Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN G3 P2002 Ab000 40 MINGGU 5 HARI

DENGAN POST DATE PRE SC DI RUANG KAMAR BERSALIN

RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH :

Fharida Yuniar

202010461011038

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN G3 P2002 Ab000 40 MINGGU 5 HARI

DENGAN POST DATE PRE SC DI RUANG KAMAR BERSALIN

RSUD KANJURUHAN KAB. MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK 02

NAMA: Fharida Yuniar

NIM: 202010461011038

TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 22-26 FEBRUARI 2021/ MINGGU Ke 4

Malang, 24 Februari 2021


Mahasiswa

( Fharida Yuniar, S.Kep)


Menyetujui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan,

( Ririn Harini, S.Kep.,Ns.,M.Kep) ( Eni Yuliastuti, S.Tr. Keb )


DAFTAR ISI

Contents
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. KONSEP KEHAMILAN...........................................................................................................................4
a. Definisi Kehamilan..................................................................................................................................4
b. Proses Kehamilan.....................................................................................................................................4
c. Tanda-Tanda Kehamilan..........................................................................................................................6
d.Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio.......................................................................................................12
B. KONSEP SECTIO CAESEREA..................................................................................................................15
a) Definisi Sectio Caesarea.........................................................................................................................15
b). Etiologi Sectio Caesarea..........................................................................................................................15
c). Patofisiologi Sectio Caesarea...................................................................................................................17
d). Pathway SC (Saifuddin, 2012).................................................................................................................19
e). Indikasi Sectio Caesarea............................................................................................................................21
e). Kontra Indikasi Sectio Caesar...................................................................................................................22
g). Komplikasi Sectio Caesar.........................................................................................................................24
g). Penatalaksanaan Sectio Caesar..................................................................................................................26
h). Asuhan Keperawatan Sectio Caesar..........................................................................................................28
i). Diagnosa Keperawatan Dengan Sectio Caesar...........................................................................................32
C. KONSEP POST DATE...................................................................................................................................35
a) Definisi Post Date....................................................................................................................................35
b) Klasifikasi................................................................................................................................................35
Daftar Pustaka.................................................................................................................................................63
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEHAMILAN

a) Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dan terbagi dalam

periode 3 triwulan / trimester (Erna,S, 2014).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester. Trimester pertama berlangsung selama 12

minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga minggu ke 40) (Asrinah.Putri, 2012).

b) Proses Kehamilan
Menurut Astuti, Maya. 2011 proses kehamilan terjadi jika terdapat 5 aspek berikut :

a) Ovum

Merupakan sel dengan diameter ± 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus yang terapung-

apung dalam vitelius yang dilindungi oleh zona pelusida dan korona radiata.

b) Spermatozoa

Bentuk sperma seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang

mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10

kali kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak). Pada saat berhubungan seksual

dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta sperma setiap cc.

c) Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti sperma disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk

zigot. proses konsepsi dapat berlangsung seperti berikut :


1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, dilindungi oleh korona radiata, yang

mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yng disebut

vitelus.

3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang, nutrisi yang dialirkan kedalam

vitelus, melalui saluran pada zona pelusida.

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang

dindingnya penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum

mempunyai hidup terlama di dalam ampula tuba.

5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Sperma menyebar,

masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri,

terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan

lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Sperma

melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi. Sperma hidup selama tiga hari di

dalam genetalia interna. Sperma akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi

serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses hialurodinase.

Melalui stoma, sperma mamasuki ovum. Setelah kepala sperma masuk kedalam

ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Inti ovum dan inti sperma bertemu

dengan membentuk zigot.

d) Nidasi atau Implantasi

Masuknya inti sperma kedalam sitoplasma membangkitkan kembali pembelahan dalam

inti ovum. Pembelahan terus terjadidan di dalam morula terbentuk ruangan yang

mengandung cairan yang disebut blastula.Sementara itu pada fase sekresi,

endometrium semakin tebal dan semakin banyak mengandung glikogen yang disebut

desidua.
Sel trofoblas merupakan sel yang melapisi blastula melakukan destruksi enzimatik

proteolitik sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman

blastula terjadi pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya

blastula ke dalam endometrium , mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda

hartman.

e) Plasentasi

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang.

Sel trofoblas akan menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta

yang berasal dari primer vili korealis. Dengan terjadinya nidasi maka desidua terbagi

menjadi desidua basalis yang berhadapan dengan korion frondusum yang berkembang

menjadi plasenta, desidua kapularis yang menutupi hasil konsepsi, desidua yang

berlawanan dengan desidua kapularis adalah desidua parietalis. Vili korealis yang

tumbuh tidak subur disebut korion leaf.

c) Tanda-Tanda Kehamilan
Menurut Erna, 2014 tanda kehamilan terdiri atas tanda tidak pasti kehamilan, tanda
kemungkinan kehamilan, tanda pasti kehamilan.
a) Tanda Tidak Pasti (Presumtive Sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat dikenali dan
yang dirasakan oleh wanita hamil.
b) Amenorea

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembenbtukan folikel de graf dan

ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat dikonfirmasikan

dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan digunakan untuk

memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi amenorea juga dapat

disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan dan faktor

lingkungan, malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan


kehamilan. HPHT adalah Hari Pertama Haid Terakhir seorang wanita sebelum hamil,

HPHT yang tepat adalah tanggal dimana ibu baru mengeluarkan amenorea juga dapat

disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan dan faktor

lingkungan, malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan

kehamilan. HPHT dapat digunakan sebagai perhitungan taksiran persalinan.

Tanggal perkiraan persalinan atau Estimated Date Confinement (EDC) atau bisa

digunakan istilah Estimated Date Delivery (EDD) dapat diperkirakan menggunakan

teori Neagle, yaitu:

1) Bila HPHT antara bulan April sampai Desember


(Hari + 7) (Bulan – 3) (Tahun + 1) = Tafsiran Persalinan

2) Bila HPHT antara bulan Januari sampai Maret (Hari + 7)


(Bulan + 9) = Tafsiran Persalinan
c) Mual dan Muntah

Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang

berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang

disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisoilogis tetapi bila

terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan

hyperemesis gravidarum.

d) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan sesuatu makanan tertentu, keinginan yang demikian

disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan dan akan

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

e) Pingsan (Syncope)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan iskemia susunan saraf

pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika

berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
f) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama akibat dari penurunan kecepatan basal

metabolisme pada kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan usia

kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

g) Payudara Tegang

Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan

progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Menimbulkan

pembesaran payudara, perasaan tegang dan nyeri selama 2 bulan pertama kehamilan

lebih dari 16 minggu.

h) Konstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus (tonus otot menurun)

sehingga kesulitan untuk BAB.

i) Sering Miksi (BAK)


Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering

miksi. Frekuensi kencing yang sering terjadi pada trimester pertama akibat desakan

uterus terhadap kandung kemih. Pada trimester kedua umumnya keluhan ini akan

berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir

trimester, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan

kembali kandung kemih.

j) Pigmentasi Kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh

hormone kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini

meliputi tempat – tempat berikut ini :


1) Sekitar pipi terdapat cloasma gravidarum (penghitam pada daerah dahi, hidung,

pipi dan leher).

2) Sekitar leher tampak lebih hitam.

3) Dinding perut tampak strie lividae/ gravidarum (terdapat pada seorang

primigravida, warnanya membiru), linea alba, linea nigra.

4) Hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi

areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih,

coklat tua pada wanita kulit coklat dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu,

kelenjar montogomeri menonjol dan pembuluhdarah menifes sekitar payudara.

5) Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.

k) Epulis

Hipertrofi papilla gingivae atau gusi. Hal ini sering terjadi pada triwulan pertama.

l) Varises atau Penampakan Pembuluh Darah Vena

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama

bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar genetalia eksterna,

kaki dan betis serta payudara.

m) Tanda Mungkin (Probability Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh
pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil.
i) Abdomen Membesar

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.

ii) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah perlunakan dan dapat ditekannya ismus uteri.


iii) Tanda Goodel

Tanda goodel adalah perlunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks

seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

iv) Tanda Piscaceck

Merupakan pembesaran asimetris akibat implantasi pada satu area kornu.

Terjadi pada minggu ke-8 hingga ke-10.

v) Tanda Chadwicks

Perubahan warna vulva dan mukosa vagina menjadi agak biru atau ungu, termasuk

pada porsio lunak.

vi) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel – sel otot uterus akibat meningkatnya actomysin di

dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadic, tidak nyeri biasanya

timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat di amati dari

pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat

frekuensinya. Lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.

vii) Teraba Ballotement

Hal ini harus ada dalam pemeriksaan kehamilan karena perabaan seperti bentuk

janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan mioma uteri.

viii) Pemeriksaan Tes Biologi Kehamilan Positif (Planotest)


Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Corionic Gonadotropin
(HCG) yang di produksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini
disekresi di peredaran darah (pada plasma darah) dan diekskresi oleh urine ibu.
Hormone ini dapat dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan

cepat pada hari ke 30 – 60 usia getasi dan menurun pada hari ke 100 – 130.

ix) Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti adalah yang menunjukkan langsung keberadaan janin yang dapat

dilihat langsung oleh pemeriksa.

1) Gerakan Janin dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapat teraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan

janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

2) Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat Fetal

Elektrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop laenecc, DJJ baru dapat

didengar pada usia kehamilan 18 – 20 minggu.

3) Bagian – Bagian Janin

Bagian – bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta

bagian kecil janin yaitu (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia

kehamilan trimester akhir. Bagian janin ini dapat dilihat dengan sempurna

menggunakan USG.

4) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

5) Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio

i) Masa pre embrionic

Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya fertilisasi terjadi proses

pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian bagian inner cell mass akan

membentuk 3 lapisan utama yaitu ekstoderm, endoderm serta mesoderm.


ii) Masa embrionic

Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam tubuh telah ada didalam

bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut. Seringkali

disebut masa organogenesis/ masa pembentukan organ.

iii) Masa fetal

Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir

a. Minggu ke-12 : Panjang tubuh kira – kira 9 cm, berat 14 gram, sirkulasi tubuh

berfungsi secara penuh, tractus renalis mulsi berfungsi, terdapat refleks

menghisap dan menelan, genitalia tampak dan dapat ditentukan jenis

kelaminnya.

b. Minggu ke 16 : Panjang badan 6 cm, berat 10 gram, kulit sangat transparan

sehingga vaso darah terlihat, deposit lemak subkutan lemak terjadi rambut

mulai tumbuh pada tubuh.

c. Minggu ke 20 : Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh PB, wajah

nyata, telinga pada tempatnya, kelopak mata, lais dan kuku tumbuh sempurna.

Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar X kelenjar minyak telah aktif dan

verniks kaseosa akan melapisi tubuh fetus, gerakan janin dapat ibu setelah

kehamilan minggu ke 18, traktus renalis mulai berfungsi dan sebanyak 7 – 17

ml urine dikeluarkan setiap 24 jam.

d. Minggu ke 24 : Kulit sangat keriput, lanugo menjadi lebih gelap dengan

vernix kaseosa meningkat. Fetus akan menyepak dalam merespon

rangsangan.
e. Minggu ke 28 : Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang dengan

baik, rambut menutupi kepala, lebih banyak deposit lemak subkutan

menyebabkan kerutan kulit berkurang, testis turun ke skrotum.

f. Minggu ke 32 : Lanugo mulai berkurang, tubuh mulai lebih membulat

karena lemak disimpan disana, testis terus turun.

g. Minggu ke 36 : Lanugo sebagian besar terkelupas, tetapi kulit masih tertutup

verniks kaseosa, testis fetus laki – laki terdapat didalam skrotum pada minggu

ke 36 ovarium perempuan masih berada di sekitar batas pelvis, kuku jari

tangan dan kaki sampai mencapai ujung jari, umbilikus sekarang terlihat lebih

dipusat abdomen.

h. Minggu ke 40 : Osifikasi tulang tengkorak masih belum sempurna, tetapi

keadaan ini merupakan keuntungan dan memudahkan fetus melalui jalan

lahir. Sekarang terdapat cukup jaringan lemak subkutan dan fetus

mendapatkan tambahan BB hampir 1 kg pada minggu tersebut. (Rohani,

2011)
B. KONSEP SECTIO CAESEREA

a) Definisi Sectio Caesarea


Sectio caesarea (SC) adalah proses persalinan yang dimana mengeluarkan bayi dari perut

seorang ibu dengan cara menginsisi bagian perut (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi).

Seiring perkembangan jaman, SC ini dapati dilakukan dibagian perut bawah. SC ini bisa

dilakukan secara elektif apabila ada indikasi bayi tidak bisa dilahirkan secara normal ataupun

bisa dilakukan secara mendadak (emergency) apabila ada kondisi dimana bayi harus dilahirkan

segera ( Haryanti 2017)

b) Etiologi Sectio Caesarea


Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin

besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan

beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan

ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara

alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk

rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara

alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat

menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan

operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi

asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.


2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh

kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-

eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting

dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali

dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

3) KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan

ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah

hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

4) Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar

memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,

bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk

dilahirkan secara normal.

5) Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya

pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu

sulit bernafas.

6) Kelainan Letak Janin

i) Kelainan pada letak kepala

1. Letak kepala tengadah


Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang

paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya

kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.

2. Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling

rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

3. Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap

paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah

menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

4. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal

beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,

sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Marmi,

2011).

c). Patofisiologi Sectio Caesarea


SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan

sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi

kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC

ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.

Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat

akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris

bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.

Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan

umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi

janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan

mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu

terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh

terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot

nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan

menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses

penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga

tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.

Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.

Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain

itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (

Marmih,2011).
d). Pathway SC (Harjanti, 2017)
e). Klasifikasi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dimana dokter nantinya akan

membedah perut ibu dengan cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Jenis ini

memberikan beberapa keuntungan seperti perdarahan luka insisi yang tidak banyak, risiko

peritonitis yang tidak besar, jaringan parut saat proses penyembuhan pada uterus

umumnya kuat sehingga risiko ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa

nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak banyak mengalami kontraksi seperti

korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna (Nurdiyana, 2020).

2) Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal

Tindakan pembedahan ini dilakukan dengan cara membuat insisi pada bagian tengah dari

korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesio uterine.

Tujuannya dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan proses SC Transperitonealis

Profunda. Halangan yang dimaksud misal karena uterus melekat pada dinding perut

karena riwayat persalinan SC sebelumnya dan risiko perdarahan yang besar apabila di

insisi di segmen bawah uterus dimana ada kondisi plasenta previa ( plasenta menempel

menutupi jalan lahir). Kerugian dari jenis ini adalah risiko peritonitis dan rupture uteri 4

kali lebih bahaya pada kehamilan selanjutnya. Biasanya setelah dilakukan tindakan SC

klasik ini, dilakukan sterilisasi atau histerektomi untuk menghindari risiko yang ada.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Dokter akan menginsisi dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus yang nantinya

dipisahkan. Lalu vesika urinaria akan diretraksi ke bawah sedangkan lipatan peritoneum

akan dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus. Jenis pembedahan

ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari infeksi puerperal, namun dengan adanya
kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan SC ini tidak banyak lagi dilakukan

karena tekniknya yang sulit dilakukan (Nurdiyana,2020)

f) Indikasi Sectio Caesarea


Tindakan SC ini dilakukan untuk mengeluarkan bayi dari tubuh sang ibu. Biasanya

tindakan ini dilakukan apabila ditemukan komplikasi pada sang bayi atau ibu jika tetap

dilakukan persalinan melalui pervaginam. Ada beberapa indikasi yang mengharuskan

dilakukannya SC yaitu indikasi absolut dan indikasi relative. Untuk indikasi absolut yaitu:

a. Absolut disproportion

Ukuran panggul ibu yang terlalu kecil dapat menjadi faktor penyulit untuk dilakukannya

persalinan pervaginam sehingga SC perlu dilakukan untuk mengeluarkan bayi.

b. Chorioamnionitis

Air ketuban yag terkena infeksi nantinya bisa menularkan infeksinya pada bayi dalam

rahim sehingga perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mengeluarkan bayi agar tidak

terkena infeksi.

c. Deformitas panggul ibu

Malformitas panggul ibu juga termasuk penyulit dalam persalinan pervaginam.

d. Eklamsia

Eklamsia ini merupakan kondisi ibu hamil dengan hipertensi yang dimana eklamsia

termasuk ibu hamil dengan risiko tinggi sehingga SC perlu dilakukan.

e. Fetal asidosis dan Fetal asfiksia

Asidosis dan asfiksia yang dialami oleh bayi merupakan indikasi absolut untuk dilakukan

SC agar tidak terjadi kematian dalam kehamilan.


f. Plasenta Previa

Plasenta yang menempel menutupi jalan lahir juga merupakan indikasi dilakukannya SC.

g. Proplaps Tali Pusat

Prolapse tali pusat ini berisiko terkena bayi sampai bayi tercekik hingga dapat

meningkatkan risiko bayi asfiksia apabila dipaksa dilahirkan pervaginam.

h. Presentasi yang abnormal

Posisi bayyi yang tidak seharusnya saat cukup bulan menjadikannya sebagai indikasi SC.

i. Ruptur Uteri

Merupakan salah satu gawat darurat obstetrik sehingga perlu dilakukan tindakan SC untuk

menyelamatkan sang bayi dan ibu (Friese & Mylona, 2018).

Sedangkan untuk indikasi relatif yaitu :

i) CTG yang abnormal Gambaran CTG abnormal dapat diinterpretasikan adanya asfiksia

ataupun asidosis pada bayi

ii) Kegagalan dalam persalinan pervaginam Pembukaan yang lama saat persalinan ini juga

merupakan salah satu tanda kegagalan dalam persalinan pervaginam. Hal ini bisa

dijadikan indikasi untuk tindakan SC

iii) Riwayat SC sebelumnya Adanya riwayat SC tidak menutup kemungkinan persalinan

selanjutnya perlu dilakukan SC (Prawijaharto, 2014).

g) Kontra Indikasi Sectio Caesar


Ada beberapa kondisi dimana SC tidak boleh dilakukan, contohnya:

a. IUFD : Kondisi dimana sang bayi meninggal didalam kandungan.

b. Anemia berat

Pada saat sang ibu mengalami anemia berat, otomatis kadar hemoglobin juga menurun sehingga

meningkatkan risiko perdarahan.


c. Kelainan kongenital berat

Bayi yang diketahui memiliki abnormalitas kelainan kongenital berat dapat menyebabkan

kematian segera setelah lahir seperti anenchephaly

d. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

Merupakan infeksi peradangan lokal pada

perut

e. Fasilitas yang minim untuk melakukan tindakan SC

Apabila fasilitas tidak memungkinan untuk dilakukan SC, pasien bisa dirujuk ke fasilitas

kesehatan yang memiliki fasilitas cukup untuk tindakan SC (Prawirohardjo, 2014).

h) Faktor Risiko Sectio Caesar

Faktor risiko terjadinya infeksi luka operasi pada operasi bedah sesar adalah sebagai berikut :

1) Waktu pemberian antibiotik profilaksis

Sumber WHO (2017) menyatakan, bahwa waktu pemberian antibiotik profilaksis yang

efektif adalah 30 – 60 menit sebelum tindakan SC dilakukan

2) Tipe insisi

Tipe insisi vertical pada bagian line alba akan menyebabkan nekrosis pada saat

penyembuhan karena jaringan pembuluh darahnya yang sedikit.

a. Hemoglobin prabedah

Rendahnya hemoglobin sebelum prosedur SC dapat meningkatkan risiko infeksi.

b. Jenis anestesi

Anestesi umum lebih berisiko daripada anestesi spinal karena anestesi umum lebih

berisiko menyebabkan organ damage dimana nantinya dapat meningkatkan infeksi luka

operasi

c. Lama pembedahan
Normalnya, kurang lebih 30 menit adalah waktu yang ideal dalam melakukan prosedur

SC. Apabila lebih dari 30 menit, dapat menyebabkan risiko terjadinya infeksi luka

operasi. (Prawadiardjo).

i) Komplikasi Sectio Caesar


Banyak komplikasi yang dapat terjadi jika dilakukan tindakan SC. Ada komplikasi

jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek ini terjadi sesaat setelah

dilakukannya tindakan, seperti:

1. Kematian ibu

Tindakan SC dapat menyebabkan kematian sang ibu yang biasanya disebabkan sepsis.

Kematian ibu juga dapat terjadi akibat dari komplikasi anestesi. Dibandingkan dengan

kelahiran pervaginam, kematian ibu setelah operasi caesar adalah tiga kali lebih tinggi .

2. Thromboembolism

Kejadian thromboembolis dapat terjadi akibat ada indikasi dari SC itu sendiri yaitu obesitas

maternal yang menyebabkan thromboembolism .

3. Perdarahan

Perdarahan rentan terjadi saat tindakan SC dibanding persalinan pervaginam. Biasanya

terjadi akibat adanya laserasi pada pembuluh darah uterus yang disebabkan insisi yang

kurang tepat pada uterus.

4. Infeksi

Infeksi ini merupakan salah satu komplikasi tersering pada saat tindakan SC. Penggunaan

antibiotik profilaksis yang kurang tepat merupakan faktor pemicunya ).

5. Cedera bedah insidental


Trauma pada kantong kemih sering terjadi setelah tindakan SC dikarenakan posisinya

terletak dekat dengan uterus.

6. Masa rawat inap lebih lama

Wanita yang melakukan persalinan dengan SC akan lebih lama dirawat dibanding dengan

wanita yang melakukan persalinan per vaginam karena ada hal-hal yang perlu dievaluasi

pasca SC.

7. Histerektomi

Tindakan ini biasanya dilakukan apabila terjadi perdarahan uterus terus menerus yang tidak

dapat ditangani meskipun sudah diberi oksitosin. Agar mengurangi risiko perdarahan yang

lebih jauh, histerektomi perlu dilakukan agar tidak terjadi syok pada sang ibu.

8. Nyeri akut

Setelah efek anestesi habis, wanita biasanya merasakan nyeri yang luar biasa pasca

tindakan SC. Biasanya ditangani dengan anti nyeri golongan narkotik tetapi perlu

diperhatikan disini untuk pemberian narkotik dapat berefek pada psikologi sang ibu.

Komplikasi jangka panjang merupakan komplikasi yang akan dirasakan dari setelah

tindakan SC sampai dengan beberapa bulan pasca persalinan. Komplikasi tersebut seperti :

1) Nyeri Kronik

Tingkat rata-rata intensitas rasa sakit pada saat rasa sakit terburuk adalah 6,6. Nyeri

intensitas tinggi pasca operasi adalah kondisi sering dialami wanita yang menjalani

SC, menunjukkan pentingnya penilaian nyeri untuk implementasi tindakan kuratif dan

preventif untuk meningkatkan pemulihan dan mencegahnya menjadi nyeri kronik .

2) Infertilitas

Wanita yang menjalani SC dapat mengalami gangguan pembentukan scar sehingga

cenderung mengalami infertilitas pasca persalinan dengan SC.


Ada juga beberapa komplikasi terkait dengan sang bayi dan juga komplikasi saat sang

ibu mengandung lagi. Komplikasi tersebut ialah :

a. Kematian neonatal

Meskipun tindakan SC biasanya dilakukan untuk menyelamatkan sang bayi, tapi

dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian pada bayi (Choudhary et al.,

2017).

b. Transient tachypnea

Bayi yang dilahirkan melalui SC dapat mengalami gangguan pernapasan sesaat

setelah kelahiran. Hal ini biasanya terjadi akibat kegagalan paru sang bayi saat

menghirup nafas pertamanya (Osman et al., 2017).

c. Trauma

Bayi yang dilahirkan dengan metode SC juga berisiko mendapatkan trauma.

Trauma yang didapatkan biasanya berasal dari insisi operasi saat operasi darurat

(Dolivet et al., 2018).

d. Rupture uteri

Rupture uteri ini lebih berisiko terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan

persalinan SC dibanding dengan wanita yang melakukan persalinan pervaginam

(Prawirhardjo, 2014).

j) Penatalaksanaan Sectio Caesar


a. Perawatan awal
i. Letakan pasien dalam posisi datar atau 45 derajat dalam ruang perawatan
ii. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital. Periksa tingkat
iii. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah 1 x 24 jam, jika penderita
sudah terdengar bising usus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada
minimal 6 jam pasca operasi, berupa air putih.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri


2) Posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
3) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 pasca
operasi.
d. Fungsi gastrointestinal

1) Tunggu bising usus timbul, diet bertahap (cair di teruskan dengan diet lunak)
2) Pemberian infus diteruskan sampai minimal 1x24 jam

e. Perawatan fungsi kandung kemih

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,

menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya

terpasang 24 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

f. Perawatan luka

1) Ganti verban dengan cara steril (jika verban terdapat rembesan/ terbuka)

2) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

3) Mengganti balutan dilakukan pada hari ketiga pasca SC atau sebelum pasien pulag

g. Jika masih terdapat perdarahan

1) Lakukan masase uterus


2) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60
tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
h. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam
i. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
j. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
3) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk)
agar diding abdomen tidak tegang.
4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
6) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
7) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan
tekanan intra abdomen
8) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-
manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan
bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas dalam untuk
mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
9) Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi
dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas,
singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan
10) Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau
general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes
laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan
abdomen (Prawirohardjo, S., 2014).

k) Asuhan Keperawatan Sectio Caesar


A. Pengkajian

Menurut Ni, et al (2018), pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang

dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

1. Identitas atau biodata klien.

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,

pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa

keperawatan.

2. Keluhan utama

3. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,

TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

2) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar

pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

3) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,

penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

4. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara

pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan

tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

2) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,

terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada

klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan

nyeri.

3) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing

selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang

menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena

penderita takut untuk melakukan BAB.

4) Pola Nutrisi dan Metabolisme

5) Istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.

7) Pola penagulangan sters


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya.
9) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara
lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang- kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.

5) Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang- kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola


mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus

uteri 3 jari dibawa pusat.


8) Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
9) Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi


areola mamae dan papila mamae
10) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa

nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

11) Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
12) Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

13) Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena


membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
14) Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,


nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

l) Diagnosa Keperawatan Dengan Sectio Caesar


Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
e. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu
tentang cara menyusui yang bernar.
C. KONSEP POST DATE

a) Pengertian Post Date


Kehamilan umumnya berlangsung selama 280 hari atau 36-40 minggu

dihitung dari haid pertama haid terakhir (HPHT), walaupun begitu akan lebih

tepat apabila kita menghitung umur janin dari saat konsepsi meski tidak berbeda

jauh dari ovulasi (selisih berapa jam). Ovulasi terjadi kurang lebih 2 minggu

sebelum haid yang akan datang, maka apabla dihitung dari saat ovulasi, lamanya

kehamilan 38 minggu atau 266 hari (Sudarti, 2012).

Kehamilan post date adalah kehamilan yang melewati 249 hari atau 42

minggu didapatkan dari perhitugan seperti rumus neagle atau tinggi fundus uteri

serial (Taufan, 2012). Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk

kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin.

Postmatur adalah usia kehamilan lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari

menstruasi pertama, Kejadian kehamilan lewat waktu sulit ditentukan karna

hanya sebagian kecil pasien yang mengingat tanggal menstruasi pertamannya

dengan baik. kehamilan post date adalah kehamilan yang melewati 249 hari atau

42 minggu didapatkan dari perhitugan seperti rumus neagle atau tinggi fundus

uteri serial (Taufan, 2012).

b) Etiologi

Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kitaketahui.

Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti,kelainan pada

janin sehingga tidak ada kontraksi. Menurut Mitayani (2009), etiologi pada

kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun, ada faktor yang diduga bayi

lahir lewat bulan post partum yang ditemukan adalah faktor hormonal yaitu kadar

progesteron kurangnya air ketuban dan ininsufiensi plasenta. Faktor ini seperti
herediter, karena post date atau kehamilan lewat waktu sering dijumpai pada

suatu keluarga tertentu.

Menurut Mochtar, R. (2013), menjelang persalinan terdapat penurunan

progesteron peningkatan oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosit sehingga

otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu

sebaiknya otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan

psikologis atau kelainan pada rahim. Faktor hormonal yaitu kadar progesteron

tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan

uterus terhadap oksitisit berkurang. Ada beberapa teori yangdiajukan sebagai

penyebab kehamilan postdate, antara lain sebagai berikut:

1. Pengaruh Progesteron

Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercayamerupakan

kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memicu proses

biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas pada uterus

terhadap oksitosin, sehingga beberapa sumber menduga bahwa terjadinya

kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh

progesterone.

2. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin pada induksi persalinan pada kehamilan postterm

memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan

oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang padausia kehamilan

lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kekamilan post date.
sehingga beberapa sumber menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm

adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.

3. Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin pada induksi persalinan pada kehamilan postterm

memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis

memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan

pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang padausia

kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kekamilan

post date.

4. Teori Kostisol/ACTH janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk

dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba

kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta

sehingga produksi progesterone akan berkurang dan memperbesar

sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya produksi

prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia

adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan

menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga

kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

5. Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Franken hauser akan

membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan

pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian

bawah janin masih tinggi, kesemuanya diduga sebagai penyebab dari

kehamilan postdate ini.


6. Herediter

Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami

kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat

bulan pada kehamilan berikutnya. Mitayani, (2009), seperti dikutip

chunningham, mengatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami

kehamilan postterm pada saat melahirkan anak perempuan, maka besar

kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm

juga.

C. Manifestasi Klinis

Norman dan Gery.(2010), Manifestasi yang ditujukan yaitu bayi postmature


antara lain :

1) Biasannya lebih berat bayi matur ( > 4000 gram )

2) Tulang dan sutura kepala bayi lebih keras dari bayi matur

3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

4) Verniks kaseosa dibadan kurang

5) Kuku-kuku panjang

6) Rambut kepala agak tebal

7) Kulit agak pucat dengan desekuamasi epitel

Sedangkan menurut (Oxord dan Forte, 2010) tanda dan gejala antara lain :

8) Berkurangnya berat badan ibu (> 1,4 kg / minggu)

9) Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion)

10) Terdapatnya meconium dalam cairan ketuban

11) Matangnya tulang janin


D. Patofisiologi

Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan

kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu.Hal ini dapat dibuktikan

dengan penurunan estriol dan plasenta laktogen.Rendahnya fungsi plasenta

berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3

kali.Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup

memberikan nutrisi dan pertukaran oksigen dan karbondioksida akibat tidak

timbul his sehingga pemasukan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping

adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian

dalam rahim.Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat

mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut

dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi

persalinan, terjadi perubahan metabolism janin, jumlah air ketuban berkurang

dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin (Manuaba,

2011).

E. Diagnosa Banding

1) Kista Ovari

2) Mioma Uteri

3) Kandung kemih penuh dan retensi urin

F. Komplikasi Post Date

Menurut manuaba (2009),Pada kondisi post date ini dapat terjadi

beberapa komplikasi, yaitu :


1) Komplikasi pada ibu

Morbilitas dan mortalitas pada ibu : dapat meningkatkan sebagian akibat

dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang

menyebabkan distosia persalinan, partus lama, meningkatkan tindakan

obstrektrik dan traumatis persalinan atau perdarahan post partum akibat bayi

besar (Prawirohardjo, Sarwono 2008).

2) Komplikasi pada janin

Pada janin bersumber dari kemampuan plasenta untuk meberikan nutrisi dan

O2 yang cukup akanterjadi sebaliknaya disebut sindrom postmature dengan

kriteria berikut:

i) Bayi tampak tua

ii) Kuku panjang

iii) Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan kriput, terutama

ditelapak tangan dan kaki

iv) Matanya lebar bahkan sudah terbuka

v) Terjadi penurunan berat badan

Menurut Reeder, Martin. (2012), operasi perinatal setelah kehamilan

42 minggu atau lebih sebagian besar terjadi setelah intrapartum, umumnya

disebabkan oleh :

1) Insufiensiensi plasenta akibatnya pertumbuhan janin terhambat

2) Oligrohidromnion terjadi kompresin tali pusat

3) Keluar mekonium yang kental berakibat terjadi aspirasi mekonium


g) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rheldayani (2014), pemeriksaan yang dilakukan seperti :

i) Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan

yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan

kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uterus

memulainnya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.

ii) Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter

bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilaukan

pemeriksaan USG serial utama sejak trimester pertama, maka hampir dapat

dipastikan usia kehamilannya. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah

trimester ke III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan

ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur

kehamilan.Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion AFI (Amniotic

fluid indek) ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.

iii) Penilaian warna air ketuban dengan amnion skopi atau amniotomi (tes tanpa

dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin). Pemeriksaan

amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut

warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air krtuban bercampur

mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin.

iv) Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap

kali priksa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.


h) Pencegahan

Kehamilan postterm dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan

kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester

pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu

sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ke tiga (di atas 28 minggu) dan 2 kali

trimester ke tiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan

kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada

kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan

menjamin ibu dan dokter untuk mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan

mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan

satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan

perhitungan yang lebih tepat.Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari

pertama haid terakhir seseorang (calon) ibu itu (Sulistiawati, A. 2019).

i) Penatalaksanaan

Menurut Sarwono (2008), dalam pengelolaan kehamilan postmatur ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

i) Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau

bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan diyujukan pada dua variasi dari

postmatur ini.

ii) Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

iii) Priksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini

memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postmatur.

Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat


segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana

serviks telah matang. Menurut mansjoer (2000)penatalaksanaan kehamilan

lewat waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara :

a. Tanda pengahiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai

gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, bila hasil

positif, segera lakukan section caesarea.

b. Induksi Persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai

berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara

yang biasannya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu

mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk

mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat

penyebab otot rahim berkontraksi.

1) Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti

menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta

memecahkan ketuban.

2) Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang

diberikan dengan cara diminum, dimasukkan kedalam vagina,

diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasannya, tak

lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan

merasakan datangnya kontraksi.

j) Dampak Masalah

a) Dampak pada bayi :

i) Bayi bisa mengalami sindrom postmaturitas dimana bayi akan tumbuh

hanya pada saat usia kehamilan normal


ii) Bayi bisa lahir dengan berat badan yang besar

iii) Bayi bisa terkena aspirasi mekonium

b) Dampak pada ibu :

i) Ibu bisa mengalami kesulitan dalam persalinan, terutama persalinan

normal

ii) Persalinan kehamilan dengan post date sering melibatkan alat seperti

vakum yang bisa menyebabkan ibu mengalami trauma vagina paska

melahirkan.

Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan, terutama pada janin yang bisa

mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani (Taufik Jamaan, 2015).

k) Macam- macam Anastesi


Menurut, Sabiston (2011):

1) Anastesi Lokal

Anastesi lokal dilakukan dengan memblokir sensasi atau rasa sakit pada

area tubuh yang akan dioperasi. Jenis anastesi ini tidak mempengaruhi

kesadaran, sehingga pasien akan tetap sadar selama menjalani operasi

atau prosedur medis. Anastesi lokal dapat digunakan untuk operasi

minor atau kecil, seperti perawatan gigi, operasi mata, prosedur

pengangkatakan tahi lalat, dan biopsy pada kulit. Anastesi jenis ini

dapat diberikan dengan cara di suntik, disemprot, atau dioleskan ke

kulit maupun selaput lender yang akan dioperasi. Efek samping anastesi

lokal :Rasa nyeri, ruam, serta perdarahan ringan didaerah suntikan,

Sakit kepala, Pusing, Kelelahan, Mati rasa pada area yang disuntik,

Kedutan pada jaringan otot, Penglihatan kabur.


2) Anastesi Regional

Anastesi regional dilakukan dengan memblokir rasa sakit disebagian

anggota tubuh. Seperti halnya anastesi lokal, pasien akan tetap tersadar

selama operasi berlangsung, namun tidak dapat merasakan anggota

tubuhnya. Pada anastesi regional, obat akan diberikan dengan cara

disuntikan di dekat sumsum tulang belakang atau disekitar area saraf.

Suntikan ini akan menghilangkan rasa sait pada beberapa bagian tubuh,

seperti pinggul, perut, lengan dan kaki. Terdapat jenis anastesi regional

yaitu, blok saraf perifer, epidural, dan spinal. Efek samping anastesi

regional :Sakit kepala, Reaksi alergi, Nyeri punggung, Perdarahan,

Kejang, Sulit buang air kecil, Penurunan tekanan darah, Infeksi tulang

belakang

3) Anastesi Umum

Anastesi umum atau biasa disebut bius total adalah prosedur pembiusan

yang membuat pasien menjadi tidak sadar selama operasi berlangsung.

Anastesi jenis ini sering digunakan untuk operasi besar, seperti operasi

jantung terbuka, operasi otak, atau transplantasi organ. Anastesi ini

diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk dihirup (inhalasi)

dan obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah (intravena). Efek

samping nastesi umum : Mual dan muntah, Mulut kering, Sakit

tenggorokan, Suara serak, Rasa kantuk, Menggigil, Timbul nyeri dan

memar di area yang disuntik atau dipasangkan infuse, kebingungan,

Sulit buang air kecil, Kerusakan gigi.


l) Perawatan post Sectio Caesarea

1) Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah urine

yang tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah perdarahan

selama operasi.

2) Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar

laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score dan kondisi

bayi saat lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh operator.

3) Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran jumlah produksi

urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terperinci yang

mencangkup nama, obat, dosis, cara pemberian, dan waktu atau jam

pemberian.

4) Nasihat dan konseling Post Sectio Sesarea

i) Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan

sampaikan jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang

diharapkan, minimal mencangkup 24 jam post operasi.

ii) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu mengenai

keadaannya saat ini. (Widodo, B. 2009).

Perawatan pada masa nifas dengan post Sectio Caesarea :

i) Memeriksa Tanda-tanda vital

Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu secarateratur

minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan (Saleha,

2013).

ii) Membersihkan badan ibu dan merawat luka jahitan

Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang

dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu


aktivitas sehari-hari.
m) Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
1) Identitas
2) Nama : Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan.

3) Umur : Untuk mengetahui umur pasien, pada kehamilan post date rentang terjadi

pada primigravida muda (20 tahun) dan pada primigravida tua (35 tahun).

4) Agama : Sebagian keyakinan individu untuk proses penyembuhan.

5) Suku atau bangsa : Mengetahui kebiasaan-kebiasaan atau adat istisdat yang

memperngaruhi kesehatan.

6) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien semakin tinggi

tingkat pendidikan pasien semakin mudah pasien menrima informasi dari petugas

kesehatan.

7) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui pekerjaan pasien

Keluhan Utama:
1) Keluhan utama pada postsection caesarea dengan indikasi post date adalah nyeri

yang disebabkan oleh trauma pembedahan. Riwayat keluhan utama

menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta menggambarkan

kejadian sampai terjadi penyakit saat ini (Muttaqin, 2010).Keluhan gangguan

kenyamanan (nyeri) dosebabkan oleh trauma pembedahan (Retno, 2013).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan yang berhubungan dengan gangguan penyakit yang dirasakan saat
ini dan keluhan yang dirasakan setelah operasi. Miasalnya klien mengeluh nyeri
pada luka post SC nyeri seperti ditusuk-tusuk dibagian perut pada bagian luka post
SC dengan nyeri skala 5 nyeri hilang timbul (Nurbaeti, 2015).
Riwayat kesehatan sekarang dilakukan pengkajian serta menggambarkan

kejadian sampai terjadi penyakit saat ini, dengan menggunakan metode P, Q, R,

S, T, P : (Paliatif/provokatif) : Luka post sectio caesarea. Q : (Quality/kwantiti):

Seperti di tusuk-tusuk dan tersayat-sayat. R : (Region, Radition): Daerah luka

post sectio caesarea. S : (Scale/Saverity) : Skala nyeri 5 sedang. T : (Timing):

Pada saat melakukan aktivitas atau bergerak (Muttaqin, 2010).

1. Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian penyakit lain yang dapat mempengarui penyakit

sekarang. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama. Klien sudah

pernah atau belum melakukan operasi.

2. Riwayat penyakit keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien, apakah keluarga pasien ada juga

yang mempunyai riwayat persalinan yang sama.

3. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah apakah ini

pernikahan yang pertama atau kedua, lamnya menikah, umur saat menikah,

jumlah anak (Sulistiawati, A. 2019).

4. Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi

(Menarche), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah

cair atau menggumpal, warna darah, disminorea, flour albus dan utuk mengetahui

hari pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari persalinan (Jovan,

2015).
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan dan nifas yang lalu

a. Kehamilan

Untuk mengetahui kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan

kehamilan. Pada kehamilan post date terdapat makrosomia janin

dan tulang tengkorak menjadi keras (Prawirohardjo, 2009).

b. Persalinan

Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau lahir buatan

aterem atau prematur dan perdarahan atau tidak, waktu persalinan

ditolong oleh siapa dan dimana tempat persalinan tersebut

(Winkjasastro, 2007).

c. Nifas

Untuk mengetahui perdarahan pada nifas, jenis lochea, tinggi TFU

(Tinggi fundus uterus), kontraksi keras atau tidak (Sulistiawati, A.

2019).

Macam- macam Lochea menurut (Saleha, 2013) berdasarkan

jumlah dan warnanya :

i. Lochea Rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari

sel desidua, verniks kaseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium, sisa darah.

ii. Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur

merah kecoklatan.

iii. Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.

iv. Loche Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.


6. Riwayat obstetric

Bayi yang lahir melalui SC mempunyai risiko lebih tinggi untuk tidak

disusui oleh ibunya dibandingnkan persalinan pervaginam.Hal ini dapat

disebabkan beberapa hal misalnya, kondisi post SC membuat ibu merasa nyeri

dan menjadi sulit untuk menyusui bayinya, dan keterlambatan untuk melakukan

inisiasi menyusui dini dapat menurunkan sekresi prolaktin.Penurunan produksi

dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan

oleh kurangnya rangsangan hormone prolaktin dan oksitosin yang sangat

berperan dalam kelancaran produki dan pengeluaran ASI. Faktor yang dapat

mempengaruhi kelancaran produksi dan pengeluaran ASI yaitu perawatan

payudara frekuensi penyusuan, paritas, stress, kurangnya pengetahuan tentang

perawatan payudara (Bobak, 2005).

ii. Pemeriksaan Fisik Post Sectio Caesarea dengan indikasi Post Date

Menurut Rheldayani (2014) dan Faiz (2013) Pemeriksaan fisik B1 sampai B6

pada klien post sectio caesarea dengan indikasi post date meliputi :

1. Breath (B1)

a. Inspeksi : Respirasi rate normal (16-24 x per menit ) tidak ada retraksi

otot bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak

menggunakan alat bantu nafas, terdapat adannya pembesaran payudara,

adannya hiperpigmentasi aerolamame dan papila mamae.

b. Palpasi : Pergerakan dinding dada sama.

c. Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing dan

ronkhi.
d. Perkusi : suara sonor.

2. Blood (B2)

a. Inspeksi : Anemis (jika terjadi syok akibat perdarahan post partum),

Tidak ada nyeri dada, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing finger

b. Palpasi : CRT: ˂3 detik, akral hangat, takikardi (jika terjadi syok)

c. Perkusi : pekak

d. Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada

bunyi jantung abnormal seperti murmur dan galop.

3. Brain (B3)

a. Inspeksi : Kesadaran composmentis (GCS 4,5,6) istirahat tidur

terganggu karena ibu merasakan nyeri pada luka operasinnya

b. Palpasi : terdapat nyeri dan krepitasi pada kepala, hidung dan telinga.

4. Genetalia (B4)

a. Inspeksi : Terdapat lochea rubra, Terpasang kateter, Warna urine

kuning , jumlah pengeluaran urine/24 jam. Pada pasien post sc dengan

indikasi postdate biasanya terjadi distensi kandung kemih karena efek

anestesi menimbulkan kehilangan tonus otot untuk berkemih,

b. Palpasi : ada nyeri tekan

5. Bowel (B5)

a. Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, adanya luka insisi bekas

operasi.

b. Palpasi : TFU setinggi pusat atau 2 jari dibawah pusat, teraba keras

atau lunak, kontraksi uterus kuat, adannya nyeri tekan pada luka bekas

operasi.
c. Auskultasi : Bissing usus normal

6. Bone (B6)

a. Inspeksi : Diaphoresis, terdapat oedema, adannya varises atau tidak,

terjadi kelemahan akibat efek tindakan anastesi, terbatas pada aktivitas

jaringan, tidak membutuhkan tenaga banyak cepat lela, terdapat striae

dan linea, terdapat luka post operasi sectio caesarea tertutup kassa

terjadi kelemahan akibat terjadinya luka post operasi.

b. Plapasi : Turgor elastic, oedem pada ekstremitas bawah (Kaki).

7. Pengindraan (B7)

a. Inspeksi : Pupil Isokor , Reflek cahaya Normal, Seclera Putih,

Tidak ada Palpebra , Tidak ada Strabismus, Ketajaman

pengelihatan Normal, Tidak menggunakan alat bantu, Hidung

normal, Mukosa hidung Lembab, Tidak ada secret, Ketajaman

penciuman normal, Telinga Ketajaman Pendengaran Normal,

Perasa normal

b. Palpasi : Konjungtiva Merah Muda.

8. Endokrin (B8)

a. Inspeksi : tidak ada Luka gangrene

b. Palpasi : tidak ada Pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada

Pembesaran kelenjar parotis

iii. Analisa Data

Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengelolahan data

analisa data dengan menggabungkan data satu dengan data yang lainnya

sehingga tergambar fakta (Sulistiawati, 2009).


3) Diagnosa keperawatan

Menurut Nurarif.A.H. & Kusuma.H.(2015).Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOCpada klien post sectio

caesarea dengan indikasi post date meliputi :

1. Nyeri Akut b.d terputusnya kontunitas jaringan

2. Resiko Infeksi b.d trauma jaringan/ kulit rusak

3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik akibat tindakan anastesi

4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik akibat tindakan anastesi

5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur

pembedahan penyembuhan dan perawatan post operasi

ii. Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan Diagnosa Medis


Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi Post Date.

No Tujuan dan Keriteria Intervensi Rasional

Dx Hasil

1. Tujuan : setelah 1) Jelaskan kepada 1) Untuk

dilakukan tindakan pasien tentang memberikan

keperawatan selama penyebab nyeri pengetahuan

3x24 jam diharapkan kepada

nyeri berkurang atau pasien

hilang. Dengan Kriteria penyebab


hasil : nyeri

(1) Pasien tersebut.

mampu 2) Anjurkan pasien 2) Posisi yang

menjelaskan untuk mengatur nyaman

kembali posisi senyaman mempengar

tentang mungkin uhi keadaan

penyebab klien dalam

nyeri teknik

(2) Pasien mau managemen

mengatur t nyeri

posisi dan 3) Ajarkan tehnik 3) Untuk

melaporkan relaksasi dan mengurangi

nyerinya distraksi ketegangan

berkurang pasien

(3) Pasien 4) Kaji 4) Untuk

mampu karakteristik mengetahui

mendemonstr nyeri dari skala karakteristik

asikan nyeri dan skala

kembali nyeri yang

teknik dirasakan

distraksi dan pasien

relaksasi 5) Observasi 5) Untuk

(4) Melaporkan tanda-tanda mengetahui

bahwa nyeri vital keadaan


berkurang klien lebih

dengan lanjut

menggunaka 6) Kolaborasi 6) Untuk

n manajemen pemberian mengurangi

nyeri analgetic nyeri

(5) Adanya

penurunan

skala nyeri

(6) Tidak ada

perilaku

ekspresif

(7) Tidak

menyeringai

(8) Pasien

tampak rileks

(9) Tanda-tanda

vital dalam

rentang

normal

TD : 120/80

mmHg

N : 80-100

x/menit

S : 36,5-37,5˚C
RR : 16-20

x/menit

2. Tujuan : setelah 1) Jelaskan pada 1) Untuk

dilakukan tindakan pasien perilaku meningkatk

keperawatan selama yang baik untuk an

3x24 jam diharapkan mengurangi pemahaman

tidak terjadi infeksi resiko infeksi pasien akan

dengan Kriteria hasil : perilaku

1) Pasien mampu mencegah

menjelaskan infeksi

kembali tentang 2) Anjurkan 2) Untuk

perilaku baik Pasien untuk meningkatk

untuk segera an rasa

mengurangi melaporkan percaya dan

risiko infeksi apabila kerja sama

2) Pasien mau mengenali tanda perawat

melaporkan infeksi dengan

segera jika ada pasien

tanda infeksi 3) Ajarkan Pasien 3) Untuk

3) Pasien dan dan keluarga memandirik

keluarga mampu untuk an pasien

mendemonstrasi melakukan dan

kan teknik perawatan luka keluarga


merawat luka serta Untuk

4) Pasien bebas dari mencegah

tanda dan gejala adanya

infeksi infeksi

5) Tidak ada pus

6) Tidak ada tanda- 4) Observasi 4) Untuk

tanda infeksi tanda- mengetahui

seperti : tanda adanya

Rubor: Memerah infeksi infeksi

Dolor : Nyeri

Calor:Menghangat 5) Kolaborasi 5) Untuk

Tumor : pemberian mencegah

Membengkak terapi antibiotik terjadinya

Functio Laesa : infeksi

Daya pergerakan

menurun

3. Tujuan : setelah 1) Jelaskan tentang 1) Untuk

dilakukan tindakan latihan ROM menambah

keperawatan selama pengetahuan

3x24 jam diharapkan pasien

klien mampu 2) Anjurkan pasien 2) Untuk

beraktivitas kembali untuk mengetahui


dengan Kriteria hasil : melakukan kemampuan

1. Pasien mampu latihan ROM pasien

menjelaskan dalam

kembali tentang melakukan

latihan ROM mobilisasi

2. Pasien mau

melakukan 3) Ajarkan kepada 3) Untuk

latihan ROM pasien tentang memeprmud

3. Pasien mampu penggunaan alat ah dalam

memperagakan bantu jalan melakukan

penggunaan alat gerakan

bantu untuk secara

mobilisasi bertahap

4. Melakukan 4) Kaji 4) Untuk

pergerakan dan kemampuan memantau

perpindahan pasien dalam kemampuan

5. Klien mampu mobilisasi pasien

membolak- dalam mika

balikkan posisi miki dan

6. Tidak ada tremor dapat

7. Pergerakan sendi membantu

tidak terbatas kebutuhan

8. Tanda-tanda ADLpasien

vital dalam batas 5) Observasi 5) Untuk


normal tanda-tanda memantau

TD : 120/80 vital perkembang

mmHg an klien

N : 80-100 selanjutnya

x/menit

S : 36,5-37,5˚C

RR : 16-20

x/menit

4. Tujuan : setelah 1) Jelaskan 1) Untuk

dilakukan tindakan kepada pasien mengetahui

keperawatan selama tentang kemampuan

3x24 jam diharapkan perawatan diri pasien

klien dapat memenuhi yang mandiri dalam

kebutuhan dalam perawatan

personal hygiene diri

kembali dengan

Kriteria hasil : 2) Anjurkan 2) Untuk

1) Pasien mampu pasien untuk melatih

menjelaskan aktivitas rutin kemampuan

kembali tentang sehai-hari pasien

perawatan diri sesuai

yang mandiri kemampuan


2) Pasien mampu

untuk 3) Ajarkan pasien 3) Untuk

melakukan untuk membantu

kebutuhan memepertahan pasiendalam

ADLS sesuai kan kebersihan menjaga

kemampuanya dan kebersihan

3) Pasien mampu penampilan diri

untuk yang rapi

memepertahank secara mandiri

an kebersihan dengan atau

dan penampilan tanpa alat bantu

yang rapi secara

mandiri dengan 4) Dorong untuk 4) Untuk

atau tanpa alat melakukan memotivasi

bantu secara mandiri, pasien

4) Pasien mampu tapi beri dalam

membasuh bantuan ketika melakukan

tubuh pasien tidak perawatan

5) Pasien mampu mampu diri

mengakses melakukannya

kamar mandi
5. Setelah dilakukan 1) Jelaskan kepada 1) Untuk

tindakan keperawatan pasien tentang meningkatk

selama 1x6 jam semua prosedur an

diharapkan ansietas dan apa yang pengetahaua

klien berkurang dengan dirasakan n pasien

Kriteria hasil : selama prosedur

1) Pasien mampu

mengidentifikasi 2) Anjurkan 2) Untuk

kan dan kepada pasien mengontrol

mengungkapkan untuk kecemasan

gejala cemas melakukan

2) Pasien tehnik relaksi

mengungkapkan 3) Ajarkan kepada 3) Untuk

bahwa pasien tentang mengurangi

ansietasnya tehnik relaksi kecemasan

berkurang 4) Observasi TTV 4) Untuk

3) Pasien mampu memantau

menunjukkan perkembang

tehnik untuk an pasien

mengontrol selanjutnya

cemas 5) Kolaborasi 5) Untuk

4) Tanda-tanda pemberian obat mengurangi

vital dalam batas kecemasan


normal

TD : 120/80

mmHg

N : 80-100

x/menit

S : 36,5-37,5˚C

RR : 16-20

x/menit

5) Klien tampak

rileks

6) Klien tidak

gelisah

4) Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi Keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing oders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi factor-factor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien (Silvanus, 2012).

Pelaksanaan yang dilakukan menurut perencanaan adalah :

1. Diagnosa 1:

Implementasi :
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga penyebab nyeri

b. Menganjurkanpasien untuk mengatur posisi yang nyaman

c. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi

d. Mengkaji PQRST nyeri pada pasien

e. Mengkaji tanda-tanda vital pasien

f. Mengkolaborasi pemberian anlagesik

2. Diagnosa 2 :

Implementasi :

a. Menjelaskan kepada pasien tentang perilaku yang baik untuk

mengurangi resiko infeksi

b. Anjurkan kiluen untuk segera melaporkan apabila mengenali

tanda-tanda infeksi

c. Ajarkan klien untuk melakukan perawatan luka

d. Mengkaji tnda-tanda vital

e. Mengkolaborasi pemberian antibiotik

3. Diagnosa 3 :

Implementasi :

a. Menjelaskan kepada pasien tentang latihan ROM

b. Mengajarkan kepada pasien tentang latihan ROM

c. Mengkaji kemmapuan pasien dalam mobilisasi

d. Mendampingi dan membantu klien saat mobilisasi

4. Diagnosa 4:

Implementasi :
a. Menjelaskan kepada klien tentang perawatan diri

b. Memonitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu kebersihan

diri

c. Menyediakan bantuan kepada klien

d. Mendorong klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri

e. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai

kemampuan

5. Diagnosa 5 :

Implementasi :

a. Menjelaskan kepada pasien tentang

prosedur yang akan dilakukan

b. Menganjurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi

c. Mengajarkan kepada pasien tentang tehnik relaksasi

d. Mengobservasi tanda-tanda vital

e. Mengkolaborasi pemberian obat

5) Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan kebersihan

tindkan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan

membandingkan antara proses dengan pedoman/ secara proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara

tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari (Silvanus, 2012).

1. Nyeri berkurang atau hilang

2. Tidak ada tanda-tanda infeksi


n) Kerangka Masalah Post Date

Hormone progesterone Herediter

POST DATE\
SECTIO CAESAREA Laktasi
Progesterone
Post Operasi Sectio Caesarea dan esterogen

Prolaktin

Pertumbuhan Kelenjar
Adanya Proses Pebedahan Luka PostOperasiSC
Susu Terserang

Terputusnya kontinuitas
jaringan Robekan Laserasi jalan Lahir
Jalan lahir Isapan bayi
Nyeri
Terputusnya Kontunitas
JaringanJaringan
Terbuka Oksitosin
Kurang
Proteksi pengetahuan
Hambatan Kurang Perawatan
Mobilitas Fisik payudara
Merangsang
Post De Entre
Area Sensorik Kuman (pintu masuk Ketidakefektifan
Motorik virus dan bakteri Pemberian ASI
Defisit
Perawatan Diri pathogen)

Nyeri Akut Invasi Bakteri

Resiko Infeksi

Gambar 2.1 Kerangka Masalah Post Sectio Caesarea Indikasi Post Date menurut

Nurarif dan Kusuma (2015)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PENGKAJIAN ANTENATAL CARE

Nama Mahasiswa : Fharida Yuniar NIM : 2012010461011038


Tgl Praktek : 22-26 Februari 2021 Tgl Pengkajian : 22 Februari 2021
Ruang Praktek : Ruang Kamar Bersalin Rumah Sakit : RSUD Kanjuruhan

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. I
b. No. Rekam Medis : 492XXX
c. Tanggal Lahir : 04 Januari 1991
d. Usia : 30 tahun
e. Pendidikan Terakhir : SMP
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa
i. Alamat : Donomulyo
j. No. Telp :-

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)


a. Nama : Tn. H
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 44 Tahun
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Pekerjaan : Swasta
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa
h. Alamat : Donomulyo
i. No. Telp :-

III. KELUHAN UTAMA :


Px mengeluh perut nyeri terasa kencang sifat panas diseluruh perut mulai 4 hari yang lalu, durasi 2-3 detik (hilang
timbul) seperti tertusuk-tusuk, penyebab nyeri muncul kakrena his persalinan. Skor nyeri yang didapat dari Ny. I
adalah skala berat (8). Px lalu dilakukan tindakan SC 2 jam kemudian.

IV. RIWAYAT PERKAWINAN :


Status Menikah : (√) Ya ( ) Tidak ( ) janda
Menikah : 2 kali, Menikah pertama usia 19 tahun
Lama Pernikahan : 2,5 tahun (pernikahan pertama), 1 tahun (pernikahan kedua)
Lain-lain, sebutkan : Menikah yang kedua pada usia 27 Tahun

V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :


a. Riwayat kontrasepsi terdahulu :
Metode yang pernah dipakai :
1. Suntik, lama : 1 (Bulan/Tahun)
2. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun)
3. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun)
4. ___________________lama : ___________(Bulan/Tahun)

b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : suntik lama : 1 (Bln/Thn)


c. Keluhan KB : ( ) Ada, sebutkan ___________________________________ (√) tidak ada

VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :

No Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Hidup/


Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Lahir Mati
1. 18/08/2013 BPM 9 Bln Spontan Bidan Tidak 3800 gr Hidup
ada
2. 25/05/2016 BPM 9 Bln Spontan Bidan Tidak 2500 gr Hidup
ada

Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama : Hingga umur anak 2 Tahun

VII. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG :


a. Riwayat Menstruasi :
Umur Menarche : 11 tahun, Siklus haid : Teratur/Tidak (Lingkari)
Lama haid : 6 hari, Ganti pembalut : 5x/hari
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 10 Mei 2020, Taksiran Partus (TP) : 17 Februari 2021
Lain-lain sebutkan : siklus 28 hari
b. Perdarahan pervaginam : pendarahan spoting (pendarahan bercak bercak) pada usia kehamilan 37
minggu
c. Keputihan : keputihan mengeluarkan bau
d. Mual dan Muntah :-
e. Masalah pada kehamilan ini : Kehamilan yang sudah lewat dari taksiran partus
f. Pemakaian obat dan jamu : Tidak terkaji
g. Keluhan lainnya : Px sering terbangun ketika tidur saat nyeri pada perut nya muncul,
sehingga membuat pola tidur px berubah-ubah

VIII. RIWAYAT PENYAKIT/MEDIS :


Beri tanda (V), jika ibu mempunyai riwayat penyakit dibawah ini : Tidak ada
a. Penyakit jantung ( )
b. Hipertensi ( )
c. Diabetes mellitus ( )
d. Asma ( )
e. Riwayat Operasi ( ), Sebutkan :
f. Lain –lain, sebutkan : ___ex depresi dll______________

IX. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Beri tanda (V), jika ibu mempunyai riwayat penyakit dibawah ini : Tidak ada
a. Hipertensi ( )
b. Diabetes mellitus ( )
c. Kehamilan ganda ( )
d. Kelainan kongenital ( )

X. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS


TERDAHULU :
Tidak ada
XI. PEMERIKSAAN UMUM :
a. Status Obstetrik : G3 P2002 Ab000 H 40 Minggu 5 hari
b. Keadaan Umum : Cukup baik, sedikit lemah dan khawatir, berkeringat banyak
c. Kesadaran : Compos Mentis
d. Berat Badan : (sebelum: tidak terkaji dan setelah hamil: 90) Kg,Tinggi Badan: Tidak terkaji
e. Lingkar lengan atas (LILA) : 40 cm
f. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg, Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 24x/menit Suhu : 36,2 ºC

XII. PEMERIKSAAN FISIK :


a. Kepala :
1. Distribusi rambut : (√) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan : ( ) Ya (√) tidak ada
3. Nyeri saat diraba : ( ) Ya (√) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (√) tidak ada
2. Hiperpigmentasi :( ) Ya (√) tidak ada
3. Cloasma gravidarum :( ) Ya (√) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya (√) tidak
2. Konjuntiva anemis : (√) Ya ( ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya (√) tidak
2. Polip :( ) Ya (√) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : (√) bersih ( ) kotor ( ) radang
2. Bibir :( ) lembab (√) kering ( ) sianosis
3. Caries gigi :( ) Ya (√) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya (√) tidak ada
2. Sekresi :( ) Ya (√) tidak ada
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

g. Leher :
1. Hiperpigmentasi :( ) Ya (√) tidak ada
2. Kelejar tiroid :( ) membesar (√) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________
h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan :( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : ____________________________________________________

i. Oksigenasi dan ventilasi :


1. Frekuensi pernafasan (RR) : 20x/menit
2. Irama nafas : (√) reguler ( ) irreguler
3. Suara nafas : ( ) vesikuler ( ) ronchi ( ) wheezing
4. Suara jantung S1-S2 : ( ) normal ( ) murmur ( ) galop
5. Capilary refil : (√) < 3 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah :120/70 mmHg
7. frekuensi nadi : 84x/menit
8. Irama nadi : ( √ ) reguler () irreguler
9. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : _____________________________________________

j. Payudara :
1. Puting : (√) eksverted ( ) datar ( ) inverted ( ) lecet
2. Areola hiperpigmentasi : (√) Ya ( ) tidak ada
3. Pengeluaran ASI : ( ) Ya (√) tidak ada
4. Bentuk : (√) simetris ( ) tidak simetris
5. Teraba : ( ) ada massa ( ) hangat (√) tidak ada massa
6. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : _____________________________________________

k. Abdomen :
1. Hiperpigmentasi : ( ) Ya (√) tidak ada
2. Linea : (√) Alba ( ) Nigra
( ) Striae ( ) Livide
( ) Albican
Bekas operasi ( ) Ada (√ ) Tidak ada

3. Uterus :
Tinggi fundus uteri : 34 cm Kontraksi : (√ ) Ya ( ) Tidak
a. Leopold I : teraba fundus janin bulat lunak
b. Leopold II : teraba bagian kecil (ekstremitas kanan)
c. Leopold III : teraba bagian terbawah janin bulat keras
d. Leopold IV : sudah masuk PAP
4. Denyut Jantung Janin : 158 x/menit
5. Keluhan : (√) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : Nyeri seperti tertusuk-tusuk terasa panas pada area seluruh perut

l. Genetalia :
1. Kebersihan : ( √ ) Ya ( ) tidak
2. Varises : ( ) Ya ( √ ) tidak
3. Pengeluaran : darah/keputihan/lendir/ tidak ada
4. Hemoroid : ( ) Ya (√ ) tidak ada
5. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan : _____________________________________________

m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema :( ) Ya (√) tidak
b) Varises :( ) Ya (√) tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema :( ) Ya (√) tidak
b) Varises :( ) Ya (√) tidak
c) Reflek patela : (√) Positif ( ) Negatif
3. Keluhan : ( ) Ya (√) tidak ada
Sebutkan : _____________________________________________

n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi :
BAK dirumah biasanya >3x warna kuning dan BAB 1x/hari konsistensi lunak
2. Istirahat dan kenyamanan :
Px mengeluh susah untuk tidur. Sering terbangun karena nyeri yang hilang timbul sehingga membuat
pola tdiur px berubah-ubah
3. Mobilisasi dan latihan :
Px lebih sering rebahan dan duduk jika dirumah, karena jika px bergerak, nyeri pada perutnya akan
muncul
4. Nutrisi dan cairan :
Px makan 3x/hari. Mengkonsumsi sayur kangkung, bayam dan sop. Untuk lauk pauk px makan tahu
tempe, daging ayam jarang. Mengkonsumsi susu hamil.
5. Keadaan Psikologis :
Px terlihat sangat gelisah dan khawatir, berkeringat banyak sekali.
6. Persiapan persalinan : Tidak terkaji
( ) Senam hamil
( ) Rencana tempat melahirkan
( ) Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
( ) Kesiapan mental ibu dan keluarga
( ) Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan proses persalinan
( ) cara menangani nyeri persalinan
( ) Perawatan payudara

XIII. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI :


- Ceftriaxone 1 gr IV

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratorium :
Hemogoblin: 12,7 g/dL (11,4-15,1) Normal
Hematokrit: 37,5 % (38-42) Rendah
MCV: 86,4 fL (80-93) Normal
MCH: 29,2 pg (27-31) Normal
MCHC: 33,8 g/dL (32-36) Normal
Eritrosit: 4,34 Juta/cmm (4,0-5,0) Normal
Leokosit: 10,000 sel/cmm (4,700-11,300) Normal
Trombosit: 223,000 sel/cmm (142,000-424,000) Normal
Golongan darah: B
PT: 8,9 detik (9,4-11,3) Rendah
INR: 0,82 (2,0-3,5) Rendah
APPT: 22,3 detik (24,6-30,6) Rendah
Glukosa Darah Sewaktu: 104 mg/dL (<200) Normal
b. Lain-lain : ____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
ANALISA DATA PASIEN Ny. I

DATA MASALAH DIAGNOSA


PENYEBAB
(Tanda mayor & KEPERAWATA KEPERAWATA
minor) N N
Ds: Px mengeluh perut nyeri Agen pencedera Nyeri Akut Nyeri Akut b/d Agen
terasa kencang dan panas di fisik pencedera fisik d.d Px
seluruh area perut mulai 4 mengeluh perut nyeri
hari yang lalu
terasa kencang dan
panas di seluruh area
Do: Px lebih sering rebahan dan perut mulai 4 hari yang
duduk jika dirumah, karena his lalu, Px lebih sering
persalinan, nyeri pada perutnya rebahan dan duduk jika
muncul, dirumah, karena jika px
P: his persalinan bergerak, nyeri pada
Q: Nyeri sifat panas perutnya akan muncul,
R: Area seluruh perut P: Jika bergerak, nyeri
S: Skala 8 (berat) akan muncul
T: nyeri muncul hilang timbul Q: Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R: Area seluruh perut
S: Skala 8 (berat)
T: durasi nyeri muncul
hilang timbul

Ds: Px mengeluh susah untuk Kurangnya Kontrol Gangguan Pola Tidur Gangguan Pola Tidur
tidur. Sering terbangun karena Tidur b/d Kurangnya Kontrol
nyeri yang hilang timbul Tidur d.d Px mengeluh
sehingga membuat pola tidur px susah untuk tidur. Sering
berubah-ubah terbangun karena nyeri
Do: - yang hilang timbul
sehingga membuat pola
tidur px berubah-ubah
Ds: Px mengatakan perut nya Nyeri Abdomen Resiko Cidera pada Janin Resiko Cidera pada
terasa nyeri seperti tertusuk Janin d.d Nyeri
Abdomen
Do:
- Px terlihat gelisah
- DJJ 158x/menit

Ds: (Tidak ada data) Kekhawatiran Ansietas Ansietas b/d


mengalami Kekhawatiran
Do: kegagalan mengalami kegagalan
- Px terlihat sangat
d.d Px terlihat sangat
gelisah dan
gelisah dan khawatir,
khawatir,
berkeringat banyak
berkeringat banyak
sekali.
sekali.
-
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:

1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik d.d Px mengeluh perut nyeri terasa kencang dan panas di seluruh area
perut mulai 4 hari yang lalu, Px lebih sering rebahan dan duduk jika dirumah, karena jika px bergerak, nyeri pada
perutnya akan muncul, P: Jika bergerak, nyeri akan muncul, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Area seluruh
perut, S: Skala 8 (berat), T: durasi nyeri muncul hilang timbul
2. Gangguan Pola Tidur b/d Kurangnya Kontrol Tidur d.d Px mengeluh susah untuk tidur. Sering terbangun
karena nyeri yang hilang timbul sehingga membuat pola tidur px berubah-ubah
3. Ansietas b/d Kekhawatiran mengalami kegagalan d.d Px terlihat sangat gelisah dan khawatir, berkeringat banyak
sekali.
4. Resiko Cidera pada Janin d.d Nyeri Abdomen
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. I
Diagnosa Hari/ Hari/
No Keperawatan LUARAN INTERVENSI Tgl Implementasi Tgl Evaluasi Ttd
1. Nyeri Akut b/d Setelah MANAJEMEN NYERI (I. 22/02/2 Edukasi Terapi Relaksasi 22/02/2 S: Px mampu memahami apa
Agen pencedera dilakukan 08238) 021 (Napas dalam) 021 yang dipertanyakan dan yang
tindakan Observasi -Mengidentifikasi teknik dijelaskan
fisik d.d Px - lokasi, karakteristik, durasi, relaksasi yang pernah O:
keperawatan
mengeluh perut nyeri selama 1x24 frekuensi, kualitas, intensitas digunakan - Px mampu mengulangi
terasa kencang dan jam maka nyeri -Memeriksa ketegangan otot, informasi yang diberikan
- Identifikasi skala nyeri TTV sebelum dan sesudah A: Masalah teratasi sebagian
panas di seluruh area Tingkat - Identifikasi respon nyeri non -Menciptakan lingkungan P: Lanjutkan kontrol
perut mulai 4 hari Nyeri verbal yang tenang dan nyaman
(L.08065) - Identifikasi faktor yang -Menjelaskan tujuan, manfaat,
yang lalu, Px lebih Menurun
memperberat dan memperingan dan teknik relaksasi
sering rebahan dan dengan
nyeri -Mendemosntrasikan dan latih
duduk jika dirumah, kriteria hasil : - Identifikasi pengetahuan dan teknik tersebut
karena jika px keyakinan tentang nyeri -Memonitor respon terhadap
bergerak, nyeri pada - Keluhan - Identifikasi pengaruh budaya relaksasi.
perutnya akan muncul, nyeri terhadap respon nyeri -Berkolaborasi dengan advise
menurun - Identifikasi pengaruh nyeri dokter sesuai dosis:
P: Jika bergerak, pada kualitas hidup -Kolaborasi pemberian
(5)
nyeri akan muncul, - Sikap - Monitor keberhasilan terapi obat analgesik :
Q: Nyeri seperti protektif komplementer yang sudah
menurun diberikan
tertusuk-tusuk, R:
- Monitor efek samping
Area seluruh perut, S: (5)
penggunaan analgetik
Skala 8 (berat), T:
durasi nyeri muncul Terapeutik
- Berikan teknik
hilang timbul nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Edukasi dukungan tidur S: Px mampu memahami apa


Gangguan Pola Setelah Dukungan Tidur (1. 05174) yang dipertanyakan dan yang
dilakukan dijelaskan
Tidur b/d
Observasi O:
Kurangnya Kontrol tindakan
- Identifikasi pola tidur dan - Px mampu mengulangi
Tidur d.d Px keperawatan
selama 1x24 aktivitas informasi yang diberikan
mengeluh susah
jam maka - Identifikasi faktor A: Masalah teratasi sebagian
untuk tidur. Sering
Pola Tidur pengganggu tidur P: Lanjutkan kontrol
terbangun karena
nyeri yang hilang (L.05045) Terapeutik
timbul sehingga Membaik - Tetapkan jadwal tidur
membuat pola tidur dengan rutin
px berubah-ubah kriteria hasil : - Lakukan prosedur untuk
meningkatkan
- Keluhan kenyamanan
sulit tidur Edukasi
menurun - Jelaskan pentingnya tidur
(1) cukup selama sakit
- Keluhan - Anjurkan menepati
sering kebiasaan waktu/tidur
terjaga
menurun
(1)

3. - Menenangkan pasien S: Px mampu memahami dan


Ansietas b/d Setelah Terapi Relaksasi - Membersihkan keringat melakukan instruksi yang
Kekhawatiran dilakukan (1.09326) pasien diberikan
mengalami kegagalan tindakan - Menginstruksikan O: pasien masih berkeringat dan
Observasi sedikit terlihat khawatir
d.d Px terlihat sangat keperawatan pasien untuk berdzikir
A: Masalah teratasi sebagian
gelisah dan khawatir, selama 1x24 - Identifikasi teknis P: Lanjutkan intervensi
berkeringat banyak jam maka relaksasi yang pernah
sekali. Tingkat efektif digunakan
Ansietas - Identifikasi kesediaan,
Menurun kemampuan, dan
dengan penggunaan teknik
kriteria hasil : sebelumnya
- Perilaku Gelisah - Periksa ketegangan otot,
menurun (5) frekuensi otot, frekuensi
- Pola tisur nadi, tekanan darah, suhu
membaik (5) sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respon terhadap
terapi relaksasi

Terapeutik

-Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
-Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
-Gunakan pakaian longgar
-Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama

Edukasi

-Jelaskan tujuan, manfaat,


batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia yang tersedia
(mis.musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
-Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
-Anjurkan mengambil
posisi nyaman
-Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
-Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
- Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
napas dalam,
peregangan
-
Daftar Pustaka

Asrinah.Putri, Shinta Siswoyo.Sulistyorini, Dewie. Muflihah, Ima Syamrotul. Sari, Dian


Nirmala. (2012). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Astuti, Maya. (2011). Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Erna,S. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan
Patologi), (Bogor: iN Media, 2014), hal. 165 Fadlun. Feryanto,
Achmad. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba
Medika

Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran


Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Harjanti, A I & Miskiyah, Z . 2017. Pengelolaan Kehamilan 34 Minggu Dengan Letak
Sungsang Menggunakan Metode Knee- Chest. Jurnal Ilmu Keperawatan & Kebidanan. Vol 9, No 1
(2017): Juni 2017
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mukharromah, H.L. 2017. Hubungan Kehamilan Ibu Di Usia Muda Dengan
Perkembangan Emosi Anak Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon Ii Kabupaten
Bantul Tahun 2017. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN. JurusanD-
IV Kebidanan

NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and


Classification, Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Nurdiyana , 2020. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Letak Sungsang Di Rs


Kesdam Jaya Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Indonesia P�ISSN: 2541-0849 E-ISSN : 2548-1398
Vol. 5, No. 1 Januari 2020
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan, Jakarta, Pt. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Rohani. Saswita, Reni. Marisah. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi
Kesembilan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai