Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Abortus Insipiens
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Norma & Dwi, 2017).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Maryunani A Puspita 2018).
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim,
namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi
perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan
semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
B. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain:
1. Faktor Janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini
terjadi pada 50% - 60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling
sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot,
embrio, janin atau plasenta.
2. Faktor Ibu
a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan
tiroid
b) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada
penyakit lupus
c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak
jerman, toksoplasma, herpes, kiamida
d) Kelemahan otot leher rahim
e) Kelainan bentuk rahim
3. Faktor ayah
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan
abortus.
4. Faktor Genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang
paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
5. Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-
15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala antara lain:
1) Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan
darah
2) Uterus sesuai masa kehamilan
3) Kram atau nyeri perut dan terasa mules-mules
4) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus
5) Servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
D. Tanda dan gejala
a. Gejala Klinik
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin
dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur
kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus,
cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama
abortus (Prawirohardjo, 2016).
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus
di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri
eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian plasenta site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok
hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap
keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamika yang terjadi
untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan
hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi
uterus segera dikeluarkan (Prawirohardjo, 2016).
E. Pathofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti
nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar
seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus
terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Ai Yeyeh, 2017).

Pathway

F. Penatalaksanaan
Penanganan abortus insipiens antara lain :
a. Jika perdarahan tidak terlalu banyak, dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol
400 mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan
dokter ahli kandungan).
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi
vakum manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu)
yang ini hanya dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas
menjadi asisten.
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika
perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg), evakuasi sisa hasil
konsepsi yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di
rumah sakit dengan instruksi dokter).
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Pada
kasus abortus inspisien penatalaksanaan adalah :
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi
apabila terjadi komplikasi/kelainan
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik,
setelah cairan habis lepas infuse
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
4) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan
5) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis
perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan
kepada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan
6) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada
pemantauan lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang
ditulis dalam catatan pasca tindakan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus adalah
pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan
diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2016).

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Dalam tahap ini data/ fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan
data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam
catatan harian sebelum didokumentasikan
a. Identitas
1) Nama
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama
2) Umur
Untuk mengetahui apakah klien dalam kehamilan yang beresiko atau
tidak, usia dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam
4) Suku bangsa
Untuk mengetahui kondisi social budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi agar nasehat kita
sesuai
7) Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada
ibu yang namanya sama.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan dan untuk mengetahui sejak kapan
seorang klien merasakan keluhan tersebut. Keluhan utama pada ibu
hamil dengan adalah mengeluarkan darah sedang hingga banyak, kram
atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
c. Riwayat Menstruasi
Data yang kita peroleh akan mempunyai gambaran tentang keadaan
dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh
dari riwayat menstruasi antara lain : menarche, siklus, volume dan
keluhan.
d. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau
tidak, lama pernikahan, ini suami yang ke berapa
e. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini terutama
mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya, karena
dari pemeriksaan ANC yang rutin dapat diketahui keluhan-keluhan
yang dirasakan (Prawirohardjo, 2016).
g. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi
h. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Asma,
Hipertensi

2. Riwayat kesehatan sekarang


Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini
3. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
3. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang
4. Aktivitas
Untuk memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang
biasa dilakukan pasien di rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat
sampai dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil,
maka kita dapat memberikan peringatan sedini mungkin kepada
pasien untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai pasien sehat
dan pulih kembali
5. Seksualitas
Untuk mengetahui keluhan, frekuensi dan kapan terakhir
melakukan hubungan seksual

6. Personal Hygiene
Untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia
7. Psikososial Budaya
Untuk mengetahui bagaimana prasaan tentang kehamilan ini,
kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang
diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga
lain yang tinggal serumah, pantangan makanan dan kebiasaan
dalam kehamilan. Pada kasus abortus ini, ibu mengatakan cemas
karena perdarahan banyak hingga sedang dan disertai nyeri perut
bagian bawah
j. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Untuk mengetahui respon pasien terhadap lingkungan dan orang
lain. Pada ibu dengan abortus inspisien keadaan umumnya lemah.
2. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien. Pada ibu
dengan abortus kesadarannya composmentis.
3. Tanda Vital
Untuk mengkaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu :
a) Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuannya mmHg. Tekanan darah normal, sistolik antara 110
sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg.
Hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau >140 mmHg dan
hipotensi jika tekanan diastolik sama dengan atau <70 mmHg
b) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan pasien, suhu badan normal adalah
36,5 oC sampai 37,2oC. Bila suhu tubuh lebih dari 37,2oC
disebut demam atau febris

c) Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan. Normalnya 16-24
x/menit
d) Nadi dalam keadaan santai denyut nadi sekitar 60-80 x/menit.
Denyut nadi 100 x/menit atau lebih mungkin ibu mengalami
tegang, ketakutan, cemas, perdarahan berat, demam atau gangguan
jantung

k. Pemeriksaan sistemik
1. Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi :
a) Rambut,
Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan rambut
dan rambut mudah rontok atau tidak.
b) Telinga
Dikaji kebersihan dan ada tidak gangguan pendengaran.
c) Mata
Dikaji untuk mengetahui warna konjungtiva dan sklera,
kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan
penglihatan.
d) Hidung
Dikaji untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan
atau tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak.
e) Mulut
Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien.
Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau
pecah-pecah), mengkaji lidah klien tentang warna dan
kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan, caries atau
gangguan pada mulut (bau mulut).

f) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena atau tumor.
g) Dada
Dikaji untuk menentukan bentuk dada, simetris/ tidak, payudara
(bentuk, simetris/ tidak, hiperpigmentasi areola payudara, teraba
massa, nyeri atau tidak, kolostrum, keadaan puting (menonjol,
datar, atau masuk kedalam), kebersihan, bentuk BH)) serta
mengkaji denyut jantung dan gangguan pernafasan
h) Perut
Dikaji bentuk, ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra, strie
livide dan terdapat pembesaran abdomen
i) Ekstremitas
Dikaji ekstremitas atas dan bawah. Atas dikaji ada atau tidak
gangguan/ kelainan dan bentuk. Bawah dikaji bentuk, oedema
dan varices
l. Pemeriksaan Khusus Obstetri

1. Abdomen
1. Inspeksi
Memeriksa dengan cara melihat atau memandang. Tujuannya
untuk melihat keadaan umum pasien meliputi, rambut, muka,
mata, hidung, telinga, mulut, gigi, leher, dada, abdomen,
vagina, anus dan ekstremitas
2. Palpasi
Menurut Rismalinda (2016), palpasi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara meraba, meliputi :

1) Leopold I, Untuk mengetahui tinggi fundus uteri, bagian


yang berada difundus dan adakah kram nyeri bawah perut
atau tidak. Pada kasus abortus tinggi fundus uteri sesuai
umur kehamilan
2) Leopold II,Untuk mengetahui bagian janin yang berada di
kanan/ kiri uterus ibu.
3) Leopold III, Untuk mengetahui presentasi/ bagian terbawah
janin yang ada di sympisis ibu.
4) Leopold IV, Untuk mengetahui seberapa jauh masuknya
bagian terendah janin kedalam pintu atas panggul.
5) Kontraksi ada atau tidak. Pada kasus terasa kram atau nyeri
perut dan terasa mules-mules.
2. Pemeriksaan Panggul
Menurut Astuti (2016), pemeriksaan panggul meliputi:
a. Distantia spinarum
Untuk memeriksa jarak antara spina iliaka anterior superior
kanan dan kiri, ukuran normal 23-26 cm.
b. Distantia kristarum
Untuk memeriksa jarak antara krista iliaka terjauh kanan dan
kiri, ukuran sekitar 26-29 cm.
c. Konjugata eksterna
Untuk memeriksa antara tepi atas simfisis dan prosesus
spinosus lumbal V, ukuran normal 18-20 cm.
d. Lingkar panggul
Untuk memeriksa dari tepi atas simfisis pubis, mengelilingi
kebelakang melalui pertengahan SIAS dan trochanter mayor
kanan, ke ruas lumbal V dan kembali ke simfisis melalui
pertengahan SIAS dan trochanter mayor kiri dan berakhir di
tepi atas simfisis, ukuran normal 80-90 cm.
3. Genital
Dikaji kebersihan, pengeluaran pervaginam, tanda-tanda
infeksi vagina, pemeriksaan dalam. Pada kasus abortus
inkomplit pengeluaran pervaginam berupa perdarahan sedang
hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah, servik
tetap terbuka
4. Anus
Dikaji ada atau tidaknya haemoroid, kebersihan
14. Diagnosa Keperawatan
a. Resti kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
b. Intoleransi aktivitas b/d respon tubuh terhadap aktivitas : peradarahan,
keletihan.
c. Resti infeksi b/d adanya jalan masuk organisme kedalam
tubuh.Kecemasan b/d masalah kesehatan : abortus.
Rencana Keperawatan
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d perdarahan. Ditandai
dengan : Perdarahan pervaginam, hipotensi, nadi meningkat dan
perabaan diperifer halus. Gelisah atau kesadaran menurun.
Tujuan                 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil        : Perdarahan ( - ), kadar Hb normal. 
Intervensi :
1) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan : perdarahan.
2) Monitor tanda – tanda kekurangan cairan : kesadaran, tekanan
darah dan nadi.
3) Monitor tanda – tanda perdarahan.
4) Ukur intake – output cairan.
5) Pantau kadar Hb
6) Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan, terapi dan
pemeriksaan.

b. Intoleransi aktivitas b/d respon tubuh terhadap   aktivitas perdarahan,


keletihan. Ditandai dengan : Perdarahan pervaginam (+), tampak lelah.

Tujuan           : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24


jam, aktivitas maksimal dapat tercapai kembali. 

Kriteria hasil : Memperlihatkan kemajuan aktivitas sampai dengan


mandiri, respon terhadap aktivitas.
Intervensi :
1) Jelaskan batasan – batasan aktivitas klien sesuai kondisi.
2)  Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan.
3) Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
4) Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari – hari.
5)  Ajarkan metode penghematan energi : luangkan waktu istirahat
selama aktivitas, istirahat 3 menit setiap 5 menit melakukan
aktivitas.
6) Bantu pemenuhan aktivitas yang tidak dapat/tidak boleh
dilakukan klien, jika perlu libatkan keluarga.

c. Resti infeksi b/d adanya jalan masuk organisme ke dalam tubuh.


Ditandai dengan : Hasil konsepsi keluar, terdapat  flek – flek darah.
Tujuan                 : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil        : Luka kering dan membaik, tanda – tanda infeksi ( - ).
Intervensi :
1) Kaji faktor resiko terhadap infeksi nasokomial.
2) Kurangi organisme yang masuk ke dalam tubuh : cuci tangan, teknik
aseptic dan antiseptic, personal hygiene dan vulva hygiene.
3) Kurangi kerentanan terhadap infeksi: motivasi dan pertahankan
masukan kalori dan protein, minimalkan lamanya tinggal di Rumah
sakit.
4) Pantau tanda – tanda infeksi : demam, bau, secret vagina.
5) Ajarkan klien untuk meningkatkan kebersihan diri.
6) Berikan penyuluhan untuk menghindari hubungan suami istri 40 hari
post abortus.
7)  Kolaborasi dengan dokter untuk terapi pencegahan infeksi.

d. Kecemasan b/d masalah kesehatan : abortus.


Ditandai dengan : hasil konsepsi keluar, pasien tampak cemas, pasien
menanyakan apakah dapat hamil lagi, menanyakan keadaannya
selanjutnya.
Tujuan                 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam, diharapkan kecemasan berkurang.
Kriteria hasil       : Pasien menampilkan pola koping yang positif :
tenang, komunikatif dan kooperatif.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan.
b. Orientasikan pada lingkungan dengan  penjelasan sederhana.
c. Bicara perlahan dan tenang menggunakan kalimat pendek dan
sederhana
d. Beri informasi yang cukup mengenai perawatan dan pengobatan
yang akan dilakukan dan direncanakan.
e. Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan.
f. Beri pendampingan, libatkan keluarga, jika perlu libatkan tim
pendampingan orang sakit
g. Ajarkan teknik relaksasi: bernapas lambat, meditasi, membaca,
ngobrol.
h. Perlihatkan rasa empati: tenang, menyentuh, membiarkan
menangis.
i. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya: menjaga
ketenangan lingkungan, batasi kontak dengan orang lain/keluarga
yang juga mengalami kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah dkk. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Cetakan Pertama.


Jakarta: Trans Info Media; 2017.
Astuti, H, P. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu I Kehamilan. Yogyakarta: Rohima
Press. Estiwidani, D, dkk. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Norma D, N, dan M. Dwi S. 2017. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Maryunani, A. Puspita, E. 2018. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: TIM.
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rismalinda, P, H. 2016. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: In Media. Riwidikdo,


H. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press.

Anda mungkin juga menyukai