Anda di halaman 1dari 60

PERSETUJUAN

Tesis ini telah disetujui untuk dipertahankan pada sidang proposal dengan judul

PENGARUH SENAM YIN YOGA TERHADAP PENURUNAN


KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
KARAWANG

Pada Tanggal : 02 Desember 2022


Nama Mahasiswa : Muhammad Ifadh Arifqy Jayusman
NPM : 215121019
Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
(S-2)

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan


Universitas Jenderal Achmad Yani

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Budiman, S.Kep., Ners., S.Pd., S.KM., Ria Sitorus, S.Kp., M.Kep. Sp. KMB
M.Kes., M.Hkes

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sedalam dalamnya peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis boleh menyelesaikan
proposal penelitian tesis dengan judul “PENGARUH SENAM YIN YOGA
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
KARAWANG”
Proposal Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program studi S2 Magister Keperawatan pada Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti mendapatkan motivasi dan bantuan semua
pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Gunawan Irianto, dr., M.Kes. (MARS) sebagai Dekan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
2. Dr. Iin Inayah, S.Kp., M.Kep. sebagai Ketua Program Studi S2 Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal
Achmad Yani Cimahi dan sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi penulis untuk menyelesaikan proses pendidikan Magister
Keperawatan ini.
3. Murtiningsih, S.Kp., M.Kep. Sp.Mat. sebagai Sekretaris Program Studi S2
Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kesehatan Universitas
Jenderal Achmad Yani Cimahi
4. Dr Budiman, S.Pd., S.KM., M.Kes., M.Hkes sebagai pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Ria Sitorus, S.Kp., M.Kep. Sp. KMB sebagai pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan dan bimbingan untuk membantu dalam menyelesaikan tesis
ini.

ii
6. Staf Dosen Program Studi S2 Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, yang telah memberikan
ilmu dan pengalaman dalam pembelajaran.
7. Staf Administrasi Program Studi S2 Magister Keperawatan Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi kemahasiswaan.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Karawang, jajaran Manajemen dan teman-
teman sejawat yang telah memberikan dukungan dalam proses penyusunan tesis
ini.
9. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil, perhatian, waktu,
dan motivasi serta do’anya untuk kesehatan dan aktivitas penulis.
10. Rekan mahasiswa magister keperawatan yang telah memberikan dukungan dan
perhatian. Semoga amal baik yang diberikan, mendapat balasan terbaik dari
Tuhan Yang Maha Esa.
11. Inggit Sri Kusdiyanty, S.Kep., Ners., M.Kep yang telah memberikan dukungan
support dan perhatian.

Penulis menyadari dalam penyusunan thesis ini masih belum sempurna, kritik
dan saran sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini ada
manfaatnya bagi kita semua.

Bandung, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ............................................................................... i

Kata Pengantar......................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus……………………………….. 10


2. Klasifikasi Diabetes Mellitus……………………………….. 11

3. Etiologi Diabetes Mellitus………………………………….. 12


4. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus……………………….. 12
5. Patofisiologi Diabetes Mellitus……………………………... 15
6. Komplikasi Diabetes Mellitu……………………………….. 16
7. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus…………………………. 17

iv
B. Konsep Teori Self-Care Dorethea Orem

1. Pengertian Teori Self-Care Dorothea Orem.............................. 20


2. Deskripsi Teori Self-Care Dorothea Orem................................ 21

3. Teori Self-Care Dorothea Orem……..………........................... 22


4. Faktor Teori Self-Care Dengan Diabetes Mellitus………….. 23

C. Konsep Teori Kadar Gula Darah


1. Pengertian Kadar Gula Darah………….................................... 23

2. Faktor-Faktor Gula Darah…………………………………… 24


3. Penurunan Kadar Gula Darah………………………………... 25

4. Peningkatan Kadar Gula Darah……………………………… 26

D. Konsep Teori Yin Yoga


1. Pengertian Yin Yoga…………….……..................................... 26
28
2. Manfaat Yin Yoga……………………………………………..
29
3. Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah...
27
4. Gerakan Yin Yoga…………………………………………….
30

v
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian……………………………………………… 37

B. Desain Penelitian………………………………………………….. 39
40
C. Variabel Penelitian…………………………………………………
40
D. Hipotesis Penelitian…………………………………………………..
40
E. Definisi Operasional…………………………………………………. 41
F. Populasi Dan Sample……………………………………………… 43
G. Tekhnik Pengumpulan Data……………………………………….. 44

H. Pengolahan Data…………………………………………………… 44
44
I. Analisa Data………………………………………………………..
45
J. Etika Penelitian…………………………………………………….
45
K. Tempat Dan Waktu Penelitian……………………………………..

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian prematur di seluruh dunia. Penyakit
ini juqa menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantunq, dan gaqal qinjal.
Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya
terdapat 463 juta oranq pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes pada
tahun 2019 atau setara denqan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk
pada usia yanq sama. International Diabetes Federation (IDF) mencatat Indonesia
berada di posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta.
jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti prevalensi diabetes di Indonesia
sebesar 10,6%. (International Diabetes Federation (IDF), 2021). Berdasarkan jenis
kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada
perempuan dan 9,65% pada laki—laki. Prevalensi diabetes diperkirakan meninqkat
seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta oranq pada
umur 65-79 tahun. Angka dipredikasi terus meninqkat hinqqa mencapai 578 juta di
tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045 (Info Datin, 2021) (Ginanjar et al., 2022).
Internasional Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes
melitus didunia adalah 1,95% dan telah menjadikan diabetes melitus sebagai
penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia. Oleh karena itu berbagai upaya telah
dilakukan untuk mencegah komplikasi dan menjaga kadar gula darah penderita
diabetes melitus berada dalam rentang normal (Juwita, 2018).(Ramamoorthi et al.,
2019).
Sejak 50-60 tahun yang lalu telah dikenal 3 cara utama penatalaksanaan penyakit
DM antara lain: diet, obat-obatan dan olahraga. Namun dari berbagai penelitian yang
ada dapat disimpulkan bahwa olahraga yang teratur bersama dengan diet yang tepat
dan penurunan berat badan merupakan penatalaksanaan diabetes yang dianjurkan
terutama bagi DM tipe 2, Seperti penyakit tidak menular lainnya, Diabetes Melitus
juga memiliki faktor risiko atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap
kejadian penyakit. Upaya pengendalian faktor risiko dapat mencegah diabetes
2

melitus dan menurunkan tingkat fatalitas. Saat ini banyak program penatalaksanaan
diabetes mellitus tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai fakta yang ada
dilapangan, dan angka kejadian diabetes mellitus hingga saat ini masih tinggi. Ilyas,
2016(Dalam InfoDatin,2020).(Salindeho et al., 2016).
Penatalaksanaan olah raga atau latihan fisik merupakan salah satu dari 5 pilar
penatalaksanaan diabetes tersebut selain dari diet, obat-obatan, edukasi dan
pemantauan. Olah raga dalam arti gerak fisik atau gerak otot dapat meningkatkan
metabolisme atau pembentukan dan pengeluaran energi tubuh, yang mengakibatkan
konsumsi oksigen dan energi meningkat sekitar 20 kali lipat, sehingga penggunaan
glukosa juga dapat digunakan dalam jumlah besar dengan tidak membutuhkan
insulin dengan jumlah besar karena serat otot menjadi lebih permeable terhadap
glukosa akibat kontraksi dari otot itu sendiri menurut (Soegondo, 2009) dalam
(Nugraha, Kusnadi dan Subagja 2016).(Dieny, 2020).
Yoga merupakan intervensi holistik yang menggabungkan postur tubuh (asanas),
teknik pernapasan (pranayamas), teknik meditasi (dhyana), dan irama (mantras)
untuk menyatukan antara tubuh dan pikiran. 7 Penelitian menunjukkan bahwa yoga
merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang efektif mengontrol kadar gula darah,
sehingga menjadi alternatif terapeutik sederhana dan ekonomis untuk pasien
obesitas.7 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, yoga merupakan
olahraga aman dan efektif yang mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan,
diantaranya dalam pengontrolan berat badan dan pengontrolan glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus (Herwanto, 2016).(Dieny, 2020).
Latihan yoga menyebabkan otot-otot untuk menyerap kelebihan glukosa dalam
darah. Yoga membantu pankreas dan hati untuk berfungsi secara efektif, dengan
jalan mengatur kadar gula darah. Gerakan-gerakan yoga yang dilakukan adalah
gerakan- gerakan yoga yang bertujuan untuk merangsang fungsi kerja pankreas.
Fungsi gerakan-gerakan tersebut akan meningkatkan aliran darah ke pankreas,
meremajakan sel-sel organ dan meningkatkan kemampuan pankreas untuk
memproduksi insulin (Widya 2015, h. 113).(Merdawati et al., 2019).
3

Durasi latihan yoga yang dilakukan secara teratur menunjukan hasil efektif
dibandingkan latihan fisik lainnya. Perubahan positif tersebut terjadi melalui 2 jalur
yaitu Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) axis atau mengurangi aktivitas system
symphato-adrenal. Dimana aktifasi HPA axis dan system symphato-adrenal dapat
meningkatkan resistensi insulin, inhibisi pelepasan insulin dan meningkatkan
produksi gluosa hepatic. Gerakan yoga seperti peregangan dapat meningkatkan
sensivitas glukosa dan meningkatkan clearance glukosa (Widya 2015, h.
113).(Merdawati et al., 2019).
International Diabetes Federation (IDF) mencatat 537 juta orang dewasa (umur
20 - 79 tahun) atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes
juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 tiap 5 detik (Juwita, 2018).Yin
yoga merupakan salah satu bentuk yoga yang sangat bermanfaat bagi orang dengan
gaya hidup cepat, sibuk, dan dipenuhi tekanan. Gerakan yang dilakukan pada Yin
yoga sifatnya lembut, sehingga mampu meredakan ketegangan, stress,
menenangkan emosi dan meningkatkan kesadaran diri (Gordon,2016).(Malini et al.,
2019).
Beberapa literatur menjelaskan manfaat yoga pada kondisi tertentu yakni penyakit
kardiovaskular, sindrom metabolik, diabetes, kanker, dan kecemasan. Yoga
menunjukkan manfaat yang terkait manajemen diabetes seperti kepatuhan
pengobatan, kepatuhan perawatan diri, dan pengurangan stress. Latihan jasmani
dianjurkan secara teratur dilakukan 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit,
yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous, rhythmical, interval, progressive,
endurance training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Manfaat
latihan jasmani bagi pasien DM antara lain meningkatkan penurunan kadar gula
darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah,
hiperkoagulasi darah. Keadaankeadaan ini mengurangi risiko Penyakit Jantung
Koroner (PJK) dan meningkatkan kualitas hidup pasien DM dengan meningkatnya
kemampuan kerja dan juga memberikan keuntungan secara psikologis (Bonikowske
& Schuver, 2018).(Abdillah & Putri, 2018).
4

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan


asuhan keparawatan secara mandiri dalam non farmakologi dan dimana keluarga
dan pasien diharapkan mampu mandiri untuk mengetahui tata cara pengontrolan
kadar gula darah selama dirumah dalam pencegahan penyakit diabetes mellitus.
(Dochterman & Bulechek,2013).(Ginanjar et al., 2022).
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa Indonesia akan
menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak
12,4 juta orang pada tahun 2025. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000
jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun, Indonesia menjadi negara dengan
jumlah penderita diabetes terbesar kelima di dunia. Berdasarkan laporan
International Diabetes Federation (IDF), ada 19,5 juta warga Indonesia berusia 20-
79 tahun yang mengidap penyakit tersebut pada 2021.(Juwita, 2018).(Suratmiti et
al., 2020).. Riskesdas 2021 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular
berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus di Indonesia naik dari 6,9%
menjadi 8,5% (Riskesdas 2021). Prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat naik dari
1,3% menjadi 1,7% (Kemenkes RI 2021).(Fadhila & Putri, 2019).
Hasil Penelitian Praveen Angadi, Aarti Jagannathan1, Arun Thulasi2, Vinod
Kumar3, Umamaheshwar (2019), Penelitian Ini Menunjukan Kepatuhan terhadap
yoga di komunitas di Bangalore adalah sekitar 50% selama 6 bulan. Peserta yang
menyelesaikan program yoga memiliki HbA1c yang jauh lebih rendah (akhir bulan
ke -3. Pada akhir 6 bulan kepatuhan yoga secara signifikan berkorelasi negatif
dengan FBS dan stres. Selanjutnya ada kecenderungan mereka yang putus sekolah
memiliki FBS yang lebih tinggi, mengontrol asupan obat, tingkat stres dan pola diet
(OR = 1,027, P = 0,07). Data kualitatif mengungkapkan bahwa sebagian besar
peserta mengikuti dan menyelesaikan program yoga untuk membantu penyembuhan
diabetes mereka. Peserta yang keluar dari program yoga memberikan alasan untuk
bepergian, kesehatan yang buruk dan peningkatan beban kerja di kantor, Kepatuhan
terhadap yoga berpengaruh terhadap parameter glukosa darah pada penderita
diabetes. Oleh karena itu, strategi untuk memotivasi peserta untuk menjalani 'praktik
modifikasi gaya hidup' termasuk memaksimalkan kepatuhan terhadap yoga harus
menjadi fokus untuk merasakan efek menguntungkan dari yoga.
5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Hema Malini 1*), Devia
Putri Lenggogeni dan Hidayatul Rahm (2019), Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa manajemen stres yang paling efektif bagi pasien diabetes adalah
teknik relaksasi mind body soul yang biasa ditemukan pada senam yoga. Yoga
adalah gerakan tubuh yang sistematis yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara
pikiran dan tubuh. Yoga dapat memperkuat otot dan meningkatkan aliran darah.
Latihan pernafasan dan relaksasi yang dilakukan dapat menghalau stres dan
ketegangan. Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan pengabdian masyarakat
berupa mengajarkan senam yoga dan teknik relaksasi kepada pasien diabetes di
salah satu Puskesmas di Kota Padang dilakukan. Diharapkan kegiatan ini
meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat menjadi alternatif pasien diabetes
dalam mengatasi stres.
Hasil penelitian dari Leni Merdawatia , Reni Prima Gustya , Rika Fatmadonaa ,
Esi Afriantia (2018), Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan
desain pre dan posttest kelompok yang tidak sebanding. Subyek penelitian terdiri
dari 40 pasien sebagai kelompok eksperimen dan 40 pasien sebagai kelompok
kontrol. Semua pasien dalam kelompok eksperimen dipandu oleh ahli yoga untuk
latihan reguler dengan pengawasan selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan
ratarata kadar glukosa darah pada kelompok eksperimen adalah 217,05 mg / dl
dengan standar deviasi 56,735 mg / dl, sedangkan pada kelompok kontrol adalah
256,85 mg / dl dengan deviasi standart 34,04 mg / dl. Ada perbedaan glukosa darah
yang sangat signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p =
0,000). Latihan yoga efektif dalam mengurangi kadar glukosa darah pada pasien
DM tipe 2 dan disarankan sebagai salah satu pengobatan untuk perawatan promotif.
Hasil penelitian dari Ratika Yuzallia, Hema Malini, Esi Afriant (2021), Penelitian
ini menggunakan pendekatan eksperimental dengan desain pre dan posttest
kelompok intervensi sesi pagi dan sore. Subyek penelitian terdiri dari masing-
masing 22 pasien sebagai kelompok intervensi sesi pagi dan sesi sore. Intervensi
dilakukan selama lima hari berturut-turut dengan dilatih oleh instruktur yoga. Hasil
penelitian menunjukkan rerata kadar glukosa darah puasa pada kelompok intervensi
sesi pagi berbeda dengan kelompok intervensi sesi sore. Hasil penelitian
6

menunjukkan terdapat perbedaan rerata tingkat stress pada kelompok sesi pagi dan
sore sesudah intervensi. Hasil uji Man-Withney diperoleh terapi yoga efektif dalam
mengurangi kadar glukosa darah dan tingkat stress pada pasien DM tipe 2, namun
lebih signifikan penurunan pada sesi pagi dibanding sore.Terapi yoga
direkomendasikan sebagai salah satu penatalaksanaan untuk perawatan promotif
pasien DM Tipe 2 di rumah.
Hasil Penelitian Yoga Ginanjar 1 , Iga Damayanti 2 , Irfan Permana 3 (2022),
Penelitian ini menggunakan desain pre-experimental dalam bentuk onegroup pre-
posttest design. Populasi penelitian ini adalah masyarakat dengan riwayat diabetes
mellitus sebanyak 3.352 dengan sampel 16 orang. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa sebelum melakukan senam diabetes seluruh responden (100%) memiliki
kadar gula darah tinggi. Setelah melakukan senam diabetes hampir sebagian besar
(43,75%) memiliki kadar gula darah normal dan sebagian besar (56,25%) memiliki
kadar gula darah tinggi. Terdapat pengaruh senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus diwilayah kerja PKM Ciamis
Kabupaten Ciamis tahun 2021 ditujukan nilai 𝝆value 0,00.
Dikemukakan oleh Dorothea Orem (1959). Menurut Orem selfcare dapat
meningkatkan Peningkatan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam
kelompok sosial yang sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia,
dan keinginan manusia untuk menjadi normal. Penyimpangan pada selfcare
biasanya dapat terlihat pada saat terjadinya penyakit. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis
tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia, Jadi apabila selfcare yang
dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas hidup pasien tesebut.
Sebaliknya, selfcare yang dilakukan dengan kurang baik maka akan memberikan
dampak negatif bagi kulitas hidup pasien diabetes melitus. Selfcare yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh, dapat berdampak baik bagi pengingkatan kualitas hidup.
(Munawaroh, 2011).(Ramamoorthi et al., 2019).
7

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karawang tahun 2021 menunjukan


Prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat naik dari 1,3% menjadi 1,7% sedangkan
prevalensi Diabetes Melitus di Kabupaten Karawang tahun 2019 di angka 5.504
Orang yang terkena Diabetes Melitus, tahun 2020 prevalensi diabetes mellitus di
kabupaten Karawang di angka 139.392 orang yang terkena diabetes mellitus, (Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang, 2021).
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karawang merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Karawang yang didirikan pada tanggal 29
Mei 1952, yang digunakan untuk merawat dan mengobati penderita cacar (barak
cacar). Pada tahun 1954 rumah sakit ini menjadi rumah sakit umum yang dikepalai
oleh seorang dokter umum yang bernama dr. Rd. Poedjono yang berlokasi di jalan
Dr. taruno dengan luas tanah 2,8 Ha.
Hasil studi pendahuluan dari Rumah Sakit umum daerah Kabupaten Karawang,
didapatkan sejumlah data, bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2021
pasien rawat inap dengan diabetes tipe 1 sebanyak 16 orang sedangkan pasien rawat
inap dengan diabetes tipe 2 sebanyak 813 orang. Hasil Observasi oleh pihak peneliti
di rumah sakit daerah umum daerah kabupaten Karawang diruangan khusus diabetes
melitus teluk jambe didapatkan data sebanyak 60 pasien yang sedang rawat inap.
Rumah sakit umum daerah karawang sebelumnya tidak pernah melakukan
perlakuan atau intervensi terapi nonfarmakologis untuk menurunkan kadar gula
darah untuk pasien diabetes mellitus, rumah sakit tidak mengetahui bahwa terapi yin
yoga dapat menurunkan kadar gula darah pada klien diabetes mellitus. Yin yoga
terbukti dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus melalui
artikel penelitian.
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka peniliti tertarik tentang Pengaruh Senam
Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di
Rumah sakit umum Kabupaten Karawang, di Rumah Sakit ini belum pernah di teliti
oleh siapapun dan belum pernah di lakukan.
8

B. Rumusan Masalah
Angka kejadian diabetes mellitus di negara indonesia terbilang cukup tinggi
diposisi 7 besar dari 10 negara di dunia yang mengalami diabetes mellitus dengan
angka 10,7 jt pada tahun 2020. Di negara asean Indonesia menduduki posisi tiga
besar dalam jumlah pengidap pasien diabetes mellitus.
Karawang memiliki luas wilayah 1.652,00 km2, dengan jumlah penduduk pada
tahun 2021 sebanyak 2.406.895 jiwa, dan kepadatan penduduk 1.457 jiwa per km.
Kabupaten Karawang menunjukan Prevalensi Diabetes Melitus di Jawa Barat naik
dari 1,3% menjadi 1,7% sedangkan prevalensi Diabetes Melitus di Kabupaten
Karawang tahun 2019 di angka 5.504 Orang yang terkena Diabetes Melitus, tahun
2020 prevalensi diabetes mellitus di kabupaten Karawang di angka 139.392 orang
yang terkena diabetes mellitus. Rumah sakit umum daerah kabupaten karawang
yang akan diteliti oleh peneliti belum menggunakan terapi non farmakologis bahkan
tidak mengetahui bahwa terapi non farmakologis terutama yin yoga dapat
menurunkan kadar gula darah pada pasien penderita diabetes mellitus. Penelitian
yang dilakukan ini adalah untuk menjawab pertanyaan terkait “pengaruh yin yoga
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus dirumah sakit
umum daerah kabupaten Karawang”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh yin yoga terhadap penurunan kadar gula
darah dengan diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit umum daerah kabupaten
Karawang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum melakukan senam yin yoga dirumah sakit umum
daerah Karawang.
b. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sesudah melakukan senam yin yoga dirumah sakit umum
daerah Karawang
9

c. Untuk Mengetahui Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula


Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dirumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Karawang.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan
dan keperawatan khususnya di bidang keperawatan dalam memberikan
pelayanan Kesehatan yang di butuhkan dalam perawatan diabetes mellitus yaitu
terapi non-farmakologi yin yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus melalui yin yoga. Hasil penelitian ini dapat menjadi data
empiris dalam mengembangkan penelitian lebih lanjut terhadap upaya
meningkatkan perawatan diabetes mellitus yaitu terapi nonfarmakologi yin yoga
terhadap penurunan kadar gula darah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengembangkan intervensi keperawatan dan program penatalaksanaan diabetes
mellitus. Selain itu, sebagai perawat perlu melakukan pengkajian spesifik
mengenai diabetes mellitus khususnya kadar gula darah serta memberikan
intervensi keperawatan berupa yin yoga dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
khususnya penurunan kadar gula darah.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Diabetes Mellitus


1. Definisi Konsep Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus adalah kondisi kronis yang terjadi karena tubuh tidak
dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin, dan
diamati dari tingkat kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah hormon yang
dihasilkan oleh pankreas hal ini diperlukan sebagai transportasi glukosa dari
aliran darah masuk kedalam sel-sel tubuh yang mana digunakan sebagai energi.
Kekurangan atau ketidakefektifan insulin pada orang dengan Diabetes Melitus
berarti glukosanya masih beredar didalam darah. Seiring waktu kadar glukosa
didalam darah akan tinggi (hiperglikemia) menyebabkan banyak kerusakan
didalam tubuh, mengarah kepengembangan kompilkasi dan mengancam jiwa
Internasional Diabetes Federation (IDF, 2015).
Diabetes melitus ialah suatu penyakit yang dimana organ pankreas tidak
dapat memproduksi cukup insulin dan ketika organ tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya insulin World Health Organization (WHO.2016). Diabetes
Melitus adalah penyakit kronik yang menahun ditandai dengan adanya
hiperglikemia atau peningkatan kadar gula didalam darah akibat dari kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan kedua-duanya American Diabetes
Assosiation (ADA,2017).
Diabetes Melitus atau sering disebut sebagai penyakit kencing manis
merupakan penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin karena tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkan oleh pancreas. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar glukosa darah
merupakan efek yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus. Kadar glukosa
darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan
serius pada banyak system tubuh. Khususnya saraf dan pembuluh darah (World
Health Organization, 2019).
11

Table 2.2 Kadar Gula Darah Sewaktu


Kadar Glukosa Indikasi
<100mg/dL Normal

100-199mg/dL Pre-Diabetes
≥ 200mg/dL Diabetes
(Sumber: PERKENI, 2010)

2. Klasifikasi
Berdasarkan etiologi, diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat
tipe, yaitu (Perkeni, 2011):
a. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh destruksi sel beta, umumnya menjurus
pada defisiensi insulin absolut, dapat terjadi karena autoimun atau idiopatik.
b. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin, defesiensi insulin
relatif, serta defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
c. Diabetes melitus tipe lain yang antara lain disebabkan oleh defek genetic kerja
insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, pengaruh obat dan zat
kimia, infeksi, sebab imonologi yang jarang, dan sindrom genetic lain yang
berkaitan dengan diabetes melitus.
d. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional akan terjadi hyperglikemia selama kehamilan dengan
gula darah normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes melitus pada
umumnya. Pada Perempuan dengan diabetes mellitus saat kehamilan sangat
berisiko mengalami komplikasi selama masa kehamilan. Wanita dengan
diabetes tipe ini memiliki risiko tinggi mengalami diabetes mellitus tipe 2
dikemudian hari. Gestational diabetes lebih baik didiagnosa dengan
pemeriksaan saat prenatal karena lebih akurat dibandingkan dengan keluhan
langsung yang dirasakan klien (Arisman, 2011).
12

3. Etiologi
Penyebab diabetes melitus diantaranya dalah factor genetic, resistensi
insulin, dan faktor lingkungan. Selain itu terdapat faktor-faktor pencetus diabetes
diantaranya obesitas, kurang gerak, olah raga, makanan berlebihan dan penyakit
hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin (Suryono & Subekti, 2019).

4. Manifestasi Klinis
Gejala diabetes melitus berdasarkan Trias diabetes melitus adalah poliuri
(urinasi yang sering), polifafi (meningkatkan hasrat untuk makan) dan polidipsi
(banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan. Saat kadar gula
meningkat dan melebihi ambang batas ginjal maka glukosa yang berlebihan ini
akan dikeluarkan (disekresikan). Untuk mengeluarkan gula melalui ginjal
dibutuhkan banyak air. Hal ini yang disebabkan penderita sering kencing dan
tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) sehingga timbul rasa haus yang
menyebabkan banyak minum (polidipsi). Pasien juga mengalami hasrat untuk
makan yang meningkat (polifagi) akibat katabolisme yang dicetuskan oleh
defesiensi insulin dan pemecahan protein serta lemak. Karena glukosa hilang
bersamaan urin, maka pasien mengalami gejala lain seperti keletihan, kelemahan,
tiba-tiba terjadi perubahan, kebas pada tangan atau kaki, kulit kering, luka yang
sulit sembuh, dan sering muncul infeksi (Murwani, 2013).
Diabetes Melitus sering muncul tanpa adanya tanda gejala klinis yang
mencurigakan, bahkan kebanyakan orang tidak merasakan adanya gejala
tersebut. Akibatnya, kebanyakan penderita baru mengetahui menderita penyakit
diabetes setelah timbulnya komplikasi. Gejala-gejala yang dapat dijumpai adalah
poliuria (sering kencing), polidipsia (sering merasa kehausan), dan polifagia
(sering merasa lapar). Gejala awal tersebut berhubungan dengan efek langsung
dari kadar gula darah yang tinggi, Jika kadar gula didalam darah lebih tinggi dari
normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Ginjal akan menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan sehingga penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria) karena itu penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga
13

banyak minum (polidipsia). Selain itu, penderita akan mengalami penurunan


berat badan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Untuk
menggantikan yang hilang, penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa
sehingga banyak makan (polifagia) (Krisnatuti dkk, 2014).

5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, makanan masuk ke lambung. Karbohidrat, protein,
lemak. Karbohidrat diubah menjadi monosakarida, masuk kedalam saluran darah
menuju sel β- pankreas dengan bantuan reseptor (insulin), jika insulin cukup
maka akan masuk kedalam pankreas dan akan menjadi energy sehingga semua
proses tersebut akan terganggu seperti glukosa di dalam darah tidak dapat masuk
kedalam sel, sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan
lemak (Dipiro, 2014).
Gambar 2. 1 Produksi dan aksi Insulin

Sumber : IDF,2015

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya


defisiensi (kekurangan) insulin secara relatif maupun absoult. Defisiensi insulin
dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (Fatimah, 2015):
a. Rusaknya sel-sel beta pancreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia,
dan lain-lain).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankrean
14

c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.


d. Patofisiologi diabetes tipe 1

Pada diabetes melitus tipe 1, sistem imunitas menyerang dan


menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2015).
Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan
ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014).
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK)
tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan
kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya
penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu.
Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya
kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena
itu diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin
yang menggunakan obat oral.

Tabel 2.1

Perbedaan Diabetes Melitus Tipe I dan Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Melitus Diabetes Melitus


Tipe I Tipe II
Umumnya terjadi
pada masa anak- Terjadi pada usia
Mula muncul anak dan remaja, tua, umumnya
walaupun ada lebih dari 40
juga pada masa tahun

dewasa
kurang dari 40 tahun
Keadaan klinis
Berat Ringan
saat diagnosis
15

Kadar insulin darah Rendah, tidak ada Cukup tinggi, normal

Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal

Pengelolaan Terapi insulin, diet, Diet, olahraga,


yang olahraga hipoglikemik oral
disarankan
(Pharmaceutical care, 2015)

6. Komplikasi
Diabetes Melitus yang tidak terkendali dan tidak di obati dengan baik akan
menjadi penyakit kronis dan menyebabkan komplikasi. Komplikasi Diabetes
dapat di cegah dengan cara mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah dan
kadar olesterol dengan normal. Banyak komplikasi dapat diangkat pada tahap
awal dengan program penyaringan yang memungkinkan pengobatan untuk
mencegahnya menjadi lebih serius. Komplikasi DM dibagi menjadi yaitu
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler ialah kerusakan
pada system syaraf, kerusakan di ginjal, dan kerusakan pada mata. Sedangkan
komplikasi karovaskuler yaitu penyakit jantung, stroke, pembuluh darah periver
(PERKENI,2011).
Sedangkan menurut International Diabetes Federation 2015 menyatakan
ada beberapa komplikasi yang akan terjadi pada penderita diabetes, diantaranya:
a. Penyakit mata atau gangguan penglihatan
Banyak penderita diabetes mengembangkan beberapa bentuk penyakit
mata (retinopathy), yang bisa merusak penglihatan atau memprovokasi
kebutaan. Tingkat glukosa darah yang terus-menerus tinggi merupakan
penyebab utama retinopati. Jaringan pembuluh darah yang memasok retina
bisa menjadi rusak dalam retinopati, yang menyebabkan hilangnya
penglihatan permanen. Retinopati bagaimanapun, dapat menjadi sangat maju
sebelum mempengaruhi penglihatan, dan oleh karena itu penting bahwa
penderita diabetes memiliki pemeriksaan mata secara teratur. Jika terdeteksi
16

dini, pengobatan bisa diberikan untuk mencegah kebutaan. Menjaga kontrol


glukosa darah yang baik sangat mengurangi risiko retinopati.
b. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab paling umum kematian dan
kecacatan di antara penderita diabetes. Penyakit kardiovaskular yang
menyertai diabetes meliputi angina, infark miokard (serangan jantung), stroke,
penyakit arteri perifer dan gagal jantung kongestif. Tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, glukosa darah tinggi dan faktor risiko lainnya berkontribusi
terhadap peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular.
c. Komplikasi kehamilan
Wanita dengan jenis diabetes berisiko mengalami sejumlah komplikasi
selama kehamilan, karena kadar glukosa yang tinggi dapat mempengaruhi
perkembangan janin. Wanita dengan diabetes memerlukan pemantauan hati-
hati sebelum dan selama kehamilan untuk meminimalkan risiko komplikasi
ini. Glukosa darah tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan perubahan
pada janin yang menyebabkannya mendapatkan ukuran dan berat berlebih.
Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan masalah saat melahirkan, luka
pada anak dan ibu, dan glukosa darah rendah (hipoglikemia) pada anak setelah
lahir. Anak-anak yang terpapar glukosa darah tinggi di rahim berisiko tinggi
terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.

7. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan pengelolaan Diabetes Melitus, ada lima pilar yang
harus dilakukan dengan tepat pada hasil Konsensus PERKENI tahun 2015 yaitu
meliputi:
a. Edukasi kesehatan Diabetes Melitus
Edukasi Diabetes Melitus ialah pendidikan dan latihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan prilaku dalam pengelolaan yang diberikan
kepada setiap pasien dengan Diabetes Melitus. Pelaksanaan edukasi kesehatan
Diabetes Melitus di Indonesia dilaksanakan secara terintegrasi, dengan
melibatkan semua elemen masyarakat. Keikutsertaan masyarakat dalam
17

program edukasi kesehatan adalah bentuk kemitraan dan mpemberdayaan


lokalitas dalam menyesuaikan masalah di kesehatan. Pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan di masing-masing kelompok masyarakat.
Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi pada
klie, keluarga, dan masyarakat dengan didampingi oleh tim kesehatan agar
tujuan tercapai dalam keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi.
Perubahan Perilaku memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,
dokumentas, serta evaluasi yang mencakup pendidikan dan pelatihan yang
diberikan terhadap klien dengan tujuan perubahan prilaku, adanya
pemahaman klien terhadap kesehatan yang maksimal dan kualitas hidup yang
meningkat (PERKENI,2015).
b. Terapi Obat-Obatan
Terapi obat-obatan diberikan bersama dengan pola pengaturan makanan
dan olahraga. Terapi farmakologis terdiri dari obat hipoglikemik oral dan
injeksi insulin. Pemberian obat oral atau dengan injeksi dapat membantu
pemakaian gula dalam tubuh penderita diabetes. Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) termasuk Golongan sulfonilurea yang dapat menurunkan kadar gula
darah secara adekuat pada klien DM 2 dengan cara merangsang pelepasan
insulin di pankreas dan meningkatkan efektivitasnya, tetapi tidak efektif jika
diberikan pada klien DM tipe1. Contohnya adalah glipizid, gliburid,
tolbutamid dan klorpropamid. Obat lainnya seperti metformin,memang tidak
mempengaruhi pelepasan insulin tapi dapat meningkatkan respon tubuh
terhadap insulinnya sendiri(PERKENI, 2015).
Injeksi Insulin Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan
obat hipoglikemik oral gagal untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien
diabetes. Pada pasien dengan diabetes tipe-1, pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian
insulin hanya dapat dilakukan dengan cara suntikan tidak bias oral karena
didalam tubuh, insulin akan dihancurkan dilambung sehingga tidak dapat
diberikan peroral. Ada lima jenis insulin dapat digunakan pada pasien dengan
18

diabetes mellitus berdasarkan pada panjang kerjanya. Ada Insulin Kerja


Cepat, Kerja Pendek, Kerja Menengah, Kerja Panjang, dan Campuran.
(PERKENI, 2015).
c. Pemantauan kadar glukosa darah dan HbAIc
Pasien Diabetes melitus harus di pantau secara menyeluruh dan teratur.
Pemeriksaan pada dasarnya untuk memantau apakah dosis pengobatan sudah
cukup baik dan apakah target pengobatan yang diberikan sudah tercapai.
Pemeriksaan tersebut seperti pemeriksaan glukosa, pemeriksaan HbA1C, dan
beberapa pemeriksaan lain.
d. Manajemen Diet
Terapi pada nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan
Diabetes Melitus secara total. Pengaturan makanan penyandang diabetes
hampir yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori
serta zat gizi pada masing-masing individu. Pada penyandang DM harus
adanya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis makanan dan jumlah
makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa atau
menggunakan insulin. Diet pasien diabetes melitus yang utama adalah
pembatasan karbohidrat kompleks dan lemak serta peningkatan asupan serat.
Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut: (PERKENI, 2015)
1) Protein : 10 – 20 % total asupan energi
2) Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energi
3) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh melebihi 30% total
asupan energi
4) Natrium : < 2300 mg perhari
5) Serat : 20 – 35 gram/hari

e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik ialah suatu gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka
yang memerlukan adanya energi. Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga
merupakan salah satu faktor risiko untuk penyakit kronis dan secara
19

keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2013).


Meita dalam bukunya Silent Killer Deseases mengatakan cara untuk
menurunkan kadar gula darah, yaitu dengan melakukan aktivitas fisik, seperti
berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk
menghasilkan energi (Shanty, 2011). Olahraga merupakan bagian dari
aktifitas fisik. Manfaat aktivitas fisik ialah untuk meminimalkan komplikasi
Diabetes Melitus terhadap komplikasi makrovaskuler and mikrovaskuler.
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar pengendalian pencegahan diabetes
melitus, Pencegahan Diabetes Melitus menunjukan bahwa setidaknya seratus
lima puluh menit (150 menit) dalam perminggu latihan fisik yang moderat
sebagai bagian intervensi gaya hidup secara nyata dan dapat menurunkan
perkembangan Diabetes Melitus tipe 2 (Gordon,2016).

B. Tinjauan Konsep Teori Selfcare Dorothea Orem


1. Definisi Konsep Teori Selfcare
Teori keperawatan selfcare dikemukakan oleh Dorothea E.Orem pada
tahun 1971dan dikenal dengan teori Self Care Deficit Nursing (SCDNT)
(Delaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagai grand teori mempunyai
komponen teori yaitu teori selfcare, teori selfcare deficit, dan teori nursing
system. Selfcare merupakan konsep yang sangat penting dalam mengukur
kemampuan seseorang serta tingkat kemandirian yang harus dicapai oleh pasien
(Orem, 1995). Selfcare merupakan perilaku yang dipelajari dan merupakan suatu
tindakan sebagai respon atau suatu kebutuhan (Delaune & Ladner, 2002). Teori
selfcare Orem merupakan model keperawatan yang tepat diterapkan pada area
perioperatif, rentang usia yang lebih luas (dari bayi sampai lansia). Peran perawat
dalam aplikasi teori selfcare Orem adalah membantu meningkatkan kemampuan
pasien untuk mandiri pada area klinis yang akan meningkatkan kualitas hidup
saat pasien berada pada area komunitas (Nursalam, 2014) (Wirnasari A
Tumanggor, 2019).
20

2. Deskripsi Konsep Teori Selfcare


a. Manusia
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsinya secara biologis
simbolik dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan
asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan udara, air,
makanan, eliminasi, kegitan dan istirahat, interaksi sosial, pencegahan
terhadap bahaya kehidupan, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Lingkungan/Masyarakat
lingkungan disekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan
intraktif.
c. Sehat/Kesehatan
Suatu keadaan yang didirikan oleh keutuhan struktur manusia yang
berkembang secara fisik dan jiwa yang ,meliputi aspek fisik, psikologik,
interpersonal, dan sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang
kondisi persepsi individu terhadap keberadaanya. Kesejahteraan merupakan
suatu keadaan yang dicirikan oleh pengalaman yang menyenangkan dan
berbagai bentuk kebahagian lain, pengalaman spiritual gerakan untuk
memenuhi ideal diri dan melalui personalisasi berkesinambungan.
Kesejahteraan berhubungan dengan kesehatan, keberhasilan dalam berusaha
dan sumber yang memadai.
d. Keperawatan
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ktergantungan
sepenuhnya atau sebagian, ketika mereka tidak lagi mampu merawat dirinya.
Keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja, suatu
fungsi yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan serta tindakan
yang meluluhkan kondisi secara manusiawi.
21

3. Teori-Teori Selfcare
Pandangan teori menurut Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan
mandiri serta mengatur kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem
mengembangkan dua bentuk teori selfcare, yaitu
a. Perawatan Diri Sendiri
1) Selfcare merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan, serta kesejahtraan.
2) Selfcare agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Therapeutic selfcare demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan
dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat
b. Selfcare Deficit
Selfcare deficit merupakan bagian penting dalam keperawatan secara
umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawat
dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau
terbatas untuk melakukan selfcare deficit, dapat diterapkan pada anak yang
belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya
perkiraan penurunan kemmpuan dalam perawatan dan tuntutan dalam
peningkatan selfcare, baik secara kualitas dan kuantitas. Dalam pemenuhan
keperawatan diri sendiri atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing
orang lain, memberi support, meningkatkan pengembagan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mangajarkan atau mendidik pada orang lain.
22

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Teori Selfcare Dorothe Orem Dengan


Diabetes Mellitus
selfcare yang dilakukan pada pasien diabetes melitus meliputi pengaturan
pola makan (diet), pemantauan kadar gula darah, terapi obat, perawatan kaki,
dan latihan fisik (olah raga) Chaidir et all (2017).
a. Pengaturan pola makan bertujuan untuk mengontrol metabolik sehingga kadar
gula darah dapat dipertahankan dengan normal.
b. Pemantauan kadar gula darah bertujuan untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan sudah efektif atau belum.
c. Terapi obat bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi.
d. Perawatan kaki bertujuan untuk mencegah terjadinya kaki diabetik.
e. Latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas reseptor insulin
sehingga dapat beraktivitas dengan baik

C. Tinjauan Konsep Kadar Gula Darah


1. Definisi Konsep Kadar Gula Darah
Kadar gula darah merupakan jumalh kandungan glukosa di dalam plasma
darah (Dorland, 2010). Pada penyakit ini, gula tidak siap untuk dikonversikan
masuk ke dalam sel, sehingga terjadi peningkatan KGD sebagai hasil bahwa
glukosa tetap berada di dalam pembuluh darah (Sherwood, 2011). Kadar gula
darah merupakan suatu peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Konsentrasi
gula di dalam darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat didalam
tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk
sel-sel di dalam tubuh tubuh (Wikipedia, 2012).
Gula darah terdiri dari beberapa peningkatan pada glukosa, fruktosa dan
galaktosa. Glukosa adalah monosakarida yang paling dominan, sedangkan
Fruktosa akan meningkat pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan
meningkat pada saat hamil dan dilaktasi. Sebagian besar karbohidrat yang dapat
dicerna di dalam makanan akan membentuk glukosa, yang kemudia akan
23

dialirkan ke dalam aliran darah dan gula lain akan dirubah menjadi glukosa di
hati (Kasengke,2015).

2. Faktor-Faktor Kadar Gula Darah


Menurut American Diabetes Association (2015) Faktor yang
mempengaruhi kadar glukosa darah yaitu sebagai berikut:
a. Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu bahan makanan utama yang diperlukan
oleh tubuh. Pada karbohidrat yang dikonsumsi sebagian besar terdapat dalam
bentuk polisakarida yang tidak dapat diserap secara langsung. Oleh sebab itu,
karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat
diserap melalui mukosa saluran pencernaan. Karbohidrat akan diserap ke
dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Sedangkan Jenis gula
lainnya akan diubah oleh hati menjadi glukosa.
b. Aktivitas Fisik
Aktifitas fisik mempengaruhi kadar glukosa darah. Ketika tubuh
beraktivitas dalam tensi tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut
meningkat. Sedangkan apabila tubuh tidak dapat menggunakan kebutuhan
glukosa yang tinggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa
tubuh akan menjadi terlalu rendah (Hypoglikemia). Sebaliknya, jika kadar
gula melebihi kemampuan tubuh untuk disimpan dan disertai dengan aktifitas
fisik yang jarang dilakukan, maka akan menyebabkan kadar glukosa darah
menjadi lebih tinggi dari normal (Hyperglikemia).
c. Stress
Stress yang baik secara fisik maupun secara neurogenik, dapat
merangsang pelepasan pada ACTH (adrenocorticotropic hormone) dari
kelenjar hipofisis di anterior. Selanjutnya, ACTH dapat merangsang suatu
kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol.
Kemudian Hormon kortisol tersebut akan menyebabkan peningkatan kadar
glukosa dalam darah.
24

d. Penggunaan Obat
Suatu pengobatan pada obat dapat mempengaruhi glukosa, diantaranya
ialah pengobatan obat antipsikotik dan steroid. Obat antipsikotik atpikal
mempunyai efek simpang pada saat proses metabolisme. Sedangkan
pengobatan klozapin atau olanzapine sering kali dihubungkan dengan suatu
kenaikan berat badan maka dari itu pemantauan pada asupan karbohidrat
sangat diperlukan. Penggunaan obat antipsikotik juga dihubungkan dengan
adanya kejadian hiperglikemia meskipun mekanisme masih belum diketahui.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya penambahan berat badan
akibat terjadinya retensi insulin.

3. Penurunan Kadar Gula Darah (Hypoglikemik)


Hipoglikemia ialah suatu keadaan dimanaa kadar gula darah di dalam
darah berada di bawah normal, terjadi disebabkan ketidakseimbangan antara
asupan makanan yang dimakan, aktivitas fisikserta obat-obatan yang digunakan.
Penurunan kadar gula darah ditandai dengan ciri-ciri sering merasa
pusing,gemetar, berkeringat dingin, lemas, pandangan menjadi kabur dan gelap,
detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia).
Menurut Kartasapoerta (2010), kadar glukosa atau gula pada darah dapat
menurun karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1) Karena pengaruh kurangnya gizi yang diperoleh tubuh dalam waktu yang
cukup lama.
2) Disebabkan tubuh menjalani beban latihan yang terlalu berat.
3) Berlangsungnya absorbs glukosa yang tidak lancar (buruk).
4) Kegiatan organ hati yang mengalami gangguan (adanya
kerusakan).
25

4. Peningkatan Kadar Gula Darah (Hyperglikemik)


Hiperglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah
melonjak tinggi atau lebih dari batas normal, yang diakhirnya akan menjadi
penyakit Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat organ
tubuh merasa kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di
dalam aliran darah dan susah untuk menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya
disebabkan karena stres, infeksi, kurangnya olahraga dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan sering merasa haus, lapar, dan merasa
ingin BAK serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur (Nabyl,2010).
Peningkatan Kadar gula darah jika tidak dapat dikontrol secara terus menerus
maka akan berkembang menjadi penyakit Diabetes Melitus dan merupakan suatu
faktor risiko untuk penyakit metabolik lainnya. Rata-rata pada usia 20-30 tahun
dengan IMT ≥ 23 kg/ mempunyai kadar gula darah sesaat normal
(Kasengke,2015).

D. Tinjauan konsep Yin Yoga


1. Definisi Konsep Yin Yoga
Yoga merupakan sebuah gaya hidup, suatu sistem pendidikan yang
terpadu antara tubuh (body), pikiran (mind), dan jiwa (soul) (Ridwan,2010). Kata
“yoga” berasal dari Sansekerta yang berarti “penyatuan”. Penyatuan dalam hal
ini biasa berarti menyatukan tiga hal yang penting dalam yoga, yaitu latihan fisik
(peregangan), pernafasan dan meditasi (Jain,2011). kegiatan yoga merupakan
bagian dari latihan fisik yang bisa dilakukan oleh wanita dan pria di segala usia
yaitu usia anak-anak, remaja, dewasa, lansia yang berumur diatas 50 tahun serta
senam ini hanya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan peralatan berat
saat senam yoga serta memiliki efek samping yang sedikit. (Widya 2017).
Selain itu, didalam gerakan senam yoga mencakup gerakan latihan
aerobik, kekuatan otot maupun keseimbangan yang sesuai dengan jenis pada
latihan fisik yang direkomendasikan pada penderita Diabetes tipe 2 (Carulli, et al
2011). Gerakan senam yoga dapat membakar kelebihan glukosa di dalam tubuh.
Rangkaian gerakan yoga untuk diabetes melitus dibagi menjadi tiga yaitu
26

pemanasan, latihan inti,peregangan. Didalam yoga pasien akan dilatih melakukan


pelatihan pernafasan (pranayama) kita bisa mendapatkan penyuplai oksigen
keseluruh organ terutama ke otak (Widya 2015) (Leni Merdawati, Dkk, 2018).
Yoga adalah sebuah gaya hidup, suatu sistem pendidikan yang terpadu
antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Yoga berasal dari kata yoga, dari Bahasa
Sansekerta yang berarti kuk atau “penyatuan”. Penyatuan dalam hal ini bias
berarti menyatukan tiga hal yang penting dalam yoga, yaitu latihan fisik,
pernafasan dan meditasi. Beberapa manfaat umum yang dapat diperoleh jika
melakukan yoga adalah meningkatkan kekuatan, meningkatkan kelenturan,
melatih keseimbangan, mengurangi nyeri, melatih pernafasan, melancarkan
fungsi organ, ketenangan batin, mengurangi depresi dan stress, menyiagakan
tubuh, serta meningkatkan konsentrasi dan kecerdasan (Setta, 2012) (Leni
Merdawati, Dkk, 2018).
Yin yoga adalah jenis yoga bergaya santai dan pasif dengan melakukan
berbagai pose dalam waktu yang lebih lama untuk meningkatkan kesadaran batin
Anda. Ini juga meliputi memperhatikan napas, pikiran, dan sensasi pada tubuh
Anda.
Dari sekian yoga saya menerapkan yin yoga karena, yin yoga Tindakan
yang bergaya santai dan juga pasif dibanding jenis yoga yang lainnya dan dapat
dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

2. Manfaat Yin Yoga


Menurut Hicks (2013), manfaat senam yoga adalah sebagai berikut:
a. Fleksibilitas
Pada gerakan inti merupakan salah satu bagian dari aliran yoga yang
mempunyai peran untuk melepaskan asam laktat. Sehingga dapat
menghilangkan kekakuan dan ketegangan pada anggota tubuh yang memang
ditimbulkan oleh asam laktat.
b. Kekuatan
Berbagai gaya di dalam latihan yoga yang berfungsi sebagai latihan
kekuatan yang berfungsi untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas. Dan
27

beberapa gerakan yoga lainnya jika dilakukan secara benar akan menguatkan
otot-otot hamstring dan abdominal.

c. Postur
Seseorang yang melakukan yoga secara teratur akan memiliki postur
tubuh yang lebih baik, akibatnya dari adanya peningkatan fleksibilitas dan
kekuatan.
d. Perbaikan Sirkulasi
Pose-pose yoga akan memperbaiki sirkulasi darah,kelenjar getah bening
pada seluruh tubuh serta tekanan dari abdomen terdapat diafragma yang dapat
melatih otot-otot diafragma dan jantung. Selain itu dapat meningkatkan
kualitas tidur karena terjadi proses relaksasi pada pose istirahat atai rilex
sehingga pada system saraf simpatik membuat respon relaksasi untuk masuk.
e. Mengurangi Stress
Selain karena efek relaksasi, orang yang melakukan yoga kan mengalami
penurunan kadar ketokolamin yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal karna
adanya kadar ketokolamin dalam menanggapi stress. Ketokolamin merupakan
hormone yang dihasilkan saat seseorang mengalami stress.

3. Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah


Berlatih yoga sudah lama diketahui sangat bermanfaat untuk kesehatan,
baik mental maupun fisik. Manfaat ini juga tak luput dapat dirasakan oleh
diabetesi. Bahkan, sebuah artikel di Indian Journal of Endocrinology and
Metabolism menyatakan bahwa yoga dinyatakan sebagai terapi yang efektif
untuk mengendalikan gejala-gejala diabetes (Novita, 2019).
Banyak manfaat kesehatan yang bisa didapat dari rajin beryoga. Pada
dasarnya, yoga adalah latihan yang menggabungkan kerja fisik, Teknik
pernapasan, relaksasi, serta menyelaraskan tubuh, mental, dan holistik kita.
Selama yoga, pikiran kita pun akan berhenti sejenak agar tetap fokus dan tenang
untuk melihat gambaran besar dari masalah kita sebenarnya. Ini membuat kita
28

lebih mampu mawas diri dan bertindak atas dasar kesadaran penuh, bukannya
kepanikan semu.

Pengaruh positif yoga terhadap penderita diabetes melitus telah banyak


dijadikan bahan kajian ilmiah. Untuk melihat hubungannya, kita harus
memahami mekanisme penyakit tersebut. Diabetes melitus merupakan kondisi
dimana terdapat kandungan glukosa yang berlebihan dalam darah akibat
terganggunya fungsi sekresi dari zat yang disebut insulin, yang penting untuk
mengatur kadar glukosa dalam darah. Insulin secara alami dihasilkan oleh
pankreas, dan melakukan yoga secara teratur dapat membantu meningkatkan
kadar insulin, terutama jika pose-pose yoga yang dilakukan mengakibatkan
pankreas teregang serta terstimulasi sehingga menghasilkan lebih banyak insulin.
Selain itu, hormon stres dipercaya dapat meningkatkan sekresi glukagon dalam
darah, dan manfaat pereda stres dari yoga berguna untuk mengurangi sekresi
tersebut.

4. Gerakan Yin Yoga


a. Posisi Berkaki Lebar (Bhalasana)

Fokus bagian: tulang belakang, pinggul, dan paha bagian dalam.


Manfaat: mengisi energi Anda kembali sambil membantu Anda merasa lebih
terhubung dengan bumi.
Alat peraga: bantal atau guling.
Cara melakukannya:
29

Letakkan bantal atau guling di bawah dahi, dada, atau pinggul Anda.
Mulai pose dengan tangan dan lutut Anda. Buat jempol kedua kaki Anda
saling bersentuhan dan tarik lutut ke sisi samping. Turunkan pinggul ke arah
kaki Anda dan panjangkan tubuh Anda di sepanjang lantai. Jangkau lengan
Anda ke depan.Lalu, tarik napas dalam-dalam, biarkan diri Anda tenggelam
lebih dalam dengan setiap napas.Pertahankan pose ini hingga 5 menit.
b. Posisi Merpati (Eka Pada Rajakapotasana)

Fokus bagian: pinggul, punggung bawah, dan sistem pencernaan.


Manfaat: meredakan ketegangan, serta meningkatkan fleksibilitas, mobilitas,
dan relaksasi.
Alat peraga: bantal.
Cara melakukannya:
Tempatkan bantal di bawah tubuh atau pinggul depan Anda. Hindari jatuh
ke pinggul depan Anda. Untuk menjaga keselarasan, tarik pinggul belakang
Anda sedikit ke depan dan pinggul depan Anda sedikit ke belakang. Untuk
memperdalam peregangan, posisikan kaki depan Anda lebih dekat ke bagian
depan matras Anda. Untuk mengurangi intensitas, posisikan kaki depan Anda
lebih dekat ke pinggul Anda. Mulai pose dengan tangan dan lutut Anda. Bawa
lutut kiri ke pergelangan tangan kiri dan turunkan tulang kering Anda ke
matras. Jaga agar pinggul kiri Anda terangkat dan naik ke jari-jari kaki kanan
Anda, lalu beringsut ke depan atau ke belakang sampai pinggul Anda berada
dalam posisi yang nyaman. Kemudian, turunkan pinggul kiri Anda. Letakkan
30

kaki kanan Anda di sepanjang lantai dengan jari-jari kaki menghadap lurus ke
belakang. Letakkan tangan Anda di bawah bahu dengan siku sedikit ditekuk.
Lalu, rentangkan tulang belakang Anda dan ambil 5 kali napas dalam-dalam.
Perlahan-lahan, gerakkan tangan Anda ke depan sambil menurunkan tubuh
dan dahi Anda ke lantai. Pertahankan pose ini hingga 5 menit, lalu ulangi di
sisi yang berlawanan.
c. Posisi Ikan Yang Mendukung (Matsayana)

Fokus bagian: punggung, inti, dan fleksor pinggul.


Manfaat: Meningkatkan fleksibilitas. Merangsang chakra tenggorokan yang
berhubungan dengan komunikasi. Membuka hati yang berhubungan dengan
cinta, emosi, dan kasih sayang. Membantu menanamkan rasa gembira dan
meringankan perasaan yang berhubungan dengan patah hati, seperti kesedihan
atau depresi.
Alat peraga: yoga block dan bantal.
Cara melakukannya:
Ambil posisi duduk dengan kaki terentang ke depan. Gunakan bantal dan yoga
block sebagai penyangga miring mulai dari pangkal tulang belakang Anda.
Lalu, bersandarlah dengan lembut pada penyangga tersebut. Biarkan kepala
Anda miring ke belakang atau gunakan penyangga untuk menopang leher
Anda dalam posisi netral. Pertahankan pose ini hingga 5 menit.
31

E. Hasil Penelitian Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Pada Pasien Diabetes Mellitus
Hasil Penelitian Leni Merdawato, dkk yang berjudul “Pengaruh Latihan Yoga
terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2” dari hasil statistic
standar deviasi 56,735 mg / dl, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 256,85 mg
/ dl dengan deviasi standart 34,04 mg / dl. Ada perbedaan glukosa darah yang sangat
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,000).
Hasil Penelitian Ni Nyoman, dkk yang berjudul “Penambahan Senam Yoga
Efektif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 Yang Memakai Oad Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Tk Ii Udayana” dari hasil
statistic Hasil analisis uji t – paired di peroleh nilai p = 0,000 (p<0.05) menunjukan
ada perbedaan pengaruh kadar glukosa darah yang signifikan pada kelompok I
(Senam Yoga).
Hasil analisis uji T (Paired Sample) di peroleh p = 0,006 < 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh Senam Yoga terhadap Perubahan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Cakra Negara
diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi motivator bagi penderita
Diabetes Mellitus melakukan senam yoga untuk mengrol kadar gula darah dan
mencegah komplikasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fatia (2012) dengan judul
“Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam
RSUP M. Djamil Padang”. Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan rata-rata
kadar gula darah dengan senam aerobik adalah 32 mg/dl dan penurunan rata-rata
dengan yoga adalah 47,7 mg/dl. Hasil uji statistik kelompok eksperimen dan
pembanding didapatkan nilai p=0,038 (p<0,05) yang berarti dapat menurunkan
kadar gula darah pada pasien DM tipe II. Di sarankan untuk melakukan yoga sebagai
salah satu olahraga yang dapat menurunkan kadar gula pada pasien DM tipe II.
32

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratika Yuzallia, Dkk.(2021) Dengan


Judul “Efektivitas Waktu Pelaksanaan Yoga Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang” Hasil Penelitian Ini Menunjukan rerata
kadar glukosa darah puasa pada kelompok intervensi sesi pagi berbeda dengan
kelompok intervensi sesi sore. terdapat perbedaan rerata tingkat stress pada
kelompok sesi pagi dan sore sesudah intervensi. Hasil uji Man-Withney diperoleh
terapi yoga efektif dalam mengurangi kadar glukosa darah dan tingkat stress pada
pasien DM tipe 2, namun lebih signifikan penurunan pada sesi pagi dibanding sore.
Terapi yoga direkomendasikan sebagai salah satu penatalaksanaan untuk perawatan
promotif pasien DM Tipe 2 di rumah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jie Cui1,2 (Dkk) (2017), dengan
judul “Effects of yoga in adults with type 2 diabetes mellitus: A meta-analysis” Hasil
Penelitian Ini Menunjukan Perbedaan rata-rata tertimbang yang dikumpulkan adalah
-23,72 mg/dL (95%) CI - 37,78 hingga -9,65; P = 0,001 = 82% untuk glukosa darah
puasa. Bukti yang ada menunjukkan bahwa yoga bermanfaat bagi pasien dewasa
dengan diabetes melitus tipe 2.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Subhash Manikappa Chimkode1,
Sendil D. Kumaran2, V.V. Kanhere3, Ragunatha Shivanna4, dengan judul “Effect
of Yoga on Blood Glucose Levels in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus”.
Penelitian Ini Menunjukan Distribusi usia, tinggi rata-rata dan berat rata-rata di
antara kedua kelompok sebanding. Penurunan nilai rata-rata FBS dan PPBS pada
akhir enam bulan sangat signifikan (p 0,05) pada kelompok kontrol. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa yoga efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada
pasien DMT2.
Berdasarkan Penelitian Praveen Angadi, Aarti Jagannathan1 , Arun Thulasi2 ,
Vinod Kumar3 , Umamaheshwar K4 dengan judul “Adherence to yoga and its
resultant effects on blood glucose in Type 2 diabetes: A community-based follow-up
study” Penelitian Ini Menunjukan Kepatuhan terhadap yoga di komunitas di
Bangalore adalah sekitar 50% selama 6 bulan. Peserta yang menyelesaikan program
yoga memiliki HbA1c yang jauh lebih rendah (akhir bulan ke -3 ). Pada akhir 6
33

bulan kepatuhan yoga secara signifikan berkorelasi negatif dengan FBS dan stres.
Selanjutnya ada kecenderungan mereka yang putus sekolah memiliki FBS yang
lebih tinggi, mengontrol asupan obat, tingkat stres dan pola diet (OR = 1,027, P =
0,07). Data kualitatif mengungkapkan bahwa sebagian besar peserta mengikuti dan
menyelesaikan program yoga untuk membantu penyembuhan diabetes mereka.
Peserta yang keluar dari program yoga memberikan alasan untuk bepergian,
kesehatan yang buruk dan peningkatan beban kerja di kantor, Kepatuhan terhadap
yoga berpengaruh terhadap parameter glukosa darah pada penderita diabetes. Oleh
karena itu, strategi untuk memotivasi peserta untuk menjalani 'praktik modifikasi
gaya hidup' termasuk memaksimalkan kepatuhan terhadap yoga harus menjadi
fokus untuk merasakan efek menguntungkan dari yoga.
34

F. Kerangka Teori

Teori Self Nursing


Diabetes Melitus Care System
Self Care

SelfCare Agency
Wholly
Penatalaksanaan
Compensatory
diabetes melitus
a. Pengetahua System
n tentang Tindakan dilakukan
Basic Conditioning manfaat oleh perawat
senam Yin
Factor: Usia, Jenis
Yoga
kelamin, Pendidikan, Partly
b. Kepatuhan
Lama menderita DM, melakukan Compensatory
Riwayat depresi. senam Yin System
Yoga secara
rutin Tindakan sebagian
Self Care Demand
dilakukan oleh
Melakukan Senam Yin
Yoga perawat dan

Self Care Requisit sebagian oleh


pasien
Latihan 1. Latihan Fisik
2. Perubahan kadar Supportive-
glukosa darah Education System
3. Tingkat depresi Tindakan mandiri
pasien melakukan
senam yin yoga

Bagan 2. 1
Kerangka Teori Pengaruh Senam Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Dirumah Sakit X Kabupaten Karawang
Sumber : Iridiastadi & Yassierli (2017), Supariasa, N, D, Bakri, & Fajar (2014),
Andini (2015).Sitepu (2013), Kuswana, S (2017), Agustin, M, P (2013)
35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian
Gula darah merupakan bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan di dalam
darah, dan bagi banyak organ tubuh gula darah adalah bahan bakar primer.
Kestabilan kadar gula harus tetap di jaga untuk mempertahankan fungsi tubuh agar
bekerja dengan sebaik-baiknya. Ketidak seimbangan kadar gula darah dapat memicu
berbagai jenis penyakit yang berbahaya. Penumpukan kadar gula dalam darah
merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit diabetes melitus. Kadar gula
darah yang tinggi dan tidak dapat terkontrol dalam jangka waktu yang lama pada
penderita diabetes melitus dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Pada diabetes
melitus, insulin yang tidak terkontrol meningkatkan konsentrasi gula dalam darah
dan juga ketidak mampuan tubuh dalam memproduksi insulin memperberat kondisi
tersebut, situasi ini dikenal sebagai hiperglikemia, sehingga kadar gula darah yang
tinggi akan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan
berbagai jaringan dan organ. Menurut American Diabetes Association bahwa
komplikasi dapat dicegah, ditunda dan diperlambat dengan mengendalikan kadara
gula darah. Pengelolaan diabetes melitus yang bertujuan untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam rentang normal, dapat dilakukan secara nonfarmalogis dan
farmakologis (Herwanto, 2016).
Yoga merupakan intervensi holistik yang menggabungkan postur tubuh (asanas),
teknik pernapasan (pranayamas), teknik meditasi (dhyana), dan irama (mantras)
untuk menyatukan antara tubuh dan pikiran. 7 Penelitian menunjukkan bahwa yoga
merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang efektif mengontrol kadar gula darah,
sehingga menjadi alternatif terapeutik sederhana dan ekonomis untuk pasien
obesitas.7 Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, yoga merupakan
olahraga aman dan efektif yang mempunyai beberapa manfaat bagi kesehatan,
diantaranya dalam pengontrolan berat badan dan pengontrolan glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus (Herwanto, 2016).
36

Yoga adalah suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body), pikiran (mind) dan
jiwa (soul). Yoga mengkombinasikan antara teknik bernapas, relaksasi dan meditasi
serta latihan peregangan, Yoga adalah keadaan pikiran atau state of mind. Tujuan
dari yoga adalah untuk menuju kepada pikiran yang tenang. Konsentrasi kepada
bagian tubuh akan lebih mudah apabila dapat dirasakan, setelah itu baru secara
perlahan akan masuk ke bagian pikiran (mind) (Jain, 2014).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah diambil dari sebagian kerangka
teori, agar penelitian ini lebih terarah sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, maka keranga konsep di rancang dengan skema
sebagai berikut :
Bagan 3. 1
Kerangka Konsep Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitu Di RSUD. Kabupaten Karawang

Variabel Dependen Variabel Independen

Kadar Gula Darah


(+)
Yin Yoga
Diabetes Kadar gula darah
mellitus
(-)
Kelompok
Kontrol Kadar gula darah
(+)
Kadar gula darah
(-)

B. Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuantitiatif dengan desain Eksperimen semu (quasy
experiment design), dengan rancangan pre-posttest with control design. Di dalam
design ini peneliti membagi dalam dua kelompok yaitu Kelompok 1 dan Kelompok
37

2. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita penyakit DM
Type 2.
Kegiatan ini, dilakukan pada kelompok intervensi yang melakukan yinyoga
dengan melihat pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan yinyoga
lalu diobservasi. responden diberikan pre-test berupa dilakukannya pengukuran gula
darah dengan menggunakan glukometer sebelum dilakukan yinyoga. Kemudian
responden melakukan yinyoga yang dipimpin oleh peneliti yang dibantu oleh
instruktur senam Untuk lebih jelasnya desain ini dapat dilihat pada bagan 3.2

Pretest Perlakuan Posttest


01 - 02
03 X 04
Bagan 3.2 One Group Pretest-Posttest Design

Dalam penelitian eksperimen sering digunakan symbol atau lambing-lambang


sebagai berikut:
01= Kelompok kontrol sebelum dilakukan treatment
02= Kelompok kontrol yang tidak beri treatment
03= kelompok eksperimen sebelum dilakukan intervensi
04= kelompok eksperimen sesudah dilakukan intervensi
X= Perlakuan (Eksperimen)

C. Variabel Penelitian
Variabel dapat di definisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang
mempunyai “variasi” antara satu objek dengan objek yang lain. Adapun definisi
variabel lainya. Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga dapat diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
38

Dilihat dari pernyataan diatas maka variabel yang ada dipenelitian ini adalah:
1. Variabel Independent
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat), variabel ini disebut bebas artinya variabel yang bebas
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Kadar Gula Darah.
2. Variabel Dependent
Merupakan variabel yang dipengaruhi menjadi akibat karena variabel
bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Yin Yoga.

D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono, (2017) : hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
1. Ha: Ada Pengaruh Yin yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah kabupaten karawang.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan dan mengembangan instrument
(alat ukur). Atau pengertian variabel – variabel yang diamati atau diteliti.
Tabel 3. 1: Definisi operasional
No. Variabel Definisi Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
konseptual operasional ukur

1 (Variabel Yoga Aktivitas yang SOP - -


dependen) merupakan dilakukan Senam Yin

intervensi secara teratur Yoga Yang


Yin Yoga dengan Teknik Dibuat
holistik yang
dan Gerakan Oleh
menggabung
yang diatur Bernie
kan postur
sesuai dengan Clark With
tubuh
kondisi A
39

(asanas), seseorang Foreword

teknik melalui By Sarah

pernapasan tahapan- Powers


tahapan Diadaptasi
(pranayamas)
olahraga. dan
, teknik
digunakan
meditasi
Oleh Jie
(dhyana), dan
Cui, Dkk
irama
(mantras)
untuk
menyatukan
antara tubuh
dan pikiran.
(Herwanto,
2016).(Dieny
, 2020)

2 (Variabel Kadar gula Kemampuan alat ukur 0. <200 Interva


Independen responden yang mg/dl l
darah
) mengatur digunakan Sedang
merupakan
kadar gula untuk 1. ≥200
suatu darah dalam penelitian mg/dl
Kadar Gula
Darah peningkatan tubuh dengan kali ini Tinggi
kadar melihat adalah
melalui glukosa
glukosa di
pemeriksaan test yang
dalam
gula darah bekerja
darah. puasa dan gula sama
Konsentrasi darah sewaktu dengan
gula di ruangan
Pretest rawat inap
dalam darah
Klien yang tempat
atau tingkat
bersedia penelitian
glukosa menjadi
40

serum responden
penelitian
diatur
dilakukan
dengan
pemeriksaan
ketat pengambilan
didalam kadar gula
tubuh. darah puasa
dan gula darah
Glukosa
sewaktu.
yang
Responden
dialirkan dilakukan
melalui puasa selama
darah 8 jam sebelum
dilakukan
adalah
pengambilan
sumber
gula darah
utama puasa.menggu
energi nakan glukosa
untuk sel- test.

sel di dalam
Waktu
tubuh tubuh
Intervensi
(Sherwood, Setelah
2011) dilakukan
pemeriksaan
pengecekan
kadar gula
darah puasa
dan gula
darah,
responden
penelitian
diacak untuk
dilakukan
intervensi yin
yoga.
41

Persiapan
Intervensi
Setelah
responden
penelitian
diawal untuk
dilakukan
intervensi, lalu
responden
dilakukan
Latihan yin
yoga terlebih
dahulu selama
30 menit,
sehari
berikutnya
langsung
melaksanakan
yin yoga.

Postest
Setelah
dilakukan
intervensi yin
yoga,
responden
penelitian
dilakukan
pengecekan
Kembali kadar
gula darah
puasa dan
kadar gula
darah sewaktu
42

menggunakan
glukosa test.

F. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan subyek/objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Populasi pada penelitian ini adalah penderita DM di Ruang
Rawat Inap RSUD Kabupaten Karawang dengan jumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan separuh dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2016). Sampel pada penelitian ini yaitu responden yang
menderita diabetes mellitus di Ruang Perawatan RSUD Kabupaten Karawang.
Sampel pada penelitian menggunakan Probability sampling dengan tekhnik
simple random sampling,simple random Sampling adalah tekhnik pengambilan
sampel yang memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018, hlm. 120).
Rumus :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan :

𝑛 : Jumlah sampel

𝑁 : Populasi sampel

d : Tingkat kepercayaan 95% = 0,5 Jumlah

populasi : 60 penderita
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
43

60
𝑛=
1 + 60(0,05)2
60
𝑛=
1 + 60 × (0,0025)
60
𝑛=
61 + 0,0025
60
𝑛=
0.1525

𝑛 = 40
Sampel = 40 responden

3. Kriteria Sampel
Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang
bias.
a. Kriteria Inklusi
Sampel yang di ambil adalah klien rawat inap dengan kriteria inklusi:
1) Klien rawat inap ruang teluk jambe
2) Klien yang mengidap penyakit diabetes mellitus tipe 2
3) Klien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
4) Klien yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria Ekslusi
1) Klien yang mengidap diabetes mellitus tipe 1
2) Klien bukan ruang rawat inap teluk jambe
44

G. Tekhnik Pengumpulan Data Penelitian


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian. Langkah
–langkah pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan tehnik
instrumen yang di gunakan (Nursalam, 2015). Menurut Dharma (2011), secara
umum tahapan kegiatan penelitian terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan penelitian, pengolahan dan analisis data serta tahap penulisan hasil
laporan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, peneliti melakukan pemilihan (perumusan) masalah
sampai dengan penyusunan instrument. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
tahap persiapan ini dirumuskan dalam bentuk usulan atau tesis. Ditahap ini,
peneliti melakukan kegiatan yang meliputi:
a. Merumuskan Masalah Penelitian
Pada tahap ini peneliti mencari fenomena dan tema permasalahan yang
terjadi dan merumuskan masalah penelitian. Setelah melalui serangkaian
kegiatan dan pencarian fenomena yang telah dilakukan, maka peneliti
mendapatkan permasalahan mengenai pengaruh yin yoga terhadap penurunan
kadar gula darah. Peneliti dalam hal ini, merumuskan permasalahan penelitian
yaitu “Adakah Pengaruh Yin Yoga Terhadap Penurunan Kadar gula darah
pada pasien diabetes mellitus type 2 di rumah sakit umum daerah kabupaten
Karawang?”
b. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
Pada tahap ini, peneliti menerapkan beberapa tujuan yang hendak ingin
dicapai yaitu mengetahui kadar gula darah sebelum diberikan yin yoga dan
setelah dilakukan yin yoga. Dari hasil tersebut nantinya dapat diketahui
bagaimana implementasi pengaruh yin yoga terhadap penurunan kadar gula
darah di rumah sakit umum daerah kabupaten Karawang.
45

c. Studi kepustakaan dan literature


Pada tahap ini, peneliti melaksanakan penelusuran literature atau studi
literature terkait permasalahan yang diteliti dengan mengumpulkan berbagai
factor dan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan fenomena.
d. Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian
Pada tahap ini, peneliti merumuskan hipotesis. Dimana hipotesis yang
peneliti ambil dalam peneliti ini yaitu, Hipotesis alternatif (Ha): Ada
hubungan Pengaruh Yin yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus di rumah sakit umum daerah kabupaten karawang.
e. Menetapkan konsep dan variable peneltian
Pada tahap ini, peneliti menerapkan implementasi yin yoga sebagai
variable independent dan penurunan kadar gula darah saat pretest dan postest
sebagai variable dependen.
f. Menentukan desain penelitian
Pada tahap ini, peneliti merumuskan desain penelitian yang digunakan.
Adapun penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan jenis
eksperimen semu (Quasi Eksperimen) menggunakan rancangan pre and
postest without control.
g. Menentukan tempat penelitian
Pada tahap ini,peneliti menentukan tempat penelitian. Adapun tempat
penelitian adalah di rumah sakit umum daerah kabupaten Karawang.
h. Menentukan populasi,sampel, dan metode sampling
Menentukan populasi dan sampel penelitian serta metode sampling yang
digunakan. Sampel yang digunakan sebanyak 40 sampel
i. Mengembangkan instrument penelitian dan menentukan metode atau tekhnik
pengumpulan data, dimana pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
dan test serta melakukan intervensi
j. Menentukan uji statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan
analisis uji t.
46

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian


ada tahap pelaksanaan penelitian, penelitian, peneliti melakukan
pengumpulan dan pengambilan data pada subjek penelitian.
a. Tahap pertama adalah peneliti menentukan subjek penelitian. Setelah itu,
peneliti melakukan informed consent kepada klien.
1) Menjelaskan mengenai manfaat dan tujuan dari peneliti yaitu peneliti
melakukan pengecekan kadar gula darah puasa dan kadar gula darah
sewaktu dan yin yoga. dimana pada penelitian ini, tidak menimbulkan
dampak atau risiko yang berbahaya seseorang yang akan diteliti karena
telah mendapatkan rekomendasi dari para pakar.
2) Peneliti selanjutnya memberikan lembar informed consent sebagai bentuk
persetujuan atau ketersediaan menjadi subjek penelitian pada klien. Peneliti
juga menjelaskan bahwa subjek yang bersedia menjadi responden,
menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bila tidak
menandatangani lembar persetujuan tidak dijadikan responden penelitian.
Subjek yang tidak bersedia menjadi responden tidak diberikan sanksi atau
perlakuan apapun. Peneliti juga menjelaskan bahwa subjek (Klien) berhak
mengundurkan diri sebagai subjek penelitian dan tidak diberikan sanksi
atau perlakuan apapun.

b. Setelah mendapatkan subjek yang bersedia menjadi responden penelitian serta


telah menandatanganin lembar informed consent, maka peneliti melakukan
beberapa tahapan mulai dari pretest, melakukan intervensi dan postest. Pada
tahap pretest dan postest yaitu melakukan pengecekan kadar gula darah di
ruang rawat inap rumah sakit umum daerah kabupaten Karawang, sedangkan
intervensi dilakukan diruangan rawat inap rumah sakit umum daerah
kabupaten Karawang.
1) Pretest
Pada test awal (pretest) yaitu, mengetahui bagaimana hasil kadar gula
darah (pretest) dengan mengujikan beberapa kegiatan berdasakan standar
operasional prosedur bagi pasien dirumah sakit umum daerah kabupaten
47

Karawang. responden akan dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukan


intervensi yin yoga, responden akan dilakukan pengecekan dua kali
pengecekan kadar gula darah yaitu gula darah puasa dan gula darah
seawaktu (Sesudah Sarapan).
Pengukuran Yin yoga terdiri dari beberapa Gerakan yaitu
bhalasana,rajakapotasana, dan matsayana. Selanjutnya responden dilihat
apakah dalam melakukan praktik tersebut diperlukan dengan bantuan,
hanya bantuan instruksi, atau melakukan mandiri/tanpa bantuan..
pelaksanaan pretest dilaksanakan selama 1 hari, dikarenakan penelti hanya
melakukan observasi dengan cara menginstruksikan subjek untuk
melakukan beberapa aspek yang diujikan.
2) Intervensi
Setelah selesai melakukan pretest, peneliti selanjutnya
mempersiapkan subjek untuk diberikan pembelajaran yin yoga. Pada
proses pelaksanaannya, penulis dibantu oleh 1 orang instruktur senam.
Setiap hari peneliti memberikan intervensi kepada sepuluh responden
dimana mendapatkan yin yoga selama 3x10 menit (30 Menit). Sehingga
hal ini peneliti melakukan jadwal yinyoga sesuai dengan jumlah sampel
penelitian.
Pada pelaksanaannya, peneliti melakukan intervensi yinyoga
dalam 2 kali pertemuan pada 30 responden sebanyak 3 kali selama 30
menit dengan durasi 3x10 Menit (30 Menit). Pada kegiatan tersebut terdiri
dari kegiatan pemberian arahan yinyoga oleh instruktur senam dan
peneliti.
3) Postest
Setelah selesai melakukan yinyoga, maka peneliti melakukan
observasi pengecekan kadar gula darah Kembali (postest) dengan cara
yang sama pada saat pretest. Peneliti melakukan test kedua (postest) untuk
mengetahui hasil kadar gula darah setelah diberikan yinyoga. Pelaksanaan
postest dilaksanakan selama 1 hari setelah intervensi, dikarenakan peneliti
48

hanya melakukan observasi dengan cara menginstruksikan subjek untuk


melakukan beberapa aspek yang diujikan.

H. Pengolahan Data
1. Penyuntingan Data (Editting)
Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui lembar kusioner
perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Apabila ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap, maka lembar kusioner tersebut dikeluarkan (Drop
Out).
2. Membuat Lembaran Koding
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kode berisi nomor responden dan
nomor-nomor pertanyaan.
Pengkodean untuk Kadar Gula darah sebagai berikut :
0.<200 mg/dl Sedang
1.≥200 mg/dl Tinggi
3. Memasukan Data (Entry)
Yaitu mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Peneliti yang akan
melakukan memasukan data hasil penelitian selama dilapangan.
4. Tabulasi
Yaitu membuat table data, sesuai dengan tujuan peneliti atau yang
diinginkan oleh penelitian.

I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendriskripsikan dari masing-
masing variabel yang diteliti. Untuk data numerik dengan menghitung mean,
median, simpangan baku (SD), nilai minimal dan maksimal. Analisa pada
penelitian ini meliputi usia responden, frekuensi melakukan aktifitas fisik
(olahraga) dalam satu minggu dan variabel perubahan kadar gula darah sebelum
senam dan setelah senam diabetes.
49

𝑋
𝐹= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan:

F : Presentase

X : Kategori yang di observasi

N : Total

2. Analisa Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji stastistik Parametik. Untuk mengetahui
pengaruh Yin yoga terhadap perubahan kadar gula darah menggunakan
Dependent t-test (Paired t-test) dengan kemaknaan = 0,05. Jika hasil penelitian
ini nilai probabilitas atau Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara gula darah pada data pretest dan posttest. Yang artinya ada
pengaruh senam diabetes terhadap perubahan gula darah. Apabila dari
perhitungan didapatkan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf kesalahan 5%
(0,05) maka hipotesis (H1) diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi (p)
lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) ditolak dan H0
diterima yang artinya tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Sugiyono, 2011).

J. Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat.
Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya berpegang teguh pada etika
penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak merugikan atau
membahayakan subjek (Notoatmodjo, 2012). Seara garis besar dalam melakukan
penelitian prinsip yang harus dipegang.
50

1. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti
cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas pasien (Notoadmodjo,
2012). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan coding untuk pengganti
identitas responden.
2. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
Peneliti sudah mempertimbangkan dampak keuntungan dan kerugian bagi klien
ataupun masyarakat dengan melakukan terapi yinyoga pihak masyarakat bisa
melakukan kegiatan ini secara mandiri.
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan dan keterhatihatian. Untuk itu lingkungan peneliti perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan yaitu dengan menjelaskan
prosedur penelitian.Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan agama,
etnis dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti
menjelaskan prosedur penelitian pada semua responden. Untuk operasional
penelitian ini, peneliti tidak akan melakukan uji etik, dikarenakan penelitian ini
digunakan sudah sesuai dengan standar operasional prosedur.
3. Keadilan (Justice)
Peneliti tidak melakukan deskriminasi pada klien yang tidak bersedia
menjadi responden penelitian.

K. Tempat Dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan diwilayah kerja rumah sakit umum
daerah kabupaten karawang
51

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan bulan
Januari 2023.
1

DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, N., & Putri, A. N. (2018). Efektivitas Waktu Pelaksanaan Yoga Pada Pasen
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika Volume, 10(2), 11–24.

Agustin, M, P, C. (2013). HUBUNGAN MASA KERJA DAN SIKAP KERJA DENGAN


KEJADIAN SINDROM TEROWONGAN KARPAL PADA PEMBATIK CV. PUSAKA
BERUANG LASEM.

Andini, F. (2015). RISK FACTORS OF LOW BACK PAIN IN WORKERS Fauzia.


https://doi.org/10.1016/j.jff.2013.06.009

Dieny, F. F. (2020). PENGARUH LATIHAN YOGA.

Fadhila, R., & Putri, R. N. (2019). Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Kadar Glukosa
Darah Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2: Literature. 3(1), 17–24.

Ginanjar, Y., Damayanti, I., & Permana, I. (2022). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja
Pkm Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2021. Jurnal Keperawatan Galuh, 4(1), 19.
https://doi.org/10.25157/jkg.v4i1.6408

Iridiastadi, H., & Yassierli. (2017). Ergonomi Suatu pengantar (Nia (ed.)). PT Remaja
Rosdakarya Offset.

Kuswana, S, W. (2017). Ergonomi dan K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P. Latifah
(ed.)). PT Remaja Rosdakarya Offset.

Lady, C., Dieny, F. F., & Probosari, E. (2019). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Kadar
Glukosa Darah Puasa Pada Wanita Dewasa Awal. Journal of Nutrition College, 8(3),
131–137. https://doi.org/10.14710/jnc.v8i3.25802

Malini, H., Putri, D., & Rahmi, L. H. (2019). Pelatihan Senam Yoga Bagi Pasien Diabetes
Mellitus Di Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Hilirisasi IPTEKS, 2(3.a), 217–235.
https://doi.org/10.25077/jhi.v2i3.a.334

Merdawati, L., Primagusty, R., Afriyanti, E., & Fatmadona, R. (2019). Pengaruh Latihan
2

Yoga Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. NERS Jurnal
Keperawatan, 14(1), 19. https://doi.org/10.25077/njk.14.1.19-30.2018

Ramamoorthi, R., Gahreman, D., Skinner, T., & Moss, S. (2019). The effect of yoga
practice on glycemic control and other health parameters in the prediabetic state: A
systematic review and meta-analysis. PLoS ONE, 14(10), 1–21.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221067

Salindeho, A., Mulyadi, N., & Rottie, J. (2016). Pengaruh Senam Diabetes Melitus
Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Sanggar Senam
Persadia Kabupaten Gorontalo. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 4(1), 107179.

Sitepu, A. T. (2013). Beban Kerja Dan Motivasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja


Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal EMBA,
1(4), 1123–1133. https://doi.org/ISSN: 2303-1174

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Sutopo (ed.)). Alfabeta.

Supariasa, N, D, I., Bakri, B., & Fajar, I. (2014). Penilaian Status Gizi (E. Rezkina & A.
Agustin, C (eds.); 2nd ed.). Buku Kedokteran EGC.

Suratmiti, N. N., Sundari, L. P. R., Purnawati, S., Adiatmika, I. P. G., Muliarta, I. M., &
Adiputra, L. M. I. S. H. (2020). Penambahan Senam Yoga Efektif Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Memakai
Oad Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Tk Ii Udayana. Sport and Fitness Journal,
8(3), 107. https://doi.org/10.24843/spj.2020.v08.i03.p02

Anda mungkin juga menyukai