Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA PASIEN POST PARTUM DENGAN HEMORAGIC POSTPARTUM

Oleh :
Hanaz Rona Ayatillah Qatrun Nada
NIM: 2030042

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PASIEN POST PARTUM DENGAN HEMORAGIC POSTPARTUM

Mengetahui,

Pembimbing Institusi CI Lahan

Diyah Arini, S.Kep., Ns., M.Kes (_____________________)


NIP. NIP.
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB 1 KONSEP DASAR POSTPARTUM.......................................................1


1.1 Definisi.........................................................................................................1
1.2 Klasifikasi....................................................................................................1
1.3 Perubahan Fisiologis....................................................................................2
1.4 Perubahan Psikologis...................................................................................2

BAB 2 KONSEP DASAR PENYAKIT..............................................................1


2.1 Definisi.........................................................................................................1
2.2 Etiologi.........................................................................................................1
2.3 Klasifikasi....................................................................................................1
2.4 Web Of Caution............................................................................................2
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................2
2.6 Komplikasi...................................................................................................2
2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................2
2.8 Penatalaksanaan Medis................................................................................2

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................3


3.1 Pengkajian....................................................................................................3
3.1.1 Data Umum..................................................................................................3
3.1.2 Keluhan Umum............................................................................................3
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang.........................................................................3
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu.............................................................................3
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga..........................................................................3
3.1.6 Pemeriksaan Fisik........................................................................................3
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................4
3.3 Kriteria Hasil................................................................................................4
3.4 Intervensi Keperawatan................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................6
BAB 1
KONSEP DASAR POST PARTUM

1.1 Definisi Post Partum


Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary
Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,
2012).

1.2 Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah
bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu.
c. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias
berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.

1.3 Perubahan Fisiologis


Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast
(payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas
bawah), dan Emotion (emosi).
1. Involusi Rahim
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a) Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
c) Autolysis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal
ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
2. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang
menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi.
3. Uterus Tempat Plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol
ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas
1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas
bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat
oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah
permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi
plasenta selama sekitar 6 minggu.
4. Afterpain
Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan dengan
berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui
saat kelenjar hipofisis posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh
isapan bayi.
5. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Warna serviks
sndiri berwarna kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat laserasi /perlukaan kecil.
6. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat
kembali pada sekitar minggu ke 4.
7. Payudara
Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammae selama kehamilan adalah:
a. Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama hamil, merangsang
duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk persiapan produksi ASI.
8. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya Ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi
karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir.
9. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada
pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang
bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur
kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
10. Perubuahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan
kepala janin selama persalinan.
11. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah
kelahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor
emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari
keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
12. Kembalinya Haid dan Ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali
pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi.
Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu
ibu yang menyusui bayi, penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus
ditekankan selama masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak
dikehendaki.
13. Perubahan Sistem muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali.
14. Perubahan Tanda – Tanda Vital
- Suhu : Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50C-
380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan yang berlebihan, dan kelelahan.
- Nadi : Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari
denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
- Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan

darah tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan

preeklamsia.
- Pernafasan : Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.

1.4 Perubahan Psikologis


Dalam adaptasi psikologis setelah melahirkan terjadi 3 penyesuaian yaitu :
1. Penyesuaian ibu (Maternal Adjustment)
Seorang ibu yang baru melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa
nifas dengan melalui tiga fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap
perannya sebagai ibu. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya, keinginan ibu untuk merawat diri dan bayinya
sangat meningkat pada fase ini, terjadi penyesuaian dalam hubungan
keluarga untuk mengobservasi bayi, hubungan antar pasangan memerlukan
penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi).
2. Penyesuaian Ayah (Paternal Adjustment)
Bayi baru lahir memberikan dampak yang besar terhadap ayah. Sebagai ayah
harus menunjukkan keterbukaan yang dalam dengan bayinya dan mau
merawat bayinya. Menirukan perilaku bayi, seperti bila bayi tersenyum,
orang tua ikut tersenyum. Bila bayi mengerutkan dahi, orangtua ikut
mengerutkan dahi.
3. Responsitivity
Responsitivity terjadi pada waktu khusus dan sama dalam suatu stimulasi
perilaku mendapatkan suatu perasaan dalam perilaku yang mempengaruhi
interaksi untuk beruat positif (feedback). Respon-respon tersebut merupakan
imbalan bagi orang yang memberi stimulus, misalnya bila orang dewasa meniru
bayi, baru tampak menikmati respon tersebut. Tahapan adaptasi psikologis
postpartum menurut teori Reva Rubin dalam Anita (2014) sebagai berikut :
a. Fase Taking-in (setelah melahirkan sampai hari ke 2)
Fase ini berlangsung secara pasif dan dependen. Ibu menjadi pasif terhadap
lingkungan sehingga perlu menjaga komunikasi yang baik. Ibu menjadi
sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh orang lain.
b. Fase Taking-hold (3 hingga 10 hari postpartum)
Kurangnya keyakinan diri dalam merawat bayinya. Ibu merasa khawatir
dengan ketidakmampuannya dan tanggungjawab dalam merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
c. Fase Letting-go (pada hari ke 10 postpartum)
Menyesuaikan kembali hubungan dengan anggota keluarga seperti menerima
peranan sebagai ibu. Keinginan dan rasa percaya diri untuk merawat diri dan
bayi meningkat. Mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu atas bayinya
dan menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.Mengakui bayinya
sebagai individu yang terpisah dengan dirinya dan melepaskan gambaran
bayi yang menjadi khayalannya

1.5 Komplikasi
Menurut Costance Sinclair (2010), berikut ini merupakan komplikasi yang
terjadi pada ibu saat post partum, yaitu:
1. Penurunan Berat badan
Untuk sebagian besar pada wanita memiliki berat badan lebih dalam 2 tahun
setelah hamil dibanding wanita yang belum pernah hamil, dan penurunan
berat badan biasanya bisa terjadi pada dalam beberapa waktu sesudah hamil
dan melahirkan.
2. Demam nifas
Demam nifas merupakan demam yang terjadi setelah melahirkan atau saat ibu
berada di masa nifas. Demam ini bisa terjadi setelah melahirkan hingga
kurang lebih 6 minggu setelah masa persalinan, demam nifas biasanya yang
disebabkan oleh perubahan hormon karena sebagian besar demam nifas ini
disebabkan oleh infeksi setelah masa persalinan atau melahirkan.
3. Nyeri pada simfisis pubis
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh ibu paska bersalin atau masa nifas, dan
nyeri tersebut akan ada setelah kondisi ibu melahirkan bayi melalui vagina,
nyeri ini diakibatkan karena adanya lecet pada sekitar area vagina dan bekas
luka jahitan pasca melahirkan.
4. Kesulitan berjalan atau kesulitan dalam hubungan seksual
Kesulitan ketika berjalan biasanya dikarenakan adanya latihan duduk dan
berjalan paska bersalin pada ibu post partum, sedangkan kesulitan dalam
hubungan seksual pada ibu post partum kemungkinan diakibatkan karena
timbulnya rasa sakit disekitar jalan lahir setelah pasca melahirkan.
5. Payudara membengkak disertai kemerahan
Paska persalinan setelah dua atau tiga hari terkadang seorang ibu nifas atau
post partum akan merasakan payudaranya mulai membengkak yang
disebabkan oleh adanya bakteri Staphylococcus atau Streptococcus yang
berasal dari saluran air susu yang tersumbat (ASI mengendap dalam saluran
susu), selain itu dengan adanya penyumbatan pada sekitar area payudara
akan membuat terlihat payudara menjadi bengkak dan kemerahan.
6. Pendarahan
Pendarahan pada ibu pasca melahirkan terdapat pendarahan yang hebat yang
terjadi dari adanya robekan pada jalan lahir. Dan juga apabila plasenta sudah
lahir (keluar dari rahim) biasanya juga mengeluarkan darah yang banyak,
sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik sehingga ibu post partum
merasa mules dengan adanya kontraksi tersebut, sedangkan bisa juga darah
yang keluar banyak tentunya kemungkinan terjadi karena adanya robekan
pada jalan lahir sehingga bisa terjadinya pendarahan yang luar biasa.
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Definisi Hemoragic Post Partum


Perdarahan post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah
sebanyak lebih dari 500 cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum,
selama atau sesudah kelahiran plasenta (Utami, 2011). Perdarahan post
partum didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah setelah
persalinan pervaginam atau 1000ml atau lebih setelah section secaria
(Leveno, 2008; WHO, 2012).

2.2 Etiologi
Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena (Fegita & Satria, 2018) :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan keadaan dimana otot uterus (miometrium) gagal
berkontraksi pada tahap ke-3 persalinan, yaitu setelah bayi dilahirkan,
sehingga perdarahan dari tempat perlekatan arteri dan vena spiral plasenta
terus terbuka. Kondisi bahwa 1/5 dari curah jantung ibu hamil yaitu
sekitar 1000ml/menit memasuki sirkulasi uteroplasenta saat persalinan
membuat perdarahan postpartum karena atonia uteri ini dapat
menghilangkan banyak darah ibu dalam waktu singkat.
2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu
30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum
dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua dari
perdarahan postpartum (20% - 30% kasus).
3. Robekan Jalan Lahir
Cedera yang didapat saat persalinan dapat berkisar dari robekan mukosa
minor hingga laserasi yang menyebabkan perdarahan yang mengancam
jiwa. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi,
robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis
(sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, forniks uteri, serviks,
daerah sekitar klitoris dan uretra serta bahkan yang paling berat yaitu
ruptur uteri
4. Gangguan Pembekuan Darah
Kelainan pembekuan darah kongenital dan didapat berperan signifikan
pada kejadian perdarahan postpartum primer tetapi jarang terjadi hanya
sekitar 3%. Penyakit von Willebrand merupakan contoh penyakit
koagulopati yang penting yang dapat meningkatkan risiko perdarahan
postpartum.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan
lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13
sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau
sisa plasenta yang tertinggal.
2.4 Web Of Caution
Robekan Retensio Plasenta Kelainan
Atonia Uteri Jalan Lahir Perdarahan

Gagalnya urerus Mengganggu


mempertahankan Terjadinya luka kontraksi dan Kegagalan
kontraksi dan retraksi uterus pembekuan
retraksi darah

HEMORAGIC POST PARTUM

Kehilangan banyak darah Uterus tegang, Post de entry


perlukaan jalan lahir mikroorganisme

Merangsang Masuknya mikroorganisme


saraf nyeri melalui pembuluh darah

NYERI AKUT RESIKO INFEKSI

Hipovolemi Pucat, kulit Pasien melihat banyak


dingin, darah keluar
Kekurangan lemas
volume cairan Kurang terpaparnya
informasi dan edukasi
KETIDAKEFEKTIFAN
RESIKO SYOK PERFUSI JARINGAN
DEFISIT
PERIFER
PENGETAHUAN

Ancaman perubahan
status kesehatan

ANSIETAS
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah banyak (500 ml) menimbulkan tanda-tanda syok yaitu : nadi lemah,
haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah rendah
ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik.

2.6 Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok.
Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi
lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai
oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi
organorgan seperti gagal ginjal mendadak.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada pasien perdarahan post partum :
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal.
Kadar hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil
kehamilan yang buruk.
b. Pemeriksaan golongan darah dan tes antibody harus dilakukan sejak
periode antenatal.
c. Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu
perdarahan dan waktu pembekuan.
2. Pemeriksaan Radiologi
USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien
dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya
perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat
pula meningkatkan sensivitas dan spesifitas dalam diagnosis plasenta
akreta dan variannya.
2.8 Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan
Mengobati anemia dalam kehamilan. pada pasien dengan riwayat
perdarahan pasca persalinan sebelumya, persalinan harus bersalangsung di
rumah sakit. Jangan memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum
plasenta lepas. Berikan 10 unit oksitosinim setelah anak lahir dan 0,2 mg
ergometrin im setelah plasenta lahir.
2. Penanganan
Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan transfuse cairan,
atau darah, kontrol perdarahan dan berikan oksigen.
- Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan
plasenta dengan plasenta manual.
- Pada atonia uteri, lakukan masase dan penyuntikan 0,2 ml ergometrin
intravena dan prostaglandin parenteral.
- Bila disebabkan ganguan pembekuan darah, berikan transfusi plasma
segara pada perdarahan pasca persalinan sekunder.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain lain . Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multipara
dan diatas 35 tahun.
3.1.2 Keluhan Umum
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuk mengenali tanda atau gajala
yang berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio
plasenta robekan jalan lahir vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan
biasanya ibu nampak perdarahan banyak > 500 ml.
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan saat
ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500 ml), Nadi lemah, pucat,
lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin, dan mual.
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemophilia,
riwayat pre-eklamsia, trauma jalan lahir, kegagakan kompresi pembuluh darah,
tempat implantasi plasenta, dan retensi sisa plasenta.
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
3.1.6 Riwayat Menstruasi
Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya, keluhan waktu haid, HPHT.

3.1.7 Riwayat Perkawinan


Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil, Riwayat hamil,
persalinan dan nifas yang lalu.
3.1.8 Riwayat Kehamilan
Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta.
3.1.9 Riwayat Persalinan
Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada
kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir.
3.1.10 Riwayat Nifas
Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
3.1.11 Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda, Hamil tua, keluhan selama hamil
tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3.1.12 Riwayat Antenatal Care
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya
yang didapat.
3.1.13 Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum
dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa
nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
Pada kasus HPP nafsu makan menurun.
2. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri. Pada kasus HPP
terjadi penurunan BAK dan konstipasi
3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran
dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan atau duk.
5. Pola kebutuhan cairan dan elektrolit : dehidrasi
6. Pola integritas ego : cemas dan ketakutan
7. Pola seksual : terjadi perdarahan per vagina dan tinggi fundus uteri
menurun dengan lambat
3.1.14 Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan umum lemah, nyeri kepala dan abdomen, gelisah dan cemas.
Sementara kesadaran menurun sampai apatis. Tanda tanda vital terjadi
penurunan tekanan darah (hipotensi), takikardi, peningkatan suhu dan
takipnea.
2. Kepala
Nyeri kepala, muka pucat, mukosa bibir kering, gangguan penglihatan atau
mata berkunang kunang, berkeringat dingin.
3. Dada
Takipnea dan takikardi, kesulitan bernafas.
4. Abdomen
Fundus uteri lembek, tidak ada kontraksi uterus.
5. Genetalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc dan
terdapat robekan servik.
6. Ekskremitas
Keluar keringat dingin, lemas, malaise, CRT>3 detik.
7. Pemeriksaan penunjang
- Pada pemeriksaan jumlah darah lengkap ditemukan penurunan
hb(<10mg%), penurunan kadar Ht (normal 37%-41%) dan peningkatan
jumlah sel darah putih (SDP)
- Pada urinalis ditemukan kerusakan kandung kemih.
- Pada sonografi ditemukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
(Tim Pokja SDKI PPNI, 2016)
1 Perfusi Perifer Tidak Efektif
Kategori: Subkategori:
D.0009 Hal: 37
Fisiologis Sirkulasi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
Definisi
menganggu metabolisme tubuh.
2 Nyeri Akut
Kategori: Subkategori:
D.0077 Hal: 172
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
Definisi
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung < dari 3 bulan.
3 Risiko Syok
Kategori: Subkategori:
D.0039 Hal: 92
Fisiologis Nutrisi / Cairan
Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
Definisi jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam jiwa.
4 Risiko Infeksi
Kategori: Subkategori:
D.0142 Hal: 304
Lingkungan Keamanan dan Proteksi
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
Definisi
patogenik.
5 Ansietas
Kategori: Subkategori:
D.0080 Hal: 180
Psikologis Integritas Ego
Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
Definisi
antisipasi bahaya yang memungkinkan indivisu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
6 Defisit Pengetahuan
Subkategori:
Kategori:
Penyuluhan dan D.0111 Hal: 246
Perilaku
Pembelajaran
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
Definisi
berkaitan dengan topik tertentu.

3.3 Kriteria Hasil


Tujuan & Kriteria Hasil
(Tim Pokja SLKI PPNI, 2019)
1 Perfusi Perifer
L.02011/ Hal: 84 Ekspektasi : Meningkat
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, perfusi
Tujuan
perifer meningkat
1. Denyut nadi perifer meningkat
2. Kulit pucat menurun
Kriteria Hasil
3. Akral membaik
4. Turgor kulit membaik
2 Tingkat Nyeri
L.08066 / Hal: 145 Ekspektasi : Menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, tingkat nyeri
Tujuan
menurun.
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
Kriteria Hasil 3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
3 Tingkat Syok
L.03032 / Hal: 148 Ekspektasi : Menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, tingkat syok
Tujuan
menurun.
1. Tingkat kesadaran meningkat
2. Akral dingin menurun
Kriteria Hasil 3. Pucat menurun
4. Tekanan darah membaik
5. Frekwensi nafas membaik
4 Tingkat Infeksi
L.14137 / Hal: 139 Ekspektasi : Menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, derajat
Tujuan
infeksi menurun.
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun
Kriteria Hasil 3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun
5. Kadar sel darah putih membaik
5 Tingkat Ansietas
L.09093/ Hal: 132 Ekspektasi : Menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, ansietas
Tujuan
menurun.
1. Bingung menurun
2. Khawatir menurun
Kriteria Hasil 3. Gelisah menurun
4. Tekanan darah menurun
5. Pola tidur membaik
6 Tingkat Pengetahuan
L.14136 / Hal: 135 Ekspektasi : Membaik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, tingkat
Tujuan
pengetahuan membaik.
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Kemampuan menjelaskan tentang satu topik
meningkat
Kriteria Hasil
3. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
4. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
5. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

3.4 Intervensi Keperawatan


Intervensi
(Tim Pokja SIKI PPNI, 2018)
1 Pemantauan Tanda Vital
Hal 249 / 1.06198
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi
Observasi
- Monitor pernafasan
- Monitor suhu
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2 Manajemen Nyeri
Hal 201 / 1.08238
Observasi - Identifikasi tingkat nyeri (P,Q,R,S,T)
- Berikan teknik nonfarmakologis (terapi musik)
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi - Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian Analgetik, jika perlu
3 Pencegahan Syok
Hal 285 / 1.02068
- Monitor status oksigenasi
Observasi - Monitor status cairan
- Monitor tingkat kesadaran
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
Terapeutik
>94%
- Jelaskan penyebab resiko syok
Edukasi - Jelaskan tanda dan gejala syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
4 Pencegahan Infeksi
Hal 278 / 1.14539
Observasi - Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik - Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Edukasi
- Ajarkan cara memeriksa luka
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
5 Terapi Relaksasi
Hal 436/ 1.09326
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
konsentrasi
Observasi
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
- Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
Terapeutik teknik relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik
- Jelaskan tujuan, manfaat, dan jenis relaksasi
- Jelaskan secara rinci intervensi yang dipilih
Edukasi - Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
6 Edukasi Kesehatan
Hal 65 / 1.12383
Observasi - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik - Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi - Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fegita, P., & Satria, P. H. (2018). HEMORRHAGIC POST PARTUM: SYOK


HEMORRHAGIC ec LATE HEMORRHAGIC POST PARTUM. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(Supplement 4), 71.
https://doi.org/10.25077/jka.v7i0.947
Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai