OLEH
N201901083
A. IDENTITASKLIEN
Nama :Tn. R Pekerjaan : karyawan antam
Umur :50 Tahun DxMedis : Diabetes Mellitus
JenisKelamin : Laki -laki TglMRS : 16Maret 2020
Alamat : Pomalaa No. RM 138345
StatusPerkawinan :Menikah TglPengkajian : 18 Maret 2020
Agama :Islam JamPengkajian : 08.00 Wita
SukuBangsa :Bugis Sumber Informasi :Istri
Pendidikan : SMA
B. RIWAYATPENYAKIT
1. Keluhan utama saat masukRS:
Klien mengeluh kaki kesemutan terus menerus, kram dan sakit bila berjalan 50-100
meter.
2. Riwayat PenyakitSekarang
Klien datang ke Rumah Sakit Benyamin Guluh Kolaka pada tanggal 16 Maret 2020
dengan keluhan kaki kesemutan terus menerus dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu
disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan dan sakit bila berjalan 50
– 100 Meter.Pasien juga mengaku gatal daerah selangkangan sudah 3 bulan lalu
pasien pernah berobat ke dokter kulit namun tidak membaik melainkan bertambah
merah dan tetap gatal dan perih.Pasien juga mengaku adanya keluhan sering haus,
sering terasa lapar dan sering BAK malam hari lebih dari 5 kali/malam, kira-kira 1- 2
gelasaqua.
Format Pengkajian Praktik Klinik Profesi Ners STIKES MW Stase KMB T.A 2019/2020 @nerskolaka
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (kemungkinan penyakit keturunan, penyakit
yang menular akibat kontak langsung maupun tak langsung antar anggota keluarga,
riwayat alergi dalam satukeluarga):
Klien mengatakan Ibu kandungnya memiliki riwayat penyakit yang sama berupa Diabetes
Mellitus, sedangkan riwayat darah tinggi pada orang tua tidak ada.
GENOGRAM (3 generasi) :
G :1
G :2
G :3
Keterangan :
: Laki-laki
:Perempuan
:Klien
: Meninggal
: Garis Keturunan
G1 : : Ibu klien meninggal karena penyakit DiabetesMellitus,
G2 : : Saat ini klien menderita penyakit Diabetes Mellitus dan klientinggal
bersama istri dan keduaanaknya.
G3 : : AnakKlien.
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PersepsidanPemeliharaanKesehatan(pengetahuankliententang
penyakit/perawatan)
Klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, jarang berobat ke dokter,
keluarga mengatakan bahwa ke dokter itu hanya jika sakitnya sudah parah.
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Antropometeri
BB sebelum sakit = 62 kg
BB saat ini = 58 kg
TB: 168 cm
IMT= BB/(Tb(m)2) =58/2,82=20,5
Kategori IMT
Underweight < 18,5
Normal 18,5-24,9
Overweight >25
Interpretasi: berdasarkan rumus IMT, pasien termasuk kategori normal
b. Biomedical sign:
Albumin : 3,54 g/dl; 2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
Globulin : 2,55 g/dl; 2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
Hemoglobin : 13,6 gr%
Gula darah sewaktu : 210 mg/dl
Gula darah puasa : 194 mg/dl
Kategori Glukosa darah normal:
Gula darah puasa : 80-99 mg/dl
Gula darah sewaktu : 80-145 mg/dl
Interpretasi :
Pada hasil lab didapatkan nilai normal pada nilai Albumin, Globulin, dan
Hemoglobin tetapi gula darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi dalam batasan
tidak normal.
3. Polaeliminasi:
a. BAK
1) Frekuensi :1800cc/jam
2) Jumlah : >1200-1500 cc/jam
3) Warna : berwarna kuningjernih
4) Bau : berbaukhas
5) Kemandirian :mandiri/dibantu
b. BAB
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Jumlah :normal
3) Warna : kuning
4) Bau : baukhas
5) Karakter :berbentuk
6) Kemandirian : mandiri/dibantu
Interpretasi:
Pola eliminasi yang dialami oleh klien terganggu, karena feses dan urine yang
dikeluarkan tidak sesuai atau tidak normal.
4. Pola aktivitas danlatihan
Pasien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu keluarga, 3: dibantu alat,
4: mandiri
5. Pola tidur danistirahat
Durasi : Klien mengatakan tidur pada pukul 23.30 WIB-04.00 WIB (4,5 jam) dan siang
hari tidur selama 1 jam.
Interpretasi : klien mengalami gangguan tidur karena cemas.
6. Pola kognitif dan perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori:
Mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik saat dilakukan
pengkajian.Penglihatan klien berfungsi dengan baik.Tidak ada Gangguan penglihatan
yang dirasakan.Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun harus
dengan tekanan yang kuat.
Interpretasi:
Pasien mengalami gangguan pada penglihatannya.
7. Pola persepsidiri
a. Gambarandiri : Klien mengatakan tidak bisa bekerja mencariuang.
b. Identitasdiri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang sudah
memiliki duaanak.
c. Hargadiri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera melakukan
aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup dengan keluargakecilnya.
d. IdealDiri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera bekerja kembali
agar bisa menghidupikeluarganya.
e. PeranDiri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa melakukan kegiatan
yang terlaluberat
Interpretasi:
Pola persepsi diri pasien tidak mengalami gangguan, gambaran diri pasien tidak
mengalami gangguan
8. Pola seksualitas &reproduksi
Pasien mengatakan sudah mempunyai 2 anak.Klien mengatakan tidak pernah memiliki
riwayat gangguan reproduksi.
Interpretasi:
Tidak ada masalah
9. Pola peran danhubungan
Klien mengatakan perannya klien ada seorang suami sekaligus kepala rumah tangga
yangharusmencarinafkahuntukkeluarganyadenganbekerjasebagaitukangparkirdi
pasar. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak mengalami masalah. Setelah dirawat
di rumah sakit klien akan menjaga kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter.
Saat di rumah sakit klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien lain, perawat dan
juga tenaga medis lainnya.
Interpretasi:
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit.
10. Sistem nilai dankeyakinan
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan kewajiban
sholatnya walaupun di tempat tidur
11. Pola koping danstres
Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan keluarganya dan
saudara terdekatnya.Klien menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah. Klien
terlihat cemas dan stres akan penyakitnya.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N :84x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
GCS :E4V5M6
2. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
3. PemeriksaanMata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
4. PemeriksaanHidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
5. PemeriksaanMulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : Lengkap
6. PemeriksaanTelinga
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Sekret : tidak ada
Fungsional : pendengaran baik
7. Pemeriksaan Leher
JVP : tidakmeningkat
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Kelenjar limfonodi : tidak membesar
Trakhea : tidak terdapat deviasi trakhea
8. PemeriksaanThorak
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar pada SICV LMC dextra
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di semua lapang paru
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung
Kanan atas : SIC II LPS dextra
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
Kiri atas : SIC II LMC sinitra
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
Auskultasi : S1- S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop
9. PemeriksaanAbdomen
Inspeksi : tampak asites, sikatrik akibat bekas luka operasi apendiksitis,
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : pekak pada region abdomen kanan atas sampai 3 jari dibawah arcus costae
dan tympani di abdomen kanan bawahdan abdomen kiri
Palpasi :supel, terdapat nyeri tekan pada regio bagian atas, teraba adanya pembesaran
hepar dan lien tidak teraba. Tes undulasidan pekak beralih positif.
10. PemeriksaanEkstremitas
Superior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, perfusi kapiler baik, tidak
anemis, akralhangat.
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT bagian ujung lebih dari 3
detik, perfusi kapiler buruk, tidak anemis, akraldingin.
E. HASIL PEMERIKSAANLABORATORIUM
Hari/Tanggal Pemeriksaan : 16 Maret 2020
No Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil
1 WBC (4.00 – 10.00) 6.50 + (10^3/ul)
2 RBC (4.00 – 6.50) 4.43 (10^6/ul)
3 HGB (13.0 – 16.0) 13.7 * (g/dl)
4 HCT (36.0 – 46.0) 35.5 – (%)
5 MCV (80.0 – 97.0) 80.1 (fl)
6 MCHC (32.0 – 37.0) 38.6 * (g/dl)
7 PLT (150 – 450) 181 (10^3/ul)
8 GDS (70 – 130 ) 210 mg/dl
F. TERAPI
1. Terapi Obat (Oral, IV, IM, Subkutan, dll beserta dosispemberian)
a. Inj. Ceftriaxone 1 gr / IV / 12jam
b. Actrafid(insulin) 10 – 10 – 10 /IV/S;
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. N Dx. Medis : Diabetes Mellitus
Umur : 50 Tahun No. RM : 138345
Jenis Kelamin : Laki - laki Ruang Rawat : Mawar
batang perhari
- Pasien mengatakan tidak
Hiperglikemia
pernahberolahraga
Data Objektif :
- Pasien tampaklemas
Kadar glukosa darah
- Gula darah sewaktu : 210
tidak terkontrol
mg/dl
- Gula darah puasa : 194mg/dl
- Urine output : >1500cc/jam
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
2 Rabu Data Subjektif: Kadar glukosa darah Keletihan
18 – 03 – 2020
- Pasien mengatakan merasa meningkat
kurang tenaga
tampak merah
Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dibuktikan dengan ketidaktepatan pemantauan
kadar glukosadarah
Hari /
No Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Rabu Risiko ketidakstabilan kadar 08.30 1. Memonitor kadar gula Rabu
18 – 03 -2020
glukosa darah dibuktikan darah, sesuaiindikasi 19-03-2020
dengan ketidaktepatan 08.35 2. Memonitor tanda dan S :
pemantauan kadar glukosa gejala hiperglikemi: Pasien mengatakan
darah, dibuktikan dengan: poliuria, polidipsi, masih merasa lemas
DataSubjektif: polifagi, kelemahan, dan kesemutan di
- Pasein mengatakan Kaki latergi, malaise, kakinya
sering kesemutan pandangan kabur atau O :
terutama saat setelah sakitkepala. - Gula darah puasa:
duduk bersila atau 08.40 3. Memberikan insulin 198mg/dl
jongkok dalam waktu sesuairesep - Gula darah
lama, dan bila berjalan 08.45 4. Mendorong sewaktu : 144
50 – 100Meter. pemantauan sendiri mg/dl
- Pasien mengatakan kaki kadar glukosadarah A:
terasa kesemutan dan 08.50 5. Mengintruksikan pada Ketidakstabilan kadar
saat tersandung tidak pasien dan keluarga glukosa
merasasakit mengenai manajemen P : Lanjutkan
Data Objektif : diabetes Intervensi
- CRT bagian ujung - Memonitor kadar
lebihdari 3 detik, perfusi gula darah, dan
kapiler buruk, akral pemberian insulin
dingin, sesuaiindikasi
- N :84x/menit, - Diet makan, dan
- RR :20x/menit, pantau
- TD : 120/80mmHg, pemenuhan
- S : 36,5 C nutrisipasien
2 Rabu Keletihan berhubungan Rabu
1. Mengidentifikasi
18 – 03 -2020 08.55
dengan kondisi fisiologis, 19-03-2020
gangguan fungsi tubuh
S:
yang mengakibatkan
dibuktikan dengan:
- Klien
Data Subjektif: kelelahan.
mengatakan
- Pasien mengatakan 2. Memonitor kelelahan
masih letih
merasa kurang tenaga fisik dan emosional.
09.00 ketika
3. Memonitor pola dan
- Klien mengatakan sakit beraktifitas
09.05 jam tidur.
bila berjalan 50 – - Klien
4. Memonitor lokasi dan
100Meter. mengatakan
ketidaknyamanan
Data Objektif : 09.10
kakinya sakit bila
selama melakukan
- CRT bagian ujung lebih berjalan 50-100
aktifitas
dari3 detik, perfusi meter
5. Menyediakan
kapiler buruk, lingkungan yang O:
akraldingin, 09.15 nyaman dan rendah
- CRT klien <3
stimulus
- Klien tampak lemas detik
6. Melakukan latihan
- N :84x/menit, - Akraldingin
09.17 rentang gerak pasif dan
- RR :20x/menit, - warna sudah
atau aktif.
- TD : 120/80mmHg, tidakpucat
7. Menganjurkan tirah
- S : 36,5 C A:
09.20 baring
Keletihan
8. Menganjurkan menurun
melakukan aktifitas
P:
09.23 secara bertahap
Lanjutkan intervensi
- memonitor
kelelahan fisik
dan emosional
- lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan aktif
3 Rabu Resiko infeksi berhubungan 09.20 1. Memonitor tanda dan Rabu
18 – 03 -2020
dengan penyakit kronis gejala infeksi. 19-03-2020
(mis: diabetes melitus). 09.25 2. Memberikan perawatan S:
-
Data Subjektif : kulit pada area edema.
09.30 O:
- klien mengatakan gatal di 3. Menjelaskan tanda dan
09.35 - Tampak merah
selangkangan 3 bulan gejala infeksi
daerah
lalu, klien pernah ke 4. Mengajarkan cara
selangkangan
dokter kulit tidak mencuci tangan dengan
membaik melainkan 09.38 benar. - Klien tampak
bertambah gatal dan perih 5. Menganjurkan mengerti
Data Objektif : meningkatkan asupan penjelasan
nutrisi. perawat
- selangkangan yang gatal 09.40
6. Menganjurkan mengenai
tampak merah
meningkatkan asupan tanda dan
- CRT bagian ujung lebih
cairan. gejala infeksi
dari3 detik, perfusi
A:
kapiler buruk,
Resiko infeksi
akraldingin,
menurun (teratasi)
- N :84x/menit,
P:
- RR :20x/menit,
Hentikan intervensi
- TD : 120/80mmHg,
S : 36,5 C
1 Kamis Risiko ketidakstabilan kadar 14.30 1. Memonitor kadar gula Jumat
19 – 03 -2020
glukosa darah dibuktikan darah, sesuaiindikasi 20-03-2020
dengan ketidaktepatan 14.35 2. Memonitor tanda dan S :
pemantauan kadar glukosa gejala hiperglikemi: Pasien mengatakan
darah, dibuktikan dengan: poliuria, polidipsi, sudah tidak merasa
DataSubjektif: polifagi, kelemahan, lemas dan
- Pasein mengatakan Kaki latergi, malaise, kesemutan lagi di
sering kesemutan pandangan kabur atau kakinya
terutama saat setelah sakitkepala. O:
duduk bersila atau 20.00 3. Memberikan insulin - Gula darah puasa:
jongkok dalam waktu sesuairesep 99mg/dl
lama, dan bila berjalan - Gula darah
50 – 100Meter. sewaktu : 144
- Pasien mengatakan kaki mg/dl
terasa kesemutan dan A:
saat tersandung tidak Ketidakstabilan kadar
merasasakit glukosa normal
Data Objektif : P:
- CRT bagian ujung Lanjutkan diet
lebihdari 3 detik, perfusi makan, dan pantau
kapiler buruk, akral pemenuhan nutrisi
dingin, dirumah.
- N :84x/menit,
- RR :20x/menit,
- TD : 120/80mmHg,
- S : 36,5 C
2 Kamis Keletihan berhubungan 14.40 Jumat
1. Mengidentifikasi
19 – 03 -2020
dengan kondisi fisiologis, 20-03-2020
gangguan fungsi tubuh
14.45 S:
yang mengakibatkan
dibuktikan dengan:
- Klien
Data Subjektif: kelelahan.
14.50 mengatakan
- Pasien mengatakan 2. Memonitor kelelahan
lelah ketika
merasa kurang tenaga fisik dan emosional.
beraktifitas
3. Memonitor pola dan
- Klien mengatakan sakit - Klien
jam tidur.
bila berjalan 50 – 15.00 mengatakan cepat
4. Memonitor lokasi dan
100Meter. lelah bila
ketidaknyamanan
Data Objektif : 15.05 berjalan.
selama melakukan
- CRT bagian ujung lebih O:
aktifitas
dari3 detik, perfusi 15.10 - Tampak lelah
5. Menyediakan
kapiler buruk, lingkungan yang - Akraldingin
akraldingin, nyaman dan rendah
stimulus
- N :84x/menit, A:
6. Melakukan latihan
- RR :20x/menit, Keletihan
rentang gerak pasif dan
- TD : 120/80mmHg, menurun
atau aktif.
- S : 36,5 C P:
7. Menganjurkan tirah
Lanjutkan intervensi
baring -
8. Menganjurkan
melakukan aktifitas
secara bertahap
1 Jumat Risiko Perfusi Perifer tidak 09.00 1. Memeriksa sirkulasi Jumat
20 – 03 -2020
efektif dibuktikan dengan perifer (nadi perifer, 20-03-2020
Hiperglikemia, dibuktikan edema, pengisian S:
dengan: kapiler, warna,suhu) - Klien
Data Subjektif : 09.10 2. Mengidentifikasi faktor mengatakan
- Pasien mengatakan Kaki resiko gangguan kakinya tidak
sering kesemutan sirkulasi (diabetes, terasakesemutan
terutama saat setelah hipertensi) - Klien
duduk bersila atau 09.15 3. Melakukan perawatan mengatakan kaki
jongkok dalam waktu kaki dankuku sudah terasa
lama, dan bila berjalan ketikadisentuh
50 – 100Meter. O:
- Pasien mengatakan kaki - CRT klien <2
terasa kesemutan dan detik
saat tersandung tidak - Akraldingin
merasasakit - warna sudah
Data Objektif : tidakpucat
- CRT bagian ujung A:
lebihdari 3 detik, perfusi Perfusi Perifernormal
kapiler buruk, akral P:
dingin, Lanjutkan intervensi
- N :84x/menit, perawatan kaki dan
- RR :20x/menit, senam kaki dirumah.
- TD : 120/80 mmHg
- S : 36,5 C
LAPORAN PENDAHULUAN
“ DIABETES MELITUS”
OLEH
N201901083
PENDAHULUAN
1. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart,
2002).
B. KLASIFIKASI
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-
sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin
untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya
terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe
II.Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap
insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak
dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka
yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
5. Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
C. ETIOLOGI
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat.DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.Pada awalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin mula-
mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek
reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti
2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa,
tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati.Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II.Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya.Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II.Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas.Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi.Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadra glukosanya sangat tinggi).
PATWAYS
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
hiperglikemia berpuasa
glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
keletihan dan kelemahan
ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
F. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. Urine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan.Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin.Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik
terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada
pemeriksaaan darah jari.
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan
biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.
Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam
waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W
atau D10 W bergantung pada tingkat hipoglikemia
Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting
insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang
berkelanjutan.
Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis
yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus
diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.
b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON
KETOTIK (HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan
sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati
350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada
umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1,
elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium
bervariasi.
Penatalaksanan kegawat daruratan:
Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skema
IV Cairan
1 sampai 12 NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau
jam osmolitas plasma 330 mOsm/liter
NaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter
Elektrolit
Permulaan Bila serum K+ lebih besar dari 3.5
mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara
secara intravena untuk
mempertahankan kadar cairan
setengahdari KCl dan setengah dari
Jam kedua KPO4
dan jam
berikutnya Bila jumlah urin cukup dan serum
kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter,
berikan 20-30 mEq/liter K+
Insulin
Skema pemberian insulin adalah sebagai berikut:
algoritma Diabetes Melitus
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
1. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
2. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
4. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan
normal) dengan rumus :
1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
5. Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
6. Obesitas sedang BBR 130% - 140%
7. Obesitas berat BBR 140% - 200%
8. Morbid BBR >200 %
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan
ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih.
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin
Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :
5) Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan
pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut
a. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
Airway + cervical control
1) Airway
Lidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik), Benda asing/ darah
pada rongga mulut
2) Cervical Control : -
Breathing + Oxygenation
1) Breathing : Ekspos dada, Evaluasi pernafasan
- KAD : Pernafasan kussmaul
- HONK : Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)
2) Oxygenation : Kanula, tube, mask
Circulation + Hemorrhage control
1) Circulation :
- Tanda dan gejala schok
- Resusitasi: kristaloid, koloid, akses vena.
2) Hemorrhage control : -
Disability : pemeriksaan neurologis è GCS
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara,
berespon terhadap rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk
bersespon thd nyeri
b. PENGKAJIAN SEKUNDER
B. Anamnese
a. Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan
yang kabur, kelemahan dan sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/
HONK), penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK)
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4
kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan,
peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit
dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik
dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
C. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
c. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan
intake nutrisi (tipe 2)
d. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif,
Kegagalan mekanisme pengaturan
e. PK: Hipoglikemia
PK: Hiperglikemi
f. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi
2. Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300 mg/dl,
pernafasan bau aseton, sakit kepala,
pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi
4. Berikan insulin sesuai order
5. Pertahankan akses IV
6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan
gejala Hiperglikemia menetap atau
memburuk
8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi
hipotensi
9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine
10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler,
nadi perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minum
12. Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
6 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b.d hipoksemia Circulation status Peripheral Sensation Management
jaringan. Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
Kriteria Hasil : Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
a. mendemonstrasikan status sirkulasi peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Tekanan systole dandiastole dalam Monitor adanya paretese
rentang yang diharapkan Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
Tidak ada ortostatikhipertensi kulit jika ada lsi atau laserasi
Tidak ada tanda tanda peningkatan Gunakan sarun tangan untuk proteksi
tekanan intrakranial (tidak lebih dari Batasi gerakan pada kepala, leher dan
15 mmHg) punggung
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif Monitor kemampuan BAB
yang ditandai dengan: Kolaborasi pemberian analgetik
berkomunikasi dengan jelas dan Monitor adanya tromboplebitis
sesuai dengan kemampuan Diskusikan menganai penyebab perubahan
menunjukkan perhatian, konsentrasi sensasi
dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
2. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
3. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
4. Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan Diabetes Mellitus
Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
5. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
6. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
7. Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
8. Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
9. Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika