Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

A. Stroke Hemoragik
1. Pengertian Stroke
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak,
baik fokal maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa
penyebab lain selain gangguan vaskuler (WHO, 2010 dalam Hasan,
2018)
Stroke hemoragik adalah penyakit gangguan fungsional otak
akut baik fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke
otak yang disebabkan oleh perdarahan pada arteri serebralis. Darah
yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan
otak, sehingga terjadi hematom (Humam, Lisiswanti, 2015)
2. Etiologi Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah
atau mengalami kebocoran, sehingga terjadi perdarahan ke dalam
otak. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongetal
b. Aneurisma fusiformis dari atherosclerosis
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah (Nugroho, Putri,
Putri, 2016)
3. Tanda dan gejala stroke
a. Hemiparesis
b. Gangguan sensorik satu sisi tubuh
c. Hemianopia atau buta mendadak
d. Diplopia
e. Vertigo
f. Afasia
g. Disfagia
h. Disatria
i. Ataksia
j. Kejang atau penurunan kesadaran yang kesemuanya terjadi
secara mendadak (PERDOSSI, 2011).
4. Faktor resiko
a. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi
2) Merokok
3) Diabetes
4) Fibrilasi atrial
5) Dislipedemia
6) Trombofilia
7) Stenosis arteri karotis
8) Inaktivitas fisik
9) Obesitas
b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Berat badan lahir rendah (BBLR)
4) Ras
5) Genetic (Hambali, Lisiswanti, 2015)
5. Penatalaksanaan Stroke
Terapi umum : pasien stroke hemoragik harus dirawat di
ICU jika volume hematoma >3 mL, perdarahan intraventrikuler
dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memberuk.
Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid
atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolic >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila
terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan
dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20
mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg, enlapril iv
0,625-1.25 mg per 6 jam, katopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika
didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala
dinaikkan 30◦, posisi kepala dan dada disatu bidang, pemberian
manitol dan hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg). Penatalaksanaan
umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak lambung diatasi
dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa
proton, komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
diobati dengan antibiotic spectrum luas.
Terapi khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang
bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan
letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk
dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus
akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan
VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada
perdarahan subaraknoid, dapat digunakanan antagonis Kalsium
(nipodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi,
maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau
malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM)
(Nurarif, Kusuma, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi sistem syaraf
1) Miografi
2) Ct-Scan
3) Angiografi
4) MRI
5) EEG
6) EMG
b. Laboratorium
1) Darah
2) Urine
3) Cairan serebrospinal (Rendy, Margareth, 2012)
7. Discharge Planning
a. Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tekanan
b. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi
c. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso
d. Mengontrol factor resiko stroke
e. Diet rendah lemak, garam, berhenti merokok
f. Kelola stress dengan baik
g. Mengetahui tanda dan gejala stroke (Nurarif, Kusuma, 2015)
8. Komplikasi Stroke
a. Disfagia
b. Aspirasi Pneumonia
c. Malnutrisi (PERDOSSI, 2011)
9. Patofiologi Stroke Hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
Transient Iskemik Attack (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan Intraserebral sering dijumpai di daerah pituitari
gladm thalamus, sub kartikal, lobus parietal, nucleus kaudatus,
pons, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM
(Arteriovenous malfolmati). Aneurisma paling sering di dapat
pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willis.
AVM (Arteriovenous malformati)dapat dijumpai pada jaringan
otak di permukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun di
dalam ventrikel otak dan ruang subrakhnoid. Pecahnya areteri
dan keluarnya darah ke ruang subarakhnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meredanya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering
pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasopasme pembuluh darah serebral.
Vasopasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasopasme
diduga karena interaksi anatara bahan-bahanyang berasal dari
darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh darah arteri di ruang subarakhnoi. Ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhanO2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di
dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran
darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan
bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak
25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun smapai 70% akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksi, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan
dilatsi pembuluh darah otak (Maghfiroh, 2017).
10. Pathway Stroke Hemoragi

Aterosklerosis,
emboli, thrombus

Sumbatan
pembuluh darah

Aneurisma

Rupture pembuluh
darah otak

Stroke
Hemoragik

Oedema serebral

TIK

Penekanan pusat saraf intrakranial


Menekan Penurunan suplai
reflex muntah darah ke serebral

Muntah proyektil Kesadaran


Gg. Rasa nyaman
nyeri menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 pathway Stroke Hemoragik ( Nurarif & Kusuma,


2015).
B. Asuhan Keperawatan Stroke Dengan Hambatan Mobilitas Fisik
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Melalui Airway menurut Sudiharto & Sartono (2011),
prioritas penilaian airway (jalan napas), kelancaran jalan napas,
Breathing menurut Sudiharto & Sartono (2011),
mengungkapkan pertukaran oksigen dan karbondioksida bisa
terjadi bila udara bisa masuk dan keluar jalan napas tanpa
hambatan, tidak ada cairan atau darah di dalam paru, tidak ada
infeksi di dalam paru, tidak ada tumor di dalam paru atau
jaringan parut serta dinding torak dan diafragma dalam keadaan
normal, Circulation menurut Sudiharto & Sartono (2011),
circulation adalah pengkajian yang dilakukan pada tingkat
kesadaran, warna kulit, nadi, tekanan darah dan kontrol
perdarahan.
b. Pengkajian Sekunder dengan menggunakan S: Sign and
symptom, tanda gejala yang dialami, A: Allergy, adakah
riwayat atau tanda- tanda alergi, M: Medication, riwayat
penggunaan obat atau pengobatan yang sedang dialami, P: Past
medical history, riwayat medis sebelumnya, E: Event, apa yang
sedang dilakukan tadi, L : Last meal, makan terakhir (Panacea,
2013).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi & sensori
(pemeriksaan 5 indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecap, perasa)
b) Sistem persarafan
(bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil,
orientasi waktu & tempat)
c) Sistem pernafasan
(nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas)
d) Sistem kardiovaskuler
(nilai TD, nadi dari irama, kualitas an frekuensi)
e) Sistem gastrointestinal
(nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum,
peristaltik, eliminasi)
f) Sistem integumen
(nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien)
g) Sistem reproduksi
h) Sistem perkemihan
(nilai frekuensi BAK, volume BAK)
d. Pengkajian Biokimia
1) Albumin
2) Transferrin
3) Jumlah limfosit total
4) Kadar elektrolit
5) Indeks kreatinin/tinggi tubuh
2. Diagnosis
Diagonsa keperawatan yang muncul pada pasien Stroke Hemoragik
adalah:
1) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipertensi
2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi

4. Implementasi
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi masalah kesehatan pasien. Pendekatan yang
diberikan adalah pendekatan secara independen, dependen, dan
interdependen. Tindakan independen adalah tindakan yang
dilakukan oleh perawat tanpa pentunujuk atau arahan dari dokter
atau ten aga kesehatan lain. Tindakan dependen adalah tindakan
yang berhubungan dengan pelaksanaan tindakan medis. Tindakan
interdependen adalah tindakan yang memerlukan suatu kerjasama
denganb kesehatan lain (Nurusalam, 2011)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada
tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang terjadi sudah teratasi semuanya. Selain digunakan
untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan,
evalusi juga digunakan untuk memeriksa semua proses
keperawatan.
Setelah data tentang status kesehatan pasien terkumpul,
maka perawat membandingkan data dengan kriteria hasil. Tahap
berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian pasien
terhadap kriteria hsil. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat
proses pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan.

Anda mungkin juga menyukai