Dosen Pengampu:
I Ketut Labir, S.Kep., Ns., M. Kes
Oleh:
Kelompok 2
3. Patofisiologi
Lesi esensial campak terdapat di kulit, membran mukosa nasofaring, bronkus
dan saluran cerna dan pada konjungtiva yang tersebar oleh virus morbili melalui udara.
Proliferasi sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler.
Terjadi reaksi inflamasi berupa peningkatan suhu tubuh dan metabolisme tubuh sehingga
terjadi resiko defisit volume cairan. Virus morbili menyebar ke berbagai organ melalui
hematogen. Reaksi radang menyeluruh berupa bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi
eritema pada mukosa bukal dan faring. Pada saat reaksi radang pada saluran cerna maka
hygiene harus sangat dijaga agar tidak menyebabkan diare pada anak. Reaksi inflamasi
akan meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial ditandai
dengan pilek, batuk serta peningkatan frekuensi nafas. Hal tersebut dapat menjadi
komplikasi berupa bronkopneumonia oleh infeksi bakteri sekunder.
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel
saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke
kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul
multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe.
Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai
ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan. Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf
pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun
dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit. Pada hari ke-11 sampai hari ke-
14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial,
sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.
4. Pohon Masalah
Virus morbilli masuk melalui saluran pernafasan
Hipertermia
Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen
Kulit
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>38°C), mata merah, dan ruam
makulopapular. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat membantu
diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2 setelah
timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan
sesudah infeksi.
7. Penatalaksanaan Medis
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4
jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi
sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan
pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai
berikut:
• 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
• 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
• 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
• Pemberian vitamin A tambahan satu kali.
8. Komplikasi
Menurut IDAI (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada anak dengan morbilli adalah,
sebagai berikut:
a. Laringitis Akut
Timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah
parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distres pernafasan,
sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala
akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk,
meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu turun,
apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk
yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi.
c. Ensefaliti
Terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam
1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat
melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke
dalam otak.
d. Otitis Media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga
biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi
bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis
media purulenta.
e. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
f. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotopobia. Kadang-
kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari.
Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan tabir surya 1. Agar menggunakan tabir surya saat
saat berada di luar rumah berada di luar rumah
2. Anjurkan minum cukup cairan 2. Agar minum cukup cairan
3. Anjurkan mandi dan menggunakan 3. Agar mandi dan menggunakan sabun
sabun secukupnya secukupnya
4. Anjurkan menggunakan pelembab 4. Agar kulit tidak kering
5. Anjurkan melapor jika ada lesi kulit 5. Agar mengetahui jika ada lesi kulit yang
yang tidak biasa. tidak biasa.
2 Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama Intervensi Utama
berhubungan dengan keperawatan selama …x 24 SIKI I.08238 Manajemen Nyeri
gejala penyakit dibuktikan jam maka Status Manajemen Nyeri
dengan; mengeluh tidak Kenyamanan Meningkat, Observasi: Observasi:
nyaman, gelisah, merasa dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui likasi, karakteristik,
gatal, dan tampak 1. Keluhan tidak nyaman durasi, frekuensi, kualitas, intensitas durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
menangis. menurun nyeri nyeri
2. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
3. Gatal menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal 3. Untuk mengetahui bagaimana respon
4. Menangis menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat terhadap nyeri non verbal
dan memperingan nyeri 4. Untuk mnetahui apa saja faktor yang
5. Identifikasi pengetahuan dan memperberat dan memperingan nyeri
keyakinan tentang nyeri 5. Untuk mengatahui pengetahuan dan
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap keyakinan pasien terhadap nyeri
respons nyeri 6. Untuk mengetahui pengaruh budaya
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada terhdap respon nyeri pasien
kualitas hidup 7. Untuk mengetahui pengaruh nyeri
8. Monitor efek samping penggunaan terhadap kualitas hidup pasien
analgetic 8. Untuk mengetahui efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik: Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. 2. Untuk meringankan nyeri pasien yang
TENS, hipnosis, akupresur, terapi disebabkan oleh lingkungan
musik, biofeedback) 3. Agar pasien bisa istirahat dan tidur
2. Kontrol lingkungan yang dengan nyaman
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu 4. Untuk mengetahui strategi apa yang akan
ruangan, pencahayaan, kebisingan) dipilih.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi dalam meredakan nyeri.
Edukasi:
Edukasi:
1. Agar pasien mengetahui penyebab dan
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
pemicu nyeri
2. Agar pasien mengetahui bagaimana cara
2. Jelaskan stategi meredakan nyeri
untuk meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
3. Agar pasien dapat memonitor nyeri
mandiri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan alagetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis 4. Agar pasien tidak salah menggunakan
untuk mengurangi rasa nyeri. analgetic
5. Agar nyeri pasien dapat berkurang
dengan teknik non farmakologis
Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik, 1. Untuk mempercepat penyembuhan
jika perlu pasien
Terapi Relaksasi (I.09326) Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi: Observasi:
1. Identifikasi penurunan tingkat energi, 1. Untuk mengetahui penurunan tingkat
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau energi, ketidakmampuan berkonsentrasi,
gejala lain yang mengganggu atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif. kemampuan kognitif.
2. Identifikasi Teknik relaksasi yang 2. Untuk mengetahui Teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan pernah efektif digunakan.
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, 3. Untuk mengetahui kesediaan,
dan penggunaan Teknik sebelumnya. kemampuan, dan penggunaan Teknik
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi sebelumnya.
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum 4. Untuk mengetahui ketegangan otot,
dan sesudah Latihan. frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah Latihan.
5. Monitor respons terhadap terapi 5. Untuk mengetahui respons terhadap
relaksasi. terapi relaksasi.
Terapeutik: Terapeutik:
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa 1. Agar pasien merasa tenang tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan gangguan pencahayaan dan suhu ruang
suhu ruang nyaman, jika nyaman.
memungkinkan. 2. Agar pasien mengetahui prosedur yang
2. Berikan informasi tertulis tentang akan dilakukan.
persiapan dan prosedur teknik 3. Agar pasien merasa nyaman.
relaksasi. 4. Agar pasien lebih merasa tenang dan
3. Gunakan pakaian longgar. rileks
4. Gunakan nada suara lembut dengan 5. Agar pasien merasa nyaman dan tenang.
irama lambat dan berirama.
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
Tindakan medis lain, jika sesuai.
Edukasi: Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan 1. Agar pasien mengetahui tujuan, manfaat,
jenis relaksasi yang tersedia (mis: Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
musik, meditasi, napas dalam, (mis: musik, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif). relaksasi otot progresif).
2. Jelaskan secara rinci intervensi 2. Agar pasien mengetahui secara rinci
relaksasi yang dipilih. intervensi relaksasi yang dipilih.
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman. 3. Agar pasien merasa nyaman ketika
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi dilakukan Tindakan.
relaksasi. 4. Agar pasien merasa nyaman
5. Anjurkan sering mengulangi atau 5. Untuk mempercepat proses
melatih Teknik yang dipilih. penyembuhan pasien.
6. Demonstrasikan dan latih Teknik 6. Agar pasien dapat melakukan Teknik
relaksasi (mis: napas dalam, relaksasi dengan baik dan benar.
peregangan, atau imajinasi
terbimbing).
3 Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama:
dengan proses penyakit keperawatan selama …x 24 Manajemen Hipertemia (I.15506) Manajemen Hipertemia (I.15506)
(Virus) dibuktikan jam maka Termoregulasi Observasi: Observasi:
dengan; suhu tubuh diatas Membaik, dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Untuk mengetahui identifikasi penyebab
nilai normal, kulit merah, hasil: (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan hipertermia (mis:
kejang, takikardi, 1. Menggigil menurun panas) dehidrasi, terpapar lingkungan panas)
takipnea, dan kulit terasa 2. Kulit merah menurun 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien
hangat. 3. Kejang menurun 3. Monitor kadar elektrolit 3. Untuk mengetahui kadar elektrolit
4. Pucat menurun 4. Monitor haluaran urin 4. Untuk mengetahui haluaran
5. Takikardi menurun 5. Monitor komplikasi akibat Urin
6. Takipnea menurun hipertermia. 5. Untuk mengetahui
7. Suhu tubuh membaik Komplikasi akibat hipertermia
8. Suhu kulit membaik
Terapeutik:
Terapeutik:
1. Sediakan lingkungan yang
dingin 1. Untuk mengurangi terjadinya demam
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian pada pasien
3. Basahi dan kipasi 2. Untuk meringankan kondisi hipertemia
permukaan tubuh pada pasien
4. Berikan cairan oral 3. Untuk mengurangi demam pada tubuh
5. Ganti linen setiap hari atau lebih pasien
sering jika mengalami hyperhidrosis 4. Untuk mengganti cairan yang hilang dan
(keringat berlebih) agar tidak terjadinya dehidrasi
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis: 5. Untuk mengurangi efek demam pada
selimut hipotermia atau kompres pasien
dingin pada dahi, leher, dada, 6. Untuk mengurangi terjadinya penguapan
abdomen, aksila) pada tubuh pasien
7. Hindari pemberian 7. Agar tidak Menyebabkan
antipiretik atau aspirin perdarahan lambung atau penurunan
8. Berikan oksigen, jika perlu jumlah trombosit lanjut.
8. Untuk membantu proses sirkulasi darah
agar tidak terjadi syok hipovelomik.
Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring 1. Agar pasien merasa nyaman
Kolaborasi:
Kolaborasi: 1. Untuk mengganti kekurangan cairan atau
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit pada tubuh, memberikan
elektrolit intravena, jika perlu. kebutuhan air, elektrolit dan kebutuhan
akan zat-zat makanan untuk kebutuhan
dalam tubuh sehari-hari.
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika
perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanakan intervensi. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga
berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien
akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling
dirasakan oleh klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
Tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada renspon klien
terhadap Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi digunakan sebagai alat
ukur keberhasilan suatu asuhan keperawatan yang telah dibuat. Adapun evaluasi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP yaitu:
• A: Assesment ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masalah masih tetap atau muncul masalah atau ada data yang kontra indikasi
dengan masalah yang ada.
• P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klein. Pada
implementasi dilakukan maka evaluasi hasil intervensi terhadap pasien halusinasi yaitu:
terbina hubungan saling percaya antara klien dan perawat, klin dapat mengenal
halusinasinya, mendapatkandukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
dan dapat memanfaatkan obat baik sesuai dengan program pengobatan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang
dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan, dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum.
Petunjuk teknik pengisian lembar dokumentasi yang mengacu pada model PIE;
4. Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi yang
diidentifikasi dengan tanda “E” (Evaluasi) dan no masalah, berisi 6 jam,shift jaga (pagi,
sore, malam) dan paraf perawat.
5. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (setiap pergantian
shift.
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Rodolfh.Dkk. 2016. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volume I. Jakarta: EGC
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta: Prima Medika.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.