Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BY. E DENGAN MORBILI

OLEH :

NI KETUT LESTARI DEWI

P07120018056

TK. 3.2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BY. E
DENGAN MORBILI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Morbili yang disebut juga dengan campak, measles atau rubeola adalah
suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh
paramixovirus. Morbili dapat ditularkan melalui percikan liur (droplet) yang
terhirup. Morbili ditandai oleh tiga stadium, kataral, erupsi serta konvalensi
[CITATION Ari16 \l 1033 ].
Stadium katarsis berlangsung 4-5 hari dengan gejalan flu, batuk, demam,
terjadi konjungtivitis, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening.
Stadium kedua adalah stadium erupsi yang ditandai dengan adanya titik merah
pada palatum durum dan palatum mole, kemudian adanya bercak
makulpapuler pada muka, serta tubuh dan anggota gerak. Stadium ketiga
adalah stadium kovalensi dimana gejala-gejala sudah mulai hilang dan
meninggalkan bekas seperti adanya hiperpigmentasi [ CITATION Hid08 \l 1033 ].

2. Penyebab / Faktor Predisposisi


Morbili adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parain-uenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus). Virus campak
berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA tunggal yang
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak memiliki 6 struktur
protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan
virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari
sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus
berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat
protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein).
Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan
protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus
campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh
cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga
dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370 C), suhu dingin (<200 C), sinar
ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka
hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam [ CITATION Hal16
\l 1033 ].

3. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak
pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama
bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut
pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7
hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan
dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3
C :coryza,cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi.
Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin
gelap,berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan
karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
4. Pathway

Virus morbilli masuk melalui saluran pernafasan

Melekat di sel-sel epitel saluran nafas

Virus bereplikasi diikuti penyebaran ke kelenjar limfe regional

Mengalami replikasi

Virus dilepas ke dalam aliran darah (viremia primer)

Replikasi Kembali

Virus sampai ke multiple tissue site (viremia sekunder)

Eksudat yang serius, droliferasi, sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi : demam, suhu naik, metabolism naik, RR naik

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen Hipertermi

Kulit

Poliferasi sel endotel kapiler dalam korium

Eksudat serum / eritrosit dalam epidermis


Rash, ruam pada belakang telinga, leher, pipi, wajah, seluruh tubuh, deskuamasi
rasa gatal
Kerusakan integritas kulit

5. Gejala Klinis
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
masing-masing memiliki ciri khusus. Stadium prodormal berlangsung kira-kira
4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan
koriza. Stadium erupsi yang berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal
ditandai dengan timbulnya bercak koplik dan ruam mulai muncul dari
belakang telinga menyebar ke wajah, badan, lengan dan kaki. Stadium
konvalensi atau stadium akhir ditandai dengan erupsi yang mulai menghilang
[ CITATION Mar16 \l 1033 ].

6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>38oC), mata merah, dan
ruam makulopapular. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa
leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak
juga dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari
pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap
terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi [ CITATION Hal16 \l 1033 ].

7. Penatalaksanaan Medis
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A
dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu
kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
„ 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
„ 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
„ 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
„ Pemberian vitamin A tambahan satu kali [ CITATION Hal16 \l 1033 ].

8. Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:
- Usia muda, terutama di bawah 1 tahun
- Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
- Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
- Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
- Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:
- Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup)
- Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
- Telinga: otitis media
- Susunan saraf pusat:
1. Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala
berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status
mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6
setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh
sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang
cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan
pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan
kejang berulang.
2. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses
degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi
persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi
(umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah
laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan
motorik.
3. Mata: keratitis
4. Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder [ CITATION
Hal16 \l 1033 ].

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian (data subjektif dan data obyektif)
I. Identitas Klien
Identitas klien yang terdiri dari nama, no. rm, tanggal lahir, jenis kelamin,
kewarganegaraan, pendidikan, agama, status, tgl masuk rumah sakit, tgl
pengkajian, diagnosis medis serta identitas penanggung jawab pasien.
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk rumah
sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang memperberat
dan meringankan keluhan.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Menanyakan masalah kesehatan yang lalu, baik yang berkaitan
langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada kaitannya
seperti riwayat MRS, riwayat dioperasi, riwayat kelainan bawaan, dan
riwayat alergi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya
dengan penyakit yang dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan
keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang dialami
oleh klien. Pada pengkajian ini tertunya terdapat genogram.
e. Riwayat Kelainan
Kaji riwayat kelahiran apakah spontan, forcep, vacum, atau sectio
caesarea. Kaji kelahiran apakah dibantu oleh dukun, bidan, ataupun
dokter.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Kaji proses tumbuh kembang pada anak mulai dari merangkak, berdiri,
hingga berjalan. Selain itu, kaji adanya masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
g. Riwayat Imunisasi
Kaji imunisasi yang telah anak dapatkan seperti imunisasi BCG, Polio,
Hepatitis B, Varisela
Keadaan Umum
a. Vital sign (tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan)
b. Kesadaran (GCS)
c. Penilaian nyeri
III. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bentuk, adanya lesi/ luka, warna rambut, adanya kelainan
b. Mata : pengelihatan, sklera, konjungtiva, pupil, adanya kelainan
c. Leher : bentuk, adanya pembesaran tiroid, adanya lesi, terabanya nadi
karotis, pembersaran limfoid dan adanya kelainan
d. Hidung : penghidu, sekret/darah/polip, tarikan caping hidung
e. Telinga : pendengaran, sekret/ cairam/ darah
f. Mulut dan gigi : keadaan, kebersihan mulut dan gigi, adanya lesi,
kelembaban mulut
g. Thorax
- Jantung : nadi, kekuatan, irama
- Paru : frekuensi nafas, kualitas, suara nafas, batuk, sumbatan jalan
nafas
h. Abdomen : peristaltik usus, kembung, nyeri tekan, ascites
i. Ekstremitas : kekuatan otot, rom, hemiplegi/parese, akral, crt, edema
j. Kulit : turgor kulit, laserasi, warna kulit
k. Genetalia : pimosis, alat bantu, adanya kelainan
IV. Data Biologis
a. Pernapasan
Kaji frekuensi pernafasan dan pola napas seperti adanya takipnea,
bradipnea, kussmaul, cheyne stokes dan hiperventilasi. Kaji apakah ada
suara napas tambahan seperti wheezing, ronchi, stridor, dan crackles.
Selain itu, kaji juga apakah pasien memakai oksigen atau tidak.
b. Makanan dan minum
Kaji frekuensi makan, adanya kesulitan makan, jenis makanan, porsi
makan, nafsu makan, kebiasaan makan dan adanya keluhan mual atau
muntah.
c. Eliminasi
Kaji pola eliminasi fekal dan pola elimininasi urine seperti frekuensi,
warna, bau, konsistensi, waktu dan penggunaan pencahar.
d. Istirahat tidur
Kaji waktu tidur, lama tidur, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat
tidur dan kesulitan dalam hal tidur.
e. Mobilisasi
Kaji mobilisasi pasien apakah normal, dibantu, atau menggunakan
kursi roda.
V. Data psikologis
a. Pola komunikasi
b. Sekolah
c. Penurunan prestasi sekolah
d. Kekerasan fisik
e. Penelantaran fisik/ mental
f. Perawatan anak dibantu oleh orang tua/wali/pengasuh
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi) dibuktikan


dengan ibu klien mengatakan tubuh klien panas, kulit kemerahan, kulit
teraba hangat, suhu tubuh klien diatas nilai normal
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan suhu lingkungan
yang ekstrem dibuktikan dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit,
kemerahan dan terdapat ruam merah pada kulit.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional
Dx Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Hipertermi berhubungan SLKI label : SIKI Label :
dengan proses penyakit Termoregulasi
Intervensi Utama :
(mis. Infeksi) dibuktikan
Manajemen Hipertemia
dengan Ibu klien Setelah dilakukan tindakan
mengatakan tubuh klien keperawatan selama ...x …
Observasi
panas, kulit kemerahan, jam diharapkan
1. Identifikasi penyebab
kulit teraba hangat, suhu termoregulasi membaik 1. Mengetahui
hipertermia
tubuh klien diatas nilai dengan kriteria hasil : penyebab
2. Monitor suhu tubuh
normal (39oC). 1. Menggigil menurun hipertermia
2. Kulit merah menurun 2. Mengetahui suhu
3. Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun tubuh klien
4. Pucat menurun 3. Mengontrol kadar
4. Monitor haluaran urine
5. Akrosianosis menurun elektrolit
6. Takikardi menurun 4. Mengetahui
7. Takipnea menurun jumlah urine yang
5. Monitor komplikasi akibat
8. Bradikardi menurun dikeluarkan
hipertermia
9. Suhu tubuh membaik 5. Mengetahui
10. Suhu kulit membaik Terapeutik komplikasi akibat
1. Sediakan lingkungan hipertemia
yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian 1. Menurunkan suhu
3. Basahi dan kipasi tubuh klien
permukaan tubuh 2. Agar klien merasa
4. Berikan cairan oral nyaman
3. Mencegah
5. Ganti linen setiap hari kenaikan suhu
atau lebih sering tubuh klien
6. Lakukan pendinginan 4. Memenuhi
eksternal kebutuhan cairan
7. Hindari pemberian klien
antipiretik atau aspirin 5. Agar klien merasa
8. Berikan oksigen, jika lebih nyaman
perlu.
6. Mencegah
Edukasi kenaikan suhu
1. Anjurkan tirah baring tubuh
7. Mencegah risiko
Kolaborasi yang mungkin
1. Kolaborasi pemberian muncul
cairan dan elektrolit 8. Memenuhi
intravena, jika perlu kebutuhan oksigen
klien

1. Mencegah
terjadinya
komplikasi

1. Memenuhi
kebutuhan cairan
dan elektrolit
klien.
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Perawatan
kulit/jaringan keperawatan selama 2 x 24 Integritas Kulit
berhubungan dengan jam diharapkan integritas
suhu lingkungan yang kulit dan jaringan Observasi
ekstrem dibuktikan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab
dengan kerusakan hasil: gangguan integritas kulit 1. Mengetahui
jaringan dan/atau lapisan 1. Kerusakan jaringan penyebab
kulit, kemerahan, menurun Terapeutik gangguan integritas
terdapat ruam merah 2. Kerusakan lapisan kulit 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika kulit
pada kulit menurun tirah baring
3. Kemerahan menurun
Suhu kulit membaik Edukasi
1. Anjurkan minum air yang 1. Mencegah
cukup terjadinya
2. Anjurkan meningkatkan dekubitus
asupan nutrisi

3. Anjurkan meningkatkan 1. Mencegah


asupan buah dan sayur terjadinya
Anjurkan menghindari terpapar kekurangan cairan
suhu ekstrem 2. Memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Memenuhi
kebutuhan buah
dan sayur
4. Mencegah
terjadinya
peningkatan suhu
dan kerusakan kulit

Sumber : [ CITATION Tim16 \l 1033 ] [ CITATION Tim181 \l 1033 ] [ CITATION Tim18 \l 1033 ]
C. Daftar Pustaka

Arivia, S. (2015). Bayi Perempuan Usia 11 Bulan dengan Morbili. Jurnal Kesehatan
dan Agromedicine, 2(4), 365-369. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1253

Halim, R. G. (2016). Campak Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 186-189.

Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=mmxAfqKkaNQC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Mariz, D. R. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Jurnal Medula Unila, 2(3),
40-45.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Gianyar, 09 Oktober 2020

Nama Clinical Teacher/CT Nama Mahasiswa

NLP Yunianti SC, S.Kep.,Ns.,M.Pd Ni Ketut Lestari Dewi

NIP. 196906211994032002 NIM P07120018056

Anda mungkin juga menyukai