Disusun Oleh :
FINA SUSANTRI
NIM. 20300017
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory
Distress Syndrome (RDS)merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-
paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30%
dari kematian neonatus diakibatkan oleh HMD atau komplikasi yang
dihasilkannya (Behrman, 2017).
Hyaline Membrane Disease merupakan keadaan akut yang
terutama ditemukan pada bayi prematur saat lahir atau segera setelah lahir,
lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 minggu yang
mempunyai berat badan dibawah 1500 gram.
Pada HMD dapat menyebabkan hipoksia yang menimbulkan
kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus. Kerusakan ini
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveolus dan terbentuk
fibrin. Fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik
membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin (Bobak, 2018).
Hyaline Membrane Disease merupakan hal yang paling sering
terjadi pada bayi premature yang disebabkan karena defisiensi surfaktan
akibat perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
2. Etiologi
Penyebab dari HMD ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32
minggu).
b. Gangguan atau defisiensi surfactan
c. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
d. Penurunan suplai oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi
matur atau prematur.
3. Anatomi Fisiologi Paru-Paru
Fungsi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem
Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan karbondioksida (CO2)
dan uap air (H2O).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen
dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan
dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan
dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu bahan senyawa kimia yang memiliki
sifat permukaan aktif. Surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
menjaga agar alveoli tetap mengembang.
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Surfaktan
dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh pada gestasi 22-24
minggu dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26
minggu,yang mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi
surfaktan pada janin dikontrol oleh kortisol melalui reseptor kortisol yang
terdapat pada sel alveolus. Pada bayi premature, produksi surfaktan
seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan atelektasis
sehingga dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome (RDS).
4. Manifestasi Klinis
Bayi penderita HMD biasanya bayi kurang bulan yang lahir
dengan berat badan antara 1200 – 2000 g dengan masa gestasi antara 30 –
36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari
2500 g dan masa gestasi lebih dari 38 minggu. Gejala klinis biasanya
mulai terlihat pada beberapa jam pertama setelah lahir terutama pada
umur 6 – 8 jam. Gejala karakteristik mulai timbul pada usia 24 – 72 jam
dan setelah itu keadaan bayi mungkin memburuk atau mengalami
perbaikan. Apabila membaik gejala biasanya menghilang pada akhir
minggu pertama.
Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh
atalektasis dan perforasi paru yang menurun. Keadaan ini akan
memperlihatkan keadaan klinis seperti
a. Dispnea atau hiperpnea
b. Sianosis
c. Retraksi suprasternal, epigastrium, intercostals
d. Rintihan saat ekspirasi (grunting)
e. Takipnea (frekuensi pernafasan . 60 x/menit)
f. Melemahnya udara napas yang masuk ke dalam paru
g. Mungkin pula terdengar bising jantung yang menandakan adanya
duktur arteriosus yang paten
h. Kardiomegali
i. Bradikardi (pada HMD berat)
j. Hipotensi
k. Tonus otot menurun
l. Edem.
Gejala HMD biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3.
Sesudahnya terjadi perbaikan perlahan-lahan. Perbaikan sering ditunjukan
dengan diuresis spontan dan kemampuan oksigenasi bayi dengan kadar
oksigenasi bayi yang lebih rendah.
Kelemahan jarang pada hari pertama sakit biasanya terjadi antara
hari ke-2 dan ke-3 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar
(emfisema interstisial, pneumotoraks), perdarahan paru atau
interventrikuler.
Pada bayi extremely premature (berat badan lahir sangat rendah)
mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada HMD yang
tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada
umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam
pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan
membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.
Bayi Prematur
Pola Nafas
Tidak Efek
6. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek (akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara
( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema
intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan
gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis
yang menetap.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan
thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti
pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan
komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan
terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas
oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan
kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi
jangka panjang yang sering terjadi :
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru
kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa
gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan
tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik,
adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD
meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Gambaran Rontgen
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4
stadium HMD yaitu :
1) Stadium 1: Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit
bronchogram udara
2) Stadium 2: Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan
paru dan gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan
meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan
penurunan aerasi paru
3) Stadium 3: Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga
kedua lapangan paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung
hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas
4) Stadium 4: Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga
jantung tak dapat dilihat
b. Laboratorium
Kimia darah :
1) Meningkatnya asam laktat dan asam organik lain > 45 mg/dl
2) Merendahnya bikarbonat standar
3) pH darah dibawah 7,2
4) PaO2 menurun
5) PaCO2 meninggi.
c. Echocardiografi
Echocardiografi dilakukan untuk mendiagnosa PDA dan
menentukan arah dan derajat pirau. Juga berguna untuk mendiagnosa
hipertensi pulmonal dan menyingkirkan kemungkinan adanya
kelainan struktural jantung.
d. Tes kocok (Shake test)
Dari aspirat lambung dapat dilakukan tes kocok. Aspirat
lambung diambil melalui nasogastrik tube pada neonatus sebanyak 0,5
ml. Lalu tambahkan 0,5 ml alkohol 96 %, dicampur di dalam tabung 4
ml, kemudian dikocok selama 15 detik dan didiamkan selama 15
menit.
Pembacaan :
1) Neonatus imatur : tidak ada gelembung 60 % resiko terjadi HMD
2) +1 : gelembung sangat kecil pada meniskus (< 1/3) 20 % resiko
terjadi HMD
3) +2 : gelembung satu derat, > 1/3 permukaan tabung
4) +3 : gelembung satu deret pada seluruh permukaan dan beberapa
gelembung pada dua deret
5) +4 : gelembung pada dua deret atau lebih pada seluruh
permukaan neonatus matur
e. Amniosentesis
Berbagai macam tes dapat dilakukan untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya HMD, antara lain mengukur konsentrasi
lesitin dari cairan amnion dengan melakukan amniosentesis
(pemeriksaan antenatal). Rasio lesitin-spingomielin
8. Penatalaksanaan
Dasar tindakan ialah mempertahankan bayi dalam suasana
fisiologis sebaik-baiknya,agar bayi mampu melanjutkan perkembangan
paru dan organ lain sehingga dapat mengadakan adaptasi sendiri terhadap
sekitarnya
Tindakan yang perlu dikerjakan ialah:
a. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 – 37C) dengan
meletakkan bayi di dalam inkubator. Humiditas ruangan juga harus
adekuat (70 – 80%).
b. Pemberian oksigen harus berhati-hati.
Prinsip: Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi
yang baru lahir. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan
komplikasi yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru
(bronchopulmonary dysplasia (BPD)), kerusakan retina (fibroplasi
retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan lain-lain.1Untuk
mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti
dengan pemeriksaan saturasi oksigen, sebaiknya diantara 85 – 93% dan
tidak melebihi 95% untuk mengurangi terjadinya ROP dan BPD.
Terapi Oksigen sesuai dengan kondisi:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi dibuktikan dengan hiperkapnia,warna kulit
abnormal.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi,kelemahan otot pernafasan dibuktikan dengan
penggunaan otot bantu pernafasan,tekanan ekspirasi dan inspirasi
menurun
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan
oksigen meningkat dibuktikan dengan frekuensi nafas
meningkat,suhu tubuh meningkat/menurun rentan normal
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Gangguan pertukaran gas (D. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)
0003) berhubungan dengan x 24 jam diharapkan PERTUKARAN Observasi
ketidakseimbangan ventilasi- GAS (L.01003) meningkat, dengan Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
perfusi, perubahan membran kriteria hasil : nafas
alveolus-kapiler. Tingkat kesadaran meningkat Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
Gejala dan tanda mayor Dipsnea menurun hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, bot,
Subjektif : Bunyi nafas tambahan menurun ataksik)
Dipsnea Pusing menurun Monitor kemampuan batuk efektif
Objektif : Penglihatan kabur menurun Monitor adanya produksi sputum
PCO2 meningkat/menurun Diaforesis menurun Monitor adanya sumbatan jalan nafas
PO2 menurun Gelisah menurun Palpasi kesimetrian ekspansi paru
Takikardia Nafas cuping hidung menurun Auskultasi bunyi nafas
pH arteri PCO2 membaik Monitor saturasi oksigen
meningkat/menurun Monitor nilai AGD
PO2 membaik
Bunyi nafas tambahan Monitor hasil x-ray toraks
Takikardia membaik
pH arteri membaik Terapeutik