Anda di halaman 1dari 21

Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Morbili


Di Ruang Sakura RSUD Kabupaten Buleleng
Pada Tanggal 25 September 2017

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructure (CI) Stase Anak Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari
Departement Stase Anak STIKes Buleleng.

Singaraja, …… September 2017

Clinical Instruktur (CI), Clinical Teacher (CT),


Ruang Sakura Stase Anak
RSUD Kabupaten Buleleng STIKes Buleleng,

Desak Putu Silawati, A.Md.Keb Ns. Gede Budi Widiarta, S.Kep.,M.Kep


NIP. 1970 1001 199103 2 007 NIK ………………………….
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MORBILI
1.1 Tinjauan Teori Penyakit
1.1.1 Definisi
Morbili atau Campak adalah organisme yang sangat menular
ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain
yang rentan (Hidayat, 2008). Penyakit campak adalah penyakit menular
dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau
lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk,
pilek, dan mata merah (WHO, 2009).
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan
bercak koplik (Ngastiyah, 2005).
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Hadinegoro,2008)
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini
memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan
bercak kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian
hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan
pasca campak, sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan
tuberkulosis paru menjadi lebih parah setelah sakit campak berat.
1.1.2 Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan
droplet infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm,
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein,
didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks
nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering
menunjukkan tonjolan pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar
muncul sebagai hemaglutinin.
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang
kuat, apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada
temperatur kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya
selama 3 – 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup
selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari
lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan
50% aseton dalam 30 menit.
Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering
dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari
es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang
telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang.

1.1.3 Klasifikasi
a. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam
ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan
konjungtivitis.
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh

1.1.4 Tanda dan Gejala


Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20
hari dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
a. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh
demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan
konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi
morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih
kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.Lokalisasinya
dimukosa bukalis berhadapandengan molar dibawah, tetapi dapat
menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang,
mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-
langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan
menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang
stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi
mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia.
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga
terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.

c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada
anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi
normal kecuali bila ada komplikasi.

1.1.5 Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas,
sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam
di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran
pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air
mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.
Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan
proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat
peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,
batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal
infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi
makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses
ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan
infiltrasi limfosit.
1.1.6 Web Of Caution
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody
fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata,
senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia
berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus
eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda
patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis,
neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis (feces
lengkap), bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis
gas darah)

1.1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi
pasien yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin
menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang
nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana
untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat
secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti
pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati
komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak
yang kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis
tinggi di semua daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement
vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus
campak pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di
bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien
lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah
diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila
terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4
minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali
menular. Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak
yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan
komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan
bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai (kadang perlu infuse atau oksigen ).
Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan
suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
1) Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan
anoreksia. Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau
makan atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran
cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak
mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya
dan memudahkan timbulnya komplikasi.

2) Gangguan suhu tubuh


Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang
disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan
sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi
komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk
menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika
tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak
badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah.
Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk
bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari
campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu
malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah
keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan
aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh
anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep
dokter ). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi
sering-sering dibedaki saja.
4) Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat
menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang
semula positif berubah menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa
antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya
komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit
kronik lainya.

1.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan gastroenteritis akut adalah:
a. Kwashiorkor
1) Diare
2) Infeksi
3) Anemia
4) Gangguan tumbuh kembang
5) Hipokalemi
6) Hipernatremi
b. Marasmus
1) Infeksi
2) Tuberkolosis
3) Parasitosis
4) Disentri
5) Malnutrisi kronik
6) Gangguan tumbuh kembang

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
a. Pengumpulan Data (Anamnesa)
1) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th
dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit
infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )
dipalatum durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah
kontak dengan pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari.Untuk
pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status
Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
(a) Gizi buruk kurang dari 60%
(b) Gizi kurang 60 % - <80 %
(c) Gizi baik 80 % - 110 %
(d) Obesitas lebih dari 120 %
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
(a) Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala,
konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di
bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
(b) Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan didaerah leher belakang,
3) Mulut
(a) Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum
mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
4) Toraks
(a) Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada
nasofaring, perdarahan pada hidung.Pada penyakit campak,
gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
(b) Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
(a) Inspeksi :Bentuk dari perut anak.Ruam pada kulit.
(b) Auskultasi : Bising usus.
(c) Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit
(a) Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
(b) Palpasi : Turgor kulit menurun

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak
dengan Morbili adalah:
a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan secret
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perkembangan
penyakit.
d. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi Pradangan atau inflamasi virus
1.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan NOC NIC
Hipertermi NOC : NIC :
berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan peningkatan - Monitor tanda vital
metabolic Kriteria Hasil : - Monitor IWL, WBC, Hb dan Hct
 Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor warna dan suhu kulit
 Nadi dan RR dalam rentang normal - Monitor intake dan output

 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada - Berikan anti piretik

pusing, merasa nyaman - Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam


- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara

Temperature regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam dan tanda vital lainnya
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan NOC : NIC :
bersihan jalan napas  Resporatory status : ventilation, airway patency - Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakeal
berhubungan - Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik dan
dengan Kriteria Hasil : irama jantung sebelum, selama dan setelah pengisapan
penumpukan secret  Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif - Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
Hipertermi yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, - Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
berhubungan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan - Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung
dengan peningkatan status pernapasan: kepatenan jalan napas - Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan
metabolic  Mendemonstaikan batuk efektif, mengeluarkan merokok didalam ruangan perawatan
secret secara efektif, mempunyai jalan napas - Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas
yang paten dalam
 Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara - Ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat batuk, kalau
napas yang jernih, mempunyai irama dan ada
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, - Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan
mempunyai fungsi paru dalam batas normal sputum
 Mampu mendeskripsikan rencana untuk - Pengisapan jalan napas
perawatan dirumah
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan NOC NIC
Kerusakan integritas NOC : NIC :
kulit berhubungan Tissue Integrity: Skin and Mucous Membranes Skin Care: Topical Treatments Monitor tanda vital
dengan Kriteria Hasil : - Kaji luka, keadaan luka, lokasi, luas, kedalaman luka,
perkembangan  Integritas kulit yang baik bisa karakteristik, warna, cairan dan infeksi
penyakit. dipertahankan (sensasi, elastisitas, - Lakukan perawatan luka secara steril dengan teknik
temperature, hidrasi, pigmentasi). aseptik setiap harinya
 Tidak ada luka/lesi pada kulit. - Ajarkan pasien cara menjaga kebersihan luka dan
perawatan luka di rumah
- Kolaborasi dalam pemberian obat luka untuk mencegah
terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan NOC NIC
Nyeri akut NOC NIC :
berhubungan Pain level, pain control, comfort level Pain Management
dengan reaksi  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
Pradangan atau Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
inflamasi virus  Tanda vital normal presipitasi
 Mengetahui faktor penyebab nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Menggunakan tindakan pencegahan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
 Melaporkan gejala nyeri pengalaman nyeri pasien
 Melaporkan nyeri berkurang atau hilang  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Frekuensi nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Tidak ada ekspresi wajah saat nyeri atau posisi
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
tubuh melindungi daerah nyeri
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi & Yulianti,Rita (2006) Asuhan Keperawatan pada Anak Jakarta:Sagung


Seto edisi 2.
Ngastiyah (2005) Perawatan Anak Sakit Jakarta: Buku Kedokteran EGC edisi 2.
Hidayat,Aziz Alimul A (2008) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jakarta :
Salemba Medika.
Hadinegoro,Sri Rezeki S.dkk (2008) Pedoman Imunisasi di Indonesia.Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia edisi 3.
Hidayat,Aziz Alimul (2005) Pengantar Ilmu Keperawatan Jakarta:Salemba
Suryana. A (2005) Berbagai Masalah Kesehatan Anak dan Balita Jakarta:Khilma.
Nanny Lia Dewi,Vivian (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita
Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai