Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DIABETES MELITUS DI DESA

BALOSI MAROS

Oleh:

SITTI HALIJAH

NH0117142

CI Institusi

(..................................................)

NIDN .......................................

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
BAB I
KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes berasal dari istilah yunani yaitu artinya pancuran sedangkan mellitus
artinya gula atau madu. Dengan demikian secara bahasa, diabetes mellitus adalah curahan
cairan dari tubuh yang banyak mengndung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah
kencing. Dengan demikian, fedenisi diabetes mellitus secara umum yaitu suatu keadaan
yakni tubuh tidak dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal
ini, terjadilonjakan kadar gula dalam darah melebihi normal (maghfuri, 2016)
Diabetes mellitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme yang di tandai
dengan hiperglikemia sebagai akibat defesiensi sekresi insulin atau berkurangnya aktivitas
biologis insulin atau keduanya. Defesiensi fungsi dan sekresi insulin diawali dengan
terjadinya prediabetes yang merupakan prakondisi diabetes. Insulin adalah salah satu
hormone yang dihasilkan oleh pancreas dan memegang peran penting dalam menjaga
keseimbangan glukosa darah (rumhorba, 2014)
Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM,
diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin
pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe
ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

B. Epidemiologi
Diabetes merupakan masalah kesehatan yang serius baik di Negara maju maupun
Negara berkembang seperti Indonesia . setiap tahunnya kejadian diabetes mengalami
peningkatan. Berdasarkan federasi diabetes internasional/ international diabetes federation
(IDF) dan badan kesehatan dunia / word health organization (WHO) terdapat 277 juta
penduduk dunia yang menderita diabetes. Sekitar 80% diantaranya berada di Negara
berkembang. Jika tidak segera dilakukan upaya untuk memperlambat epidemi,tahun 2025
jumlah penderita diabetes di dunia akan melonjak menjadi 300 juta. Tahun 2007, di AS di
perkirakan prevalensi kasus diabetes pada semua kelompok usia mencapai 23,6 juta orang
atau 7,8 juta % dari seluruh populasi, yang terdiagnosis 17,9 juta dan yang tidak terdiagnosis
5,7 juta orang dan prevalensi prediabetes mencapai 57 juta orang (rumhorba, 2014)
Di Indonesia, berdasarkan survey kesehatan ruah tangga (SKRT) tahun 2005
menunjukkan peningkatan prevalensi DM dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4%
pada tahun 2004. Sementara itu hasil DM di perkotaan mencapai 14,7 %dan 7,2% di
perdesaan . hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes) tahun 2007 menunjukkan prevalensi DM
secara nasional mencapai 5,7% prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT) mencapai
10,2% prevalensi obesitas umum mencapai 10,3% dan obesitas sentral mencapai 18,8%.
Prevalensi DM dijawa barat mencapai 4,2 %. (rumhorba, 2014)
Diabetes merupakan faktor risiko berbagai penyakit penting seperti penyakit
jangtung korener dan gagal jantung . di Indonesia, berdasarkan SKRT tahun 2005, penyakit
jantung korener dan stroke mrupakan penyebab kematian terbesar. Pada kerjasama studi
kohort asia pacific/ Asia pacific cohort studies collaboration menunjukkan ratio DM
terhadap beberapa penyakit penting di asia seperti penyakit jantung dan stroke. Attributable
fraction DM terhadap penyakit jantung korener mencapai 2 % sampai 12% terhadap stroke
hemogragik 1% sampai 6 % dan terhadap stroke iskemik 2% sampai 11 % . endocrine
today editorial member ( 2010) menunjukkan, kurang lebih 65% kematian pada diabetes
disebabkan oleh penyakit jantung dan stroke, resiko pasien diabetes menjadi stroke 2-4 kali
lebih tinggi serta resiko kematian pasien stroke dengan diabetes 2-8 kali lebih tinggi
dibandingkan yang tidak mengalami diabetes . (rumhorba, 2014)

C. Anatomi Dan Fisiologi Pankreas


Pancreas adalah suatu organ yang terbentang secara horizontal dari cincin
duodenum ke lien, pada vertebra 1 dan 2 di belakang lambung terletak di retroperitoneal
bagian atas dengan panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm . pancreas terdiri dari 3
bagian, yaitu: kepala pancreas, badan pancreas dan ekor pancreas. (rumhorba, 2014)
Menurut (rumhorba, 2014) Pancreas memiliki 2 fungsi penting yaitu
1. Fungsi eksokrin
Fungsi eksokrin pankteas berupa sekresi beberapa jenis enzim berguna dalam proses
pencernaan 3 jenis nutrient utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Enzi masuk
kedalam duodenum melalui saluran pancreas
2. Fungsi endokrin
Fungsi endokrin pankreas berupa sekresi. beberapa hormone yang berfungsi untuk
mengatur metaboliseme nutrisi selular baik karbohidrat, protein maupun lemak.
Hormone yang sekresi oleh pancreas dicurahkan langsung kedalam pemuluh darah
menuju organ target.

D. Etiologi
Menurut (rumhorba, 2014) Kerusakan pancreas dan resistensi jaringan terhadap
insulin merupakan penyebab tidak adekuatnya kerja insulin. Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan ekresi insulin pada DMT2 masih belum
diketahui. Faktor obesitas dan genetic diperkirakan memegang peranan penting dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu, terdapat berbagai faktor risiko lain yng di bagi
menjadi faktor risiko yang dapat di ubah dan yang tiak dapat di ubah seperti berikut ini:
1. Faktor resiko yang dapat di ubah antara lain faktor genetic gender, usia, gestasional
diabetes dan ras
a. Faktor genetik
Prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderta diabetes
dan prevalensiyang tinggi pada etnis tertentu terjadi satu bukti adanya komponen
genetic yang berkontabusi dalamkejadian diabetes mellitus. Meskipun belum dapat
dipastikan, namun, hal ini menjadi satu faktor penting yang harus diketahui dan
disadari setiap individudengan orang tua atau saudara sedarah yang menderita
diabetes agar upaya pencegahan sedinih mungkin dapat dilaksanakan. Berbagai
penelitian menunjukkan hubungan yang sangat kuat anta faktor genetic dengan
kejadian DMT2. (rumhorba, 2014)
b. Usia
Usia merupakan faktor resiko utama diabetes mellitus. Berbagai studi menunjukkan
penigkatan prevalensi diabetes seiring dengan pertambahan usia. Hasil riskesdas
tahun 2007 menunjukkan peningkatan secara bermakna prevalensi TGT pada usia
35 tahun atau lebih dan prevalensi tertinggi dijumpai pada usia 75 tahun atau lebih
diamerika serikat seperti dilaporkan oleh ADA (2005), angka kejadian diabetes
melitus pada tahun 1998 sampai tahun 1994 pada orang dewasa berusia sekitar 40-
74 tahun mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa sebesar 33,8 %
peningkatan glukosa darah 2 jam setelah makan 15,4 % dan peningkatan pada
keduanya sebesar 40,1%.
c. Gender
Meskipun hingga saat ini belum di temukan alasan kuat penyebab perbedaan
prevalensi diabetes pada wanita dan pria, namun berbagai studi menunjukkan
perbedaan prevalensi yang bermakna anata pria dan wanita. Studi yang dilakukan
oleh pusat pencegahan dan pengendalian penyakit AS (CDCP) Tahun 2008,
menunjukkan peningkatan kejadian diabetes pada wanita sebesar 4,8%
dibandingkan pada pria hanya sebesar 3,2 % (rumhorba, 2014)
d. Gestational DM
Gestational diabetes melitus (GDM) merupakan diabetes yang berkembang selama
kehamilan. GDM yang berkembang pada masa kehamilan menjadi satu faktor risiko
berkembangannnya diabetes pada ibu untuk mengalami diabetes, bayi yang
dilahirkannya juga cenderung mengalami obesitas dan menderita penyakit pada usia
dewasa. (rumhorba, 2014)

2. Faktor risiko diabetes mellitus yang dapat di ubah antara lain:


a. Obesitas
Obesitas merupakan suatu kondisi yang menggambarkan penumpukan lemak
dalam tubuh yang disebabkan oleh asupan makanan berlebihan melebihi kebutuhan
tubuh. Obesitas merupakn faktor risiko utama DMT2 dan penyakit pembuluh darah
jantung atau cardio vascular disease (CVD). Berbagai penelitian menunjukkan
hubungan obesitas dengan DMT2 dimana berbagai intervensi yang di tujukan untuk
mengendalikan diabetes mellitus dan mengurangi insidensi DMT2 (rumhorba, 2014)
b. Latihan fisik yang kurang
Latihan fisik yang kurang sebagai aktivitas olahraga yang dilakukan secara
sistematik dalam jangka waktu lama yang bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan fungsi fisiologis dan psikologis. Latihan fisik akan mengubah
senyawa glukosa dan lemak di jaringan dan pembuluh darah menjadi energy.
(rumhorba, 2014)
c. Asupan makanan yag tidak seimbang
Asupan makan dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas seriap hari.
Asupan ini hendaknya cukup baik dan sisi jumlahnya kalori, air, vitamin dan
mineral yang di butuhkan tubuh. Kejadian prediabetes terkait erat dengan asupan
artinya asupan kalori harus di perhitungkan secara seksama berdasarkan kebutuhan
tubuh. Asupan kalori yang berlebihan menyebabkan ketidakseimbangan kalori yang
diterima dengan penggunannya oleh tubuh sehingga akan menimbulkan penimbunan
kalori yang akan menyebabkan peningkatan berat badan. (rumhorba, 2014)

E. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1 sebagai berikut :
1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang
juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease,
Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan
dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun

F. Patogenesis
Diabetes pada prediabetes merupakan penyakit kronik, berkembang secara perlahan
seiring dengna berkembangnya berbagai faktoor risiko. Perjalanan penyakit ini menunjukkan
perubahan yang terjadi secara bertahap. (rumhorba, 2014)
Resistensi insulin berdampak pada menurunnya kekuatan kerja insulin sehingga
menimbulkan peningkatan kadar glukosa darah sehingga merangsang kompensasi pancreas
untuk menghasilkan insulin sehingga terjadi peningkatan kadar insulin di dalam darah yang
disebut hiperinsulinemia. Selain itu, hati otot jaringan lemak bekerja secara berlebih
sehingga menimbulkan peningkatan sekresi asam lemak bebas dan trigliserida serta
penurunan high density lipoprotein (HDL). Kondisi ini akan meningkatkan resistensi
tahanan vascular sehingga menimbulkan peningkatan tekanan darah dan tekanan akhir
distolik sekalipun kadar glukosa darah dapat dipertahankan berada pada nilai normal
(rumhorba, 2014)

G. Patosiologi
Menurut (maghfuri, 2016) patofisiologi diabetes mellitus dapat di lihat pada gambar di
bawah ini:

Bakteri/ virus Bahan toksik

Pancreas

Insulin
1. Memasukkan glukosa ke sel
2. Mengatur gula dalam darah

Insulin di produksi sedikit dan/ Insulin di produksi


atau tidak di produksi

DM tipe I DM tipe 2

Masalah kesehatan

katarak Hipoglikemi/ Penyakit ginjal


hiperglikemi

kertoasklosis Luka diabetik

Pada diabetes mellitus tipe II terjadi penurunan sensitivtas jaringan terhadap insulin
(resistensi insulin). Hal ini diperberat oleh bertambahnya usia yang mempengaruhi
berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan atau
penurunan sensitifas perifer terhadap insulin. Resistensi insulin berhubungan dengan faktor
eksternal seperti gaya hidup yang salah dan obesitas. Gaya hidup utamanya pola makan yang
tidak seimbang dan pola latihan fisik yang tidak rutin dan teratur. (rumhorba, 2014)
Peningkatan kadar glukodsa dalam darah menyebabkan osmolalitas darah meningkat
sehingga menyebabkan perpindahan cairan dari ekstra vaskuler ke intra vaskuler dan terjadi
dehidrasi pada sel. Peningkatan valume dieresis akan meningkat dan frekuensi berkemih
akan meningkat (poliuria). (rumhorba, 2014)
Disisi lain, peningkatan osmolalitas sel akan merangsang hypothalamus untuk
mengsekresi ADH dan merangsang pusat haus dibagian lateral sehingga menyebabkan
peningkatan rasa haus yang disebut poli dipsi. Penurunan transport glukosa kedalam sel
meyebabkan sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme sehingga mengakibatkan
starvasi sel. (rumhorba, 2014)

H. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga
klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan
baik.

I. Pencegahan
Diabetes dapat dicegah dengan memiliki gaya hidup sehat sedini mungkin .
pencegahan diabetes bagi penyandang prediabetes dilakukan dengan deteksi penyakit secara
dini dan pengolalaan prediabetes secara tepat. Deteksi dini mengandung makna mengetahui
seawall mungkin terjadi penyakit. Hal ini dapat dilaukan dengan meningkatkan kepekaan
terhadap tanda dan gejala yang perlu diwaspadai seperti banyak makan. Banyak minum dan
banyak berkemih. Disamping itu kesadaran terhadap faktor risiko yang tidak tampak seperti
genetic perlu dikenali secara dini. (rumhorba, 2014)
Pencegahan diabetes di fokuskan pada perunahan gaya hidup khususnya dalam pola
makan seimbang dan pola latihan fisik rutin dan teratur dalam upaya mencegah obesitas
sebagai faktor risiko utama diabetes. (rumhorba, 2014)

J. Komplikasi
Menurut (rumhorba, 2014) Berbagai komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik
yang bersifat maupun kronik.
1. Komplikasi akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan degan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukkan kadar glukosa dalam darah
rendah. Kadar glukosa darah turun di bawah 50 mg/ dl. Pada penyandang diabetes,
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
komsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat dan
berlebihan. Gejala hipoglikemi dapat dikelompokkan kedalam dua karegori yaitu
adrenergic dan gejala system saraf pusat.
b. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis di sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolism kabohidrat,
protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada ketoadosis yaitu
terjadinya dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis
c. Syndrome hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (SHHNK) merupakan keadaan
yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hipwegklikemia yang disertai perubahan
tingkat kesadaran (sense of awareness).
2. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik diabetes dapat menyerang semua system organ tubuh.
Kerusakan organ tubuh di sebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah ke organ akibat
kerusakan pada pembuluh darah kategori komplikasi kronik diabetes yang lazim di
gunakan adalah penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.
a. Komplikasi makrovaskuler
Perubahan pembuluh darah besar akibat aterosklerotik menimbulkan masalah yang
serius pada diabetes. Aterosklerotikyang terbentuk sangat beragam tergantung pada
lokasi pembuluh darah yang terkena, derajat sumbatan yang di timbulkan dan
lamanya sumbatan itu telah terjadi. Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah
arteri korener, maka akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA (transient
ischemic attack).
b. Komplikasi mikrovaskuler
Berbagai bentuk komplikasi mikrovaskuler antara lain:
1) Retinopati diabetikum
Disebabkan oleh perunahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
mata, retina mengandung banyak sekali pembuluh darah kecil seperti arteriol,
venula dan kapiler. Retinopati diabetic dapat menyebabkan kebutaan
2) Nefropati diabetikum
Bila kadar glukosa darah meningkat maka mekanisme fitrasi ginjal akan
mengalami stress yang mengakibatkan kerusakan pada membrane filtrasi
sehingga terjadi kebocoran protein darah ke dalam urin.kondisi ini
mengakibatkan tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan
tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus dalam terjadinya
nefropati. Nefropati diabetic dapat menyebabkan gagal ginjal. (rumhorba, 2014)
3) Neuropati diabetikum
Hiperglikemia juga merupakan faktor utama terjadinya neuropati diabetikum.
Erdapat 2 tipe neuropatik diabetic yang paling sering di jumpai yaitu polinueopati
sensorik dan neuropati otonom

K. Diagnosis
Menurut (rumhorba, 2014) Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalan
klinik utama dan pemeriksaan glukosa darah. Gejala klinik utama berupa triad poli yaitu poli
uri, poli dipsi dan poli phagi dan penurunan berat badan secara drastic tanpa sebab yang
jelas. Di samping itu, keluhan lemas, gatal-gatal, penurunan libido, kesemutan dan mata
kabur juga menjadi keluhan lain yang di pertimbangkan. Diagnosis diabetes di tegakkan
melalui 3 cara yaitu:
1. Jika keluhan klasik di temukan, kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl
2. Jika keluhan klasik ditemukan, kadar glukosa darah ≥126 mg/dl
3. Tes toleransi glukosa (TTG) dengan beban 75 g glukosa, kadar glukosa darah ≥ 200
mg/dl. Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah
eningkat di bawah kondisi stress

L. Penatalaksanaan
Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi:
1. Pemberian insulin
Yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian,
dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan
asal maupun lama kerjanya, menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja
pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.
Adapun Penatalaksanaan Terapi Insulin sebagai berikut:
a. Cara pemberian /penyuntikan hormone insulin
b. Indikasi dan kontra indikasi pemberian /penyuntikan hormone insulin.
c. Efek samping pemberian / penyuntikan hormone insulin.dll
Enam tipe insulin berdasarkan mulai kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut,
yakni
a. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
b. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
c. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
d. Mixed Insulin
e. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
f. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
2. Pengaturan makan/diet
a. Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas dapat
juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
1000 + (usia dalam tahun x 100) = ....... Kalori/hari
b. Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-
15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.
c. Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan
kecil sebagai berikut :
1) 20% berupa makan pagi.
2) 10% berupa makanan kecil.
3) 25% berupa makan siang.
4) 10% berupa makanan kecil.
5) 25% berupa makan malam.
6) 10% berupa makanan kecil.
3. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selam kurang lebih 30
menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progressive Endurance
Training). Latihan yang dapa dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang,
dan bersepeda.
4. Obat hipoglikemik oral (OHO)
Jika pasien telah melakukan pengturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur,
tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat
berhasiat hipoglikemik.
a. Sulfoniurea
Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan
ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
b. Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan
untuk pasien gemuk.
c. Inhibitor α glukosidase
Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
d. Insulin sentizing agent
Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
5. Edukasi
Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya,
memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.
6. Pemantauan mandiri/ home monitoring
Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan
penyakitnya di rumah. Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya
pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat dilakukan secara langsung (darah) dan
secara tidak langsung (urin).
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien: terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnose medis, keluarga yang
dapat dihubungi, catatan kedatangan.
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
kaki sering kesemutan, dan terasa berat, sering kencing di malam hari bisa sampai 10
kali setiap alam,sering merasa kehausan dan jumlah porsi makan bertambah dan
sering kelaparan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan sering kelaparan, kehausan dan BAK 10x setiap
malam
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami Diabetes Melitus
3. Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan:
a. Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan
kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang
meningkat/ tinggi/ hipertensi.
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot,
adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya
retinopati, kekaburan pandangan.
b. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi :
darah membaik
- Identifikasi kemungkinan penyebab
KH :
hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
1. Kestabilan kadar glukosa darah
Terapeutik :
membaik
- Berikan asupan cairan oral
2. Status nutrisi membaik
Edukasi :
3. Tingkat pengetahuan meningkat
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu

• Edukasi program pengobatan


Observasi :
- Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi

16
Terapeutik :
Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan

- Anjurkan mengosomsi obat


sesuaiindikasi

17
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 • Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun Observasi :
KH : - Identifikasi identifikasi lokasi,
• Tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
• Penyembuhan luka membaik kualitas,intensitas nyeri
• Tingkat cidera menurun - Identifikasi skala
nyeriTerapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Edukasi:

- Jelaskan penyebab dan periode dan


pemicu nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik

18
• Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik :

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik


nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

19
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan • Terapi aktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas Observasi :
membaik - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
KH : - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
• Toleransi aktivitas membaik dalam aktivitas tertentu
• Tingkat keletihan menurun
Terapeutik :

- Fasilitasi pasien dan keluarga


dalam menyesuiakan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
• Manajenen program
latihanObservasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas

20
Terapeutik :
Motivasi untuk memulai/
melanjutkan aktivitas fisik

Edukasi:

Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik

21
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

E. EVALUASI
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggu
DAFTAR PUSTAKA

Amin, & Hardhi. (2016). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc
Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Brunner, & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Ed. 2. Jakarta: EGC.

Ernawati. (2014). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:Mitra Wacana


Media.

Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perwatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta: Salemba Medika.

Mary. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha.

Monica. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Vol2. Jakarta: EGC.

Rumhorba, H. (2014). Mencegah Diabetes Melitus Dengan Perubahan Gaya Hidup. Bogor: In
Media.

Saunders. (2009). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis Untuk Hasil YangDi Harapkan
,Edisi 8-Buku 3. Indonesia: Cv Pentasada Media Edukasi.

Suharyati, & Dkk. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta:Buku
Kedokteran Egc.

Anda mungkin juga menyukai