Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Oleh
Ni Putu Cintya Dewi (193213038)

KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA DIABETES MILITUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare, 2015)
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemi
kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
yang disertai berbagai kelainan metabolik lain akibat gangguan hormonal yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
( Rendy dan Margareth, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel tubuh terhadap insulin
(Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori
klinis yaitu:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1) :
a. Genetik Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1
namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini ditentukan
pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
b. Imunologi Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
c. Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II) Menurut Smeltzel 2015
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor
resiko :
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
 Obesitas.
 Riwayat keluarga.
3. Diabete melitus dalam kehamilan dikategorikan menjadi dua yaitu diabetes yang
sudah terjadi saat kehamilan, yaitu diabetes pregestasional dan diabetes terjadi
saat kehamilan, yaitu diabetes gestasional (Maryunani, 2013).diabetes
pregestasional merujuk pada diabetes sebelum terjadi konsepsi dan berlanjut
setelah melahirkan (Reeder, et.al., 2012). Diabetes pregestasional ditemukan
pada Wanita hamil yang sebelumnya sudah menderita DM tipe 1 ataupun tipe
2(Maryunani, 2013). Pada umur kehamilan, terjadi banyak perubahan hormonal
dan metabolic untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.
Perubahan hormonal ditandai dengan meningkatnya hormone estrogen dan
hormone progesterone dimana akan mengakibatkan jumlah atau fungsi insulin
ibu tidak optimal dan resistensi terhadap efek insulin. Efek dari resistensi insulin
ini dapat mengakibatkan kadar gula darah ibu hamil tinggi (Isworo, et.al., 2016).
Maka diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan ibuhamil tentang
pengontrolan kadar gula darahnya.
3. KLASIFIKASI
a. Diabetes melitus tipe I :
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis.
2) Pengobatan harus dengan insulin.
3) Onset akut.
4) Biasanya kurus.
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda.
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4.
7) Didapatkan antibodi sel islet.
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II :
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II :
1) Sukar terjadi ketoasidosis.
2)  Pengobatan tidak harus dengan insulin.
3) Onset lambat.
4) Gemuk atau tidak gemuk.
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun.
6) Tidak berhubungan dengan HLA.
7) Tidak ada antibodi sel islet.
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga.
9)  ± 100% kembar identik terkena

4. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan
untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disaping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun
tetap berada dalam darah menimbulkan hiperglikemia prospandial, jika kosentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa
yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine(glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine, ekresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis ostomik, sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam melakukan buang air kecil(poliurea), dan rasa haus
(polidipsi). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Pada insulin juga dapat menganggu
metabolism protein dalam lemak yang dapat menurunkan berat badan, dan pada pasien
juga dapat megalami peningkatan selera makan, kelelahan dan kelemahan.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebih. Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda tanda gejala seperti
nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor
faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendah aktivitas fisik, diet, dan tingginya
kadar asam lemak bebas(Smeltzer 2015 dan Bare,2015). . Mekanisme terjadinya DM
tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. (Smeltzer 2015 dan
Bare,2015).Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat.
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat(selama bertahun tahun) dan
progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika
kadar glukosanya sangat tinggi.). (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).
5. PATHWAY
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan
DM yaitu:
a. Diet Syarat diet hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita.
2) Mengarahkan pada berat badan normal.
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic.
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
 Prinsip diet DM,adalah:
 Jumlah sesuai kebutuhan.
 Jadwal diet ketat.
 Jenis: boleh dimakan/ tidak.
 Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti
pedoman 3 J yaitu:
1. Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau
ditambah.
2. Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya.
3. Jenis makanan yang manis harus dihindari
b. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen.
4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein.
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.
Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel
mengenai diabetes.
d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara
(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan.
e. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima pilar
diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.
f. Melakukan perawatan luka:
a) Pengertian Melakukan tindakan perawatan menganti
balutan, membersihkan luka pada luka kotor.
b) Tujuan:
 Mencegah infeksi.
 Membantu penyembuhan luka.
c) Peralatan
 Bak Instrumen yang berisi : Pinset Anatomi, Pinset
Chirurgis, Gunting Debridemand, Kasa Steril,
Kom: 3 buah.
 Peralatan lain terdiri dari: sarung tangan, gunting
plester,plester/perekat. Alkohol 70%/ wash bensin,
Desinfektant, NaCl 0,9%, Bengkok: 2 buah,1 buah
berisi larutan desinfektan, Verband, Obat luka
sesuai kebutuhan.
d) Prosedur Pelaksanaan:
 Tahap pra interaksi:
o Melakukan Verifikasi program terapi.
o Mencuci tangan.
o Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
 Tahap orientasi:
o Memberikan salam dan menyapa nama
pasien.
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada keluarga/klien.
o Menanyakan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan.
 Tahap kerja:
o Menjaga Privacy.
o Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat
terlihat jelas.
o Membuka peralatan.
o Memakai sarung tangan.
o Membasahi plaster dengan alkohol/wash
bensin dan buka dengan menggunakan
pinset.
o Membuka balutan lapis terluar.
o Membersihkan sekitar luka dan bekas
plester.
o Membuka balutan lapis dalam.
o Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk
mengeluarkan pus.
o Melakukan debridement.
o Membersihkan luka dengan menggunakan
cairan NaCl.
o Melakukan kompres desinfektant dan tutup
dengan kassa.
o Memasang plester atau verband.
o Merapikan pasien
 Tahap Terminasi :
o Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan.
o Berpamitan dengan klien.
o Membereskan alat-alat.
o Mencuci tangan.
o Mencatat kegiatan dalam lembar/ catatan
keperawatan.
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital.
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi.
i. Mengelola pemberian obat sesuai program.
7. KOMPLIKASI
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan
berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya
yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik.( PERKENI, 2015).
a. Komplikasi akut
1. Ketoasidosis diabetik (KAD) KAD merupakan komplikasi akut DM yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600
mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasmameningkat (300-320 mos/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap.
2. Hiperosmolar non ketotik (HNK) Pada keadaan ini terjadi peningkatan
glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala
asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma
keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat .
3. Hipoglikemia Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa
darah mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan
mengalami keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-
debar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran
menurun sampai koma.
b. Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini
sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang
tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya
komplikasi kronik.
1. Neuropati Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi
serius akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki
terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk
terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan adalah kaki
terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari.
Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan
skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila ditemukan
adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan menurunkan
risiko amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus
diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1) Pegkjian
1. Identitas
a) Identitas klien meliputi nama, umu, alamat, jenis kelamin, suku
bangsa, status, pekerjaan,Pendidikan, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, no regristrasi, diagnose medis.
b) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan,
hubungan dengan pasien.
c) Riwayat Kesehatan
- Riwyat Kesehatan sekarang melipui Kesehatan keluarga
adanya penyakit keturunan atau tidak, riwaya penyakit
sekarang riwayat penyakit yang di lami saat ini.
- Riwayat penyakit dahulu meliputi biasanya klien DM
mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infark
miokard.
- Riwayat kesehatan keluarga Biasanya Ada riwayat anggota
keluarga yang menderita DM.
d) Riwayat psikososial : biasanya ada strees, kecemasaan sangat tinggi
yang dialami pasien.
e) Pola fungsi Kesehatan
- Pola nutrisi maan, minum, porsi, keluhan.
Gejala : nafsu makan menurun, adanya penurunan berat badan.
- Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang
meliputi frekuensi , warna, konsisiten dan keluhan yang
dirasakan.
f) Pola kebersihan diri
Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, mulut, telinga rambut,
dan kuku.
g) Pola pemeriksaan dan pemeliharaan.
h) Popla kognitif-persepsi sensori
Keadaan mental yang di alamai, berbicara, bahasa, pendengaran,
penglihatan normalatau tidak.
i) Pola konsep diri meliputi idntitas diri, ideal diri, haga diri, gambaran
diri.
j) Pola kopingdan nilai keyakinan.
2) Pengkaian fisik
a) Pemeriksaan vital sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
b) Pemeriksaan kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi
komplikasi kulit terasa gatal.
c) Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous
Pressure) normal 5-2 cmH2
d) Pemeriksaan dada
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan
cepat dan dalam
e) Pemeriksaan jantung
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f) Pemeriksaan abdomen
Dalam batas normal
g) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan.
i) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa
baal.
j) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC)
3) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik.
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit.
4) Rencana Keperawatan

Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional

Keperawatan kriteria hasil

Ketidakstabilan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui


gula darah b.d Tindakan kemungkinan penyebab
resistensi keperawatan penyebab hiperglikemia.
insulin. selama 3 x 24 jam hiperglikemia. 2. Penurunan
maka 2. Monitor kadar barat badan
ketidakstabilan glukosa darah. menunjukan
guladarah 3. Berikan asupan terjadinya
membaik. airan oral. gangguan
Kriteria hasil : 4. Anjurkan monitor metabolisme
 Keluhan kadar gula glukosa 3. Menjaga
mengantuk darah secara keseimbangan
menurun. mandiri. cairan
 Tidak 5. Kolaborasi 4. Pasien yang
adaya pemberian insulin. banyak
pusing. 6. Klaborasipemberia suntikan
 Tidak n cairan. insulin harus di
Lelah/lesu. monitor
glukosa darah
sebanyak tiga
kali atau lebih
setiap hari
5. Pemberian
insulin yang
tidak tepat
menyebabkan
hipoglikemia
6. Hipoglekimia
merespon baik
terhadap
makanan yang
mengandung
glukosoa
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Perubahan
Agen cedera Tindakan nyeri. karakteristik nyeri
fisik. keperawatan 2. Identifikasi dapat menunjukan
selama 3 x 24 jam pengaruh budaya penyebaran
maka terhdap respon penyakit
ketidakstabilan nyeri. terjadinya
guladarah 3. Kontrol lingkungan komplikasi
membaik. yang memperberat 2. Mengontrol
Kriteria hasil : untuk mengurangi respon nyeri
 Kesulitan rasa nyeri. terhadap respon
tidur 4. Berikan Teknik budaya.
meningkat. nonfarmakologis 3. Memantau
 Gelisah untuk mengurangi lingkungan untuk
meningkat. rasa nyeri. mengurangi rasa
 Keluhan 5. Anjurkan nyeri.
nyeri memonitor nyeri 4. Pemantauan
meningkat. secara mandiri. Teknik
6. Kolaborasi nonfarmakologis
pemberian untuk mengurangi
analgetik. rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui
keadaan pasien
terhadap nyerinya.
6. Untuk mengetahui
rasa nyeri luka
insisi.

Infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Periksa tanda dan 1. Mengetahui


peningkatan Tindakan gejala tanda dan
Leukosit keperawatan hypovolemia. gejala
selama 3 x 24 jam 2. Monitor intake dan hipovolenia.
maka output cairan. 2. Memantau
ketidakstabilan 3. Hitung kebutuhan kadar cairan
guladarah cairan. yang
membaik. 4. Berkan asupan diperlukan.
Kriteria hasil : cairan oral. 3. Untuk
 Nyeri 5. Anjurkan mengetahui
manurun memperbanyak kebutuhan
 Adany asupan cairan oral. cairan
kemerahan 6. Kolaborasi 4. Menjaga
pad kulit pemberian IV keseimbangan
menurun. hipotonis. cairan.
 Demam 5. Memantau
menurun banyaknya
cairan oral
yang di
berikan.
6. Untuk
mengetahui
pasien
hipotoonis.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics
Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.
http://biologigonz.blogspost.com
PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :PERKERNI
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI
Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit
Keenbooks
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, dkk, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Mediaq
Kasus :
Seorang laki-laki berusia 55 tahun dating kepoliklinik diantar oleh keluarganya.
Pasien mengeluh lema, pusing, jantung berdebar, dan keingat dingin. Setelh
dilakukan pemeriksaan didapatkan tingkat kesadaran composmentis dan hasil
GD70 mg?dl. keluarga mengatakan pasien sudah menderita DM sejak 6 bulan
yang lalu dan sejak seminggu susah makan.
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DM
DI RUMAH SAKIT USADHA

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 55 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Marital : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Denpasar
Tanggal Masuk : 29 Juni 2021
Tanggal Pengkajian : 30 Juni 2021
No. Register : 224325
Diagnosa Medis : DM

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Z
Umur : 45 tahun
Hub. Dengan Klien : Suami
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Denpasar

2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
- MRS : pasien mengatakan lemas.
- Saat pengkajian : pasien mengeluh lemas, pusing, jantung berdebar, dan kerinat
dingin sejak 6 bulan yang lalu dan sejak seminggu susah makan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien di datang ke poliklinik diantar oleh keluarganya dengan keluhan lemas, pusing,
jantung berdebar, dan kerigat dingin. Keluarga pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu
sudah mengalami DM dan sejakseminggu susah untuk makan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakans sebulmnya belum pernah dirawat di rumah sakit.
3) Alergi
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami alergi.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol, dll)
Pasien mengatakan tidakpernah mengonsumsi alkohol dan kopi.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari pihak keluarga pasien ada mempunyai riwayat penyakit DM.
Genogram :

Ditulis untuk: 1) penyakit herediter, 2) penyakit terkait genetic, 3) penyakit menular terutama
yang airbone dan droplet  untuk no. 1 dan 2, letak pasien ada dipaling bawah dan
ditelusuri sampai 2 generasi diatasnya (nenek-kakek)

Keteranggan :

Laki -laki

Perempuan

Pasien
Garis Hubungan Keluarga

Riwayat Sosiokultural
Tidak terkaji

3. Pola Fungsi Kesehatan Gordon


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sakit yang dialami pasien termasuk penyakit medis.

- Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan kalua beliau saki langsung di bawa di rumah sakit terdekat,
pelayanan kesehatan, atau dokter.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit : pasien makan 3xsehari, 1 porsi habis.
- Saat sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari, habis setengah porsi.
c. Pola Eleminasi
1. BAB
- Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 2kali sehari
dengan konsitensi feses lembek,berbentuk,warna kekuningan dan bau khas
feses.
- Saat sakit : pasien mengatakan pada saat sakit BAB normal namun harus di
bantu karena kondisi pasien sangat lemah.
2. BAK
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK sebanyak 5-6 kali sehari dengan
warna kekuningan dan bau khas urine.
- Saat sakit : Pasien tidak ada keluhan mengenai BAK namun harus
dibantu karena kondisinya sangat lemah.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Aktivitas
Kemampuan diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
 Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
 Saat sakit : Pasien mengatakan kesulitan beraktivitas karena lemah.

e. Pola kognitif dan Persepsi


Pasien tidak mengalami gangguan pada penglihatan, pendengaran, dan penciuman.

f. Pola Persepsi-Konsep diri


Pasien mengtakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini.

g. Pola Tidur dan Istirahat


- Sebelum sakit : pasien mengatakan pola tidur normal.
- Saat sakit : selama pasien sakit tidak mengalami gangguan pola tidur yang
berlebihan.

h. Pola Peran-Hubungan
Pasien tidak mengalami ganggung dengan keluarga atau orang-orang tedekat.

i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien sudah pernah melakukan hubungan seksual.

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan bahwa ia terbuka dengan kelurganya jika mempunyai masalah dan
tidak menyimpannya sendiri.

k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan bahwa ia beragama hindu dan selalu sembahyang setiap hari,
namun semenjak sakit pasien selalu berdoa dari atas tempat

4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran: Composmentis

b. Tanda Vital
Nadi : 103X/ menit
Suhu : 380C
TD : 110/70 mmHg
RR : 25 X/menit
GD : 70 mg/dl

c. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut rontok
d. Mata
Fungsi penglihatan normal tidak terdapat gangguan, sklera normal berwarna putih,
konjungtiva tidak anemis.
e. Hidung
Lubang hidung simetris antara kanan dan kiri, pasien mengalami sesak nafas.
f. Telinga
Bentuk telinga simetris, kebersihan telinga cukup baik, tidak terdapat masalah
pendengaran
g. Mulut
Keadaan bibir, gusi dan gigi baik, tidak terdapat stomatitis, bentuk bibir simetris.
h. Leher
Gerak leher normal,

5. DATA TAMBAHAN
Tidak terkaji.

B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah Kolaboratif /
Keperawatan

- Ds : pasien mengeluh Kerusakan sel A & B Ketidakstabilan kadar


lemas, pusing, jantung glukosa.
berdebar, dan keringat
dingin. Kegagalan produksi

- Do : saat pengkajian
ditemukan kadar glukosa Meningkatkan gula darah
sewaktu GD : 70 mg/dl

Peningkatan gula darah kronik

Hiperghikemi

Glukosa menumpuk di
dalam darah

Ketidakstabilan kadar
glukosa

- Ds : pasien Kerusakan Sel Nyeri akut.


mengatakan badan
terasa lemas.
- Do : pasien tampak Kegagalan produksi
meringis.
Pasien tampak lemas
Maningkatkan gula darah

Peningkatan gula darah kronik

Gangguan fungsi imun


Gangguan penembuhan luka

Mikrosis

Pembedahan amputasi

Nyeri akut

- Ds : keluarga pasien Kerusakan Sel Resiko infeksi


mengatakan pasien DM
sjak 6 bulan yanglalu
dan sejak seminggu Kegagalan produksi
susah makan.
- Do : Nadi : 103X/
menit Maningkatkan gula darah
Suhu : 380C
TD : 110/70 mmHg
RR : 25 X/menit. Peningkatan gula darah kronik

Gangguan fungsi imun

Gangguan penembuhan luka

Mikrosis

Pembedahan amputasi

Resiko Infeksi

Tabel Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan


NO TANGGAL / JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL, JAM
DITEMUKAN LENYAP /
TERATASI

1. Selasa, 29 Juni Ketidakstabilan gula darah Jumat, 2 Juli 2021/


2021/ 14:00 wita. 14:00 wita
berhubungan dengan resistensi
insulin.

2. Selasa, 29 Juni Nyeri akut berhubungan dengan Jumat, 2 Juli 2021/


2021/ 14:00 wita 14:00 wita
agen cedera fisik.

3. Selasa, 29 Juni Infeksi berhubungan dengan Jumat, 2 Juli 2021/


2021/ 14:00 wita 14:00 wita
peningkatan Leukosit

C. PERENCANAAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Ketidakstabilan gula Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengontrol


darah berhubungan Tindakan kemungkinan penyebab
hiperglikemia.
dengan resistensi keperawatan selama penyebab
2. Penurunan berat
insulin. 3 x 24 jam maka hiperglikemia. badan menunjukan
ketidakstabilan 2. Monitor kadar terjadinya gangguan
metabolisme.
guladarah glukosa darah.
3. Menjaga
membaik. 3. Berikan asupan keseimbangan
Kriteria hasil : airan oral. cairan.
4. Pasien yang
 Keluhan 4. Anjurkan
menggunakan
mengantuk monitor kadar banyaksuntikan
menurun. gula glukosa insulin harus
 Tidak adaya darah secara dimonitor glukosa
darah sebnayakiga
pusing. mandiri. kali atau lebih setiap
 Tidak 5. Kolaborasi hari.
Lelah/lesu. pemberian 5. Pemberin insulin
yang tidak tepat
insulin.
menyebabkan
6. Kolaborasi hipoglikemia.
pemberian 6. Hipoglekimia
cairan. merespon baik
terhadap makanan
yang mengandung
glukosa.

2 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. P


berhubuungan tindakan keperawatan kemungkinan erubahan
dengan Agen cidera selama 3 x 24 jam penyebab karakteristik nyeri
fisik hiperglikemi
maka ketidak stabilan dapat menunjukan
a
guladarah membaik 2. Monitoor penyebaran
kriteria hasil : kadar penyakit
glukosa
 Keluhan terjadinya
darah
mengantuk 3. Berikan komplikasi.
menurun asupan airan 2. M
oral.
 Tidak adanya engntrol respon
4. Anjurkan
pusing monitor nyeri terhadap
 Tidak kadar gula pengaruh budaya.
glukosa 3. M
lelah/lesu
darah secara
mandiri emantau
5. Kolaborasi lingkungan untuk
pemberian mengurangi rasa
insulin.
nyeri.
6. Kolaborasi
pemberian 4. P
cairan. emantauan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
5. U
ntuk mengetahui
keadaan pasien
terhadap nyerinya.
6.Untuk mengetahui
rasa nyeri luka
insisi.
3 Infeksi berhubungan Setelah dilakukan 1. Periksa tanda 1. Mengetahui tanda dan
dengan peningkatan Tindakan dan gejala gejala dari
Leukosit
keperawatan selama hypovolemia. hipovolemia.
3 x 24 jam maka 2. Monitor intake 2. Memantau kadar
ketidakstabilan gula dan output cairan yang
darah membaik. cairan. diperlukan.
Kriteria hasil : 3. Hitung 3. Untuk mengetahui
 Nyeri kebutuhan kebutuhan cairan.
manurun cairan. 4. Menjaga
 Adany 4. Berkan asupan keseimbangan cairan.
kemerahan cairan oral. 5. Memantau banyaknya
pad kulit 5. Anjurkan cairan oral yang
menurun. memperbanyak diberikan.
 Demam asupan cairan 6. Untuk mengetahui
menurun oral. pasien hipotonis.
6. Kolaborasi
pemberian IV
hipotonis.
D. IMPLEMENTASI

file:///C:/Users/CINTYA/Documents/3840-1-7625-1-10-20170116.pdf

Anda mungkin juga menyukai