Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keluarga

PEMBIMBING

CI: Hj. Laila Sari, S.Kep, Ns

CT: Yustan Azidin, Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:

RUSMINI
NPM. 2014901210138

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan
Aracelis Maglaya 1989).

B. Tipe Keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak.
2. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
4. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama
6. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.

C. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat lingkungannya.
2. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya , ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.

D. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarganya,
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

E. Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi. Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam keluarga dan
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan. Sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan keluarga
mengenai sehat-sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan: sejauhmana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang
mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat : sejauhmana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah
dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan akibat dari
tindakan penyakit, mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan,
dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap
tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit: sejauhmana keluarga mengetahui
keadaan penyakitnya, mengetahu tentang sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, mengetahui sumber-sumber yang ada dalamn keluarga
(anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik,
psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat: sejauhmana mengetahui sumber-
sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan/manfaat pemeliharaan
lingkungan, mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar
anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat : apakah
keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami keuntungan
yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga
4. Fungsi reproduksi. Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota
keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
5. Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

F. Bentuk Keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu
berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokasi
- Adat utrokal, yaitu adat yang member kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat
suami ataupun di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
- Adat verilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
- Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
- Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di
sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pola
(bergantian).
- Adat nonlocal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama
kaum kerabat suami maupun istri.
- Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari
pihak suami.
- Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-
masing hidup terpisah dan masing-masing dari mereka juag tinggal di sekitar
pusat kaum kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
- Patriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki
tertua, umumnya ayah).
- Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu).
- Equalitarium, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
3. Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri,
subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-
istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan
tujuan eksplisit membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan
mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi
subsistem tersebut dari yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan
dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak
kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan
pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua
dan anak.

G. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga
a. Tahap 1 : Pasangan yang baru menikah
1) Mencipta atau membina hubungan yang harmonis saling menguntungkan
Family Planing
2) Setelah dua individu mengikat hubungan dengan satu perkawinan mereka
harus mempersiapkan untuk hidup bersama saling belajar menyesuaikan
diri dan memulai kegiatan rutin secara bersama.
3) Pasangan mulai merencanakan kapan mereka menginginkan anak.
b. Tahap II : Dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai 30 bulan,
Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi kebutuhan-kebutuhan bayi atau
anak.
1) Kelahiran anak membawa anggota baru
2) Mempelajari dan menerima pertumbuhan dan perkembangan anak usia
pra sekolah, persiapan kelahiran berikutnya.
c. Tahap III : Keluarga dimana anak pertama usia pra sekolah (30 bln-6thn).
Mengasuh anak,menyesuaikan atau menyedikan anak usia Pra sekolah,
persiapan kelahiran anak berikutnya.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak pertama usia sekolah (6-13 tahun).
Salah satu tugas dari orang tua ada tahap ini sosialisai anak, mendorong
anak, mencapai prestasi sekolah, dan memelihara hubungan perkawinan
yang harmonis.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak pertama usia remaja (13-20 tahun).
Menjaga keseimbangan tanggung jawab bagi remaja, pada tahap ini sering
terjadi komplik antara orang tua remaja.
f. Tahap VI : Keluarga dengan anak pertama usia dewasa muda (anak ertama
meningalkan rumah untuk membina keluarga baru sampai anak terakhir).
Melepaskan anak untuk membina perkawinan, biasanya ibu lebih sulit untuk
menerimanya, sedangkan bapak kariernyasudah memuncak dan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.
g. Tahap VII : Orang tua dengan anak usia pertengahan (mulai anak terakhir
meninggalkan rumah).
Menjalin kembali hubungan perkawinan, membina hubungan dengan
generasi baru.
h. Tahap VIII : Tahap akhir dari siklus keluarga, keluarga usia tua (salah satu/
keduanya pensiun, salah satu meninggal dan pada akhirnya keduanya
meninggal dunia).
Penyesuaian terhadap pensiun, pasangan meninggal dunia.
Duvall (1997, dalam Friedman, 2010).

2. Keluarga resiko tinggi


Keluarga beresiko tinggi adalah keluarga yang kemungkinan besar
menimbulkan stress yang berlebihan terhadaporang tua dan keluarga.
Stresor-stresor yang menimbulkan keluarga beresiko tinggi, berasal dari ibu
(seperti dari ibu yang masih remaja), anak (seperti seorang anak yang menderita
sakit yang membahayakn hidup),atau lingkungan keluarga (seperti bencana
lokal) (Friedman, 2010).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam
bidang kesehatan, meliputi :
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dngan masalah
sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/ keluarga dengan penyakit
keturunan.
b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi/ anemia.
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara atau multipara.
5) Riwayat persalinan dan komplikasi.
c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/ BBLR.
2) Berat badan sukar naik.
3) Lahir dengan caact bawaan.
4) ASIibu kurang, sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi/ anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalm hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul
cekcok dan ketegangan.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.
4) Salah satu orang tua (suami/ istri meninggal, cerai atau lari meninggalkan
keluarga) (Effendy, 2004)
Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
sarana/penyalur. (effendy1998:38)

H. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri ,
sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu
masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan
bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan
dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur
keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk
mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari
anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah
ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari
pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau
kadang-kadang orangtua.

2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan
kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai,
norma, kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan
dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi
keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan. Yang perlu diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut.
Dalam menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun
skala prioritas sebagai berikut:
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan
3
1 Tidak atau kurang sehat
2
Krisis
1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
Skala : dengan mudah 2
2 Hanya sebagian
1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi
3
3 Cukup 2
Rendah
1
Menonjolnya  masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani
2
4 Masalah tidak perlu ditangani
1
Masalah tidak dirasakan
0
Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena:
1) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3) Sifat dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena:
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c. Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang pengetahuan
dan kurangnya sumber daya manusia.
1) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
2) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
3) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
4) Takut dari akibat tindakan
5) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
6) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
7) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
d. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena:
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
5) Konflik
6) Sikap dan pandangan hidup
e. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena:
1) Sumber keluarga tidak cukup
2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan
rumah
3) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
4) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak
ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai masalah
f. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara
kesehatan, disebabkan karena:
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
5) Rasa takut pada akibat dari tindakan

5. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan /
keperawatan yang telah diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Hipertensimeliputi
kegiatan yang bertujuan:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
a. Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Hipertensi
b. Intervensi:
- Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Hipertensi, faktor
pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
- Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
- Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
a. Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat
b. Intervensi:
- Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
- Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang
tepat
- Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan yang tepat.
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
a. Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang mengalami hipertensi
b. Intervensi:
- Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit hipertensi
- Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
- Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
- Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
- Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
4. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
a. Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit hipertensi
b. Intervensi:
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk
pemeriksaan dan pengobatan

6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan

7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Hipertensi
diharapkan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang
sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan
pencegahan penyakit
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
penatalaksanaan hipertensi.

Daftar Pustaka

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:


Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Banjarmasin, September 2021


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Yustan Azidin, Ns., M.Kep Hj. Laila Sari, S.Kep, Ns

Anda mungkin juga menyukai