Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instructure (CI) Stase Anak Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Dari
Departement Stase Anak STIKes Buleleng.
1.1.3 Klasifikasi
a. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam
ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan
konjungtivitis.
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk
makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh
c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada
anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi
normal kecuali bila ada komplikasi.
1.1.5 Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas,
sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam
di udara terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran
pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air
mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama.
Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan
proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat
peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan
yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit
menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,
batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal
infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi
makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses
ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan
infiltrasi limfosit.
1.1.6 Web Of Caution
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody
fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata,
senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia
berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus
eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda
patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis,
neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis (feces
lengkap), bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis
gas darah)
1.1.8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi
pasien yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin
menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang
nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana
untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat
secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti
pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati
komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak
yang kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis
tinggi di semua daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement
vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus
campak pada epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di
bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien
lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah
diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila
terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4
minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali
menular. Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak
yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan
komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan
bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai (kadang perlu infuse atau oksigen ).
Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan
suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
1) Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan
anoreksia. Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau
makan atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran
cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak
mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya
dan memudahkan timbulnya komplikasi.
1.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan gastroenteritis akut adalah:
a. Kwashiorkor
1) Diare
2) Infeksi
3) Anemia
4) Gangguan tumbuh kembang
5) Hipokalemi
6) Hipernatremi
b. Marasmus
1) Infeksi
2) Tuberkolosis
3) Parasitosis
4) Disentri
5) Malnutrisi kronik
6) Gangguan tumbuh kembang
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada - Berikan anti piretik
Temperature regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam dan tanda vital lainnya
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Berikan anti piretik jika perlu
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
DAFTAR PUSTAKA