Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE GERONTIK (DIABETES MELITUS TIPE 2)

Diajukan Oleh:
FINA SUSANTRI
20300017

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2020/2021
DIABETES MELITUS

I. TINJAUN TEORITIS

A. DEFINISI

Kencing manis atau Diabetes Melitus merupakan penyakit

metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya kadar gulah darah

(glukosa) seseorang didalam tubuh yang tinggi melebihi batas normal

(hyperglikemia). Kadar gula yang tinggi dikeluarkan melalui air seni

(urin), sehingga air seni menggandung gula atau manis sehingga disebut

sebagai penyakit kencing manis. Kencing manis pada akhirnya biasa

menimbulkan komplikasi baik akut maupun kronis (Marewa, 2015).

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan

Bare, 2015). ADA (2014) dalam Simatupang (2020) menyatakan bahwa

diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar

glukosa darah yang tinggi dan gangguan metabolisme pada umumnya

yang pada perjalanannya bila tidak dikendalikan dengan baik akan

menimbulkan berbagai komplikasi baik akut mau pun kronis. Diabetes

mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak

cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien

menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur

kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah

efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat
terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada

pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat

terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011).

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronis yang

mempengaruhi hampir setiap organ manusia. Diabetes Melitus

menyebabkan komplikasi kronik bila dibiarkan dan tidak dikelola dengan

baik. Salah satu komplikasi DM yang paling ditakuti yaitu kaki diabetes

yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik

(Waspedji, 2015 dalam Hidayatulloh, 2018).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar Pankreas
gambar DM tipe 1 dan 2

Menurut Gonzaga.B (2010), prankreas terletak melintang dibagian

atas abdomen dibelakang glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah

kiri ekor prankreas mencapai hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian

kiri atas kaput prankreas dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas

yaitu bagian prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan

vena mesentrika superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut

processus unsinatis prankreas.

Menurut Gonzaga Prankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:

1. Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi


menyekresi insulin d24ed dan glukagon langsung ke darah. Pulau
langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi
glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Menurut Gongzaga (2010), Prankreas disebut sebagai organ

rangkap, mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer

endokrin. Fungsi eksokrin menghasilkan sekret yang mengandung enzim

yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan

endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang

peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam

mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon yang

disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans. Hormon ini dapat

diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah

yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu

glukagon

C. ETIOLOGI

Menurut Smeltzer (2015), Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan

kedalam 2 kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)

a. Genetik

Umumnya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1

namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan

genetik kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik

ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA

(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen


yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses

imunnya.

b. Imunologi

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon

autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya sebagai jaringan asing.

c. Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun

yang menimbulkan destruksi sel beta.

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang

menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga
D. MANISFESTASI KLINIK

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak

dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala

yang perlu mendapat (Wijaya, 2013) adalah:

1. Keluhan fisik

a. Banyak Kencing (Poliuria)

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan

menyebabkan banyak kencing, kencing yang sering dan dalam

jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada

malam hari.

b. Banyak minum (polidipsia)

Rasa haus amat sering dialami pederita karena banyaknya

cairan yang keluar melalui kencing.Keadaan ini justru sering

disalah tafsirkan, dikiranya sebab ras haus ialah udara yang panas

atau beban kerja yang berat.Untuk menghilangkan rasa haus itu

penderita banyak minum.

c. Banyak makan (polifagia)

Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada

penderita Diabetes Melitus karena pasien mengalami

keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang

sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak

makan.
d. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif

singkat harus menimbulkan kecurigaan.Rasa lemah yang hebat

menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga

mencolok.Hasil ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat

masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk

menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungn hidup, sumber tenaga

terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot

sehingga menjadi kurus.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf / kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama

pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

b. Gangguan penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan

penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti

kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.

c. Gatal / bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi didaerah

lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara.Sering pula

dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.Luka

ini dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet

karena sepatu atau tertusuk peniti.


d. Gangguan ekresi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena

sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini

terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu

membicarakan masalah seks.

e. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang

sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala yang dirasakan.

E. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM tipe 2 menurut

Rahmat (2010) dalam Kusuma (2014), antara lain :

1. Hipoglikemia

Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang

diobati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral.Hal ini

mungkin disebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan

kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang

berlebihan.Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan

sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.

2. Ketoasidosis diabetic

Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan

kondisi yang mengancam jiwa.Ketoasidosis diabetic biasanya derjadi

pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi
pada individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress

fisik dan emosional yang ekstrim.

3. Sindrom nonketotik hiperglikemi (Hyperosomolar

hyperglycemisyndrome, HHNS) atau koma hyperosmolar

Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada

pasien yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis,

HHNS di tandai dengan hiperglikemia berat (kadar glukosa darah di

atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (diatas 280 mOSm/L), dan dehidrasi

berat akibat diuresis osmotic. Tanda dan gejala mencakup kejang dan

hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi cidera

serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya

koma atau hampir mati).

4. Neuropati perifer

Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan

kebas atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga

bermanisfestasi dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis

(keterlambatan pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan

mual dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi, dan

hipotensi ortostatik.

5. Penyakit kardiovaskuler

Pasien lansia yang menderita diabetes memliki insiden

hipertensi 10 kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak

menderita diabetes.Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik


sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit arteri coroner dan

infark miokard, aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan

neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf

pusat.

6. Infeksi kulit

Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena

kandungan glukosa epidermis dan urin mendorong pertumbuhan

bakteri.Hal ini membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan

saluran kemih serta vaginitis.

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Menurut PERKENI (2015), komponen dalam penatalaksan DM yaitu:

1. Diet

Syarat diet hendaknya dapat:

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/ tidak


Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti

pedoman 3 J yaitu:

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau

ditambah

2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya

3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi

penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung

percentage of relative body weight( BPR=berat badan normal)

dengan rumus:

BPR = BB(kg) X 100%

TB(cm) -100

Keterangan :

1) Kurus (underweight) : BPR<90%

2) Normal (ideal) : BPR 90% -110%

3) Gemuk (overweight) : BPR >110%

4) Obesitas apabila : BPR> 120%

a) Obesitas ringan : BPR 120% -130%

b) Obesitas sedang : BPR 130% - 140%

c) Obesitas berat : BPR 140 – 200%s

d) Morbid : BPR > 200%


2. Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita

DM adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya

b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga

akan dirangsang pembentukan glikogen baru

f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

3. Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada

dokter, mencari artikel mengenai diabetes

4. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan

cara (edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti

harus diberikan obat obatan


5. Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan

untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan

melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi

komplikasi.

6. Melakukan perawatan luka

7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi

hiperhidrasi

9. Mengelola pemberian obat sesuai program

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri

tidak berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma,

dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan

dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi

oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti

menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin

pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa,

prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko

hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes

pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis


insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin

premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin.

16 Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan

penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin

dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual.

Umumnya pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang

pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk

mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah

bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran

tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang

,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh,

terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali

dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun

demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai

dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati

kebutuhan fisiologis.

2. Obat Antidiabetik Oral

a. Sulfonilurea

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan

OAD generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi

lebih cepat, karena adanya non ionic-binding dengan albumin

sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko

hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai


dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena

metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat

aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit

yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai

digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru

sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari fungsi

sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.

b. Golongan Biguanid Metformin

pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia

jika digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara

hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan

anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus

memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang

rendah disebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua.

c. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat

alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang

mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.

Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan

penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun kurang

efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat

dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami

diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat


membatasi terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang

menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi,

tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis.

d. Thiazolidinediones

Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat

meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha

reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk

pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun,

harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung.

Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (Teoritis)

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

1. Biodata

2. Riwayat Keluhan Utama

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

5. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya Berapa lama

klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi

insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau

tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi

penyakitnya.

6. Aktifitas/istirahat : Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot,


tonus otot menurun.

7. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas,

kesemutan pada ektrimitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya

lama, takikardi, perubahan tekanan darah.

8. Integritas ego Stress, ansietas

9. Eliminasi : Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria)

10. Makanan/cairan : Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet,

penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.

11. Neurosensori : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada

otot, parestesia, gangguan penglihatan.

12. Nyeri/kenyamanan : Abdomen tegang, nyeri (sedang/berat)

13. Pernapasan : Batuk dengan tanpa seputum purulen (terganggu adanya

infeksi/tidak)

14. Keamanan : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

15. Pemeriksaan Fisik


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, LUARAN dan INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut SDKI (2017), diagnose yang mungkin muncul pada lansia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 adalah

NO Diagnosa Luaran Intervensi


1 Defisit Pengetahuan tentang Diabetes Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Edukasi Kesehatan
Melitus keperawatan selama ……. maka
tingkat pengetahuan meningkat Observasi
Definisi : dengan kriteria hasil :  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Ketiadaan atau kurangnya informasi 1. Persepsi yang keliru terhadap menerima informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik masalah menurun
tertentu 2. Verbalisasi minat dalam  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
belajar meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
3. Kemampuan menjelaskan
Penyebab : pengetahuan tentang suatu perilaku hidup sehat
1. keterbatasan kognitif topik meningkat Teraupetik
2. kurang terpapar informasi
3. kekeliruan mengikuti anjuran  Sediakan materi dan media pendidikan
4. ketidaktahuan menemukan sumber kesehatan
informasi  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

Gejala dan Tanda Mayor kesepakatan


Subjektif :  Berikan kesempatan untuk bertanya
Menanyakan masalah yang dihadapi Edukasi
Objektif :  Jelaskan faktor resiko yang dapat
1. Menunjukkan perilaku yang tidak
mempengaruhi kesehatan
sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang keliru  Ajarkan perilaku hidup sehat
terhadap masalah  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
Gejala dan Tanda Minor
meningkatkan perilaku hidup sehat
Subjektif : -
Objektif :
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan

2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Manajemen Nutrisi


keperawatan selama …… maka
Definisi : status nutrisi membaik dengan Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk kriteria hasil
1. Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme 2. Monitor asupan makanan
1. Nafsu makan membaik
2. Nyeri abdomen menurun 3. Monitor hasil pemeriksaan
Penyebab : 3. Porsi makan yang dihabiskan laboratorium
1. Ketidakmampuan menelan makanan meningkat
2. Ketidakmampuan mencerna makanan 4. Frekuensi makan membaik Terapeutik
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
1. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme mencegah konstipasi
5. Faktor psikologis (mis. stres, 2. Berikan suplemen makanan, jika perlu
keengganan untuk makan)
Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Subjektif : -S
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Objektif
Berat badan menurun minimal 10% Kolaborasi
dibawah rentang ideal
1. Kolaborasi pemberian medikasi
Gejala dan Tanda Minor sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Subjektif :
menentukan jumlah kaori dan jenis
1. Cepat kenyang setelah makan nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Membrane mukosa pucat
3. Diare
3 Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan intervensi Intervensi : perawatan integritas kulit
D.0129 keperawatan selama ……. maka
itegritas kulit dan jaringan Observasi :
Definisi : meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi penyebab gangguan integritas
Kerusakan kulit (dermis dan/atau 1. Elastisitas meningkat kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan
epidermis) atau jaringan (membran 2. Kerusakan lapisan kulit status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, menurun lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
3. Tekstur membaik
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
Terapeutik :
Penyebab : 1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
Kelembaban baring
2. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
Subjektif : - terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium
Objektif : atau minyak pada kulit kering
Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit 5. Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
Gejala dan Tanda Minor 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
Subjektif : -
Edukasi :
Objektif : 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
1. Nyeri Lotin, serum)
2. Perdarahan
3. Kemerahan 2. Anjurkan minum air yang cukup
4. Hematoma 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkat asupan buah dan
saur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ektrime

4 Intoleransi aktivitas D.0056 Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Managemen Energi


keperawatan selama ……. maka
Definisi : toleransi aktivitas meningkat Observasi :
Ketidakcukupan energy untuk melakukan dengan kriteria hasil : 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas sehari0hari 1. Kemudahan dalam aktivitas 2. Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari cukup meningkat 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Keluhan lelah menurun selama melakukan aktivitas
Penyebab :
3. Perasaan lemah menurun
Kelemahan
4. Tekanan darah membaik Terapeutik :
Tirah Baring
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus
2. Berikan aktivitas distraksi yang
Gejala dan Tanda Mayor menenangkan
Subjektif :
Mengeluh Lelah Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Objektif : 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Frekuensi Jantung Meningkat > 20% dari
3. Ajarkan strategi koping untuk
kondisi istirahat mengurangi kelelahan

Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi :


Subjektif : Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
Dyspnea saat/setelah aktivitas meningkatkan asupan makanan
Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
Merasa lemah

Objektif :
1. Tekanan darah berubah > 20% dari
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Sianosis
DAFTAR PUSTAKA

PERKERNI. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. Jakarta : PERKERNI
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Smeltzer, S.C dan B,G Bare. (2015). Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Simatupang, Rumiris. (2020). Pedoman Diet Penderita Diabetes Mellitus. Banten :
YPSIM

Anda mungkin juga menyukai