Tesis ini telah disetujui untuk dipertahankan pada sidang proposal dengan judul
Pembimbing I Pembimbing II
Dr Budiman, S.Kep., Ners., S.Pd., S.KM., Ria Sitorus, S.Kp., M.Kep. Sp. KMB
M.Kes., M.Hkes
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam dalamnya peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis boleh menyelesaikan
proposal penelitian tesis dengan judul “PENGARUH SENAM YIN YOGA
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
KARAWANG”
Proposal Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program studi S2 Magister Keperawatan pada Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Dalam penyusunan tesis ini, peneliti mendapatkan motivasi dan bantuan semua
pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Gunawan Irianto, dr., M.Kes. (MARS) sebagai Dekan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
2. Dr. Iin Inayah, S.Kp., M.Kep. sebagai Ketua Program Studi S2 Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal
Achmad Yani Cimahi dan sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi penulis untuk menyelesaikan proses pendidikan Magister
Keperawatan ini.
3. Murtiningsih, S.Kp., M.Kep. Sp.Mat. sebagai Sekretaris Program Studi S2
Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas
Jenderal Achmad Yani Cimahi
4. Dr Budiman, S.Pd., S.KM., M.Kes., M.Hkes sebagai pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Ria Sitorus, S.Kp., M.Kep. Sp. KMB sebagai pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan dan bimbingan untuk membantu dalam menyelesaikan tesis
ini.
ii
6. Staf Dosen Program Studi S2 Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, yang telah memberikan
ilmu dan pengalaman dalam pembelajaran.
7. Staf Administrasi Program Studi S2 Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi kemahasiswaan.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, jajaran Manajemen dan teman-
teman sejawat yang telah memberikan dukungan dalam proses penyusunan tesis
ini.
9. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil, perhatian, waktu,
dan motivasi serta do’anya untuk kesehatan dan aktivitas penulis.
10. Rekan mahasiswa magister keperawatan yang telah memberikan dukungan dan
perhatian. Semoga amal baik yang diberikan, mendapat balasan terbaik dari
Tuhan Yang Maha Esa.
11. Inggit Sri Kusdiyanty, S.Kep., Ners., M.Kep yang telah memberikan dukungan
support dan perhatian.
Penulis menyadari dalam penyusunan thesis ini masih belum sempurna, kritik
dan saran sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini ada
manfaatnya bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 9
iv
B. Konsep Teori Self-Care Dorethea Orem
v
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian……………………………………………… 37
B. Desain Penelitian………………………………………………….. 39
40
C. Variabel Penelitian…………………………………………………
40
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………………..
40
E. Definisi Operasional…………………………………………………. 41
F. Populasi Dan Sample……………………………………………… 43
G. Tekhnik Pengumpulan Data……………………………………….. 44
H. Pengolahan Data…………………………………………………… 44
44
I. Analisa Data………………………………………………………..
45
J. Etika Penelitian…………………………………………………….
45
K. Tempat Dan Waktu Penelitian……………………………………..
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh dunia. Penyakit
ini juqa menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantunq, dan gaqal qinjal.
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya
terdapat 463 juta oranq pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada
tahun 2019 atau setara denqan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk
pada usia yanq sama. International Diabetes Federation (IDF) mencatat Indonesia
berada di posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta.
jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia
sebesar 10,6%. (International Diabetes Federation (IDF), 2021). Berdasarkan jenis
kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada
perempuan dan 9,65% pada laki—laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meninqkat
seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta oranq pada
umur 65-79 tahun. Angka dipredikasi terus meninqkat hinqqa mencapai 578 juta di
tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (Info Datin, 2021) (Ginanjar et al., 2022).
Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes
melitus didunia adalah 1,95% dan telah menjadikan diabetes melitus sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia. Oleh karena itu berbagai upaya telah
dilakukan untuk mencegah komplikasi dan menjaga kadar gula darah penderita
diabetes melitus berada dalam rentang normal (Juwita, 2018).(Ramamoorthi et al.,
2019).
Sejak 50-60 tahun yang lalu telah dikenal 3 cara utama penatalaksanaan penyakit
DM antara lain: diet, obat-obatan dan olahraga. Namun dari berbagai penelitian yang
ada dapat disimpulkan bahwa olahraga yang teratur bersama dengan diet yang tepat
dan penurunan berat badan merupakan penatalaksanaan diabetes yang dianjurkan
terutama bagi DM tipe 2, Seperti penyakit tidak menular lainnya, Diabetes Melitus
juga memiliki faktor risiko atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap
kejadian penyakit. Upaya pengendalian faktor risiko dapat mencegah diabetes
2
melitus dan menurunkan tingkat fatalitas. Saat ini banyak program penatalaksanaan
diabetes mellitus tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai fakta yang ada
dilapangan, dan angka kejadian diabetes mellitus hingga saat ini masih tinggi. Ilyas,
2016(Dalam InfoDatin,2020).(Salindeho et al., 2016).
Penatalaksanaan olah raga atau latihan fisik merupakan salah satu dari 5 pilar
penatalaksanaan diabetes tersebut selain dari diet, obat-obatan, edukasi dan
pemantauan. Olah raga dalam arti gerak fisik atau gerak otot dapat meningkatkan
metabolisme atau pembentukan dan pengeluaran energi tubuh, yang mengakibatkan
konsumsi oksigen dan energi meningkat sekitar 20 kali lipat, sehingga penggunaan
glukosa juga dapat digunakan dalam jumlah besar dengan tidak membutuhkan
insulin dengan jumlah besar karena serat otot menjadi lebih permeable terhadap
glukosa akibat kontraksi dari otot itu sendiri menurut (Soegondo, 2009) dalam
(Nugraha, Kusnadi dan Subagja 2016).(Dieny, 2020).
Yoga merupakan intervensi holistik yang menggabungkan postur tubuh (asanas),
teknik pernapasan (pranayamas), teknik meditasi (dhyana), dan irama (mantras)
untuk menyatukan antara tubuh dan pikiran. 7 Penelitian menunjukkan bahwa yoga
merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang efektif mengontrol kadar gula darah,
sehingga menjadi alternatif terapeutik sederhana dan ekonomis untuk pasien
obesitas.7 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, yoga merupakan
olahraga aman dan efektif yang mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan,
diantaranya dalam pengontrolan berat badan dan pengontrolan glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus (Herwanto, 2016).(Dieny, 2020).
Latihan yoga menyebabkan otot-otot untuk menyerap kelebihan glukosa dalam
darah. Yoga membantu pankreas dan hati untuk berfungsi secara efektif, dengan
jalan mengatur kadar gula darah. Gerakan-gerakan yoga yang dilakukan adalah
gerakan- gerakan yoga yang bertujuan untuk merangsang fungsi kerja pankreas.
Fungsi gerakan-gerakan tersebut akan meningkatkan aliran darah ke pankreas,
meremajakan sel-sel organ dan meningkatkan kemampuan pankreas untuk
memproduksi insulin (Widya 2015, h. 113).(Merdawati et al., 2019).
3
Durasi latihan yoga yang dilakukan secara teratur menunjukan hasil efektif
dibandingkan latihan fisik lainnya. Perubahan positif tersebut terjadi melalui 2 jalur
yaitu Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) axis atau mengurangi aktivitas system
symphato-adrenal. Dimana aktifasi HPA axis dan system symphato-adrenal dapat
meningkatkan resistensi insulin, inhibisi pelepasan insulin dan meningkatkan
produksi gluosa hepatic. Gerakan yoga seperti peregangan dapat meningkatkan
sensivitas glukosa dan meningkatkan clearance glukosa (Widya 2015, h.
113).(Merdawati et al., 2019).
International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa (umur
20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes
juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik (Juwita, 2018).Yin
yoga merupakan salah satu bentuk yoga yang sangat bermanfaat bagi orang dengan
gaya hidup cepat, sibuk, dan dipenuhi tekanan. Gerakan yang dilakukan pada Yin
yoga sifatnya lembut, sehingga mampu meredakan ketegangan, stress,
menenangkan emosi dan meningkatkan kesadaran diri (Gordon,2016).(Malini et al.,
2019).
Beberapa literatur menjelaskan manfaat yoga pada kondisi tertentu yakni penyakit
kardiovaskular, sindrom metabolik, diabetes, kanker, dan kecemasan. Yoga
menunjukkan manfaat yang terkait manajemen diabetes seperti kepatuhan
pengobatan, kepatuhan perawatan diri, dan pengurangan stress. Latihan jasmani
dianjurkan secara teratur dilakukan 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progressive,
endurance training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Manfaat
latihan jasmani bagi pasien DM antara lain meningkatkan penurunan kadar gula
darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,
hiperkoagulasi darah. Keadaankeadaan ini mengurangi risiko Penyakit Jantung
Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup pasien DM dengan meningkatnya
kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis (Bonikowske
& Schuver, 2018).(Abdillah & Putri, 2018).
4
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Hema Malini 1*), Devia
Putri Lenggogeni dan Hidayatul Rahm (2019), Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa manajemen stres yang paling efektif bagi pasien diabetes adalah
teknik relaksasi mind body soul yang biasa ditemukan pada senam yoga. Yoga
adalah gerakan tubuh yang sistematis yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara
pikiran dan tubuh. Yoga dapat memperkuat otot dan meningkatkan aliran darah.
Latihan pernafasan dan relaksasi yang dilakukan dapat menghalau stres dan
ketegangan. Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan pengabdian masyarakat
berupa mengajarkan senam yoga dan teknik relaksasi kepada pasien diabetes di
salah satu Puskesmas di Kota Padang dilakukan. Diharapkan kegiatan ini
meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat menjadi alternatif pasien diabetes
dalam mengatasi stres.
Hasil penelitian dari Leni Merdawatia , Reni Prima Gustya , Rika Fatmadonaa ,
Esi Afriantia (2018), Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan
desain pre dan posttest kelompok yang tidak sebanding. Subyek penelitian terdiri
dari 40 pasien sebagai kelompok eksperimen dan 40 pasien sebagai kelompok
kontrol. Semua pasien dalam kelompok eksperimen dipandu oleh ahli yoga untuk
latihan reguler dengan pengawasan selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan
ratarata kadar glukosa darah pada kelompok eksperimen adalah 217,05 mg / dl
dengan standar deviasi 56,735 mg / dl, sedangkan pada kelompok kontrol adalah
256,85 mg / dl dengan deviasi standart 34,04 mg / dl. Ada perbedaan glukosa darah
yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p =
0,000). Latihan yoga efektif dalam mengurangi kadar glukosa darah pada pasien
DM tipe 2 dan disarankan sebagai salah satu pengobatan untuk perawatan promotif.
Hasil penelitian dari Ratika Yuzallia, Hema Malini, Esi Afriant (2021), Penelitian
ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan desain pre dan posttest
kelompok intervensi sesi pagi dan sore. Subyek penelitian terdiri dari masing-
masing 22 pasien sebagai kelompok intervensi sesi pagi dan sesi sore. Intervensi
dilakukan selama lima hari berturut-turut dengan dilatih oleh instruktur yoga. Hasil
penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah puasa pada kelompok intervensi
sesi pagi berbeda dengan kelompok intervensi sesi sore. Hasil penelitian
6
menunjukkan terdapat perbedaan rerata tingkat stress pada kelompok sesi pagi dan
sore sesudah intervensi. Hasil uji Man-Withney diperoleh terapi yoga efektif dalam
mengurangi kadar glukosa darah dan tingkat stress pada pasien DM tipe 2, namun
lebih signifikan penurunan pada sesi pagi dibanding sore.Terapi yoga
direkomendasikan sebagai salah satu penatalaksanaan untuk perawatan promotif
pasien DM Tipe 2 di rumah.
Hasil Penelitian Yoga Ginanjar 1 , Iga Damayanti 2 , Irfan Permana 3 (2022),
Penelitian ini menggunakan desain pre-experimental dalam bentuk onegroup pre-
posttest design. Populasi penelitian ini adalah masyarakat dengan riwayat diabetes
mellitus sebanyak 3.352 dengan sampel 16 orang. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa sebelum melakukan senam diabetes seluruh responden (100%) memiliki
kadar gula darah tinggi. Setelah melakukan senam diabetes hampir sebagian besar
(43,75%) memiliki kadar gula darah normal dan sebagian besar (56,25%) memiliki
kadar gula darah tinggi. Terdapat pengaruh senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus diwilayah kerja PKM Ciamis
Kabupaten Ciamis tahun 2021 ditujukan nilai 𝝆value 0,00.
Dikemukakan oleh Dorothea Orem (1959). Menurut Orem selfcare dapat
meningkatkan Peningkatan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam
kelompok sosial yang sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia,
dan keinginan manusia untuk menjadi normal. Penyimpangan pada selfcare
biasanya dapat terlihat pada saat terjadinya penyakit. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis
tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia, Jadi apabila selfcare yang
dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas hidup pasien tesebut.
Sebaliknya, selfcare yang dilakukan dengan kurang baik maka akan memberikan
dampak negatif bagi kulitas hidup pasien diabetes melitus. Selfcare yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh, dapat berdampak baik bagi pengingkatan kualitas hidup.
(Munawaroh, 2011).(Ramamoorthi et al., 2019).
7
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian diabetes mellitus di negara indonesia terbilang cukup tinggi
diposisi 7 besar dari 10 negara di dunia yang mengalami diabetes mellitus dengan
angka 10,7 jt pada tahun 2020. Di negara asean Indonesia menduduki posisi tiga
besar dalam jumlah pengidap pasien diabetes mellitus.
Karawang memiliki luas wilayah 1.652,00 km2, dengan jumlah penduduk pada
tahun 2021 sebanyak 2.406.895 jiwa, dan kepadatan penduduk 1.457 jiwa per km.
Kabupaten Karawang menunjukan Prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat naik
dari 1,3% menjadi 1,7% sedangkan prevalensi Diabetes Melitus di Kabupaten
Karawang tahun 2019 di angka 5.504 Orang yang terkena Diabetes Melitus, tahun
2020 prevalensi diabetes mellitus di kabupaten Karawang di angka 139.392 orang
yang terkena diabetes mellitus. Rumah sakit umum daerah kabupaten karawang
yang akan diteliti oleh peneliti belum menggunakan terapi non farmakologis bahkan
tidak mengetahui bahwa terapi non farmakologis terutama yin yoga dapat
menurunkan kadar gula darah pada pasien penderita diabetes mellitus. Penelitian
yang dilakukan ini adalah untuk menjawab pertanyaan terkait “pengaruh yin yoga
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus dirumah sakit
umum daerah kabupaten Karawang”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh yin yoga terhadap penurunan kadar gula
darah dengan diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit umum daerah kabupaten
Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum melakukan senam yin yoga dirumah sakit umum
daerah Karawang.
b. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sesudah melakukan senam yin yoga dirumah sakit umum
daerah Karawang
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan
dan keperawatan khususnya di bidang keperawatan dalam memberikan
pelayanan Kesehatan yang di butuhkan dalam perawatan diabetes mellitus yaitu
terapi non-farmakologi yin yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus melalui yin yoga. Hasil penelitian ini dapat menjadi data
empiris dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut terhadap upaya
meningkatkan perawatan diabetes mellitus yaitu terapi nonfarmakologi yin yoga
terhadap penurunan kadar gula darah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengembangkan intervensi keperawatan dan program penatalaksanaan diabetes
mellitus. Selain itu, sebagai perawat perlu melakukan pengkajian spesifik
mengenai diabetes mellitus khususnya kadar gula darah serta memberikan
intervensi keperawatan berupa yin yoga dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
khususnya penurunan kadar gula darah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
100-199mg/dL Pre-Diabetes
≥ 200mg/dL Diabetes
(Sumber: PERKENI, 2010)
2. Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat
tipe, yaitu (Perkeni, 2011):
a. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh destruksi sel beta, umumnya menjurus
pada defisiensi insulin absolut, dapat terjadi karena autoimun atau idiopatik.
b. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin, defesiensi insulin
relatif, serta defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
c. Diabetes melitus tipe lain yang antara lain disebabkan oleh defek genetic kerja
insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, pengaruh obat dan zat
kimia, infeksi, sebab imonologi yang jarang, dan sindrom genetic lain yang
berkaitan dengan diabetes melitus.
d. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional akan terjadi hyperglikemia selama kehamilan dengan
gula darah normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes melitus pada
umumnya. Pada Perempuan dengan diabetes mellitus saat kehamilan sangat
berisiko mengalami komplikasi selama masa kehamilan. Wanita dengan
diabetes tipe ini memiliki risiko tinggi mengalami diabetes mellitus tipe 2
dikemudian hari. Gestational diabetes lebih baik didiagnosa dengan
pemeriksaan saat prenatal karena lebih akurat dibandingkan dengan keluhan
langsung yang dirasakan klien (Arisman, 2011).
12
3. Etiologi
Penyebab diabetes melitus diantaranya dalah factor genetic, resistensi
insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor pencetus diabetes
diantaranya obesitas, kurang gerak, olah raga, makanan berlebihan dan penyakit
hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin (Suryono & Subekti, 2019).
4. Manifestasi Klinis
Gejala diabetes melitus berdasarkan Trias diabetes melitus adalah poliuri
(urinasi yang sering), polifafi (meningkatkan hasrat untuk makan) dan polidipsi
(banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan. Saat kadar gula
meningkat dan melebihi ambang batas ginjal maka glukosa yang berlebihan ini
akan dikeluarkan (disekresikan). Untuk mengeluarkan gula melalui ginjal
dibutuhkan banyak air. Hal ini yang disebabkan penderita sering kencing dan
tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) sehingga timbul rasa haus yang
menyebabkan banyak minum (polidipsi). Pasien juga mengalami hasrat untuk
makan yang meningkat (polifagi) akibat katabolisme yang dicetuskan oleh
defesiensi insulin dan pemecahan protein serta lemak. Karena glukosa hilang
bersamaan urin, maka pasien mengalami gejala lain seperti keletihan, kelemahan,
tiba-tiba terjadi perubahan, kebas pada tangan atau kaki, kulit kering, luka yang
sulit sembuh, dan sering muncul infeksi (Murwani, 2013).
Diabetes Melitus sering muncul tanpa adanya tanda gejala klinis yang
mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan adanya gejala
tersebut. Akibatnya, kebanyakan penderita baru mengetahui menderita penyakit
diabetes setelah timbulnya komplikasi. Gejala-gejala yang dapat dijumpai adalah
poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa kehausan), dan polifagia
(sering merasa lapar). Gejala awal tersebut berhubungan dengan efek langsung
dari kadar gula darah yang tinggi, Jika kadar gula didalam darah lebih tinggi dari
normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Ginjal akan menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan sehingga penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria) karena itu penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga
13
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, makanan masuk ke lambung. Karbohidrat, protein,
lemak. Karbohidrat diubah menjadi monosakarida, masuk kedalam saluran darah
menuju sel β- pankreas dengan bantuan reseptor (insulin), jika insulin cukup
maka akan masuk kedalam pankreas dan akan menjadi energy sehingga semua
proses tersebut akan terganggu seperti glukosa di dalam darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan
lemak (Dipiro, 2014).
Gambar 2. 1 Produksi dan aksi Insulin
Sumber : IDF,2015
Tabel 2.1
dewasa
kurang dari 40 tahun
Keadaan klinis
Berat Ringan
saat diagnosis
15
6. Komplikasi
Diabetes Melitus yang tidak terkendali dan tidak di obati dengan baik akan
menjadi penyakit kronis dan menyebabkan komplikasi. Komplikasi Diabetes
dapat di cegah dengan cara mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah dan
kadar olesterol dengan normal. Banyak komplikasi dapat diangkat pada tahap
awal dengan program penyaringan yang memungkinkan pengobatan untuk
mencegahnya menjadi lebih serius. Komplikasi DM dibagi menjadi yaitu
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler ialah kerusakan
pada system syaraf, kerusakan di ginjal, dan kerusakan pada mata. Sedangkan
komplikasi karovaskuler yaitu penyakit jantung, stroke, pembuluh darah periver
(PERKENI,2011).
Sedangkan menurut International Diabetes Federation 2015 menyatakan
ada beberapa komplikasi yang akan terjadi pada penderita diabetes, diantaranya:
a. Penyakit mata atau gangguan penglihatan
Banyak penderita diabetes mengembangkan beberapa bentuk penyakit
mata (retinopathy), yang bisa merusak penglihatan atau memprovokasi
kebutaan. Tingkat glukosa darah yang terus-menerus tinggi merupakan
penyebab utama retinopati. Jaringan pembuluh darah yang memasok retina
bisa menjadi rusak dalam retinopati, yang menyebabkan hilangnya
penglihatan permanen. Retinopati bagaimanapun, dapat menjadi sangat maju
sebelum mempengaruhi penglihatan, dan oleh karena itu penting bahwa
penderita diabetes memiliki pemeriksaan mata secara teratur. Jika terdeteksi
16
7. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan pengelolaan Diabetes Melitus, ada lima pilar yang
harus dilakukan dengan tepat pada hasil Konsensus PERKENI tahun 2015 yaitu
meliputi:
a. Edukasi kesehatan Diabetes Melitus
Edukasi Diabetes Melitus ialah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan prilaku dalam pengelolaan yang diberikan
kepada setiap pasien dengan Diabetes Melitus. Pelaksanaan edukasi kesehatan
Diabetes Melitus di Indonesia dilaksanakan secara terintegrasi, dengan
melibatkan semua elemen masyarakat. Keikutsertaan masyarakat dalam
17
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik ialah suatu gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan adanya energi. Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga
merupakan salah satu faktor risiko untuk penyakit kronis dan secara
19
3. Teori-Teori Selfcare
Pandangan teori menurut Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem
mengembangkan dua bentuk teori selfcare, yaitu
a. Perawatan Diri Sendiri
1) Selfcare merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan, serta kesejahtraan.
2) Selfcare agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Therapeutic selfcare demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan
dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat
b. Selfcare Deficit
Selfcare deficit merupakan bagian penting dalam keperawatan secara
umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawat
dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau
terbatas untuk melakukan selfcare deficit, dapat diterapkan pada anak yang
belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya
perkiraan penurunan kemmpuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan selfcare, baik secara kualitas dan kuantitas. Dalam pemenuhan
keperawatan diri sendiri atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing
orang lain, memberi support, meningkatkan pengembagan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mangajarkan atau mendidik pada orang lain.
22
dialirkan ke dalam aliran darah dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa di
hati (Kasengke,2015).
d. Penggunaan Obat
Suatu pengobatan pada obat dapat mempengaruhi glukosa, diantaranya
ialah pengobatan obat antipsikotik dan steroid. Obat antipsikotik atpikal
mempunyai efek simpang pada saat proses metabolisme. Sedangkan
pengobatan klozapin atau olanzapine sering kali dihubungkan dengan suatu
kenaikan berat badan maka dari itu pemantauan pada asupan karbohidrat
sangat diperlukan. Penggunaan obat antipsikotik juga dihubungkan dengan
adanya kejadian hiperglikemia meskipun mekanisme masih belum diketahui.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya penambahan berat badan
akibat terjadinya retensi insulin.
beberapa gerakan yoga lainnya jika dilakukan secara benar akan menguatkan
otot-otot hamstring dan abdominal.
c. Postur
Seseorang yang melakukan yoga secara teratur akan memiliki postur
tubuh yang lebih baik, akibatnya dari adanya peningkatan fleksibilitas dan
kekuatan.
d. Perbaikan Sirkulasi
Pose-pose yoga akan memperbaiki sirkulasi darah,kelenjar getah bening
pada seluruh tubuh serta tekanan dari abdomen terdapat diafragma yang dapat
melatih otot-otot diafragma dan jantung. Selain itu dapat meningkatkan
kualitas tidur karena terjadi proses relaksasi pada pose istirahat atai rilex
sehingga pada system saraf simpatik membuat respon relaksasi untuk masuk.
e. Mengurangi Stress
Selain karena efek relaksasi, orang yang melakukan yoga kan mengalami
penurunan kadar ketokolamin yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal karna
adanya kadar ketokolamin dalam menanggapi stress. Ketokolamin merupakan
hormone yang dihasilkan saat seseorang mengalami stress.
lebih mampu mawas diri dan bertindak atas dasar kesadaran penuh, bukannya
kepanikan semu.
Letakkan bantal atau guling di bawah dahi, dada, atau pinggul Anda.
Mulai pose dengan tangan dan lutut Anda. Buat jempol kedua kaki Anda
saling bersentuhan dan tarik lutut ke sisi samping. Turunkan pinggul ke arah
kaki Anda dan panjangkan tubuh Anda di sepanjang lantai. Jangkau lengan
Anda ke depan.Lalu, tarik napas dalam-dalam, biarkan diri Anda tenggelam
lebih dalam dengan setiap napas.Pertahankan pose ini hingga 5 menit.
b. Posisi Merpati (Eka Pada Rajakapotasana)
kaki kanan Anda di sepanjang lantai dengan jari-jari kaki menghadap lurus ke
belakang. Letakkan tangan Anda di bawah bahu dengan siku sedikit ditekuk.
Lalu, rentangkan tulang belakang Anda dan ambil 5 kali napas dalam-dalam.
Perlahan-lahan, gerakkan tangan Anda ke depan sambil menurunkan tubuh
dan dahi Anda ke lantai. Pertahankan pose ini hingga 5 menit, lalu ulangi di
sisi yang berlawanan.
c. Posisi Ikan Yang Mendukung (Matsayana)
E. Hasil Penelitian Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus
Hasil Penelitian Leni Merdawato, dkk yang berjudul “Pengaruh Latihan Yoga
terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” dari hasil statistic
standar deviasi 56,735 mg / dl, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 256,85 mg
/ dl dengan deviasi standart 34,04 mg / dl. Ada perbedaan glukosa darah yang sangat
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,000).
Hasil Penelitian Ni Nyoman, dkk yang berjudul “Penambahan Senam Yoga
Efektif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Yang Memakai Oad Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Tk Ii Udayana” dari hasil
statistic Hasil analisis uji t – paired di peroleh nilai p = 0,000 (p<0.05) menunjukan
ada perbedaan pengaruh kadar glukosa darah yang signifikan pada kelompok I
(Senam Yoga).
Hasil analisis uji T (Paired Sample) di peroleh p = 0,006 < 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh Senam Yoga terhadap Perubahan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Cakra Negara
diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi motivator bagi penderita
Diabetes Mellitus melakukan senam yoga untuk mengrol kadar gula darah dan
mencegah komplikasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fatia (2012) dengan judul
“Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam
RSUP M. Djamil Padang”. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan rata-rata
kadar gula darah dengan senam aerobik adalah 32 mg/dl dan penurunan rata-rata
dengan yoga adalah 47,7 mg/dl. Hasil uji statistik kelompok eksperimen dan
pembanding didapatkan nilai p=0,038 (p<0,05) yang berarti dapat menurunkan
kadar gula darah pada pasien DM tipe II. Di sarankan untuk melakukan yoga sebagai
salah satu olahraga yang dapat menurunkan kadar gula pada pasien DM tipe II.
32
bulan kepatuhan yoga secara signifikan berkorelasi negatif dengan FBS dan stres.
Selanjutnya ada kecenderungan mereka yang putus sekolah memiliki FBS yang
lebih tinggi, mengontrol asupan obat, tingkat stres dan pola diet (OR = 1,027, P =
0,07). Data kualitatif mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta mengikuti dan
menyelesaikan program yoga untuk membantu penyembuhan diabetes mereka.
Peserta yang keluar dari program yoga memberikan alasan untuk bepergian,
kesehatan yang buruk dan peningkatan beban kerja di kantor, Kepatuhan terhadap
yoga berpengaruh terhadap parameter glukosa darah pada penderita diabetes. Oleh
karena itu, strategi untuk memotivasi peserta untuk menjalani 'praktik modifikasi
gaya hidup' termasuk memaksimalkan kepatuhan terhadap yoga harus menjadi
fokus untuk merasakan efek menguntungkan dari yoga.
34
F. Kerangka Teori
SelfCare Agency
Wholly
Penatalaksanaan
Compensatory
diabetes melitus
a. Pengetahua System
n tentang Tindakan dilakukan
Basic Conditioning manfaat oleh perawat
senam Yin
Factor: Usia, Jenis
Yoga
kelamin, Pendidikan, Partly
b. Kepatuhan
Lama menderita DM, melakukan Compensatory
Riwayat depresi. senam Yin System
Yoga secara
rutin Tindakan sebagian
Self Care Demand
dilakukan oleh
Melakukan Senam Yin
Yoga perawat dan
Bagan 2. 1
Kerangka Teori Pengaruh Senam Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Dirumah Sakit X Kabupaten Karawang
Sumber : Iridiastadi & Yassierli (2017), Supariasa, N, D, Bakri, & Fajar (2014),
Andini (2015).Sitepu (2013), Kuswana, S (2017), Agustin, M, P (2013)
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Gula darah merupakan bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan di dalam
darah, dan bagi banyak organ tubuh gula darah adalah bahan bakar primer.
Kestabilan kadar gula harus tetap di jaga untuk mempertahankan fungsi tubuh agar
bekerja dengan sebaik-baiknya. Ketidak seimbangan kadar gula darah dapat memicu
berbagai jenis penyakit yang berbahaya. Penumpukan kadar gula dalam darah
merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit diabetes melitus. Kadar gula
darah yang tinggi dan tidak dapat terkontrol dalam jangka waktu yang lama pada
penderita diabetes melitus dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Pada diabetes
melitus, insulin yang tidak terkontrol meningkatkan konsentrasi gula dalam darah
dan juga ketidak mampuan tubuh dalam memproduksi insulin memperberat kondisi
tersebut, situasi ini dikenal sebagai hiperglikemia, sehingga kadar gula darah yang
tinggi akan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan
berbagai jaringan dan organ. Menurut American Diabetes Association bahwa
komplikasi dapat dicegah, ditunda dan diperlambat dengan mengendalikan kadara
gula darah. Pengelolaan diabetes melitus yang bertujuan untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam rentang normal, dapat dilakukan secara nonfarmalogis dan
farmakologis (Herwanto, 2016).
Yoga merupakan intervensi holistik yang menggabungkan postur tubuh (asanas),
teknik pernapasan (pranayamas), teknik meditasi (dhyana), dan irama (mantras)
untuk menyatukan antara tubuh dan pikiran. 7 Penelitian menunjukkan bahwa yoga
merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang efektif mengontrol kadar gula darah,
sehingga menjadi alternatif terapeutik sederhana dan ekonomis untuk pasien
obesitas.7 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, yoga merupakan
olahraga aman dan efektif yang mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan,
diantaranya dalam pengontrolan berat badan dan pengontrolan glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus (Herwanto, 2016).
36
Yoga adalah suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body), pikiran (mind) dan
jiwa (soul). Yoga mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi
serta latihan peregangan, Yoga adalah keadaan pikiran atau state of mind. Tujuan
dari yoga adalah untuk menuju kepada pikiran yang tenang. Konsentrasi kepada
bagian tubuh akan lebih mudah apabila dapat dirasakan, setelah itu baru secara
perlahan akan masuk ke bagian pikiran (mind) (Jain, 2014).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah diambil dari sebagian kerangka
teori, agar penelitian ini lebih terarah sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, maka keranga konsep di rancang dengan skema
sebagai berikut :
Bagan 3. 1
Kerangka Konsep Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitu Di RSUD. Kabupaten Karawang
B. Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuantitiatif dengan desain Eksperimen semu (quasy
experiment design), dengan rancangan pre-posttest with control design. Di dalam
design ini peneliti membagi dalam dua kelompok yaitu Kelompok 1 dan Kelompok
37
2. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita penyakit DM
Type 2.
Kegiatan ini, dilakukan pada kelompok intervensi yang melakukan yinyoga
dengan melihat pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan yinyoga
lalu diobservasi. responden diberikan pre-test berupa dilakukannya pengukuran gula
darah dengan menggunakan glukometer sebelum dilakukan yinyoga. Kemudian
responden melakukan yinyoga yang dipimpin oleh peneliti yang dibantu oleh
instruktur senam Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat pada bagan 3.2
C. Variabel Penelitian
Variabel dapat di definisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang
mempunyai “variasi” antara satu objek dengan objek yang lain. Adapun definisi
variabel lainya. Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga dapat diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
38
Dilihat dari pernyataan diatas maka variabel yang ada dipenelitian ini adalah:
1. Variabel Independent
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat), variabel ini disebut bebas artinya variabel yang bebas
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Kadar Gula Darah.
2. Variabel Dependent
Merupakan variabel yang dipengaruhi menjadi akibat karena variabel
bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Yin Yoga.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono, (2017) : hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
1. Ha: Ada Pengaruh Yin yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah kabupaten karawang.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan dan mengembangan instrument
(alat ukur). Atau pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti.
Tabel 3. 1: Definisi operasional
No. Variabel Definisi Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
konseptual operasional ukur
serum responden
penelitian
diatur
dilakukan
dengan
pemeriksaan
ketat pengambilan
didalam kadar gula
tubuh. darah puasa
dan gula darah
Glukosa
sewaktu.
yang
Responden
dialirkan dilakukan
melalui puasa selama
darah 8 jam sebelum
dilakukan
adalah
pengambilan
sumber
gula darah
utama puasa.menggu
energi nakan glukosa
untuk sel- test.
sel di dalam
Waktu
tubuh tubuh
Intervensi
(Sherwood, Setelah
2011) dilakukan
pemeriksaan
pengecekan
kadar gula
darah puasa
dan gula
darah,
responden
penelitian
diacak untuk
dilakukan
intervensi yin
yoga.
41
Persiapan
Intervensi
Setelah
responden
penelitian
diawal untuk
dilakukan
intervensi, lalu
responden
dilakukan
Latihan yin
yoga terlebih
dahulu selama
30 menit,
sehari
berikutnya
langsung
melaksanakan
yin yoga.
Postest
Setelah
dilakukan
intervensi yin
yoga,
responden
penelitian
dilakukan
pengecekan
Kembali kadar
gula darah
puasa dan
kadar gula
darah sewaktu
42
menggunakan
glukosa test.
Keterangan :
𝑛 : Jumlah sampel
𝑁 : Populasi sampel
populasi : 60 penderita
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
43
60
𝑛=
1 + 60(0,05)2
60
𝑛=
1 + 60 × (0,0025)
60
𝑛=
61 + 0,0025
60
𝑛=
0.1525
𝑛 = 40
Sampel = 40 responden
3. Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang
bias.
a. Kriteria Inklusi
Sampel yang di ambil adalah klien rawat inap dengan kriteria inklusi:
1) Klien rawat inap ruang teluk jambe
2) Klien yang mengidap penyakit diabetes mellitus tipe 2
3) Klien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
4) Klien yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekslusi
1) Klien yang mengidap diabetes mellitus tipe 1
2) Klien bukan ruang rawat inap teluk jambe
44
H. Pengolahan Data
1. Penyuntingan Data (Editting)
Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui lembar kusioner
perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Apabila ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap, maka lembar kusioner tersebut dikeluarkan (Drop
Out).
2. Membuat Lembaran Koding
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kode berisi nomor responden dan
nomor-nomor pertanyaan.
Pengkodean untuk Kadar Gula darah sebagai berikut :
0.<200 mg/dl Sedang
1.≥200 mg/dl Tinggi
3. Memasukan Data (Entry)
Yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Peneliti yang akan
melakukan memasukan data hasil penelitian selama dilapangan.
4. Tabulasi
Yaitu membuat table data, sesuai dengan tujuan peneliti atau yang
diinginkan oleh penelitian.
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendriskripsikan dari masing-
masing variabel yang diteliti. Untuk data numerik dengan menghitung mean,
median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa pada
penelitian ini meliputi usia responden, frekuensi melakukan aktifitas fisik
(olahraga) dalam satu minggu dan variabel perubahan kadar gula darah sebelum
senam dan setelah senam diabetes.
49
𝑋
𝐹= 𝑥 100%
𝑁
Keterangan:
F : Presentase
N : Total
2. Analisa Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji stastistik Parametik. Untuk mengetahui
pengaruh Yin yoga terhadap perubahan kadar gula darah menggunakan
Dependent t-test (Paired t-test) dengan kemaknaan = 0,05. Jika hasil penelitian
ini nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara gula darah pada data pretest dan posttest. Yang artinya ada
pengaruh senam diabetes terhadap perubahan gula darah. Apabila dari
perhitungan didapatkan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf kesalahan 5%
(0,05) maka hipotesis (H1) diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi (p)
lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) ditolak dan H0
diterima yang artinya tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Sugiyono, 2011).
J. Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya berpegang teguh pada etika
penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau
membahayakan subjek (Notoatmodjo, 2012). Seara garis besar dalam melakukan
penelitian prinsip yang harus dipegang.
50
1. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti
cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas pasien (Notoadmodjo,
2012). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan coding untuk pengganti
identitas responden.
2. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
Peneliti sudah mempertimbangkan dampak keuntungan dan kerugian bagi klien
ataupun masyarakat dengan melakukan terapi yinyoga pihak masyarakat bisa
melakukan kegiatan ini secara mandiri.
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan dan keterhatihatian. Untuk itu lingkungan peneliti perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yaitu dengan menjelaskan
prosedur penelitian.Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan agama,
etnis dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti
menjelaskan prosedur penelitian pada semua responden. Untuk operasional
penelitian ini, peneliti tidak akan melakukan uji etik, dikarenakan penelitian ini
digunakan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur.
3. Keadilan (Justice)
Peneliti tidak melakukan deskriminasi pada klien yang tidak bersedia
menjadi responden penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan bulan
Januari 2023.
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, N., & Putri, A. N. (2018). Efektivitas Waktu Pelaksanaan Yoga Pada Pasen
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika Volume, 10(2), 11–24.
Fadhila, R., & Putri, R. N. (2019). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kadar Glukosa
Darah Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2: Literature. 3(1), 17–24.
Ginanjar, Y., Damayanti, I., & Permana, I. (2022). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Pkm Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2021. Jurnal Keperawatan Galuh, 4(1), 19.
https://doi.org/10.25157/jkg.v4i1.6408
Iridiastadi, H., & Yassierli. (2017). Ergonomi Suatu pengantar (Nia (ed.)). PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Kuswana, S, W. (2017). Ergonomi dan K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P. Latifah
(ed.)). PT Remaja Rosdakarya Offset.
Lady, C., Dieny, F. F., & Probosari, E. (2019). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa Pada Wanita Dewasa Awal. Journal of Nutrition College, 8(3),
131–137. https://doi.org/10.14710/jnc.v8i3.25802
Malini, H., Putri, D., & Rahmi, L. H. (2019). Pelatihan Senam Yoga Bagi Pasien Diabetes
Mellitus Di Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Hilirisasi IPTEKS, 2(3.a), 217–235.
https://doi.org/10.25077/jhi.v2i3.a.334
Merdawati, L., Primagusty, R., Afriyanti, E., & Fatmadona, R. (2019). Pengaruh Latihan
2
Yoga Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. NERS Jurnal
Keperawatan, 14(1), 19. https://doi.org/10.25077/njk.14.1.19-30.2018
Ramamoorthi, R., Gahreman, D., Skinner, T., & Moss, S. (2019). The effect of yoga
practice on glycemic control and other health parameters in the prediabetic state: A
systematic review and meta-analysis. PLoS ONE, 14(10), 1–21.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221067
Salindeho, A., Mulyadi, N., & Rottie, J. (2016). Pengaruh Senam Diabetes Melitus
Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Sanggar Senam
Persadia Kabupaten Gorontalo. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 4(1), 107179.
Supariasa, N, D, I., Bakri, B., & Fajar, I. (2014). Penilaian Status Gizi (E. Rezkina & A.
Agustin, C (eds.); 2nd ed.). Buku Kedokteran EGC.
Suratmiti, N. N., Sundari, L. P. R., Purnawati, S., Adiatmika, I. P. G., Muliarta, I. M., &
Adiputra, L. M. I. S. H. (2020). Penambahan Senam Yoga Efektif Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Memakai
Oad Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Tk Ii Udayana. Sport and Fitness Journal,
8(3), 107. https://doi.org/10.24843/spj.2020.v08.i03.p02