebelum dilakukan. Adapun syarat uji

Korelasi Pearsonpada penelitian ini antara lain (Rian, 2016):

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah

data baik variabel dependent maupun variabel

independent berdistribusi secara normal atau tidak.

Untuk pengujian normalitas menggunakan one sample

Kolmogorov Smirnov Test yang merupakan hasil

korelasi pengujian Lilliefors dengan menggunakan taraf

signifikansi @ = 5% dengan ketentuan kenormalan

data diindikasikan dengan :

a. Nilai Asymp. Sig. atau probabilitas lebih besar dari 0.05

(Sig. > 0.05) yang artinya data terdistribusi secara normal.

b. Nilai Asymp. Sig. atau probabilitas lebih kecil dari

0.05 (Sig. < 0.05) yang artinya data tidak terdistribusi

secara normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas hubungan dilakukan untuk membuktikan

apakah variabel bebas mempunyai hubungan yang linear

dengan varibel terikat. Nater dan Wasserman (1974)


72

menyatakan bahwa uji linearitas dilakukan dengan menguji

taraf keberartian equation of linearity dari hubungan linearitas

tersebut. Linearitas menunjukkan variasi hubungan linear dari

kedua variabel yang diuji. Dengan menggunakan taraf

signifikansi @ = 5%, maka ketentuan mengenai linearitas

variabel bebas dan terikat pada program SPSS

diindikasikan dengan :

a. Nilai Asymp. Sig. atau probabilitas lebih besar dari 0.05

(Sig. > 0.05) yang mengindikasikan tidak ada hubungan

linear (non linier) antara kedua variabel yang diuji.

b. Nilai Asymp. Sig. atau probabilitas lebih besar dari 0.05

(Sig. <0.05) yang mengindikasikan ada hubungan linear

(non linier) antara kedua variabel yang diuji.

Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi pada uji

tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah dengan

melakukan transformasi data terlebih dahulu misalnya dengan

log, akar atau kuadrat. Jika pada proses transformasi tidak

berhasil membuat distribusi data menjadi normal, maka

pilihan statistik non-parametrik lebih dianjurkan, yakni uji

Korelasi Spearman.

3.9. Etika Penelitian


73

Etika merupakan hal yang penting dalam proses pelaksanaan

penelitian karena berhubungan dengan manusia (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini etika yang harus diperhatikan menurut Notoatmodjo (2012):

a. Anonimity (tanpa nama)

Etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek Peneliti dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama pasien pada lembar alat

ukur. Pada penelitian kali ini hanya mencantumkan nama insial

pasien diabetes mellitus tipe 2.

b. Confidentially (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang diperoleh dijamin kerahasiaannya oleh Peneliti sehingga

hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, Peneliti merahasiakan identitas pasien

diabetes mellitus tipe 2 dan hanya menampilkan data yang

berhubungan dengan penelitian yaitu data demografi

berupainisial nama,usia, jenis kelamin, status, pekerjaan, lama

menderita diabetes mellitus tipe 2, obat-obatan yang digunakan, dan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

c. Respect for justice and inclusivity (menghormati keadilan

dan inklusivitas)Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh


74

peneliti dengan kehati-hatian. Peneliti mengkondisikan pencatatan

data-data pasien diabetes mellitus tipe 2 tetap berada di ruang

catatan medis dengan tujuan mendukung kenyamanan dan

privasi pasien diabetes mellitus tipe 2 selama dilakukan

pencatatan. Menghormati hak pasien diabetes mellitus tipe 2

diantaranya hak untuk mengikuti atau tidak mengikuti

penelitian maupun mengundurkan diri selama penelitian

berlangsung.

d. Beneficience

Dalam penelitian ini, memberikan gambaran manfaat

melakukanaktivitas fisik dalam mempengaruhi kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

e. Maleficience

Penelitian yang baik adalah penelitian yang tidak mengandung

unsur berbahaya atau merugikan pasien. Pada prosesnya pihak

puskesmas mengijinkan dan tidak merasa dirugikan dalam

pengambilan data ini.


75

Lampiran 1. Lembar Identitas Responden

SURAT PENJELASAN PENELITIAN UNTUK RESPONDEN

Kepada,

Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i

Di tempat

Dengan hormat,

Saya, Apriyanti selaku peneliti, Mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan

dan Pendidikan Profesi Ners Institut Kesehatan Mitra Bunda bermaksud akan

melakukan penelitian tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula

Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa.

Adapun informasi tentang penelitian yang akan Saya sampaikan yaitu :

1. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarempa

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada klien

untuk menerapkan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari guna untuk

mengontrol kadar gula darah

3. Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri dari beberapa tahap

yang dimulai dari pengisian informed consent, pengisian kuisioner,

mengikuti tahap-tahap melakukan aktivitas fisik yang telah ditentukan


76

peneliti dan himbauan kepada responden untuk mengikuti prosedur

penelitian dari awal sampai akhir.

4. Informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian. Data yang ditampilkan

berbentuk kode yang hanya diketahui oleh peneliti. Data

disimpan di komputer dengan menggunakan kata sandi untuk

menjaga keamanan data.

5. Penjelasan kepada responden bahwa penelitian yang akan dilakukan

tidak membahayakan dan tindakan yang akan dilakukan peneliti jika

dalam proses penelitian muncul masalah etik penelitian

6. Peneliti bersedia memberikan informasi dengan jelas dan lengkap

tentang prosedur penelitian yang akan dilakukan baik secara tertulis

maupun lisan

7. Penjelasan kepada responden bahwa jika mengundurkan diri dari

penelitian tidak akan dikenakan sanksi

8. Penjelasan tentang kompensasi yang akan diberikan kepada responden

selama mengikuti penelitian

9. Penjelasan tentang himbauan kepada responden untuk menandatangani

lembar persetujuan sebagai bukti bahwa responden bersedia mengikuti

penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.


77

Demikian informasi yang dapat peneliti berikan, atas perhatian dan

partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I diucapkan terima kasih.

Peneliti,

APRIYANTI
NIM.
616080721066

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Lansia Penderita


Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tarempa.

Dengan hormat,

Saya adalah Apriyanti mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan

dan Pendidikan Profesi Ners Institut Kesehatan Mitra Bunda. Penelitian ini

dilaksanakan sebagai salah satu rangkaian untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk Hubungan Aktivitas Fisik Dengan

Kadar Gula Darah Lansia Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarempa. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini

bersifat bebas untuk menjadi responden atau menolak tanpa ada sanksi apapun.
78

Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia menjadi responden, silahkan

mengisi formulir ini dan Saya memohon kesediaannya untuk mengisi lembar

kuisioner Saya dengan jujur apa adanya.

Nama :

Umur :

No.Hp/Telp :

Saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

dilaksanakan oleh saudara/i : Apriyanti dengan NIM. 616080721066.

Kerahasiaan informasi dan identitas Saudara dijamin oleh Peneliti

dan tidak akan disebarluaskan baik melalui massa maupun elektronik.

Kode Responden :

Tarempa, ……………….

2023

Responden,

(………………………)
79

Lampiran 3. Surat Penjelasan Penelitian Untuk Responden

Lampiran 4. Kuisioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

Kuisioner International Physical Activity Questionnaire

Pertanyaan di bawah ini menanyakan mengenai aktivitas fisik yang Anda lakukan
selama 7 hari terakhir ini untuk penyakit diabete smellitus Tipe II. Berilah tanda
centang (v) sesuai dengan jumlah hari yang Anda lakukan.

A. DATA RESPONDEN

Nama : ……………………………………….
Umur : ……………………………………….
Jenis Kelamin : ……………………………………….
Status : ……………………………………….
Pekerjaan : ……………………………………….
Lama menderita DM : ……………………………………….
Kadar gula darah sewaktu : ……………………………………….

B. KUISIONER PENELITIAN AKTIVITAS FISIK


Catatan

· Aktivitas berat ialah aktivitas yang membutuhkan usaha fisik yang


berat, menyebabkan pernafasan menjadi jauh lebih berat dari
keadaan normal

· Contoh aktivitas berat : mengangkat benda berat, menggali,


aerobik, dan bersepeda cepat

· Aktivitas sedang ialah aktivitas yang membutuhkan usaha fisik


yang sedang, menyebabkan pernafasan menjadi sedikit lebih
berat dari keadaan normal

· Contoh aktivitas sedang : mengangkat benda ringan, bersepeda


pada kecepatan biasa

· Perhitungan aktivitas sedang dan berat tidak termasuk berjalan kaki

· Waktu yang dihabiskan untuk duduk termasuk di dalamnya kegiatan


duduk maupun berbaring (sadar)
80

No Pertanyaan Jawaban

AKTIFITAS FISIK BERAT


1 Selama 7 hari terakhir, berapa banyak _____Hari/Minggu
hari Anda melakukan aktivitas fisik berat? _____Tidak Tahu
_____Menolak Menjawab

2 Berapa banyak waktu yang biasanya Anda _____Jam/Hari


habiskan untuk aktivitas fisik berat dalam _____Menit/Hari
satu hari pada hari-hari yang Anda sebutkan _____Tidak Tahu
pada pertanyaan [1]? rata-rata untuk satu _____Menolak Menjawab
hari
Jika responden tidak dapat menjawab karena waktu yang dihabiskan
sangat bervariasa dari hari ke hari, gunakan pertanyaan [α]
α Berapa lama Anda melakukan aktivitas fisik _____Jam/Hari
berat pada 7 hari terakhir? _____Menit/Hari
_____Tidak Tahu
_____Menolak Menjawab
KATIVITAS SEDANG
3 Selama 7 hari terakhir, berapa banyak _____Hari/Minggu
hari Anda melakukan aktivitas fisik _____Tidak Tahu
sedang ? _____Menolak Menjawab

4 Berapa banyak waktu yang biasanya Anda _____Jam/Hari


habiskan untuk aktivitas fisik sedang _____Menit/Hari
dalam satu hari pada hari-hari yang Anda _____Tidak Tahu
sebutkan pada pertanyaan [3]? [rata-rata _____Menolak Menjawab
untuk satu hari]
Jika responden tidak menjawab karena waktu yang dihabiskan
sangat bervariasidari hari ke hari, gunakan pertanyaan [β]
β Berapa lama Anda melakukan aktivitas fisik _____Jam/Hari
sedang pada 7 hari terakhir ? _____Menit/Hari
_____Tidak Tahu
_____Menolak Menjawab
AKTIVITAS BERJALAN KAKI
81

5 Selama 7 hari terakhir, berapa banyak _____Hari/Minggu


hari _____Tidak Tahu
Anda menghabiskan waktu untuk _____Menolak Menjawab
berjalan
kaki?

6 Berapa waktu yang Anda habiskan _____Jam/Hari


untuk berjalan kaki dalam satu hari pada _____Menit/Hari
hari yang Anda sebutkan pada pertanyaan _____Tidak Tahu
[5]? [rata-rata untuk satu hari _____Menolak Menjawab

Jika responden tidak dapat menjawab karena waktu yang dihabiskan


sangat bervariasi dari hari ke hari, gunakan pertanyaan [γ]
γ Berapa lama Anda melakukan aktivitas _____Jam/Hari
berjalan kaki pada 7 hari terakhir? _____Menit/Hari
_____Tidak Tahu
_____Menolak Menjawab

AKTIVITAS DUDUK
Selama 7 hari terakhir, berapa waktu _____Jam/Hari
yang Anda biasa habiskan untuk duduk _____Menit/Hari
saat hari kerja? _____Tidak Tahu
_____Menolak Menjawab
82

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, N. F., Firdaus, N., & Putri, N. (2020). Pengaruh Waktu Penundaan
Terhadap Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Metode Poct Pada
Mahasiswa. Jurnal Nursing Update, 11(2), 1–11. hhttps://stikes-nhm.e-
journal.id

Ferdhyanti, A. U. (2021). Pengaruh lama penyimpanan sampel terhadap kadar


glukosa darah serum (cetakan pe).
https://www.google.co.id/books/edition/Pengaruh_Lama_Penyimpanan_Sam
pel_Terhada/ikpKEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=Kadar+Glukosa+Darah&pg=PT16&printsec=frontcover

Heidyana, A. (2020). Penyebab Kadar Gula Darah Sering Naik Turun.


Diabetasol. https://diabetasol.com/id/news-detail/penyebab-kadar-gula-
darah-sering-naik-turun

Kemenkes. (2017). Ayo Bergerak Lawan Obesitas. In Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia (p. 37). http://p2ptm.kemkes.go.id

Kemenkes RI. (2019a). komplikasi dan akibat dari Diabetes.


https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/
page/6/apa-saja-komplikasi-dan-akibat-dari-diabetes#:~:text=Komplikasi
Diabetes berkembang secara bertahap.&text=Komplikasi termasuk serangan
jantung dan,stadium akhir dan disfungsi se

Kemenkes RI. (2019b). Lansia Sehat, Lansia Bahagia.


https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/070413-lansia-sehat_-lansia-
bahagia

Kemenkes RI. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes Mellitus. In
pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.

Manis, G. (2020). Etiologi Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2).


83

https://gendhismanis.id/read/77/etiologi-diabetes-melitus-tipe-2-dmt2.html

Oktora & Purnawan. (2018). Ciri - ciri pada lansia.

P2PTM Kemenkes RI. (2019a). Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)-
Faktor Risiko yang Bisa Diubah. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/faktor-risiko-penyakit-diabetes-melitus-dm-
faktor-risiko-yang-bisa-diubah

P2PTM Kemenkes RI. (2019b). Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus (DM)-
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah.
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/
page/11/faktor-risiko-penyakit-diabetes-melitus-dm-faktor-risiko-yang-tidak-
bisa-diubah

P2PTM Kemenkes RI. (2019c). Tanda dan gejala diabetes.


https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/tanda-dan-gejala-diabetes

PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46.
www.ginasthma.org.

Setiyorini, erni. (2018). Asuhan keperawatan lanjut usia dengan penyakit


degeneratif (cetakan pe). media nusa kreatif.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Lanjut_Usia_
dengan_Pe/mMVGEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=mengenal+lanjut+usia&pg=PA148&printsec=frontcover

Sudargo, T., Aristasari, T., Afifah, A., Prameswari, A. A., Ratri, F. A., & Putri, S.
R. (2021). Asuhan gizi pada lanjut usia. gajah mada university press.
https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_GIZI_PADA_LANJUT_
USIA/hEpKEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=mengenal+lanjut+usia&pg=PA139&printsec=frontcover

Tandra, H. (2018). Dari diabetes menuju jantung dan stroke. PT Gramedia


84

pustaka utama. https://books.google.co.id/books?


hl=id&lr=&id=vMx1DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=Klasifikasi+Diabe
tes+Mellitus+Menurut+(Tandra,
+2018)&ots=aPClbOnW8V&sig=AW6P1ZWomnOS_eTQwZCj6rihZfA&re
dir_esc=y#v=onepage&q=Klasifikasi Diabetes Mellitus Menurut (Tandra
%2C 2018)&

W Festi, P. (2018). Buku ajar lansia.


https://www.google.co.id/books/edition/Lanjut_Usia_Perspektif_dan_Masala
h/aPmvDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=lansia&printsec=frontcover

Anggraeni, V., & Rachmawati, M. R. (2018). Tidak terdapat hubungan antara


aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada lanjut usia di panti sosial. Jurnal
Biomedika Dan Kesehatan, 1(1), 101–108.
https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2018.v1.101-108

Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang ke
Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 400. https://doi.org/10.25077/jka.v7.i3.p400-
404.2018

Baihaqi, M., Sutarna, A., & Seventina, H. (2020). Hubungan Aktivitas Sehari-
Hari Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Lansia. Jurnal Kesehatan,
5(2), 522–527. https://doi.org/10.38165/jk.v5i2.168
Capaian indikator kinerja UKM 2021. (n.d.).

Diabetes, D. (n.d.). HARI DIABETES SEDUNIA TAHUN 2018.

Fikri Amrullah, J. (2020). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Sewaktu pada Lansia Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Babakan Sari Kota Bandung. Jurnal Sehat Masada, 14(1), 42–50.
85

https://doi.org/10.38037/jsm.v14i1.124

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan


Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI.

Riau, D. K. P. K. (2021). Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. Profil


Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Satker 03, 138.

yenni ferawati sitanggang, Sanny frisca, R. marlyn sihombing. (2021).


Keperawatan Gerontik (R. Watrianthos (Ed.); cetakan 1). yayasan kita
menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Gerontik/6bAfEAAA
QBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=gerontik&printsec=frontcover

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN KADAR GULA DARAH PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA | Repository
(poltekkes-smg.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai