OLEH :
P07120018056
TK. 3.2
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN BY. E
DENGAN MORBILI
3. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang biak
pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama
bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut
pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7
hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan
dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3
C :coryza,cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi.
Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin
gelap,berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan
karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
4. Pathway
Mengalami replikasi
Replikasi Kembali
Kulit
5. Gejala Klinis
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
masing-masing memiliki ciri khusus. Stadium prodormal berlangsung kira-kira
4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan
koriza. Stadium erupsi yang berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal
ditandai dengan timbulnya bercak koplik dan ruam mulai muncul dari
belakang telinga menyebar ke wajah, badan, lengan dan kaki. Stadium
konvalensi atau stadium akhir ditandai dengan erupsi yang mulai menghilang
[ CITATION Mar16 \l 1033 ].
7. Penatalaksanaan Medis
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A
dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi
terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu
kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
Pemberian vitamin A tambahan satu kali [ CITATION Hal16 \l 1033 ].
8. Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:
- Usia muda, terutama di bawah 1 tahun
- Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
- Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
- Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
- Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:
- Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup)
- Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
- Telinga: otitis media
- Susunan saraf pusat:
1. Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala
berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status
mental yang biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6
setelah munculnya ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh
sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang
cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan
pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan
kejang berulang.
2. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses
degeneratif susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi
persisten virus campak, timbul beberapa tahun setelah infeksi
(umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan tingkah
laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan
motorik.
3. Mata: keratitis
4. Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder [ CITATION
Hal16 \l 1033 ].
1. Mencegah
terjadinya
komplikasi
1. Memenuhi
kebutuhan cairan
dan elektrolit
klien.
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Perawatan
kulit/jaringan keperawatan selama 2 x 24 Integritas Kulit
berhubungan dengan jam diharapkan integritas
suhu lingkungan yang kulit dan jaringan Observasi
ekstrem dibuktikan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab
dengan kerusakan hasil: gangguan integritas kulit 1. Mengetahui
jaringan dan/atau lapisan 1. Kerusakan jaringan penyebab
kulit, kemerahan, menurun Terapeutik gangguan integritas
terdapat ruam merah 2. Kerusakan lapisan kulit 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika kulit
pada kulit menurun tirah baring
3. Kemerahan menurun
Suhu kulit membaik Edukasi
1. Anjurkan minum air yang 1. Mencegah
cukup terjadinya
2. Anjurkan meningkatkan dekubitus
asupan nutrisi
Sumber : [ CITATION Tim16 \l 1033 ] [ CITATION Tim181 \l 1033 ] [ CITATION Tim18 \l 1033 ]
C. Daftar Pustaka
Arivia, S. (2015). Bayi Perempuan Usia 11 Bulan dengan Morbili. Jurnal Kesehatan
dan Agromedicine, 2(4), 365-369. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1253
Halim, R. G. (2016). Campak Pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 186-189.
Mariz, D. R. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Morbili. Jurnal Medula Unila, 2(3),
40-45.