Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ALERGI

NAMA : Rohmatun Nazila


NIM : 192311101034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KONSEP ALERGI

1. PENGERTIAN
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan
dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat, terjadi silang molekul
IgE, sel mast manusia dirangsang untuk berdegranulasi dan melepaskan
histamin, leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator
lain dari hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama
berbagai macam alergi.4,18 Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas
berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan
suatu keadaan imunopatologik.19 Reaksi timbul akibat paparan terhadap
bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan. Menurut Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi dalam
4 tipe, yaitu tipe I, II, III, dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I merupakan
reaksi hipersensitivitas anafilaktik atau reaksi alergi.

2. ETIOLOGI
Etiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari agen,
host, dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana
usia dini semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu,
musim. Agen dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat paparan
alergen pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan dan sangat beragam.4 Diantaranya adalah antibiotik, ekstrak
alergen, serum kuda, zat diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum
lokal, makanan, enzim, hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa
penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, sterptomisin,
sulfonamid. Ekstrak alergen dapat berupa rumput-rumputan atau jamur, serum
ATS, ADS, dan anti bisa ular. Produk darah seperti gamaglobulin dan
kriopresipitat dapat menyebabkan alergi. Makanan yang dapat menjadi
penyebab alergi diantaranya susu sapi, kerang, kacang-kacangan, ikan, telur,
dan udang.

3. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi alergi di dunia meningkat secara dramatis di negara maju
dan negara berkembang. Peningkatan alergi terutama terjadi pada anak dari
meningkatnya tren yang telah terjadi selama dua dekade terakhir. Meskipun
begitu, pelayanan untuk pasien dengan penyakit alergi jauh dari ideal.1
Prevalensi alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai
masalah kesehatan utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Diperkirakan 300 juta orang memiliki asma, sekitar 50% diantaranya tinggal
di negara-negara berkembang dengan akses terbatas terhadap obat esensial.
Oleh karena itu, asma sering tidak terkontrol di daerah-daerah. Empat ratus
juta orang di seluruh dunia memiliki rhinitis, 1,2,3 serta 5-15% populasi anak
di seluruh dunia menderita alergi.
Dua studi internasional besar mengenai alergi, International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan European Community
Respiratory Health Survey (ECRHS), telah mempelajari prevalensi asma dan
rhinitis alergi di seluruh dunia melalui standar kuisioner. ECRHS dan ISAAC
telah menunjukkan variasi yang cukup besar dalam prevalensi asma dan alergi
rhinoconjunctivitis di seluruh negara terutama di wilayah asia pasifik.1,21

4. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi alergi terjadi akibat pengaruh mediator pada organ target.
Mediator tersebut dibagi dalam dua kelompok, yaitu mediator yang sudah ada
dalam granula sel mast (performed mediator) dan mediator yang terbentuk
kemudian (newly fored mediator). Menurut asalnya mediator ini dibagi dalam
dua kelompok, yaitu mediator dari sel mast atau basofil (mediator primer),
dan mediator dari sel lain akibat stimulasi oleh mediator primer (mediator
sekunder).
Mekanisme alergi terjadi akibat induksi IgE yang spesifik terhadap
alergen tertentu berikatan dengan mediator alergi yaitu sel mast.4,19 Reaksi
alergi dimulai dengan cross-linking dua atau lebih IgE yang terikat pada sel
mast atau basofil dengan alergen. Rangsang ini meneruskan sinyal untuk
mengaktifkan system. nukleotida siklik yang meninggikan rasio cGMP
terhadap cAMP dan masuknya ion Ca++ ke dalam sel. Peristiwa ini akan
menyebabkan pelepasan mediator lain.
Mediator yang telah ada di dalam granula sel mast diantaranya
histamin, eosinophil chemotactic factor of anaphylactic (ECF-A), dan
neutrophil chemotactic factor (NCF). Histamin memiliki peranan penting
pada fase awal setelah kontak dengan alergen (terutama pada mata, hidung,
dan kulit). Histamin dapat menyebabkan hidung tersumbat, berair, sesak
napas, dan kulit gatal. 22,23 Histamin menyebabkan kontraksi otot polos
bronkus dan menyebabkan bronkokonstriksi. Pada sistem vaskular
menyebabkan dilatasi venula kecil, sedangkan pada pembuluh darah yang
lebih besar konstriksi karena kontraksi otot polos. Histamin meninggikan
permeabilitas kapiler dan venula pasca kapiler.
Perubahan vaskular menyebabkan respons wheal-flare (triple respons
dari Lewis) dan jika terjadi secara sistemik dapat menyebabkan hipotensi,
urtikaria, dan angioderma. Pada traktus gastrointestinal, histamin menaikkan
sekresi mukosa lambung dan apabila pelepasan histamin terjadi secara
sistemik, aktivitas otot polos usus dapat meningkat dan menyebabkan diare
dan hipermotilitas.
Newly synthesized mediator diantaranya adalah leukotrein,
prostagladin, dan tromboksan. Leukotrein dapat menyebabkan kontraksi otot
polos, peningkatan permeabilitas, dan sekresi mukus. Prostaglandin A dan F
menyebabkan kontraksi otot polos dan meningkatkan permeabilitas kapiler,
sedangkan prostaglandin E1 dan E2 secara langsung menyebabkan dilatasi
otot polos bronkus. Kalikrein menghasilkan kinin yang mempengaruhi
permeabilitas pembuluh darah dan tekanan darah. ECF-A menarik eosinofil
ke daerah tempat reaksi dan memecah kompleks antigen-antibodi dan
menghalangi newly synthetized mediator dan histamin. Plateletes Activating
Factor (PAF) menyebabkan bronkokonstriksi dan menaikkan permeabilitas
pembuluh darah, mengaktifkan faktor XII yang akan menginduksi pembuatan
bradikinin. Bradikinin menyebabkan kontraksi otot bronkus dan vaskular
secara lambat, lama, dan hebat. Bradikinin juga merangsang produksi mukus
dalam traktus respiratorius dan lambung. Serotonin dalam trombosit yang
dilepaskan waktu agregasi trombosit melalui mekanisme lain menyebabkan
kontraksi otot bronkus yang pengaruhnya sebentar.

5. FAKTOR RESIKO ALERGI


Penyebab alergi berasal dari dalam tubuh (intrinsik) yaitu faktor
genetik dan penyebab dari luar tubuh (ekstrinsik) yang terdiri atas lingkungan
dan gaya hidup termasuk pola makanan dan hygiene. Pola makan terdiri dari
konsumsi alkohol pada masa kehamilan, pola diet atau komponen makanan
ibu ketika masa kehamilan dan menyusui, penggunaan antibiotik pada ibu
hamil, dan nutrisi yang diperoleh bayi. Sedangkan hygiene terdiri dari paparan
asap rokok dan hewan peliharaan. Metode persalinan seksio sesarea, bayi lahir
premature (maturitas) dan berat badan bayi lahir termasuk ke dalam faktor
risiko alergi pada bayi.

6. MANIFESTASI
Manifestasi klinis alergi pada bayi dapat dibagi menurut organ target
yang terkena. Dermatitis atopi adalah penyakit kulit yang paling sering
dijumpai pada bayi, ditandai dengan reaksi inflamasi pada kulit. Secara klinis
berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah muka terutama
pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini
adalah vesikel dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan
terkadang infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok sehingga
bayi gelisah dan rewel dengan tidur yang terganggu.
Pada mukosa respirasi dapat terjadi rhinitis alergi yang ditandai
dengan nasal pruritis, rinorea, hidung tersumbat dan asma yang ditandai
dengan bronkospasme, inflamasi jalan nafas kronis. Pada mukosa
gastrointestinal bermanifestasi sebagai alergi makanan dengan gejala nyeri
perut kolik, muntah, diare. Jika reaksi alergi terjadi sistemik dapat terjadi syok
anafilaksis.
Penyakit alergi pada mata juga dapat dijumpai pada bayi namun
dengan presentase kecil. Secara klinis ditandai dengan mata berair, hiperemia
konjungtiva, gatal mata, bayi menunjukkan gerakan menggosok mata. Gejala
muncul setidaknya 2 minggu dan tidak ada hubungannya dengan infeksi

7. PENATALAKSANAAN
Terapi untuk penyakit alergi dapat diberikan secara farmakologi dan
immunotherapy. Untuk terapi farmakologi dengan obat anti inflamasi non
steroid, anti histamin, steroid, teofilin atau epinefrin. Sedangkan
immunotherapy atau yang juga dikenal dengan suntikan alergi, pasien
diberikan suntikan berulang dari alergen untuk mengurangi IgE pada sel mast
dan menghasilkan IgG.
8. CLINICAL PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.   Pengkajian
a.    Data Subjektif
·         Riwayat psikososial ; factor pencetus ; stress, kebiasaan dan rutinitas, perawatan
sebelumnya,
·         Kaji riwayat alergi terdahulu, dan alergi sekarang
·         Kaji riwayat alergi keluarga
·         Kaji keluhan pasien:
o   Pasien mengatakan merasa gatal
o   Pasien mengatakan merasa sesak dan susah untuk bernafas
o   Pasien mengatakan merasa mual-mual
b.    Data Objektif
·           Kaji tanda-tanda vital
·           Kaji status neurology, perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan
tingkah laku
·         Kulit kemerahan
·         Ada bentol-bentol
·         Pasien muntah-muntah
·         Pasien terlihat susah bernapas
·         Pasien terlihat pucat

2.   Diagnosa
Masalah keperawatan :
·         Respon alergi terhadap latex
·         Risiko respon alergi terhadap latex
·         Bersihan jalan nafas tidak efektif
·         Kurang pengetahuan
·         Gangguan citra tubuh
·         Kerusakan integritas kulit
·         Gg.rasa nyaman
·         Kerusakan integritas jaringan
·         Gangguan pola tidur
·         Risiko infeksi
·         PK Pruritus
·         Risiko cedera
·         Risiko deficit volume cairan
·         Nyeri akut

3. intervensi keperawatan

DIAGNOSA Tujuan /Kriteria Hasil Intervensi


Respon Alergi NOC : Immune NIC : Medical Administration
Terhadap Latex Hypersensitivity Response 1.     Periksa catatan medis dan riwayat alergi
Setelah diberikan asuhan pasien
keperawatan selama … X 24
2.     Tentukan dan kaji kondisi kulit pasien
jam, diharapkan tidak terdapat yang akan diberikan obat topical
respon alergi pada pasien
3.     Oleskan agen topical yang telah
dengan criteria hasil : ditentukan
1.     Tidak ada perubahan pada
4.     Monitor efek lokal, sistemik serta efek
kulit ( skala 5) samping dari pengobatan
2.     Tidak ada perubahan pada
5.     Pantau dan ajarkan pada pasien cara
mukosa ( skala 5 ) penggunaan obat mandiri yang sesuai
3.     Tidak ada reaksi alergi ( skala
6.     Dokumentasikan tindakan yang telah
5) dilakukan
4.     Tidak ada rasa gatal ( skala 5 )
Resiko Respon NOC : Risk Kontrol NIC : Latex Precaution
Alergi Setelah diberikan asuhan
1.     Kaji pasien tentang riwayat reaksi
Terhadap Latex keperawatan selama .. x 24  sistemik terhadap karet/ natural latex
jam diharapkan pasien dapat
2.     Kaji pasien tentang riwayat alergi
mengontrol factor resiko terhadap makanan yang mengandung getah
alergi dengan kriteria hasil : seperti pisang, kiwi, avocado, dan mangga
1.     Pasien mampu menjelaskan
3.     Catat resiko serta riwayat alergi pasien
cara/metode untuk mencegah pada catatan medis pasien
alergi ( skala 5 ) 4.     Mengkaji lingkungan serta menjauhkan
2.     Pasien mampu menjelaskan pasien dari produk-produk latex
factor resiko dari
5.     Fasilitasi pasien dengan pengobatan yang
lingkungan/perilaku personal sesuai
( skala 5 ) 6.     Monitor pasien mengenai tanda-tanda
3.     Mampu memodifikasi gaya serta gejala sistemik
hidup untuk mencegah alergi
7.     Informasikan kepada pasien dan keluarha
( skala 5 ) tentang factor resiko yang dapat
4.     Mampu mengenali perubahan menyebabkan alergi late
position kesehatan ( skala 5 )
Bersihan Jalan NOC : Respiratory status : NIC : Airway suction
Nafas Tidak Airway Patency 1.     Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Efektif b/d Setelah diberikan asuhan suctioning
sekresi mukus, keperawatan  selama ...X 24
2.     Auskultasi suara nafas sebelum dan
penyempitan jam , diharapkan bersihan jalan sesudah suctioning.
jalan nafas dan nafas pasien normal dengan
3.     Informasikan pada klien dan keluarga
edema saluran kriteria hasil : tentang suctioning
nafas 1.     Frekuensi respirasi normal
4.     Minta klien nafas dalam sebelum suction
( Skala 5 ) dilakukan.
2.     Irama respirasi normal ( skala
5.     Berikan O2 dengan menggunakan nasal
5) untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
3.     Kemampuan menarik nafas
6.     Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
dalam normal ( skala 5 ) tindakan
4.     Kemampuan untuk
7.     Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
mengeluarkan sekret/ sputum dalam setelah kateter dikeluarkan dari
normal ( skala 5 ) nasotrakeal
8.     Monitor position oksigen pasien
9.     Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suksion
10.   Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
NIC : Airway Management
1.     Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau utter thrust bila perlu
2.     Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3.     Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4.     Pasang mayo bila perlu
5.     Lakukan fisioterapi pappa jika perlu
6.     Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7.     Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8.     Lakukan suction pada mayo
9.     Berikan bronkodilator bila perlu
10.   Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11.   Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12.   Monitor respirasi dan position O2

Kurang NOC Label NIC Label


Pengetahuan Knowledge : Disease Process Teaching Disease Process :
Tentang Proses Setelah diberikan asuhan
1.     Identifikasi pengetahuan pasien terkait
Penyakit b/d  keperawatan selama …x24 dengan proses perjalanan penyakit yang
Kurangnya jam, diharapkan pasien dialam
Informasi mengetahui proses perjalanan
2.     Jelaskan proses perjalanan penyakit yang
penyakit dengan criteria hasil : berhubungan dengan fungsi dan anatomi
1.     Mengetahui proses perjalanan tubuh pasien.
penyakit secara spesifik (skala
3.     Jelaskan pada keluarga informasi yang
4) behubungan dengan perkembangan kondisi
2.     Mampu menyebutkan pasien
penyebab dan factor yang
4.     Diskusikan pilihan terapi atau latihan
berhubungan dengan timbulnya yang akan dijalani pasien.
penyakit (skala 5)
3.     Mampu menyebutkan tanda
dan gejala dari penyakit yang
dialami (skala 4)
4.     Mampu menyebutkan efek
dari penyakit yang dialami
pasien. (skala 4)
Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan NIC: Body Image Enhancement
Tubuh b/d  keperawatan selama...x 24 jam,
1.     Tentukan harapan citra tubuh klien
Perubahan diharapkan gangguan citra berdasarkan tingakat perkembangan
Penampilan tubuh klien  teratasi dengan
2.     Monitor frekuensi kalimat yang
Diri kriteria hasil: mengkritik diri sendiri
NOC: Body Image 3.     Bantu klien untuk mengenali tindakan
         Puas dengan penampilan yang akan meningkatkan penampilannya
tubuh (skala 4 dari 1 – 5) 4.     Fasilitasi hubungan klien dengan individu
         Mampu menyesuaikan yang mengalami perubahan citra tubuh
dengan perubahan  fungsi yang serupa
tubuh (skala 4 dari 1 – 5) 5.     Identifikasi dukungan kelompok yang
NOC: Self Esteem tersedia untuk klien
         Menerima keterbatasan diri NIC: Self Esteem Enhancement
(skala 4 dari 1 – 5) 1.     Anjurkan klien untik menilai kekuatan
         Merasa dirinya berharga  pribadinya
(skala 4 dari 1 – 5) 2.     Anjurkan kontak mata dalam
berkomunikasi dengan orang lain
3.     Bantu klien menerima ketergantungan
terhadap orang lain dengan tepat
4.     Anjurkan klien untuk mengevaluasi
kebiasaannya
5.     Bantu klien menerima perubahan baru
tersebut
6.     Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang
akan meningkatkan harga diri klien
7.     Monitor tingkat harga diri klien dari
waktu ke waktu dengan tepat
8.     Buat pernyataan positif tentang klien
Kerusakan NOC : Tissue Integrity: Skin NIC : Skin Surveillance
Integritas Kulit and Mucous Membranes 1.     Observasi ekstremitas, warna, suhu kulit,
b/d lesi dan Setelah dilakukan intervensi bengkak, nadi, tekstur, edema dan ulkus
cedera mekanik selama ...x24 jam diharapkan
2.     monitor area kulit yang mengalami
( luka akibat kondisi integritas kulit klien kemerahan dan kerusakan
garukan ) membaik dengan KH: 3.     monitor adanya ruam dan abrasi kulit
1.     Temperatur kulit normal NIC : Wound Care
(skala 5) 1.     Lepaskan balutan dan plester perekat
2.     Tidak ada lesi pada kulit secara berkala
(skala 5) 2.     Monitor karakteristik luka meliputi
3.     Tidak nampak jaringan pengeringan luka, warna, ukuran dan bau
nekrosis (skala 5) 3.     Bersihkan menggunakan NS/NaCl atau
larutan nontoksik
4.     Ganti balutan
5.     Dokumentasi letak, ukuran dan
penampakan luka
Kerusakan NOC:Tissue integrity : skin NIC :Pressure ulcer prevention Wound
Integritas and mucous membranes care
jaringan b/d Setelah dilakukan tindakan
1.     Anjurkan pasien untuk menggunakan
lesi dan cedera keperawatan selama …. X 24 pakaian yang longgar
mekanik jam  kerusakan integritas
2.     Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
( tekanan, jaringan 3.     Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
gesekan , dan pasien teratasi dengan kriteria setiap dua jam sekali
luka akibat hasil: 4.     Monitor kulit akan adanya kemerahan
garukan ) 1.     Perfusi jaringan normal 5.     Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
2.     Tidak ada tanda-tanda infeksi daerah yang tertekan
3.     Ketebalan dan tekstur jaringan
6.     Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
normal 7.     Monitor status nutrisi pasien
4.     Menunjukkan pemahaman
8.     Memandikan pasien dengan sabun dan air
dalam proses perbaikan kulit hangat
dan mencegah terjadinya cidera
9.     Kaji lingkungan dan peralatan yang
berulang menyebabkan tekanan
5.     Menunjukkan  terjadinya
10.   Observasi luka : lokasi, dimensi,
proses penyembuhan luka kedalaman luka, karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda
infeksi lokal, formasi traktus
11.   Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
12.   Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
13.   Cegah kontaminasi feses dan urin
14.   Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
15.   Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
16.   Hindari kerutan pada tempat tidur
Gangguan Rasa Setelah dilakukan asuhan
1.     Instruksikan pada pasien dan keluarga
Nyaman b/d keperawatan selama  x 24 jam pasien agar tidak menggaruk kulit dengan
reaksi fisiologis diharapkan pasien merasa kuku.
( Pruritus yang nyaman dengan criteria hasil : 2.     Instruksikan jika menggaruk
Dialami          Pasien melaporkan merasa menggunakan ujung jari dan bukan
Pasien ) nyaman menggunakan kuku.
         Rasa gatal pada kulit pasien
3.     Instruksikan agar pasien tetap memiliki
dapat berkurang kuku yang pendek.
          Klien tidak gelisah serta
4.     Istrusikan pasien mandi sekali atau 2 kali
meringis. dalam seminggu sesuai kebutuhan.
5.     Kolaborasi antihistamin topical atau oral
sesuai kebutuhan.

Gangguan Pola NOC :Sleep : Extent ang NIC :Sleep Enhancement


Tidur b/d reaksi Pattern 1.     Determinasi efek-efek medikasi terhadap
fisiologis Setelah dilakukan tindakan pola tidur
( Pruritus yang keperawatan selama
2.     Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Dialami …. gangguan pola tidur pasien
3.     Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
Pasien ) teratasi dengan kriteria hasil: sebelum tidur (membaca)
          Jumlah jam tidur dalam
4.     Ciptakan lingkungan yang nyaman
batas normal 5.     Kolaburasi pemberian obat tidur
          Pola tidur,kualitas dalam
batas normal
          Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
4.   Mampu mengidentifikasi hal-
hal yang meningkatkan tidur

Resiko Infeksi NOC : Knowledge : Infection NIC Label : Infection Protection


b/d Management 1.     Monitor untuk tanda sistemik
Berkurangnya Setelah diberikan asuhan dan lokal dan gejala infeksi
Fungsi Barrier keperawatan selama … X 24
2.     Memonitor kerentanan infeksi
pada kulit jam diharapkan pasien
3.     Memantau hasil granulosit, danhasil WBC
memiliki pengetahuan tentang
4.     Mengikuti tindakan pencegahanyang
pengendalian resiko infeksi sesuai
dengan criteria hasil : 5.     Membatasi jumlah pengunjung
1.     Mengetahui faktor yang
6.     Mempertahankan asepsis untuk
berkontribusi untuk pasien berisiko
transmisiinfeksi 7.     Memberikan perawatan kulityang sesuai
2.     Cara yang mengurangi untuk daerahedema
penularaninfeksi 8.     Memeriksa kulit
3.     Mengetahui tanda dan gejala dan membranmukosa jika muncul tanda-
infeksi tanda kemerahan, akral hangatatau drainase
4.     Mengetahui tindakan  untuk
9.     Memeriksa kondisi setiap  luka
meningkatkan ketahanan
10.   Memantau perubahan tingkat
terhadap infeksi energi / malaise
11.   Mendorong peningkatan
mobilitas dan exercise
12.   Menginstruksikan pasien untukminum
antibiotik yang di anjurkan oleh dokter
13.   Mengajarkan pasien dankeluarga
tentang tanda dangejala infeksi dan kapan
harusmelaporkannya ke penyedialayanan
kesehatan
14.   Mengajarkan anggota keluarga
bagaimana pasien dan untuk menghindari
infeksi
15.   Laporkan infeksi kepada
personil pengendalian infeksi

Resiko Cedera NOC : Risk Kontrol NIC : Environment Management


b/d Pusing Setelah diberikan asuhan
1.     Sediakan lingkungan yang aman untuk
yang keperawatan selama .. x 24  pasien
Disebabkan jam diharapkan pasien dapat
a.     Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
oleh Penekanan mengontrol factor sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
Serabut Saraf resiko  dengan kriteria hasil : kognitif pasien dan
5.     Pasien mampu menjelaskan riwayat penyakit terdahulu pasien
cara/metode untuk mencegah
b.     Menghindarkan lingkungan yang
injury/cedera ( skala 5 ) berbahaya (misalnya memindahkan
6.     Klien mampu menjelaskan perabotan)
factor resiko dari
c.     Menganjurkan keluarga untuk menemani
lingkungan/perilaku personal pasien.
( skala 5 ) d.     Memindahkan barang-barang yang dapat
7.     Mampu memodifikasi gaya membahayakan
hidup untuk mencegah injury
2.     Berikan penjelasan pada pasien dan
( skala 5 ) keluarga atau pengunjung adanya
8.     Mampu mengenali perubahan perubahan position kesehatan dan
position kesehatan ( skala 5 ) penyebab penyakit.

PK : Pruritus Setelah diberikan asuhan


1.     observasi kondisi kulit pasien pasca
b/d agen cedera keperawatan selama … x … pemberian terapi
fisik ( lesi dan jam diharapkan pruritus tidak
2.     kolaborasi pemberian  Amoksisilin 4x500
garukan ) terjadi dengan kriteria hasil: mg dapat diberikan setelah makan. Dosis
1.     Gatal pasien berkurang di anak 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
daerah wajah, leher, kaki dan dosis.
tangannya. 3.     Kolaborasi pemberian Garam fusidat 2%
2.     Tidak adanya luka terbuka 4.     Pantau reaksi alergi pasien setelah
3.     Pasien tampak nyaman pemberian terapi
Resiko Defisit NOC Label : Fluid Balance NIC : Fluid Management
Volume Cairan Setelah diberikan suhan 1. Pertahankan catatan intake dan
b/d Muntah dan keperawatan selama …X 24 output yang akurat
Diare yang jam diharapkan keseimbangan 2. Monitor position hidrasi
Dialami Pasien cairan pasien normal dengan ( kelembaban membran mukosa, nadi
criteria hasil : adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
1.     Urine output normal sesuai diperlukan
dengan BB 3. Monitor vital sign
2.     Vital sign dalam rentang
4. Monitor masukan makanan / cairan
normal
dan hitung intake kalori harian
3.     Tidak adanya tanda-tanda
5. Lakukan terapi IV
dehidrasi (Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa 6. Monitor position nutrisi

lembab, tidak ada rasa haus 7. Berikan cairan


yang berlebihan ) 8. Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
9. Dorong intake cairan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
11. Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
12. Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk

Nyeri Akut b/d NOC: Pain Control NIC: Pain Management


Pelepasan Setelah diberikan asuhan
1.     Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi
mediator nyeri keperawatan selama .. x 24  nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien
seperti jam diharapkan persepsi dari 0 (tidak ada nyeri) – 10 (nyeri paling
prostaglandin subjektif pasien tentang nyeri buruk).
dan leukotrin menurun,dengan kriteria hasil 2.     Observasi
: tanda-tanda vital
- Pasien tidak meringis 3.     Gunakan teknik komunikasi terapeutik
-Skala nyeri 5 untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.     Ajarkan dan bantu pasien
5.     teknik relaksasi dan distraksi
6.     Bantu posisi pasien untuk kenyamanan
optimal
7.     Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
8.     Kolaborasi : pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
3, Jakarta:EGC
Martha craft-rosernberg & Kelly smith, 2010, Nanda Diagnosa Keperawatan, digna
pustaka, yogyakarta
Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.
Dochterman, Joanne Mccloskey. 2000. Nursing Intervention Classification. America :
Mosby.
Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America: Mosby
Williams, Lipincott & Wilkins.2011.Nursing: Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta:Indeks

Anda mungkin juga menyukai