Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SELF CARE MANAGEMENT

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS INDRALAYA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

SRI WULANDARI

04021381621036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA 2020
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : SRI WULANDARI

NIM : 04021381621036

JUDUL : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SELF CARE

MANAGEMENT DENGAN KEPATUHAN MINUM

OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS INDRALAYA

PEMBIMBING SKRIPSI

1. Herliawati, S.Kp. M. Kes

NIP. 197402162001122002 (....................................)

2. Fuji Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 1610126701890001 (....................................)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya

Peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Dan Self Care Management Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya”. Peneliti menyadari

bahwa dalam proses penyusunan proposal penelitian ini, Peneliti banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, Peneliti

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hikayati, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

2. Ibu Herliawati, S.Kp. M. Kes. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk memberikan

bimbingan, arahan, masukan dan saran dalam menyelesaikan Proposal

Penelitian ini.

3. Ibu Fuji Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai dosen pembimbing II yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk

memberikan bimbingan, arahan, masukan dan saran dalam menyelesaikan

Proposal Penelitian ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indralaya, dan Kepala Puskesmas Indralaya

berserta staf yang telah memberikan izin untuk studi pendahuluan dan penelitian.

iii
6. Kedua orang tua dan keluarga atas do’a dan dukungan serta kasih sayang

kepada Peneliti.

7. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

Peneliti berharap semoga proposal penelitian ini dapat disetujui sehingga

penelitian dapat dilaksanakan dan nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat dan

perkembangan ilmu keperawatan. Peneliti menyadari bahwa proposal penelitian

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Peneliti mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Indralaya, Maret 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR SKEMA .............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
1. Tujuan Umum ................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
E. Ruang Lingkup penelitian .................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7
A. Konsep Hipertensia ............................................................ 7
1. Definisi Hipertensi ....................................................... 7
2. Etiologi Hipertensi ....................................................... 8
3. Klasifikasi Hipertensi ................................................... 10
4. Gejala Hipertensi .......................................................... 11
5. Komplikasi Hipertensi ................................................. 11
6. Epidemiologi Hipertensi .............................................. 14
7. Faktor Risiko Hipertensi .............................................. 15
8. Penatalaksanaan Hipertensi .......................................... 20
B. Konsep Pengetahuan .......................................................... 26
1. Definisi Pengetahuan ............................................... 26

v
2. Klasifikasi Pengetahuan ............................................... 26
3. Tingkatan Pengetahuan ............................................ 27
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ..... 28
5. Pengukuran Pengetahuan ......................................... 29
C. Konsep Self Care Management .......................................... 30
1. Definisi Self Care Management ................................... 30
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku dalam Self Care 31
Management.
D. Konsep Kepatuhan Minum Obat ........................................ 32
1. Definisi Kepatuhan ....................................................... 32
2. Pengukuran Tingkat Kepatuhan ................................... 32
3. Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan ............... 33
E. Penelitian Terkait ............................................................... 36
F. Kerangka Teori .................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 40
A. Kerangka Konsep .............................................................. 40
B. Desain Penelitian ............................................................... 41
C. Hipotesis ............................................................................ 41
D. Definisi Operasional .......................................................... 41
E. Populasi dan Sampel .......................................................... 42
F. Tempat Penelitian .............................................................. 43
G. Waktu Penelitian ................................................................ 44
H. Etika Penelitian .................................................................. 44
I. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 46
J. Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 48
K. Analisis Data ...................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik oleh ESH (Europian Society of Hypertension) dan ESC (Europian
Society of Cardiology) tahun 2013 ........................................................................10

Tabel 2.2 Dampak modifikasi gaya hidup terhadap penurunan tekanan darah ... 24

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ............................................................................41

vii
DAFTAR SKEMA

Skema 2. 1 Kerangka Teori ...................................................................................39

Skema 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian ..............................................................40

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelas Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 3. Lembar Kuesioner

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

menjadi masalah di bidang kesehatan dan sering ditemukan pada pelayan

kesehatan primer yaitu puskesmas. Hipertensi merupakan suatu keadaan

dimana tekanan darah seseorang berada diatas batas normal atau optimal

yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer (esensial) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya, dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan

oleh banyak faktor yang mempengaruhi. Hipertensi yang terjadi dalam

jangka waktu lama dan terus menerus dapat memicu stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik

(Purnomo, 2009).

Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus

meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29%

orang dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi (Depkes RI,

2006). Berdasarkan prevalensi hasil data dari American Heart Asosiation

(AHA) tahun 2011, di Amerika 59% penderita hipertensi hanya 34% yang

terkendali (Heidenreich PA, et al, 2011). Data Riskesdas tahun 2018

melaporkan hasil prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,11% dari

15 juta penderita hipertensi, dan 50% hipertensinya belum terkendali

1
2

(Riskesdas, 2018). Tingkat prevalensi hipertensi di Provinsi sumatera

selatan adalah tinggi hal ini dibuktikan berdasarkan surveilans terpadu

penyakit tidak menular (PTM) berbasis masyarakat didapatkan bahwa

jumlah penderita hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 122.353 kasus

(DINKES Kota Palembang 2016). Di Kabupaten Ogan Ilir penderita

hipertensi menduduki posisi pertama sebanyak 10938 kasus pada tahun

2019 (DINKES Kab. OI).

Sekitar 40% kematian diakibatkan hipertensi tidak dapat

dikendaliakn, penderita tidak mengetahui bahwa dirinya sebagai penderita

hipertensi harus mengkonsumsi obat antihipertensi regular tanpa terputus

dan melakukan self care management untuk menghindari risiko kejadian

hipertensi (Depkes RI, 2006). Self care management mengacu pada

kemampuan individu untuk mempertahankan prilaku mereka yang efektif

meliputi penggunaan obat yang di resepkan, mengikuti diet dan olahraga,

pemantauan secara mandiri dan koping emosional dengan penyakit yang

diderita (Nityasuddhi, 2011).

Berdasarkan hasil wawancara di puskesmas indralaya yang di

lakukan pada penderita hipertensi 3 dari 5 orang menyatakan akan

meminum obat antihipertensi ketika mereka tidak nyaman seperti sakit

kepala. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak meminum obat

hipertensi secara regular atau teratur. Penderita hipertensi yang tidak

terkendali perlu meningkatkan terhadap kepatuhan terapi farmakologi dan

non farmakologi untuk mencapai tekanan darah yang normal. Gaya hidup

yang tidak sehat seperti mengkonsumsi natrium yang tinggi serta


3

ketidakpatuhan mengkonsumsi obat antihipertensi menjadikan tekanan

darah cenderung semakin meningkat, sehingga penderita hipertensi yang

tidak terkendali perlu pengetahuan faktor-faktor apa saja yang menjadi

risiko kejadian hipertensi tidak terkendali guna menurunkan angka

mortalitas, morbiditas dan akan mengurangi resiko komplikasi (Sarjunani,

2009). Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan self care

manajement dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya”.

B. Rumusan Masalah

Penyakit hipertensi juga disebut “The silent disease” karena tidak

memiliki tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Sekitar 40%

kematian yang diakibatkan hipertensi tidak terkendali, penderita tidak

mengetahui bahwa dirinya sebagai penderita hipertensi harus

mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur tanpa terputus dan

melakukan self care management untuk menghindari risiko kejadian

hipertensi (Depkes RI, 2006). self care management mengacu pada

kemampuan individu untuk mempertahankan prilaku mereka yang efektif

meliputi penggunaan obat yang di resepkan, mengikuti diet dan olahraga,

pemantauan secara mandiri dan koping emosional dengan penyakit yang

diderita menurunkan angka mortalitas, morbiditas dan akan mengurangi

resiko komplikasi (Nityasuddhi, 2011).


4

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan

permasalahan sebagai berikut “Adakah hubungan tingkat pengetahuan dan

self care manajement dengan tingkat kepatuhan minum obat pada

penderita hipertensi? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan self care

manajement dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita

hipertensi di puskesmas indralaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada responden penderita

hipertensi.

b. Mengidentifikasi self care management pada responden penderita

hipertensi.

c. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan minum obat pada responden

penderita hipertensi.

d. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dengan minum obat pada

responden penderita hipertensi.

e. Mengidentifikasi self care management dengan minum obat pada

responden penderita hipertensi.


5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, diantaranya :

1. Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman, memperluas

wawasan pengetahuan teori dan praktik keperawatan, khususnya

mengenai hubungan pengetahuan dan self care manajement dengan

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi.

2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan studi

literatur tentang hubungan pengetahuan dan self care manajement

dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Sehingga

dapat digunakan untuk perencanaan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan, khususnya bagi klien hipertensi

3. Manfaat bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi tenaga

kesehatan dalam melakukan upaya preventif .

4. Manfaat bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi, studi literatur,

,dan pengembangan keilmuan untuk penelitian selanjutnya terkait

hubungan pengetahuan dan self care manajement dengan kepatuhan

minum obat pada penderita hipertensi.

5. Manfaat bagi Masyarakat


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat dalam melakukan pengelolaan hipertensi dan dapat

meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat terkait hubungan

pengetahuan dan self care manajement dengan kepatuhan minum obat

pada penderita hipertensi.

E. Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian keperawatan dalam ruang

lingkup keperawatan komunitas dan keperawatan medical bedah. Fokus

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan self

care manajement dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi

di puskesmas indralaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah cross sectional design. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh masyarakat Kabupaten Ogan Ilir yang datang ke Puskesmas

Indralaya. Sampel dalam penelitian ini adalah setiap orang yang menderita

hipertensi di kabupaten ogan ilit yang datang ke puskesmas indralaya dan

memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah

tinggi. Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk

menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik

dan diastolik. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri

secara terus-menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriol-

arteriol kontriksi. Kontriksi arteriol membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan

kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).

Menurut WHO (2013), hipertensi didefinisikan sebagai keadaan

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),

karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan

gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006).

7
8

2. Etiologi Hipertensi

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi Primer atau Esensial adalah suatu peningkatan

tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme

kontrol homeostatik normal tanpa subjek yang jelas atau tidak

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer memiliki populasi kira-

kira 90% dari seluruh pasien hipertensi. Beberapa faktor diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut

ini.

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

2) Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause

berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi. Menurut

Widharto (2007) sebenarnya, bukanlah garam (garam dapur) yang

tidak baik bagi tekanan darah, tetapi kandungan natrium (Na)

dalam darah yang dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang.

Namun, Na yang masuk dalam darah secara berlebihan dapat

menahan air sehingga meningkatkan volume darah.

Meningkatkannya volume darah mengakibatkan meningkatnya


9

tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung

dalam memompa darah semakin meningkat. Sebagian besar

hipertensi juga disebabkan adanya penebalan dinding pembuluh

arteri oleh lemak atau kolesterol. Jika penderita hipertensi

mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam

darahnya dapat meningkat sehingga dinding pembuluh darah

makin menebal. Dampak yang semakin parah, pembuluh darah

tersebut menjadi tersumbat.

4) Berat badan

Obesitas (>25% di atas berat badan ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi. Orang yang kelebihan berat badan,

tubuhnya bekerja keras untuk membakar berlebihnya kalori yang

masuk. Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam

darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin

banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan

darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya,

tekanan darah orang gemuk cenderung tinggi (Widharto, 2007).

5) Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah jika gaya hidup tersebut menetap.

b. Hipertensi Sekunder atau non Esensial

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain yaitu kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler

dan lain-lain. Sekitar 10% dari pasien hipertensi tergolong hipertensi


10

sekunder. Pada 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah

penyakit ginjal. 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu (misalnya pemakaian pil KB). Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan

kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak,

ensefalitis, gangguanmpsikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravaskuler, luka bakar, dan stres (Udjianti, 2011).

3. Klasifikasi Hipertensi

Penggolongan hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik

(TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD), untuk mengetahui

tingkat keparahan penyakit hipertensi tersebut maka ESH

(Europian Society of Hypertension) dan ESC (Europian Society of

Cardiology) tahun 2013 dipakai batasan sebagai berikut :

Tabel 2.1
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik oleh ESH (Europian Society of Hypertension) dan ESC
(Europian Society of Cardiology) tahun 2013.

Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 >180 ≥110
Hipertensi terisolir ≥140 <90
11

4. Gejala Hipertensi

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer, hal ini

diibaratkan sebagai bom waktu yang pada awal tidak menunjukkan

tanda dan gejala yang spesifik, sehingga orang seringkali

mengabaikannya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di

tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.

Namun demikian, jika hipertensinya berat atau sudah

berlangsung lama dan tidak mendapat pengobatan, akan timbul gejala

seperti: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, terengah-

engah, pandangan mata kabur dan berkunang-kunang. Terjadi

pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keluar keringat yang

berlebihan, kulit tampak pucat dan kemerahan, denyut jantung yang

kuat, cepat dan tidak teratur. Kemudian muncul gejala yang

menyebabkan gangguan psikologis seperti: emosional, gelisah dan sulit

tidur (Ira, 2014).

5. Komplikasi Hipertensi

Menurut Corwin (2005) komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,

infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan

pregnancy-included hypertension (PIH). Adapun komplikasi yang

mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah, berapa

lama telah dialami, adakah faktor-faktor risiko lain dan bagaimana

penyakit tersebut ditangani.


12

a. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,

lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan

bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan

defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh

iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi

fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen

dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003).

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi

berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

anurisma (Corwin, 2005).

b. Infark miokardium

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerotik Tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Akibat Hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-


13

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko

pembentukan bekuan (Corwin, 2005).

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang

progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya

pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya

hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam

dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA). Menurut

Mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap

kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak

mengalami hipertensi.

d. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat

tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

dan mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf

pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan

ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian

mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi,

bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi

(Corwin, 2005).
14

6. Epidemiologi Hipertensi

1) Berdasarkan orang

Hipertensi lebih sering terjadi pada pria usia 31 tahun ke atas sedangkan

pada wanita terjadi pada usia 45 tahun (setelah menopause). Di jawa

barat prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 23,1% sedangkan pada

wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50-59 tahun prevalensi hipertensi pada

laki-laki sekitar 53,8% sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada

usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5% (Suryati,

2005).

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi

hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas secara nasional

mencapai 25,8%. Berdasarkan kelompok umur paling tinggi terdapat

pada kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu 63,8%, di ikuti umur 65-74

tahun sebesar 57,6%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi

pada laki-laki sebesar 22,8% dan pada perempuan sebesar 28,8%.

Menurut Bustan (2007), berdasarkan suku dan ras bahwa orang hitam di

Amerika mempunyai prognosis yang lebih jelek dibandingkan dengan

orang berkulit putih.

2) Berdasarkan tempat

Hasil pengkuran tekanan darah yang diperoleh dari Riskesdas (2007)

menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan

(39,6%) dan terendah Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur

(37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI

Yokyakarta (35,8%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah


15

(33,6%) dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan proinsi yang

mempunyai prevalensi hipertensi lebih tnggi dari angka nasional

(31,7%). Berdasarkan Riskesdas (2013), prevalensi hipertensi di

Indonesia adalah 26,5%, prevalensi mengalami penurunan dari tahun

2007 sebesar 31,7%. Provinsi yang paling tinggi adalah Bangka

Belitung (30,9%), diikuti Kalimatan Selatan (30,8%), Kalimantan

Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%) dan prevalensi yang paling kecil

adalah Papua (16,8%).

3) Berdasarkan waktu

Para penderita penyakit hipertensi berdasakan waktu berbeda setiap

tahunnya. Studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tanggga (SKRT,

2001), menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami

peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995, naik menjadi

110 per 1000 penduduk tahun 2001. Berdasarkan laporan Riskesdas

2007 prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 % dari total penduduk

dewasa, sedangkan tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 26,5%.

7. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

1) Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar resiko terkena hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

mempunyai resiko terkena hipertensi, dengan bertambahnya usia

resiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalesi hipertensi


16

dikalangan usia lanjut lebih tinggi yaitu umur diatas 75 tahun 63,8%

diikuti usia 65-74 tahun (57,6%), usia 55-64 tahun (45,9%)

(Riskesdas, 2013). Kategori untuk pengelompokkan umur pada

penelitian ini menggunakan pengelompokkan umur berdasarkan

Riskesdas 2013, yaitu : 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-

54 tahun, 55-64 tahun dan ≥65 tahun.

2) Jenis Kelamin

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana

pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita,

dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.

Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat

meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun,

setelah memasuki manopause, prevalensi hipertensi pada wanita

meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita

lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor

hormonal. Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin pada

riskesdas 2007 maupun riskesdas 2013 menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki

(Depkes, 2014).

3) Keturunan atau Genetika

Seseorang cenderung menderita tekanan darah tinggi bila kedua

orangtuanya juga menderita tekanan darah tinggi. Penelitian

menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih

mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki


17

hubungan darah. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan,

dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status

sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah (Palmer, A

& William, B, 2005). Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya

tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko paling kuat

bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa datang.

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

1) Konsumsi Garam

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan

darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan

garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik yang normal

(Sheps, 2005). Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku

bangsa dengan asupan garam minimal. Asupan garam kurang dari 3

gram per hari menyebabkan prevalensi hipertensi rendah, sedangkan

apabila asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi

menngkat menjadi 15-20%. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram perhari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400

mg/hari.

2) Konsumsi lemak jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan

berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak

jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan


18

kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama

lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan

konsumsi lemak tak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak

sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman

dapat menurunkan tekanan darah (Sheps, 2005).

3) Alkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol

berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya

hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum

alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan yang

lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum

sedikit. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih

belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan

peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah

berperan dalam meingkatkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi

alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua

kasus hipertensi. Mengkonsumsi 3 gelas atau lebih minuman

beralkohol setiap hari meningkatkan risiko menderita hipertensi

sebesar 2 kali.

4) Obesitas

Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan

lemak yang berlebihan dijaringan lemak tubuh dan dapat

mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Obesitas merupakan

ciri khas penderita hipertensi. Obesitas bukanlah penyebab


19

hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih

besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5

kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya

normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%

memiliki berat badan lebih (overweight) (Depkes, 2006).

5) Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan

perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Kurang melakukan

olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas jika

asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya

hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko hipertensi

karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang tidak aktif

juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,

makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005).

Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk

tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.

Latihan aerobik sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari

setiap minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang

dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda,

berenang, dan aerobik (Palmer, A & William, B, 2005).


20

6) Stres

Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya

transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong

seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan

situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang ada

pada diri seseorang (Depkes, 2006). Hubungan antara stren dengan

hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi

berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi

(Nurkhalida, 2003).

7) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida

yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat

merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan

proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai

ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi

semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri

(Depkes, 2006).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Tatalaksana hipertensi meliputi non farmakologis dan

farmakologis. Tatalaksana non farmakologis meliputi modifikasi gaya

hidup, upaya ini dapat menurunkan tekanan darah atau menurunkan


21

ketergantungan penderita hipertensi terhadap pengunaan obat-obatan.

Sedangkan tatalaksana farmakologis umumnya dilakukan dengan

memberikan obat-obatan antihipertensi di Puskesmas. Apabila upaya non

farmakologis belum mampu mencapai hasil yang diharapkan, Puskesmas

bisa merujuk pasien ke pelayanan kesehatan sekunder yaitu rumah sakit

(Depkes, 2013).

a. Pengendalian Faktor Resiko

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah. Pola hidup sehat yang dianjurkan untuk

mencegah dan mengendalikan hipertensi adalah :

1) Makan gizi seimbang

Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang:

membatasi gula, membatasi konsumsi garam, makan cukup buah,

makan sayuran, makan kacang-kacangan, biji-bijian, makanan

rendah lemak jenuh, menggantinya dengan unggas dan ikan.

1) Mengatasi Obesitas/menurunkan kelebihan berat badan

Hubungan erat antara obesitas dengan hipertensi telah banyak

dilaporkan. Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga

2
mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m , lingkar pinggang < 90 cm

untuk laki-laki atau < 80 cm untuk perempuan.

2) Melakukan olahraga secara teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit (sejauh 3 kilometer) lima kali perminggu, dapat menurunkan


22

TDS 4 mmHg dan TDD 2,5 mmHg. Berbagai cara relaksasi seperti

meditasi, yoga dan hypnosis dapat mengontrol sistem syaraf

sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

3) Berhenti merokok

Tidak ada cara yang benar-benar efektif untuk memberhentikan

kebiasaan merokok. Beberapa metode yang secara umum dicoba

adalah sebagai berikut:

a. Inisiatif sendiri

Banyak perokok menghentikan kebiasaannya atas inisiatif sendiri,

tanpa pertolongan pihak luar. Metode ini banyak menarik para

perokok karena hal-hal berikut:

1. Dapat dilakukan secara diam-diam

2. Program diselesaikan dengan tingkat dan jadwal sesuai

kemauan

3. Tidak perlu menghadiri rapat-rapat penyuluhan

b. Menggunakan permen yang mengandung nikotin

Kecanduan nikotin membuat perokok sulit meninggalkan rokok.

Permen nikotin dapat mengurangi penggunaan rokok. Ada jangka

waktu tertentu untuk menggunakan permen ini, dan selama

menggunakan permen, penderita dilarang merokok. Dengan

demikian, diharapkan perokok sudah berhenti merokok secara

total sesuai jangka waktu yang ditentukan.


23

c. Kelompok program

Beberapa orang mendapatkan manfaat dari dukungan kelompok

berhenti merokok. Para anggota kelompok dapat saling member

nasehat dan dukungan. Program ini banyak yang berhasil, tetapi

memerlukan biaya dan waktu untuk menghadiri pertemuan-

pertemuan, sehingga menyebabkan keengganan untuk bergabung.

4) Mengurangi konsumsi alcohol

Satu studi meta-analisis menunjukkan bahwa kadar alkohol

seberapapun, akan meningkatkan tekanan darah. Mengurangi

alkohol pada penderita hipertensi yang biasa minum alkohol, akan

menurunkan TDS rata-rata 3,8 mmHg. Dalam memberikan edukasi

kepada pasien tentang alkohol, hendaknya dikemukakan hal-hal

sebagai berikut:

a. Pantang alkohol harus dipertehankan (jangan mulai minum

alkohol)

b. Jangan menganjurkan untuk mulai mengkonsumsi alkohol demi

alasan kesehatan

c. Batasi konsumsi alkohol untuk laki-laki maksimal 2 unit perhari

dan untuk perempuan 1 unit perhari, jangan lebih dari 5 hari

minum perminggu.

Satu unit = setengah gelas bir (5% alkohol), 100 ml anggur

(10% alkohol), 25 ml minuman 40% alkohol. Dengan mengadopsi

gaya hidup sehat, diharapkan terjadi penurunan tekanan darah

sebagai terlihat pada tabel 2.2


24

Tabel 2.2 Dampak modifikasi gaya hidup terhadap penurunan


tekanan darah

Modifikasi Rekomendasi Penurunan TD (mmHg)


Berat Badan Pertahan IMT 18,5- 5-20 mmHg/penurunan
22,9 kg/m2 10 kg
Diet Sehat Konsumsi sayuran dan 8-14 mmHg
buah cukup, hindari
lemak
Batasi garam Konsumsi garam < 1 2-8 mmHg
sendok the Kecil
Aktifitas fisik Olahraga teratur: jalan 4-9 mmHg
kaki 30-45 menit
(3km)/hari – 5 kali
Perminggu
Batasi Laki-laki : 2 unit 2-4 mmHg
Alkohol minuman/hari
Perempuan : 1 unit
minuman/hari

b. Terapi farmakologis

Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka

kesakitan, kompikasi dan kematian akibat hipertensi. Terapi

farmakologis hipertensi dapat dilakukan di pelayanan strata primer atau

puskesmas, sebagai penangan awal. Berbagai penelitian klinik

membuktikan, bahwa obat anti hipertensi yang diberikan tepat waktu,

dapat menurunkan kejadian stroke hingga 35-40%, infark miokard 20-

25%, dan gagal jantung lebih dari 50%.

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal yang

mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari

dan dosisnya dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan

selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi.Pemilihan atau

kombinasi obat anti hipertensi yang cocok bergantung pada keparahan


25

hipertensi dan respon penderita terhadap obat. Beberapa prinsip

pemberian obat anti hipertensi perlu diingat, yaitu:

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan

penyebabnya.

2. Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi.

3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat antihipertensi.

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.

5. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat hipertensi di

puskesmas dapat diberikan disaat kontrol dengan catatan obat yang

diberikan untuk pemakaian selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.

6. Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis (kunjungan

pertama) maka diperlukan kontrol ulang disarankan 4 kali dalam

sebulan atau seminggu sekali, apabila tekanan darah sistolik > 160

mmHg atau diastolik > 100 mmHg sebaiknya diberikan terapi

kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam dua minggu) tekanan

darah tidak dapat dikontrol.

7. Pada kasus hipertensi emergensi atau urgensi tekanan darah tidak

dapat terkontrol setelah pemberian obat pertama langsung diberikan

terapi farmakologis kombinasi, bila tidak dapat dilakukan rujukan.


26

B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau ranah kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2012).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang

akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek di ketahui maka menimbulkan sikap

makin positif terhadap objek tesebut.

2. Klasifikasi Pengetahuan

Riyanto (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam

dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang


27

tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain

baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali

berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak disadari.

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam

wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam

tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom (1987) dikutip dalam Notoadmodjo (2007),

pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
28

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya.

c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan suau kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.
29

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman, dimana dapat diperolah dari pengalaman diri sendiri

maupun orang lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat

anggota keluarga yang sakit hipertensi pada umumnya menjadi

lebih tahu tindakan yang harus dilakukan jika terkena hipertensi.

b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa

wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, orang yang

memiliki pengetahuan yang tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi

mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Sumber informasi yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya televisi,

radio, koran, buku, majalah, dan internet.

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan

dengan tingkatan domain diatas (Notoatmodjo, 2007).


30

C. Konsep Self Care Management

1. Definisi Self Care Management

Self care menurut Orem (1991) dalam Tommey dan Alligood

(2006) adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan

dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai

keadaan, baik sehat maupun sakit. Henry & Holzemer (1997) dalam

Turner & Battle (2010) menjelaskan bahwa self care sebagai kegiatan

yang dilakukan individu, keluarga atau komunitas untuk mencapai,

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang maksimal.

Terdapat lima komponen Self care management pada penyakit kronis

juga di jelaskan oleh Lorig & Holman (2003) dalam Zhong, dkk (2011)

yang menjelaskan bahwa self care managemen mengacu pada

kemampuan individu untuk mempertahankan perilaku mereka yang

efektif meliputi penggunaan obat yang diresepkan, mengikuti diet dan

olahraga, pemantauan secara mandiri dan koping emosional dengan

penyakit yang dialami.

Dari definisi tersebut maka dapat dikaitkan dengan kegiatan self

care management pada pasien hipertensi merupakan segala sesuatu

yang berkaitan dengan tanggung jawab pasien dalam mngelol adirinya

sendiri dan mempertahankan perilaku yang efektif dalam menghadapi

penyakit hipertensi yang dialami. Kegiatan dalam self care

management hipertensi meliputi penggunaan obat anti hipertensi secara

benar, kegiatan untuk memantau tekanan darah dan gejala yang muncul
31

terkait penyakit hipertensi, pengaturan diet yaitu diet yang sesuai untuk

penatalaksaanaan hipertensi, melakukan olahraga sesuai petunjuk untuk

menurunkan tekanan darah dan kegiatan untuk mencegah komplikasi

yang berhubungan dengan hipertensi.

2. Faktor yang mempengaruhi perilaku dalam Self Care Management

a. Faktor Internal

Menurut Nwinee (2011) faktor internal atau yang berasal dari diri

pasien dalam self care management terdiri dari keyakinan atau nilai

terkait penyakit, efikasi diri dan pengetahuan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang bepengaruh pada self care management atau

management hipertensi adalah dari faktor sosial, hal ini terkait

dengan dukungan sosial. Dalam perubahan perilaku kearah self care

management, dukungan sosial sangat berpengaruh dalam keefektifan

kegiatan self care management tersebut, hal ini diungkapkan oleh

Lewis dan Rook (1999) dalam Cornwel dan Waite (2009) yang

menyatakan bahwa integrasi, dukungan dan kontrol sosial penting

dalam membuat seseorang merubah perilaku. Anggota keluarga

dapat membantu dalam mempersiapkan makanan yang sehat, atau

mencegah penggunaan rokok dan alkohol. Adanya jaringan dan

dukungan sosial juga mungkin sebagai sarana meningkatkan

motivasi dan penyedia informasi tentang modifikasi gaya hidup bagi

pasien hipertensi (DiMatteo, 2004 dalam Cornwel & Waite, 2009).


32

D. Konsep Kepatuhan Minum Obat

1. Definisi Kepatuhan

Menurut Fatmah (2012) mendifinisikan kepatuhan adalah

sebagai perilaku untuk menaati saran-saran dokter atau prosedur dari

dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh

proses konsultasi antara pasien (dan keluarga pasien sebagai orang

kunci dalam kehidupan pasien) dengan dokter sebagai penyedia jasa

medis

2. Pengukuran Tingkat Kepatuhan

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan kesediaannya untuk

memeriksakan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta

kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi. Kepatuhan pasien

dalam mengkonsumsi obat dapat diukur menggunakan berbagai

metode, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode

MMAS-8 (Modifed Morisky Adherence Scale) (Evadewi, 2013:34).

Morisky secara khusus membuat skala untuk mengukur kepatuhan

dalam mengkonsumsi obat dengan delapan item yang berisi pernyataan-

pernyataan yang menunjukan frekuensi kelupaan dalam minum obat,

kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter,

kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat

(Morisky & Muntner, 2010).


33

3. Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan

Menurut Suparyanto (2010), faktor yang memengaruhi tingkat

kepatuhan adalah:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat

meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut

merupakan pendidikan yang aktif.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien

yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalah jarak dan

waktu, biasanya pasien cenderung malas melakukan

pemeriksaan/pengobatan pada tempat yang jauh.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan social

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-

teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti

pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan

konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada pengobatan,

lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang


34

positif pula pada pasien hipertensi, kebalikannya lingkungan negatif

akan membawa dampak buruk pada proses pengobatan pasien.

d. Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien

terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).

e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien

Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah

suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah

memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab

penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan.

f. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut fungsinya

pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk

mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa

yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau

diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula penderita

hipertensi dalam melaksanakan pengobatannya.


35

g. Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir

semakin matang dan teratur melakukan pengobatan (Notoatmodjo,

2007).

h. Dukungan Keluarga

Keluarga adalah Perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Pasien

dengan hipertensi sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang

terdekatnya, yaitu keluarga, dukungan dapat ditujukan melalui sikap

yaitu dengan:

1) Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan

meliputi porsi, jenis, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan

gizi.

2) Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat,

kapan istirahat serta kapan saatnya kontrol.

3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

4) Memberikan motivasi pada pasien hipertensi.


36

E. Penelitian Terkait

1. Soemitro (2014). Analisi Tingkat Health Literacy dan Pengetahuan

Pasien Hipertensi di Puskesmas Kabupaten Malang. Penelitian ini

merupakan penelitian non eksperimantal yang dilaksanakan dengan

metode cross sectional design (belah lintang) dengan menggunakan

teknik pengumpulan data pengisian kuisioner REALM-R (the Rapid

Estimate for Adult Literacy in Medicine-Revised) untuk mengetahui

tingkat health literacy dan kuisioner pengetahuan tentang penyakit

kronis (hipertensi) untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien

hipertensi. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa

sekitar 34,65% pasien hipertensi di puskesmas Kabupaten Malang

memiliki tingkat health literacy yang baik (Good Literacy), sedangkan

sekitar 65,35% memiliki tingkat health literacy yang buruk (Poor

Literacy). Dan sekitar 68,32% pasien hipertensi memiliki pengetahuan

yang baik (Adequate), dan 31,68% pasien hipertensi memiliki

pengetahuan yang cukup (Marginal), sedangkan tidak terdapat pasien

yang memiliki pengetahuan yang buruk (Inadequate). Di puskesmas

Kabupaten Malang, tingkat health literacy pasien hipertensi adalah

buruk, sedangkan tingkat pengetahuan pasien hipertensi adalah baik.

2. Sukmarini (2013). Analisis Faktor yang Memengaruhi Self

Management Behaviour pada Pasien Hipertensi. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik studi cross

sectional, dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik.

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara keyakinan terhadap


37

efektivitas terapi (p=0.005; OR=3,48), self-efficacy (p=0.003;

OR=3,67), dukungan sosial (p=0.015; OR=2,87) dan komunikasi antar

petugas pelayanan kesehatan dengan pasien (p=0.002; OR=3,27)

dengan SMB. Komunikasi antar petugas kesehatan dengan pasien

merupakan faktor paling dominan memengaruhi kesuksesan SMB

sehingga kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam

implementasi asuhan keperawatan.

3. Alamsyah (2015). Pengaruh Konseling Motivational Interviewing

terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi. Penelitian ini

menggunakan disain pretest – posttest control group. Kelompok uji

mendapat perlakuan konseling motivational interviewing dibandingkan

dengan kelompok kontrol yang mendapat leaflet cara hidup sehat

dengan hipertensi. Penilaian kepatuhan minum obat menggunakan 8

item Morisky Medication Adherence Scale. Didapatkan 65 sampel dari

81 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok uji berjumlah

33 orang dan kontrol 32 orang yang mendapatkan informasi dalam

bentuk leaflet. Umur rata-rata subjek: 61,09 tahun dan terbanyak

menderita hipertensi lebih dari lima tahun (56,9%). Hasil penilaian pra

intervensi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara dua

kelompok. Hasil pasca intervesi terdapat perbedaan nilai MMAS-8

antara kedua kelompok tetapi profil tekanan darah tidak berbeda.

Terdapat perbedaan kepatuhan maupun profil tekanan darah antara pra

dan pasca intervensi pada kedua kelompok, kecuali tekanan diastole

pada kelompok uji. Motivational interviewing memberikan pengaruh


38

yang positif terhadap peningkatan kepatuhan minum obat penderita

hipertensi dan meningkatkan jumlah pasien yang berhasil mencapai

target tekanan darah.


39

F. Kerangka Teori

Skema 2. 1
Peningkatan tekanan darah sistol
dan diastole ≥120/90 mmHg

Hipertensi

Sakit kepala, jantung


berdebar-debar, sulit
bernafas, mudah lelah,
vertigo, pandangan kabur
Gaya hidup
moder dan
Komplikasi Pola makan tidak
Sroke, Infark miokardium, sehat
gagal ginjal, kerusakan otak

Penatalaksanaan farmakologis
dan non-farmakologis

Kepatuhan Tingkat
Pengetahuan

Patuh terhadap minum Tidak patuh terhadap


obat minum obat

Self Care
Management

Efikasi diri

Faktor yang mempengaruhi


Usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, lingkungan,
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati melalui

penelitian yang akan dilakukan (Notoadmdjo, 2012). Kerangka konsep

pada penelitian ini yaitu melihat hubungan pengetahuan dan self care

management dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi.

Variabel independen pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan self care

management dan variabel dependen penelitian ini yaitu kepatuhan minum

obat pada penderita hipertensi.

Skema 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependen

1. Tingkat pengetahuan Kepatuhan minum obat pada


2. self care management penderita hipertensi

Variabel Confounding

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Genetic/keturunan
4. Pendidikan

Keterangan :

= Diteliti = Tidak Diteliti

40
41

B. Desain Penelitian

Desain penelian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

korelatif dengan pendekatan cross sectional antara variabel (Nursalam,

2009).

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan peneliti ( Nursalam, 2009). Hipotesis penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dan self care management

dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di

Puskesmas Indralaya.

H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan dan self care manajement dengan

kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi di Puskesmas

Indralaya.

D. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

1. Tingkat Kemampuan Kuesioner Kuesioner 1. Pengeta Ordinal


pengetahu untuk tingkat huan
an mengetahui pengetahuan baik
tentang skor ≥
hipertensi mean/m
(definisi, edian
komplikasi dan 2. Pengeta
penatalaksanaan huan
ya) kurang
skor <
42

mean/m
edian
2. self care Segala sesuatu Kuesioner Kuesioner 1. Self Ordinal
manageme yang berkaitan self care Manage
nt dengan management ment
tanggung jawab baik
pasien dalam skor ≥
mngelol mean/m
adirinya sendiri edian
dan 2. Self
mempertahanka Manage
n perilaku yang ment
efektif dalam tidak
menghadapi baik
penyakit skor <
hipertensi yang mean/me
dialami dian
3. kepatuhan Kepatuhan Kuesioner Kuesioner 1. Patuh, Ordinal
minum (ketaatan) kepatuhan skor ≥
obat minum obat minum obat mean/m
yaitu perilaku edian
penderita 2. Tidak
melaksanakan patuh,
pengobatan skor <
yang disarankan mean/me
oleh dokter atau dian
orang lain

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sasaran penelitian atau sasaran yang

diperlukan untuk diteliti (Notoatmojo, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang berkunjung di

Puskesmas Indralaya pada periode Januari 2020 yang berjumlah 68

orang.
43

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiono, 2009). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan rumus slovin

N
n=
1+ N (α )2

Keterangan :

n: Ukuran sampel/jumlah responden

N: Ukuran populasi

α :Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan

sampel yang masih bias ditolerir α = 0, 1

68
n=
1+68 (0,1)2

68
n=
1,68

n=40,47

Jadi sampel yang didapat setelah dilakukan perhitungan adalah 40

responden dengan Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Memiliki kesadaran composmentis

b. Dapat membaca dan menulis

c. Bersedia menjadi responden penelitian

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Indralaya Kabupaten

Ogan Ilir
44

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2019-April

2020 mulai dari studi pendahuluan, penyusunan proposal, seminar

proposal, penelitian dan pengelolaan data serta penulisan laporan

penelitian.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku dalam

setiap penelitian yang melibatkan pihak peneliti dan pihak yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Oleh karena itu diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1) Informed consent

Informed consent adalah pernyataan kesediaan dari subyek

penelitian untuk memberikan informasi atau data yang dibutuhkan

dalam penelitian dengan jelas dan lengkap (Notoatmodjo, 2012).

Informed consent diberikan oleh peneliti kepada responden sebelum

penelitian dilakukan. Subjek penelitian dalam penelitian ini diberikan

informasi mengenai tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang

diperoleh dari penelitian dan diberi hak untuk bersedia atau tidak

menjadi responden dalam penelitian ini. Peneliti memberikan

kebebasan kepada responden untuk menolak maupun bersedia

mengikuti penelitian. Apabila calon responden setuju dengan

permintaan peneliti, maka calon responden diminta untuk

menandatangani informed consent sebagai bukti persetujuan oleh calon


45

responden. Apabila tidak bersedia menjadi responden maka peneliti

tidak memaksakan calon responden tersebut untuk diteliti.

2) Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan merupakan jaminan bahwa setiap informasi yang

berkaitan dengan responden penelitian tidak akan dilaporkan dan tidak

dapat diakses oleh orang lain selain peneliti. Peneliti bertanggung

jawab penuh untuk menjamin tentang kerahasiaan informasi yang

didapat terkait responden (Notoatmodjo, 2012).

3) Anonimity (Tanpa nama)

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent dan

kuesioner, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada

masing-masing lembar tersebut.

4) Justice (Keadilan)

Dalam penelitian, responden atau subjek penelitian harus

diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian (Nursalam, 2008). Setiap responden

harus diperlakukan secara adil tanpa ada diskriminasi baik status, hak

sebagai reponden, manfaat yang diperoleh, keanonimitas, dan

kerahasiaan.

5) Balancing Harms and Benefits (Manfaat dan Kerugian)

Peneliti harus memperhitungkan manfaat dan kerugian

(balancing harms and benefits) yang ditimbulkan dari penelitian yang

dilakukan kepada responden. Penelitian yang dilakukan harus


46

memiliki manfaat yang maksimal khususnya bagi responden dan

peneliti hendaknya meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

responden (Notoatmodjo, 2012).

I. Alat Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden

penelitian (Riwidikdo, 2006). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kuesioner sebagai instrument. Kuesioner yang terdiri

dari kuesioner pengetahuan, kuesioner self care management dan

kuesioner kepatuhan :

a. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan mengenai pengetahuan

pasien hipertensi. Pada kuesioner ini peneliti menggunakan

skala guttman dengan jawaban benar diberi skor 1 dan

jawaban salah diberi skor 0.

Kuesioner ini menjelaskan dua kategori yaitu :

- Kategori Pengetahuan baik skor ≥ mean/median

- Kategori Pengetahuan kurang skor < mean/median

Dengan skor tertinggi yaitu 10 dan skor terendah yaitu 0

b. Kuesioner Self Care Management

kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan mengenai self care

management pasien hipertensi. Pada kuesioner ini peneliti


47

menggunakan skala likert yang terdiri dari dua pertanyaan

antara lain :

1. Pertanyaan yang bersifat positif yaitu nomor 1, 2, 3, 4,

5, 6, 8, 10

Untuk penilaian pertanyaan positif :

Selalu diberi skor 4

Sering diberi skor 3

Kadang-kadang diberi skor 2

Tidak pernah diberi skor 1

2. Pertanyaan yang bersifat negatif yaitu nomor 7, 8

Untuk penilaian pertanyaan negatif :

Selalu diberi skor 1

Sering diberi skor 2

Kadang-kadang diberi skor 3

Tidak pernah diberi skor 4

Dengan skor tertinggi yaitu 40 dan skor terendah yaitu

10

Kuesioner ini kategori Self Management baik dan tidak

baik dengan kriteria yaitu:

- Kategori Self Management baik skor ≥

mean/median

- Kategori Self Management tidak baik skor <

mean/median

c. Kuesioner Kepatuhan
48

Kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan mengenai kepatuhan

minum obat pasien hipertensi. Pada kuesioner ini peneliti

menggunakan skala guttman dengan jawaban benar diberi

skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Kuesioner ini

menjelaskan dua kategori yaitu :

- Kategori Patuh, skor ≥ mean/median

- Kategori Tidak patuh, skor < mean/median

Dengan skor tertinggi yaitu 8 dan skor terendah yaitu 0

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan melalui orang lain

yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian (Riwidikdo, 2006). Pada

penelitian ini, peneliti mendapatkan data sekunder dari pihak

Puskesmas Indralaya, berupa data kunjungan penderita hipertensi

sebanyak 68 orang periode januari 2020.

J. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini meliputi dua tahap

yaitu :

1. Tahap persiapan

a. Tahap Administrasi

Pada tahap ini peneliti mengajukan surat kepada Tata

Usaha (TU) PSIK dilanjutkan kepada Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Sriwijaya kemudian diteruskan kepada

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Surat penelitian


49

tersebut ditunjukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir.

Setelah surat permohonan izin pengambilan data dan penelitian

dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, kemudian

ditunjukan ke Puskesmas Indralaya.

b. Persiapan Instrumen

1) Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)

2) Lembar karakteristik responden

3) Lembar kuesioner pengetahuan, kuesioner self care

management dan kuesioner kepatuhan

c. Persiapan Penelitian

1) Mengidentifikasi karakteristik responden sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian.

2) Setelah peneliti menemukan responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi, peneliti menjelaskan pengertian, tujuan,

,manfaat dan prosedur yang akan dilakukan kepada responden.

Setiap responden berhak untuk menerima dan menolak untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian.

3) Responden yang bersedia untuk berpartisipasi diminta untuk

menandatangani lembar informed consent.

4) Peneliti menetukan kontrak waktu dan tanggal pelaksanaan

dengan responden untuk mengisi kuesioner pengetahuan,

kuesioner self care management dan kuesioner kepatuhan.

Pengisian kuesioner dapat dilakukan di puskesmas jika keadaan


50

responden memungkinkan atau peneliti akan melakukan home

visit sesuai dengan kontrak yang yang telah dilakukan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memperkenalkan diri kepada responden

b. Mencatat nama, usia, jenis kelamin, di lembar observasi untuk

pendokumentasian dengan bantuan asisten penelitian

c. Memberikan lembar kuesioner pengetahuan, kuesioner self care

management dan kuesioner kepatuhan kepada responden untuk di

isi

d. Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan

pengecekan kembali oleh peneliti apakah sudah lengkap dan sesuai

prosedur.

e. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden peneliti.

f. Data yang telah didapatkan kemudian diproses dalam pengelolaan

data dan dianalisa.

K. Analisis Data

1. Pengelolahan Data

Pengolahan data adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian setelah data diperoleh dari instrumen atau pengumpul data

kemudian dilakukan penyusunan data, klasifikasi, hingga analisa data

(Notoatmodjo, 2012). Kegiatan dalam pengolahan dan analisis data

adalah sebagai berikut:

a. Editing
51

Editing merupakan proses awal dari pengelolaan data

dimulai dengan pemeriksaan data yang didapat, kemudian

memastikan bahwa data tercatat semua, relevan dan dapat

dibaca dengan baik.

b. Coding

Coding atau pengkodean yaitu, mengubah data yang

berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka atau

bilangan sehingga lebih mempermudah dalam memasukan

data.

c. Data entry

Data yang telah dikodekan dari masing-masing subjek yang

berbentuk angka atau bilangan di masukkan ke dalam program

komputer untuk di analisis.

d. Cleaning

Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah masuk apakah ada kesalahan atau ketidaklengkapan pada

saat entry.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan

karakteristik setiap variabel(Widyasari dan Anika, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian ini tersaji dalam bentuk

distribusi frekuensi. Analisis dalam penelitian ini meliputi


52

karakteristik responden yaitu usia, pendidikan, pengetahuan,

self care management, kepatuhan minum obat.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui keterkaitan 2

variabel atau lebih yaitu hubungan pengetahuan dan self care

management dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi.

uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro Wilk dengan nilai kemaknaan P > 0,05. Syarat untuk

menggunakan uji Shapiro Wilk jika sampel kecil dari 50

sampel.

Apabila p>α (0,05), maka hipotesis H0 gagal

ditolak/diterima berarti tidak ada hubungan bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen, apabila p≤ α

(0,05), maka hipotesis H0 di tolak berarti ada hubungan

bermakna antara variabel independen dan variabel dependent

(Ha)
DAFTAR PUSTAKA

Alligood. 2006. Nursing Theories and their work, 7 th edn, Mosby Elsevier,St.
Louis, Missouri. Diakses 26 Febuari 2020

Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta.: Rineka Cipta.

Corwin E. 2005. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Hipertensi, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta.

Dinkes. 2019. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, Bidang


Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. OI: Dinkes

Dinkes. 2016. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Bidang


Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Provinsi
Sumatra Selatan: Dinkes

Hacke ,W., Kaste, M., Bogousslavky, J. Brainin, M., Gurrging, M., Chamorro, A.,
et al. 2003. Ischemic Stroke Prophylaxy and Treatment. European
Stroke Intiative Recommendations. EISU. Diakses 26 Febuari 2020

Heidenreich PA, Trogdon JG, Khavjou OA, et al. 2008. Forecasting the future of
cardiovascular disease in the United States: a policy statement from the
American Heart Associatio. Diakses 26 Febuari 2020

Ira Haryani S. (2014). Menu Ampuh Atasi Hipertensi. Yogyakarta: NOTEBOOK

53
Kementerian RI tahun 2018. https://www.kemkes.go.id/resources/download/info
terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf. Diakses 26 Febuari 2020
Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2014; (Hipertensi):1-7.

Morisky, D. & Munter, P. (2009). New medication adherence scale versus


pharmacy fill rates in senior with hypetention. American jurnal of
Managed Care . 15(1) 59- 66. Diakses 26 Febuari 2020

Noor Fatmah Lailatushifah, Siti. 2012. Kepatuhan Pasien Yang Menderita


Penyakit Kronis Dalam Mengonsumsi Obat Harian. Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.https://fpsi.mercubuana-
yogya.ac.id/wpcontent/uploads/2012/06/Noor-Kepatuhan...pdf. Diakses
26 Febuari 2020

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoamodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.


Jakarta : Salemba Medika

Nwinee, J.P. (2011). Socio-Behavioral Self-Care Management Nursing Model.


West African Journal of Nursing; 22:91-98. 5 Mei 2017 (22:20).
Diakses 26 Febuari 2020

Palmer, A. dan Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi.


Jakarta : EGC.

54
Purnomo, H. 2009. Penyakit yang paling mematikan (hipertensi). Jakarta : Buana
pustaka.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan

Sarjunani. N. 2009. Rencana RPJMS 2010-2014 Kesehatan, Proses Menyusun


dan Materi Kebijakan. Depkes. Jakarta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Udjianti, W. J. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Vitahealth. 2006. HIPERTENSI. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta : Sunda Kelapa

55
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Calon responden

Dengan hormat,
yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Wulandari
NIM : 04021381621036
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Jati Emas Kosan Citint , Indralaya, Kab. Ogan Ilir,
Sumatera Selatan
Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan
Self Care Management Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan
akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden maupun keluarga. Kerahasiaan
semua informasi akan dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika anda
tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi anda maupun keluarga.
Jika anda bersedia menjadi responden, maka saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan mengikuti prosedur yang
saya berikan. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima
kasih.

Palembang, 2020
Hormat saya,

Sri Wulandari

1
Kode responden
:

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Aamat :

menyatakan bersedia menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari :


Nama : Sri Wulandari
NIM : 04021381621036
Pekerjaan : Mahasiswai
Alamat : Jl. Jati Emas Kosan Citint , Indralaya, Kab. Ogan Ilir,
Sumatera Selatan
Progam studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya
Judul : Hubungan Pengetahuan Dan Self Care Management Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya

Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikut sebagai responden
dalam penelitian ini serta bersedia menjawab semua pertanyaan dengan sadar dan
sebenar-benarnya.

Indralaya, 2020

( )
Nama terang dan tanda tangan

2
IDENTITAS RESPONDEN

1. Alamat responden :
2. Jenis kelamin :
a. Laki-laki
b. Peremouan
3. Umur resounden : tahun
4. Status pernikahan :
a. Menikah
b. Belum menikah
5. Pendidikan terakhir :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Pendidikan tinggi
6. Pekerjaan responden :
a. Tidak bekerja
b. Buruh
c. Wiraswasta
d. Pegawai negri/TNI/POLRI
e. Lain-lain
7. Penghasilan perbulan :
a. ≥ 1.500.00
b. ≤1. 500.00
8. Riwayat hipertensi :
a. Diri sendiri
b. Orang tua
c. Tidak ada
9. Mendapat informasi tentang hipertensi
a. Keluarga
b. Pelayanan kesehatan
c. Media massa/social media
d. Tidak pernah
e. Lain-lain
10. Tekanan darah :

3
KUESIONER

PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI

Petunjuk

1. Berikut ini adalah pernyataan yang berkaitan dengan hipertensi dan


penatalaksanaan hipertensi. Bacalah pernyataan dengan cermat sebelum
menjawab.
2. Jika pernyataan tersebut anda rasa benar maka beri tanda chek list (√) pada
kolom benar. Jika pernyataan tersebut anda rasa salah maka beri tanda chek list
(√) pada kolom salah.

No Pernyataan Benar Salah


1. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana
nilai
sistoliknya adalah diatas 140 mmHg dan diastoliknya
diatas 90 mmHg
2. Hipertensi merupakan dapat menyebabkan stroke
3. Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan

4. Tekanan darah mencapai ≥ 180/110 mmHg termasuk


kedalam hipertensi berat
5. Seseorang dengan tingkat stress yang sering, lebih
beresiko terjadi hipertensi dari pada seseorang yang
jarang menglami
Stress
6. Kegemukan merupakan salah satu factor yang dapat
menyebabkan hipertensi
7. Minum minuman beralkohol (seperti bir, minuman
keras)
tidak berpengaruh pada peningkatan tekanan darah
8. Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi
9. Sakit kepala, pandangan kabur, sesak nafas merupakan
gejala yang paling sering dialami pasien hipertensi
10. Terapi dengan obat merupakan terapi utama
dalam
menurunkan tekanan darah tanpa perlu diikuti dengan
usaha terapi tanpa obat
11. Olahraga secara teratur merupakan usaha
untuk
mengendalikan tekanan darah agar tetap dalam batas
normal

4
12. Buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan
makanan rendah lemak dan rendah
natrium (garam) merupakan
makanan yang baik dikonsumsi pasien hipertensi
13. Orang yang jarang mengungkapkan masalah
(bersifat
tertutup) cenderung beresiko menderita hipertensi
14. Menghindari penggunaan tembakau (seperti
merokok) merupakan salah satu bentuk
usaha menurunkan tekanan
darah yang efektif bagi pasien hipertensi
15. Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan hipertensi
16. Berhenti merokok dapat menurunkan tekanan darah
17. Hipertensi hanya terjadi pada lansia
18. Hipertensi tidak menimbulkan komplikasi pada
anggota tubuh yang lain
19. Gejala hipertensi terlihat dari penampilan fisik
20. Hipertensi mempengaruhi fungsi jantung dan ginjal

5
KUESIONER

SELF CARE MANAGEMENT PASIEN HIPERTENSI

Petunjuk
1. Berikut ini adalah pernyataan yang berkaitan penatalaksanaan hipertensi.
Bacalah pernyataan dengan cermat sebelum menjawab.
2. Seberapa sering yang anda terkait pernyataan berikut? Gunakan skala yang
tersedia sesuai dengan jawaban anda dengan memberikan tanda chek list (√)
pada skala yang tersedia!

Jawaban
No Pernyataan
Selalu sering Kadang- Tidak
kadang pernah
1. Saya makan makanan rendah
lemak setiap hari
2. Saya makan makanan rendah
garam setiap hari
3. Saya mengikuti aturan makan yang
sehat dari waktu ke waktu
4. Saya makan sedikitnya lima
buah-buahan dan sayuran
setiap hari
5. Saya mengikuti pola makan
sehat ketika saya berada di luar
rumah
6. Saya berolahraga sedikitnya 30
menit setiap hari
7. Saya berusaha menjaga diri
saya tetap tenang ketika ada
masalah
8. Saya selalu berusaha menjaga
berat badan saya tetap normal,
dan tidak mengalami
kegemukan
9. Saya minum alkohol (seperti
bir, minuman keras) setiap hari
10. Saya merokok
11. Saya periksa kedokter sesuai
anjuran dokter
12. Saya minum obat penurun
tekanan darah sesuai dosis

6
KUESIONER

MORISKY MEDICATION ADHERENCE SCALE

Petunjuk pengisian : Tandai chek list (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan
jawaban anda

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda terkadang lupa meminum obat ?
2 Apakah Selama 2 pekan terakhir ini, anda sengaja
tidak meminum obat?
3 Pernahkah anda mengurangi atau berhenti minum obat
tanpa memberitahu dokter anda, karena anda merasa
kondisi anda bertambah parah meminum obat
tersebut ?
4 Ketika anda bepergian atau meninggalkan rumah,
apakah anda terkadang lupa membawa obat ?
5 Apakah anda kemarin minum obat ?
6 Ketika anda merasa sehat, apakah anda juga kadang
berhenti meminum obat?
7 Minum obat setiap hari merupakan hal yang tidak
menyenangkan bagi sebagian orang. Apakah anda
merasa terganggu dengan kewajiban anda untuk
minum obat setiap hari ?
8 Seberapa sering anda mengalami kesulitan meminum a. Tidak pernah
semua obat anda ? b. Sekali-sekali
c. Kadang-
kadang
d. Biasanya
e. Selalu

Anda mungkin juga menyukai